Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rahmat Setia Zai

Semester/Kelas : V (lima)/ A

Matakuliah : Teologi Kontemporer

Dosen Pengampu : Pdt. Oinike Harefa, M.Th

MENGUBAH PEMAHAMAN MASYARAKAT DI DESA SIOFABANUA TENTANG


FAKTOR TIMBULNYA DISABILITAS TERHADAP ANAK

A. PENDAHULUAN

Pada umumnya masyarakat mengenal disabilitas dengan mereka yang mengalami


disabilitas secara fisik dan psikis. Misalnya tuli, bisu, buta, debil dan autis. Istilah disabilitas
digunakan karena pada dasarnya setiap orang berbeda dan mempunyai kemampuan yang
berbeda. Teologi disabilitas merupakan pokok yang relatif baru bahkan hanya dipakai dalam
wacana pemberitaan dan pengajaran kristen.

Dalam pembahasan ini, penulis menulisakan bagai mana disabilitas itu di pandang
dari Dunia, Indonesia dan nias. Serta bagaimana yang seharusnya pemahaman disabilitas itu.
sehingga ketika pembaca mengamati dengan jelas tentang bacaan ini maka, lambat laun
tersebar dimana-mana dan kasus disabilitas pun dapat di selesaikan dengan baik. Dengan
demikian kehidupan manusia di Dunia ini hidup dengan bersama dan mendapatkan
kelemahan dan kelebihan tersendiri.

B. ISI

1. Apa itu Disabilitas

Disabilitas berasal dari bahasa Inggris disability artinya adalah pribadi yang tidak
mampu, yang memiliki kekurangan baik dalam segi fisik atau psikis atau sering dikatakan
penyandangang cacat dan orang berkebutuhan khusus (people with special need). Masyarakat
Indonesia juga menggunakan sebutan khusus bagi orang-orang yang memiliki jenis
Disabilitas tertentu. Misalnya, dalam KBBI edisi keempat, pribadi yang mengalami kebutaan
disebut tunanetra, yang mengalami tuli disebut tunarungu, yang mengalami cacat tubuh
disebut tunadaksa, dan yang mengalami cacat mental disebut tunagrahita.1

2. Teologi Disabilitas

Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. sebagai ciptaan Allah, manusia
diciptakan dengan berbagai keunikan. Terhadap keunikan tersebut, manusia memiliki
kelebihan dan keterbatasan. Namun pada kenyataanya, manusia belum mampu untuk

1
Ronal Arulangi dkk, Dari Disabilitas Ke Penebusan( Jakarta : Gunung Mulia, 2016) Halaman 3
menghargai ciptaan Allah tersebut. Dalam realita kehidupan setiap hari masih sering terjadi
pemisahan antara “normal” dan “tidak normal”. Hal tersebut menunjukkan kurangnya
penghargaan terhadap ciptaan Allah yang diciptakan dengan segala keindahan. Allah melihat
bahwa semua yang diciptakan sungguh amat baik2. Manusialah yang kurang memberi
perhatian kepada keindahan yang ada. Untuk itu, sebagai upaya perlu dilakukan untuk
mewujudkan komunitas yang saling menghargai, saling mengasihi dan menjunjung
kesetaraan3.

Teologi disabilitas hadir sebagai usaha-usaha yang dilakukan oleh orang kristen
disabel atau non-disabel untuk memahami dan menafsirkan injil Yesus kristus, Allah dan
kemanusiaan terhadap latarbelakang historis dan pengalaman manusia pada masa kini
terhadap disabilitas, yang menunjukkan pada perspektif dan metode yang didisain untuk
memberi suara pada makna teologis yang kaya dan beragam tentang pengalaman manusia
berkaitan dengan disabilitas.

