Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PAPER

ANALISIS GERAKAN SOSIAL

“ GERAKAN 15 MENIT BAGI ORANG CACAT ”

Oleh :

Nama : Uwais Qorni

NIM : F1A009044

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN SOSIOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2012
PENGANTAR

Sebagai bagian dari generasi penerus Sebuah bangsa, keberadaan penyandang cacat masih
dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Ini dapat dilihat dari bagaimana perlakuan dan
persepsi masyarakat yang cenderung diskriminatif terhadap penyandang cacat. Khususnya di
dalam keluarga, masih adanya anggapan bahwa penyandang cacat itu hopeless, bahkan tidak
sedikit yang beranggapan bahwa penyandang cacat adalah aib yang harus ditutup rapat-rapat.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat perbedaan antara orang normal dan
penyandang cacat. Namun hal tersebut tidak dapat disimpulkan bahwa penyandang cacat itu
hopeless. Terlepas dari kekurangan yang ada, masih ada potensi-potensi luar biasa yang
dimiliki penyandang cacat Terbukti dengan banyak munculnya penyandang cacat yang
berprestasi dalam beberapa bidang seperti seni, pendidikan, bahkan olahraga. Prestasi-
prestasi ini seharusnya menjadi motivasi dan menggugah sisi humanis banyak orang, terlebih
prestasi mereka juga menegaskan bahwa anak “cacat” memang dapat diperhitungkan.

Penduduk Indonesia sendiri menurut Data BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2004
indonesia 1 – 3 % penduduk di Indonesia mengalami cacat. Rasio penyandang retardasi
mental pada laki-laki dan perempuan di Indonesia adalah 3:2 1. Oleh karena itu kehadiran
sekolah luar biasa (SLB) sebagai suatu wadah bagi anak “cacat” merupakan salah satu
solusi agar mereka dapat mendapat pendidikan yang layak. Kegiatan kursus dan pembekalan
seperti ketrampilan / kecakapan menjahit, bermain band, mengetik dll kerap diberikan. Hal
tersebut diharapkan agar dikemudian hari para murid SLB dapat hidup secara layak dan
mandiri. Walaupun keberadaan SLB sebagai wadah aktualisasi bagi penyandang cacat cukup
mampu membantu penyandang cacat survive di tengah-tengah masyarakat. Namun
diperlukan suatu penyadaran melalui gerakan-gerakan kesetaraan kepada masyarakat pada
umumnya bahwa penyandang cacat itu sangat membutuhkan bantuan dan kepedulian,
bukannya mendapat perlakuan yang diskriminatif. Memang isu mengenai masalah
“penyandang cacat” bukanlah isu yang sepopuler isu BBM maupun korupsi. Namun hal
tersebut jangan menjadikan kita acuh terhadap penderitaan penyandang cacat. Mereka pun
berhak mendapat perlindungan dan kepekaan dari kita, karena sebagai ciptaan Tuhan pada
hakikatnya tidak ada manusia yang sempurna. Janganlah sekali-kali kita membedakan
kondisi fisik satu sama lain.

1
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../psi-jun2005-%20(2). (Diakses 1 November 2012)
PEMBAHASAN

A.Gerakan 15 menit membantu orang cacat

Gerakan ini merupakan salah satu contoh bentuk kepedulian bagi penyandang cacat. Gerakan
ini terdapat di Negara Filipina dan dibentuk oleh salah seorang pastur yang bernama Luke
Moortgat. Gerakan ini bersifat umum, yang berarti berlaku bagi setiap masyarakat Filipina
entah itu pegawai sampai seorang pejabat sekalipun.

Gerakan 15 menit membantu orang cacat diadakan dan didedikasikan untuk para penyandang
cacat yang tidak kurang beruntung di berbagai penjuru dunia.Secara tekhnis gerakan ini
memberikan waktu bagi masyarakat untuk menghabiskan satu persen dari waktu mereka, atau
rata-rata 15 menit sehari, untuk membantu penyandang cacat melalui bimbingan, pelatihan,
konseling, dan lain-lain.

Berbagai cara dan sarana untuk membangun dan memberdayakan dan menciptakan lapangan
kerja bagi penyandang cacat. Namun kebutuhan pertama yang paling dibutuhkan adalah
pelatihan kejuruan setelah mereka menyelesaikan pendidikan SD. Namun hasil yang paling
berpengaruh secara langsung dari gerakan ini adalah mendirikan pusat cacat. Pusat cacat ini
berfungsi menyediakan perawatan dan penitipan untuk anak-anak terlantar, area terapi fisik
dan psikis, serta pendidikan anak-anak cacat ganda.

