Anda di halaman 1dari 11

Nama : Jonihut Andi Pranata Purba

NIM : 17.01.1545

Mata Kuliah : Teologi Sosial

Dosen : Dr. Tony Hutagalung

Refleksi Teologi Gereja-Gereja

Terhadap masalah-masalah Sosial

I. Pendahuluan
Gereja merupakan titipan Allah di bumi, Gereja datang ke dunia untuk
memperbaharui dunia. Gereja memang bukan berasal dari dunia namun gerja tidak boleh
mengasingkan diri dari dunia. Upaya untuk menghadirkan Syalom Allah merupakan
tanggungjawab Gereja. masalah-masalah sosial seperti Kemiskinan, penindasan,
kebodohan, ketidakadilan merupakan merupakan masalah Gereja. Gereja harus berupaya
untuk hadir dan memperkenalkan syalom itu di tengah-tengah penderitaan yang di alami
umat manusia.
II. Pembahasan
II.1. Masalah-Masalah Social
II.1.1. Kemiskinan
Apabila memilih yaitu mengurangi keuntungan finansial. Bagi
negara-negara sedang berkembang, sumber masalah dari sistem ekonomi
ini juga berkaitan dengan perspektif dan pendekatan yang digunakan
dalam pembangunan nasional, khusunya pembangunan ekonominya.
Apabila terlalu berorientasi pada pertumbuhan sebagaimana banyak
dijumpai dalam pembangunan yang menganut aliran klasik dan non
klasik. Krisis moneter yang terjadi pada tahun terakhir pemerintahan
presiden Soeharto membawa dampak pada krisis ekonomi dan krisis
ekonomi membuat stagnasi ekonomi yang mengakibatkan krisis
pengangguran yang berujung pada kimiskinan.Lonjakan harga kebutuhan
pokok telah membuat kesejahteraan masyarakat menurun dengan cepat.
II.1.2. Penindasan dan ketidakadilan
Ada istilah yang mengatakan “Tumpul ke atas,runcing ke bawah”
inilah keadaan hukum yang terjadi di Indonesia, orang-orang yang tidak
memiliki kuasa akan diperlakukan semena-mena. Salah satu
implementasi daripartisipasi gereja dalam merawat kemajemukan bangsa
dan negara ini ialah dengan berpartisipasi aktif dalam proses penegakan
hukum. Maka perlu penguatan seluruh elemen yang terkait dari pembuat
hukum, sosialisasi dengan masyarakat untuk tujuan pembudayaan hukum
tersebut dan penguatan para pejabat penegak hukum. Jadi gereja juga
harus cakap dalam memperkenalkan hukum kepada jemaatnya, supaya
jemaat tidak buta terhadap hukum.
II.1.3. Kebodohan
Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang di tempuh
seseorang agar ia memperoleh ilmu dari proses pendidikan itu sehingga
melalui ilmu yang di dapat melalui proses pendidikan itu berguna bagi
kehidupanya dan paling utama adalah untuk mengeluarkan seseorang itu
dari lingkaran ketidaktahuan dan pembodohan. Kebodohan sering selai
membuat lingkaran dalim diri seseorang menjadi suatu lingkaran setan
yakni dengan kebodohan seseorang akan mengalami kemiskinan dan
melalui kemiskinan orang tidak akan memilih untuk menjalani
pendidikan dank arena tidak ada pendidikan maka aka nada kebodohan.
Hal ini terjadi karena minimnya akses pendidikan dan juga mahalnya
biaya pendidikan itu sendiri sehingga banyak yang menganggap
pendidikan hanya kepada orang kaya dan berpangkat. Masalah sosial ini
terkadang seakan-akan di biarkan karena seseorang karena
kemiskinanhya lebih memilih bekerja dari pada sekolah dan juga tidak
ada biaya untuk sekolah.
II.1.4. Disabilitas
Disabilitas adalah suatu masalah sosial yang terjadi di dalam diri
seseorang karena kemampuan diri dalam melakukan aktifitas yang
berbeda dengan oranng biasanya, sehingga membutuhkan kebutuhan
kebutuhan kusus dalam menjalani aktifitasnya. Di banyak daerah
mengartikan bahwa disabilitas merupakan kutukan dari Tuhan atas
dirinya atau orang tuanya karena memiliki dosa-dosa masa lalu sehingga
orang Disabilitas sering di jauh dari masyarakat bahkan di anggap sangat
merepotkan.
Sering sekali orang disabilitas di bawa sejak lahir maupun karena
faktor kecelakaan. Oleh karena keterasingan dirinya dan kemampuan
dirinya yang berbeda maka seharusnyalah orang disabilitas memiliki
tempat atau komunitas atau lembaga yang menangani sehingga mereka
saling membagi keluh kesah, melatih diri dengan segala keterbatasan
mereka dan yang paling penting adalah melatih mereka agar dapat
berguna di masyarakat sehingga kehadiran mereka tidak di anggap
mengganggu malainkan mereka juga dapat menjadi berkat.
II.2. Cara Gereja GKPS Dalam menanggulangi masalah-masalah Sosial
II.2.1. RBM GKPS
RBM (Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat) GKPS adalah sebuah
wadah untuk penyandang difabel non panti (difabel yang hidup di tengah
masyarakat, yang tidak ditangani atau tidak tinggal di panti). Program RBM
adalah suatu strategi pelayanan kepada penyandang difabel/ Anak
Berkebutuhan Khusus. Dalam RBM diusahakan adanya transfer pengetahuan
dan keterampilan dari profesional kepada keluarga dan masyarakat agar mau
dan mampu terlibat dalam upaya membantu kemandirian hidup difabel agar
kualitas hidupnya meningkat. Aktivitas-aktivitas RBM dibuat untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar para penyandang difabel, mengurangi
kemiskinan, dan memungkinkan akses ke pelayanan kesehatan, pendidikan,
dan penghidupan serta kesempatan bermasyarakat. Program-program RBM
menghubungkan para penyandang difabel dengan inisiatif-inisiatif
pembangunan. Pedoman RBM menargetkan sektor-sektor kunci
pembangunan yang perlu menjadi inklusif sehingga para penyandang difabel
dan keluarga mereka menjadi berdaya, sehingga berperan dalam mewujudkan
masyarakat yang inklusif atau “masyarakat untuk semua”. Karena
keterlibatan masyarakat adalah sebuah elemen yang sangat penting dalam
pembangunan, pedoman ini sangat menekankan perlunya program-program
RBM untuk terus bergerak mewujudkan keterlibatan masyarakat.1
Sehingga dalam partisipasinya RBM berusaha menolong orang-orang
disabilitas agar ia tidak larut dalam dunianya dan orang yang Disabilitas
mampu berkarya di tengah-tengah keterbatasan yang ada. Masalah sosial
karena disabilits di bantu untuk mempunyai keahlian kusus yang dapat
berguna untuk masyarakat, tercatat berdasarkan laporan tahun 2016 sebanyak
27 orang penyandang difabel di latih memiliki kemampuan teknis, 4 orang di
dorong untuk membangun usaha, 8 orang sedang sekolah di SLB C, 2 orang
dalam proses terapi.

