Anda di halaman 1dari 7

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 2

A. Latar Belakang................................................................................................ 5

B. Rumusan Masalah........................................................................................... 5

C. Tujuan............................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 6

A. Pengetian Disabilitas ...................................................................................... 6

B. Peraturan Perundang-undangan ..................................................................... 7

C. Pengelompokan Disabilitas ............................................................................ 8

 Penyandang Cacat Fisik .......................................................................... 8

D. Membangun Komunikasi dengan Penyandang Disabilitas ............................ 21

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 23

A. Kesimpulan .................................................................................................... 23

B. Saran ............................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Disabilitas merupakan kata lain yang merujuk pada penyandang cacat atau

difabel. Bagi masyarakat awam, kata disabilitas mungkin terkesan kurang familiar karena

mereka umumnya lebih mudah menggunakan istilah penyandang cacat. Membahas

masalah disabilitas dan pandangan masyarakat merupakan sebuah ironi. Para kaum

disabilitas membutuhkan bantuan dan respon positif dari masyarakat untuk berkembang,

tetapi mereka justru mendapatkan perlakuan berbeda dari masyarakat. Umumnya

masyarakat menghindari kaum disabilitas dari kehidupan mereka. Alasannya sederhana,

karena mereka tidak ingin mendapatkan efek negatif dari kemunculan kaum disabilitas

dalam kehidupan mereka seperti sumber aib, dikucilkan dalam pergaulan, dan

permasalahan lainnya. Contoh disabilitas yang biasa kita temui sehari-hari adalah orang

yang terlahir cacat tanpa penglihatan yang bagus (tunanetra), pendengaran yang bagus

(tunarungu), pembicaraan yang bagus (tunawicara), dan sebagainya. Disabilitas yang

mengarah pada cacat mental juga dapat kita lihat pada seseorang yang memiliki

keterbelakangan mental.

Menurut WHO sebagai organisasi kesehatan dunia, jumlah kaum disabilitas

dalam sebuah negara itu setidaknya sebesar 10% dari total keseluruhan penduduk sebuah

negara. Di indonesia sendiri menurut catatan dari kementerian sosial jumlah kaum

disabilitas mencapai 7 juta orang atau sekitar 3% dari total penduduk Indonesia yang
berjumlah 238 juta pada tahun 2011. Keberadaan kaum disabilitas ini layak mendapat

perhatian yang serius dari pemerintah. Upaya pemerintah dalam melindungi kehidupan

disabilitas sudah tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang ada.

Contohnya adalah perlindungan hukum seperti yang tercantum dalam UUD 1945, No.4

Tahun 1997 Tentang penyandang cacat.

Meskipun secara jelas pemerintah sudah menetapkan beberapa peraturan

perundang-undangan yang melindungi hak-hak kaum disabilitas, tetapi pada praktiknya

hal ini tidak berjalan sebagai mana mestinya. Kebanyakan disabilitas tidak mampu

mengakses pendidikan yang lebih baik karena mereka minim sekali untuk mendapatkan

akses melakukan hal itu. Misalnya, dari segi persyaratan pendidikan yang diterapkan.

Memang ada bidang pendidikan tertentu yang mengharuskan muridnya tidak boleh cacat

karena berkaitan dengan kinerjanya nanti selama masa pendidikan. Akan tetapi, hal itu

bukan lah harus berlaku secara umum. Banyak disabilitas tidak dapat bersekolah dan

melanjutkan ke perguruan tinggi karena mereka dianggap cacat fisik yang dianggap tidak

dapat mengikuti proses pendidikan dengan baik. Padahal dalam UU No.28 Tahun 2002

Tentang Bangunan Gedung dinyatakan bahwa setiap institusi pendidikan wajib

menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang menyediakan kemudahan bagi para

kaum disabilitas dalam mengakses fasilitas pendidikan.

Pada bidang pekerjaan pun juga demikian. Perhatikan bunyi UUD 1945 pasal 27

ayat 1, Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan

dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Ayat 2,

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan. Dua ayat tersebut secara tegas dan jelas memperlihatkan bahwa semua
warga negara baik yang normal dan disailitas memiliki peluang yang setara dalam

memperoleh pekerjaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi Disabilitas?

2. Bagaimana pengelompokan disabilitas?

3. Bagaimana penjelasan dari Disabilitas Fisik ?

4. Bagaimana cara membangun komunikasi dengan penyandang Disabilitas Fisik?

C. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :

1. Kita dapat memahami dan mendalami definisi dari Disabilitas secara keilmuan.

2. Kita dapat mengelompokkan jenis-jenis disabilitas yang ada dan yang kita ketahui

serta mengerti bagaimana sikap dan tindakan kita terhadapn jenis disabilitas tetentu.

3. Kita mampu menjelaskan apa itu disabilitas fisik dan apa saja kelompok-kelompok

yang termasuk kedalam jenis disabilitas fisik.

4. Kita mampu membangun komunikasi dengan penyandang Disabilitas Fisik.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengetian Disabilitas

Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan

partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu

pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan

tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami

oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas adalah sebuah

fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan

ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.

Menurut UU No.4 Tahun 1997 Tentang penyandang cacat, penyandang cacat

didefinisikan sebagai setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang

dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan

secara selayaknya, yang terdiri dari Penyandang cacat fisik, Penyandang cacat mental,

Penyandang cacat fisik dan mental.

B. Kelompok Disabilitas Fisik

Penyandang cacat fisik merupakam individu yang memiliki gangguan dalam

bergerak ataupun berpindah. Ketidak mampuan dalam menggunakan tangan, lengan,

atau atau alat gerak lain dengan efektif karena paralisis (kelumpuhan),

kelainan neuro-muscular, struktur tulang , atau akibat kecelakaan, genetik, maupun

imun seperti celebral palsy, multiple sclerosis,, amputasi, polio, dll.


1. Pengelompokan cacat fisik :

a) Tuna Netra

b) Tuna Rungu

c) Tuna wicara

d) Tuna daksa

1. Tuli, tunarungu, atau gangguan dengar dalam kedokteran adalah kondisi fisik yang

ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan seseorang untuk

mendengarkan suara.Untuk menentukan jenis dan derajat ketulian dapat diperiksa

dengan audiometri. Disamping dengan pemeriksaan audiometri, ambang respon

seseorang terhadap bunyi dapat juga dilakukan dengan

pemeriksaan BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry, dapat dilakukan pada

pasien yang tidak dapat diajak komunikasi atau anak kecil.

Tuli/Tuna Rungu dalam kedokteran dibagi atas 3 jenis:


a) Tuli/Gangguan Dengar Konduktif adalah gangguan dengar yang disebabkan

kelainan di telinga bagian luar dan/atau telinga bagian tengah, sedangkan saraf

pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga

tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.

b) Tuli/Gangguan Dengar Saraf atau Sensorineural yaitu gangguan dengar akibat

kerusakan saraf pendengaran, meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian

luar atau tengah.

c) Tuli/Gangguan Dengar Campuran yaitu gangguan yang merupakan campuran

kedua jenis gangguan dengar di atas, selain mengalami kelainan di telinga

bagian luar dan tengah juga mengalami gangguan pada saraf pendengaran.

Anda mungkin juga menyukai