“Kami mencoba mendidik mereka sebanyak mungkin,” kata Pastor Moortgat. “Semuanya
gratis, seperti makanan, asuransi kesehatan dan rencana rawat inap. Kami bahkan memiliki
transportasi untuk anak-anak untuk datang ke tempat penitipan.”2

Gerakan 15 menit membantu orang cacat yang terdapat di Negara Philipina adalah salah satu
upaya pemberdayaan manusia. Permberdayaan ini bersifat bottom – up karena dalam upaya
pemberdayaannya dilakukan melalui diskusi dan konseling kepada penyandang cacat
mengenai kebutuhan-kebutuhan apa saja yang dibutuhkan, masalah apa yang dihadapi.
Kemudian kebutuhan dan masalah ini ditemukan solusinya secara bersama-sama dengan
melibatkan berbagai lapisan masyarakat.

B. Gerakan bantuan pengobatan dan operasi bagi penderita cacat


2
Test.cathnewsindonesia.com/2012/02/9/gerakan-15-menit-bantu-orang-cacat/ (diakses 1 november 2012)
Gerakan ini merupakan gerakan sosial yang bergerak di bidang medis. Gerakan ini bertujuan
untuk membantu meringankan beban penyandang cacat secara fisik melalui pengobatan,
pemberian fasilitas-fasilitas kesehatan ( kursi roda, kaki palsu, dll) dan Operasi secara gratis.
Hal tersebut tentunya memberikan dampak positif yang signifikan bagi penyandang cacat,
karena paling tidak mereka terbantu untuk berbaur di masyarakat dalam hal interaksi dan
mobilisasinya.

Namun gerakan ini menghadapi masalah yang cukup serius, karena ketersediaan bantuan
yang tidak berbanding lurus dengan jumlah penyandang cacat. Khususnya di Indonesia,
masih lemahnya kepedulian masyarakat yang terlalu memikirkan dirinya sendiri
(individualis), serta anggapan bahwa penyandang cacat itu hopeless, jadi biarkan saja hidup
dikarantina supaya tidak menjadi beban, menjadikan bantuan terhadap penyandang cacat
relatif sedikit jika kita menilik jumlah penduduk Indonesia. Terlebih prosedur dan
keterjangakuan terhadap bantuan pengobatan yang rumit dan tidak merata semakin
memperparah masalah penyandang cacat di Indonesia dari segi humanisme masyarakatnya.
Bantuan-bantuan melalui tayangan reality-reality show dan iklan seperti “peduli kasih” di
stasiun TV Indosiar, minimal dapat meningkatkan kepekaan dan kepedulian masyarakat
Indonesia di tengah era globalisasi seperti sekarang ini.

PENUTUP
Sebagai sesama mahluk ciptaan-Nya Masalah penyandang cacat merupakan masalah
bersama. Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa pada khususnya juga harus memiliki
kepekaan dan kepedulian terhadap masalah-masalah penyandang cacat. Paling tidak apa yang
mahasiswa bisa lakukan sebagai agent of change adalah ikut berpartisipasi dalam gerakan-
gerakan kepedulian terhadap penyandang cacat.

Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki penduduk yang beragama Islam terbanyak
di dunia juga seharusnya dapat meningkatkan kepeduliannya terhadap orang-orang minoritas
khususnya penyandang cacat. Salah satu kritik dan pertanyaan besar terhadap saudara-
saudara yang beragama muslim di Indonesia adalah sumbangsihnya bagi penyandang cacat.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa perlindungan dan kepedulian bagi penyandang cacat
biasanya di bawah naungan masyarakat non-muslim khususnya Gereja. Bukannya bermaksud
mengkotak-kotakan masyarakat Indonesia, akan tetapi pada kenyataanya mayoritas penduduk
Indonesia adalah muslim, jadi paling tidak sumbangsih terhadap penyandang cacat
seharusnya lebih signifikan.

Namun terlepas dari itu semua, ada dua hal penting yang menjadi fokus perhatian terhadap
masalah penyandang cacat. Yang pertama adalah memberdayakan para penyandang cacat
supaya bisa mandiri dan dapat memilih masa depannya sendiri (berdikari), dan yang kedua
adalah perlakuan yang diskriminatif ( anggapan bahwa penyandang cacat itu hopeless dan
useless) yang diterima oleh penyandang cacat dari masyarakat secara umum dan keluarga
secara khusus. Dibutuhkan suatu gerakan-gerakan penyadaran dan kesetaraan bagi
penyandang cacat agar kelak sebagai sesama mahluk ciptaan-Nya kita dapat hidup
berdampingan, menghargai perbedaan, dan peduli satu sama lain. Semoga di masa depan
Indonesia yang menjadi tanah air kita bersama sebagai satu bangsa akan tentram, makmur,
dan sejahtera........ AMIN..............

Anda mungkin juga menyukai