1
https://rbmgkps.weebly.com di akses tanggal 3 Desember 2020 pukul 11:30 WIB
Masalah sosial karena Berkebutuhan kusus atau disabilitas merupakan
bagian dari pergumulan masyarakat. Gereja tidak boleh ambil diam dalam
ketidakadilan, ketimpangan sosial dan kemiskinan yang di alami oleh orang-
orang disabilitas. Mereka bukanlah produk gagal kerena mereka adalah
manusia yang segambar dengan Allah. Gambaran Allah yang hakiki ini
seharusnya menerima dapat merasakan berkat dari Allah, melalui
pemberdayaan mereka sehingga mereka tidak hanya tampil sebagai orang
yang harus di topang dan meminta-minta melainkan mereka mampu untuk
menjadi saluran berkat dan berkarya melalui kemampuan di tengah
keterbatasan yang mereka miliki.
II.2.2. PA-BKM
Panti Asuhan Bumi Keselamatan Margareta GKPS disingkat dengan PA.
BKM-GKPS. PA. BKM-GKPS adalah sebuah Panti asuhan bagi anak-anak
yatim/piatu dan terlantar yang berlokasi di daerah marihat, Pematang siantar
dan didirikan atas donasi dana dari seorang bapak atas wasiat dari istrinya
(ibu Margaritta) yang namanya kemudian diabadikan sebagai nama panti
asuhan tersebut. 2
II.2.3. PKR GKPS
Untuk membantu mengentaskan kemiskinan dan pembinaan bagi anak-
anak remaja putus sekolah dan yang tidak mampu, maka GKPS mendirikan
Panti karya Remaja (PKR), untuk menjadi tempat pelatihan kerja
keterampilan bagi anak-anak seperti pelatihan tukang jahit, tukang pangkas,
pembengkelan sepeda motor dan pertukangan/ meubel , tata rias salon
kecantikan. Adapun visi PKR yaitu menjadi lembaga yang melahirkan
alumni yang memiliki karakter positif dalam kompetensi professional, dan
misisnya adalah menyelenggarakan proses pembelajaran yang partisipatidf,
kreatif, inovatif bagi remaja. Badan diaconal social GKPS dengan unit
pelayanan PKR ini diharapkan mereka setelah mendapat pelatihan kerja
paling tidak akan dapat memakai keahlian untuk berusaha mandiri. Diantara
banyak binaan PKR banyak yang berhasil membuka usaha kecil untuk
memenuhi kehidupan mereka.3
Dalam hal ini GKPS harus mampu melakukan target pembangunan yang
baik dengan pembangunan adalah pemenuhan kebutuhan dasar setiap orang
dalam masyarakat, sehingga setiap orang mempunyai kesempatan
meningkatkan taraf hidupnya. Serta berpartisipasi dalam memberi kontribusi
bagi suatu komunitas. Gereja mensyaratkan untuk berjuang bagi keadilan dan

