Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PERTEMUAN KE-4

PNF BAGI DISABILITAS


Dosen Pengampu:
1. Drs. Wisroni, M.Pd
2. Fitri Dwi Arini, M.Pd

Oleh

Nama : Zakia Nabila Putri


NIM : 22005102

Departemen Pendidikan Luar Sekolah


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
PNF BAGI DISABILITAS

MODEL CARA PANDANG MASYARAKAT TERHADAP PENYANDANG


DISABILITAS

A. Konsep Disabilitas dan Cara Pandang


Disabilitas merupakan istilah umum (umbrella term) yang digunakan untuk merujuk pada
kondisi keterbatasan fungsi/struktur tubuh (keterbatasan fisik, sensoris, intelektual, dan
mental), keterbatasan aktivitas, dan hambatan berpartisipasi (WHO, 2007). Disabilitas
menurut para ahli;
1. Ontarians with Disabilities Act (ODA) mendefinisikan bahwa disabilitas berarti;
a. Setiap tingkat kecacatan fisik, kelemahan, malformasi atau cacat yang disebabkan
oleh cedera tubuh, cacat lahir atau penyakit.
b. Kondisi gangguan mental atau kecacatan perkembangan.
c. Ketidakmampuan belajar
d. Kekacauan mental.
2. The Ontario Disability Support Program Act (ODSP), mendefinisikan seseorang
sebagai penyandang disabilitas jika;
a. Orang tersebut memiliki gangguan fisik atau mental substansial yang terus
menerus atau berulang dan diperkirakan akan berlangsung selama satu tahun atau
lebih.
b. Efek langsung dan kumulatif dari gangguan pada kemauan orang tersebut untuk
mengurus perawatan pribadinya, berfungsi dalam komunitas dan berfungsi di
tempat kerja, mengakibatkan pembatasan substansial dalam satu atau lebih
aktivitas kehidupan sehari-hari.
c. Gangguan dan kemungkinan durasinya serta pembatasan aktivitas seseorang
dalam kehidupan sehari-hari telah divertifikasi oleh seseorang dengan kualifikasi
yang ditentukan.
3. The United States Departement of Justice (2016)
Disabilitas adalah kecacatan substansial baik dalam bentuk fisik maupun mental yang
membatasi aktivitas hidup suatu individu, memiliki riwayat kecacatan, atau dianggap
memiliki kecacatan.
4. Chhabra (2016)
Difabel/ diffable (differently abled) adalah seseorang yang mengalami kecacatan
yang menyebabkan fungsional, batasan dalam melakukan aktivitas, atau kecacatan
social.

B. Model-Model Cara Pandang terhadap Penyandang Disabilitas


1. Cara Pandang Moral
Model disabilitas moral adalah model tertua cara pandang terhadap disabilitas dan
masih ditemukan dalam sejumlah tradisi keagamaan. Menurut salah satu bentuk
utama moral, disabilitas harus dianggap sebagai hukuman dari Tuhan untuk dosa
tertentu atau dosa yang mungkin dilakukan oleh orang yang menyandang disabilitas
tersebut.
Henderson dan Bryan (2011) menjelaskan secara komprehensif model disabilitas
moral, bahwa beberapa orang percaya bahwa disabilitas adalah akibat atau dosa dari
kurangnya kepatuhan terhadap moralitas sosial atau ibadah dari suatu agama. Jadi,
disabilitas dipandang sebagai suatu peringatan agar manusia menjauhi perilaku buruk
tertentu. Beberapa keyakinan juga berasumsi bahwa disabilitas adalah hukuman dari
Tuhan atas suatu perbuatan yang melanggar ketetapan agama yang berlaku. Tidak
hanya dipandang sebagai hukuman atas dosa pribadi, namun juga dosa orang tua.
Cara pandang model ini dapat menyebabkan seluruh keluarga dengan penyandang
disabilitas tereksklusi dari masyarakat dan partisipasi sosial. Konsepsi disabilitas
pada cara pandang agama dipandang sebagai ujian iman, dimana keluarga atau
individu dipilih khusus oleh Tuhan untuk menerima disabilitasnya dan diberikan
kesempatan untuk menebus diri melalui ketekunan mereka
2. Cara Pandang Medis
Cara pandang model medis memandang disabilitas sebagai masalah medis.
Disabilitas adalah suatu kegagalan sistem tubuh dan dipandang sebagai abmornal
dari segi patologis. Tujuan dari intervensi dalam cara pandang model ini adalah
penyembuhan, perbaikan kondisi fisik semaksimal mungkin, dan rehabilitasi
(penyesuaian penyandang disabilitas dengan kondisi lingkungan).
Penyandang disabilitas secara objektif dianggap sebagai kondisi menyedihkan,
tragedi pribadi bagi individunya. Menurut model medis, penyandang disabilitas
dianggap menyimpang dari apa yang dianggap “normal”. Penggunaan istilah
“cacat”, “terbelakang” merupakan manifestasi dari cara pandang model ini.
3. Cara Pandang Sosial
Gerakan aktivis Inggris di tahun 1960-1970an menginspirasi berkembangnya
model sosial penyandang disabilitas. Menurut model ini, masyarakatlah yang
menyebakan keterbatasan dan gangguan pada penyandang disabilitas. Solusi yang
diarahkan oleh cara pandang ini adalah perubahan perilaku masyarakat, penyesuaian
individu dan rehabilitas ditujukan pada masyarakat.
Disabilitas adalah suatu keadaan, yang disebabkan oleh kondisi sosial yang
mensyarakatkan dihapuskannya: a) pekerjaan, atau layanan pendidikan yang terpisah,
b) penyandang disabilitas dengan saran dan bantuan orang lain memiliki kendali
penuh atas hidup mereka sendiri, c) para professional, ahli yang membantu harus
berkomitmen untuk mempromosikan kontrol penuh atas hidup penyandang
disabilitas.
Dari sudut pandang ini, penyandang disabilitas adalah kontruksi sosial, yang
dalam arti nyata merupakan bentuk dari penindasan sosial. Teori model sosial
berpendapat bahwa istilah penyandang disabilitas secara langsung terkait dengan
filosofi yang mendasari model medis dan memandang istilah “cacat” mencerminkan
penindasan sosial yang dialami oleh penyandang disabilitas.

4. Cara Pandang Model Hak Asasi


Model lain yang memiliki kesamaan dengan teori model sosial disabilitas adalah
model hak asasi manusia. Meskipun beberapa peneliti memperlakukan model sosial
dan hak asasi manusia hampir serupa, namun ada sejumlah perbedaan diantaranya.
Pertama, model sosial membantu orang untuk memahami bahwa yang membentuk
persepsi masyarakat terhadap penyandang disabilitas adalah faktor sosial, sedangkan
pada model hak asasi menekankan kepada martabat penyandang disabilitas sebagai
manusia. Kedua, model hak asasi manusia menjunjung hak penyandang disabilitas
sebagai bagian dari masyarakat, baik itu hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan
budaya. Ketiga, model hak asasi manusia menghormati fakta bahwa beberapa
penyandang disabilitas memang dihadapkan pada situasi kehidupan yang menantang
dan faktor-faktor yang membuat tantangan tersebut harus diperhitungkan dalam
pengembangan teori keadilan sosial.

Anda mungkin juga menyukai