3. Model-model Memahami Disabilitas

Dalam Perjanjian Lama (PL) menyebut banyak tempat kehadiran penyandang cacat
baik fisik maupun mental. Orang penyandang cacat fisik dan mental adalah dalam lingkungan
umat PL kelihatannya masyarakat Israel hampir tidak memberi perhatian terhadap para
penyandang cacat itu sebagai pribadi yang bermatabat. Para penyandang cacat tidak
diperbolehkan menjadi imam (Im. 21:16-23), tetapi mereka boleh diterima dalam ibadah.
Dalam Perjanjian Baru (PB) dikisahkan tentang suatu periode dalam hidup Yesus.
Saat sedang melakukan perjalanan, Yesus berpapasan dengan seorang yang buta sejak lahir.
Murid-murid bertanya “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang
tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?’’ (Yoh.9:2). Agaknya, para murid mengalami keragu-
raguan tentang bagaimana sikap yang seharusnya mereka tunjukkan terhadap orang buta ini
dan para penyandang cacat lainnya4.

Debora Beth Creamer memperkenalkan 3 model dalam bersikap terhadap disabled


people yaitu:

a. Model Medis. Model ini menganggap disabilitas sebagai masalah yang bersangkutan
dengan diri dan kemampuan si penderita, baik itu dalam hal kecakapan fisik maupun
mental. Model ini menekankan upaya-upaya yang dilakukan para pekerja medis atau
petugas kesehatan untuk memulihkan keadaan disabled. Sehingga penyandang cacat
dapat menyesuaikan diri dengan dunia manusia normal5.
b. Model Sosial. Model ini mempersoalkan disabilitas bukan pada cakap tidaknya
seseorang tetapi pada masalah bagaimana manusia diperlakukan oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Orang bisu memiliki komunikasi yang tersendiri bukan
seperti orang lain. Model ini meminta masyarakat supaya mengfasilitas disabled
person dengan berbagai kebutuhan yang cocok dengan kondisi mereka sehingga

2
http://www.researchgate. Keindahan Dalam Disabilitas/ diakses 08/11/2021 pukul 09:53
3
Aritonang, Teologi-teologi Kontemporer, 402
4
Deborah Beth Creamer, Disability and Christian Theology, (New York: Oxford University Press 2009), hlm. 18
5
Tabita Kartika Cristiani, Metode Berteologi Disabilitas Dalam Konteks Indonesia, hlm. 4
mereka bisa mengepresikan kecakapan-kecakapan yang berbeda dgn mereka. Jadi,
bukan disabled person yang menyesuaikan diri dengan masyarakat6.
c. Model Limits (kekurangan atau keterbatasan). Model ini bertolak dari asumsi bahwa
keterbatasan atau ketidak berdayaan adalah hal Lumrah, bukan sesuatu yang
mengejutkan. Itu adalah bagian yang natural dari kehidupan manusia. Semua orang
memiliki kekurangan dan keterbatasan. Model limits mengajak masyarakat melihat
dan menerima disabilitas sebagai orang normal seperti kebanyakan orang normal
lainnya.
4. Perkembangan Penggunaan Istilah Disabilitas di Dunia dan Indonesia

Pada awalnya penyandang disabilitas hanya dilihat berdasarkan kategori normal dan
tidak normal. Mereka yang normal disebut sehat sementara yang tidak normal disebut sebagai
cacat. Dari Aspek medis pemahaman tersebut kemudian bergeser keaspek sosial yaitu :
berkaitan dengan kemampuan dalam berinteraksi dengan masyarakat. Sampai dengan abad
XIX orang-orang menyandang disabilitas cenderung disembunyikan dirumah atau disebuah
Institusi oleh keluarganya. Hal ini dilakukan oleh keluarga karena merasa malu dan khawatir
anak-anak atau anggota keluarga mereka akan menjadi beban bagi masyarakat. Selain
menarik batas pemisah antara para penyandang disabilitas (disabled people) dan orang
normal (abled people), gerakan ini juga terwujud dalam pemberian harapan rendah terhadap
para penyandang disabilitas. Disaat yang sama mereka yang normal menganggap bahwa
kerena kondisi normal yang mereka miliki lebih memiliki sumbangsih/peranan lebih besar
dalam masyarakat. sedangkan mereka penyandang disabilitas dianggap tidak terlalu memiliki
peranan dalam masyarakat.