Arita Girsang, arsip Bidang Pelayanan Sosial GKPS , (Pematang Siantar, 2013)
3
Juandaha Raya P. dasuha & Martin Lukito Sinaga, Tole! Den Timurlanden das Evangelium! Sejarah seratus
tahun Perkabaran Injil Di Simalungun , 2 September 1903-2003, (Pematang Siantar: Kolportase, GKPS, 2003), 268-
269
pendamaian. Ini merupakan dimensi perjuangan soasial dan global agar
menunjukkan belaskasih. Orang Kristen yang menjadi pendengar Firman
Tuhan selalu terbuka bagi kehadiran dan panggilan Allah dalam hidup
mereka. Orang Kristen harus menjadi pelaku firman Tuhan yang secara aktif
menanggapi panggilan Allah di Dunia. Orang-orang yang berjuang untuk
keadilan karena iman mereka sering masukkan “kontemplasi” dalam proses
refleksi mereka. Kontemplasi adalah suatu perhatin yang sadar untuk
mendengarkan suara Allah dengan memperhatikan kehadiran dan gerekan
Roh Allah dalam kehidupan dan dunia kita. Kesadaran akan kesederhanaan
hidup Yesus, kesenjangan antar yang kaya dan yang miskin, dan pola
komsumsi manusia telah merusak bumi dan ekosistemnaya, akan mendesak
orang Kristen untuk hidup sederhana.4 Seluruh gereja di dunia memiliki
tanggung jawab yang sama dan harus berupaya untuk mempungsikan keber
“agama” nya. sebagai pembebeas masyarakat dalam konteks masing-masing,
sehingga kehadiran gereja menjadi berkat dan gereja yang hidup serta mampu
memberi jawaban terhadap segala persoalan kehidupan yang dihadapi oleh
masyarakat tempat dia bertumbuh. Gereja tidk bolejh tutup mata dan telinga
terhadap segala persoalan kehidupan yang dihadapi oleh warga jemaat. Hal
ini sesuai dengan amanat agung yang diperintahkan Tuhan Yesus seperti
yang tertulis dalam Matius 28:19-20, markus 16: 15-20. Kehadiran gereja
adalah menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah bagi seluruh mahkluk di
seluruh bumi.5
II.2.4. PELPEM GKPS
Biro ini berupaya untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat
Simalungun di pedesaan Kabuparten Simalungun dengan penghijauan,
pembagian bibit, pemberian modal usaha, penyuluhan lingkung¬an,
pengelolaan limbah domestik, pemberian modal usaha, penataan rumah sehat
dan diversifikasi usaha. Sejak tahun 1981 telah melaksanakan pengadaan air
bersih di 72 desa, membangun 15 unit embung, membangun 10 unit
pengelolaan limbah rumah tangga, membangun 146 rumah percontohan,
membangun 333 unit jambatan, penyaluran bibit tanaman pertanian sebanyak
30.000 pohon/tahun, membangun usaha keramba di Danau Toba,
pengelolaan sampah menjadi kompos, bantuan bibit ternak ayam sebanyak
10.000 ekor/tahun, pengucuran dana bergulir sebanyak Rp 200 juta/tahun.
Untuk melaksa¬nakan seluruh program tersebut memerlukan dana yang
sangat besar yang bersumber dari sponsor (dalam dan luar negeri), warga
Simalungun, kolekte dan sumbanagan anggota jemaat GKPS.