Dalam konteks Indonesia penyebutan cacat juga merupakan contoh diskriminasi


dalam bentuk pemberian lebel. Penggunaan istilah tersebut menandai, memisahkan,
membedakan dan menyingkirkan mereka yang secara medis memiliki kondisi khusus. Dalam
sistem hukum di Indonesia istilah cacat masih digunakan di Indonesia bahkan hingga akhir
abad XIX seperti termuat dalam UU No. 4 tahun 1997 tentang penyandanng cacat dalam
pasal 1 UU tersebut mendefinisikan orang-orang cacat sebagai setiap orang yang
maempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan
dan hambatan baginya untuk melakukan kehidupan secara selayaknya7.

5. pandangan Orang Nias Dalam Memahami Disabilitas Terkhusus (Desa Siofabanua)

Ada banyak kasus di sabilitas yang terjadi di Desa Siofabanua, namun yang penulis
kutip yaitu “anak baru lahir memiliki fisik yang tidak normal, kaki yang berbentuk x dan
memiliki jari tangan yang menempel”. Pemahaman orang nias akan hal itu adalah karena
pada waktu ibu anak tersebut lagi mengandung, maka ibu tersebut memakan Kelelawar dan
membunuh cicak. Dengan kejadian tersebut, mereka mempercayai bahwa itu penyebab anak
tersebut cacat fisik. Dapat di katakan juga bahwa itu adalah faktor dosa yang dilakukan oleh
orang tuanya.

6
Ibid,. Hlm. 29
7
Lily Iskandar, Ziarah Iman Bersama Disabilitas, (PT Kanisius 2020), hlm. 9-10
Dengan kasus yang terjadi maka untuk menyelesaikan atau mengubah tanggapan
orang tersebut maka gereja hadir dan berperan penting. Gereja yang terpanggil menjadi mitra
Allah untuk manyatakan kehadiran Kerajaan Allah di dunia perlu lebih banyak memberi
tenaga, waktu, perhatian, dan dana untuk memberikan penerangan kepada warganya dan
membangun tentang orang-orang disabilitas. Menyangkut tugas gereja di dalam berteologi.
Disini gereja perlu terus mencari pendekatan-pendekatan yang lebih sesuai untuk orang-orang
dengan disabilitas dan sesuai dengan konteks zaman.

C. PENUTUP

Hadirnya penyandang cacat di tengah-tengah kita adalah untuk mengigatkan kita


tentang beberapa hal. Pertama, pemahaman teologi, gereja dan masyarakat yang selama ini
kita pegang adalah yang kontruksi oleh able people untuk kepentingan abled people. Kedua,
stigmatisasi dan marginalisasi penyandang cacat sebagaimana yang selama ini terjadi dalam
teologi, gerej dan masyarakat adalah dosa yang harus ditinggalkan. Ketiga, orang-orang yang
berhadapan dengan disabled people menunjukkan bahwa kehadiran para penyandang cacat
membuat mereka ditolong untuk belajar memperhatikan hal-hal kecil dan bersyukur atas hal-
hal kecil itu.

Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa Allah mengizinkan adanya


penyandang cacat di sekitar kita untuk menegaskan bahwa hidup artinya, kita hidup bersama
dan bersama orang yang memiliki kelebihan yang lain atau dengan keterbatasan yang berbeda
dengan keterbatasan kita.
Daftar Pustaka

1. Arulangi Ronal dkk, 2016. Dari Disabilitas Ke Penebusan, Jakarta : Gunung Mulia

2. http://www.researchgate. Keindahan Dalam Disabilitas/ diakses 08/11/2021 pukul 09:53

3. Aritonang, Teologi-teologi Kontemporer, Jakarta : Gunung Mulia

4. Beth Deborah Creamer, 2009. Disability and Christian Theology, New York: Oxford
University Press

5. Kartika Tabita Cristiani, Metode Berteologi Disabilitas Dalam Konteks Indonesia, Jakarta :
Gunung Mulia

6. Iskandar Lily, 2020. Ziarah Iman Bersama Disabilitas, PT Kanisius

Anda mungkin juga menyukai