4
J. Milburn Thompson, Keadilan dan Perdamaian: tanggung Jawab kritiani dalam Pembangunaan Dunia,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 362-364
5
Pemimpin Pusat GKPS, VISI dan MISI GKPS 2011-2030,(Pematang siantar: kantor Pusat GKPS, 2013), 10-
11
GKPS melalui PELPEM GKPS telah melakukan pelayanan social,
bukan hanya untuk warga GKPS dan daerah Simalungun saja dan juga
masyarakat lain dan kabupaten lainnya, PELPEM GKPs telah menjadi berkat
bagi lingkungannya. Banyak program-program PELPEM GKPS yang
berguna bagi masyarakat.6pada awalnya PELPEM melakukan pelatihan dan
produksi yaitu khusus pertanian dan peternakan dan wilayahnyapun di
kabupaten simalungun, tetapi mulai pada tahun 1975 program PELPEM
mulai berkembang dan memperhatikan kebutuhan manusia yang makin
banyak sehingga program PELPEMpun semakin berkembang dengan
berbagai program dan melayani wilayah di luar kabupaten Simalungun.
adapun yang menjadi program-program social PELPEM GKPS untuk
mendukung pembangunan masyarakat adalah sebagai berikut: Program
Pembangunan SDM manusia, penyuluhan kesehatan, membentuk berbagai
Credit Union.7
Dalam upaya membangun usaha mikro dari penduduk desa maka GKPS
datang melalui PELPEM memangun desa-desa, sehingga perekonomian desa
dan sarana dan prasarana desa dapat terjangkau dengan mudah dan tepat
sasaran. Melaui PELPEM banyak di galakan usaha-usaha mikro baik itu
usaha rumah tangga dan lain sebaganya sehingga memajukan masyarakat
dari msalah kemiskinan dan menekan jumlah pengangguran terkhusus di
daerah Simalungun.
II.2.5. CUM Talenta

CUM Talenta datang komunitas kredit yang telah mengalami perubahan


(modifikasi) dalam bidang metode pengelolaan. C.U.M adalah bagian dari
pelayanan Gereja, sehingga setiap proses yang berlaku dalam C.U.M selalu
terkait dengan unsur-unsur pelayanan Gereja sebagai ikatan pemersatu, baik
dalam pengelolaan kredit maupun dalam pengawasannya. C.U.M, yaitu
6
Jahenos saragih, GKPS darimana dan mau kemana? (Refleksi etis-teologis pra dan pasca Jubellium 100
tahun GKPS, tt), 62-63
7
Jannerson Girsang, Refleksi Melayani di tengah MasyarakatLima Puluh tahun PELPEM GKPS, (1965-2015),
26-28
“modifikasi” = mengadakan perubahan sesuai zaman, maka ia sesuai dengan
missi Gereja yang selalu berusaha supaya tetap sesuai dengan zaman (up to
date). C.U.M Talenta hadir adalah karena kesadaran akan peluang yang ada
di antara kita. Ada banyak modal dana di tengah-tengah masyarakat kita.
Andaikan saja jumlah kita warga Gereja sekitar 40.000 KK (Wajib
Rp.20.000/bulan) dan semuanya masuk anggota, maka sebenarnya kita sudah
memiliki modal minimal sebanyak Rp. 800. juta/bulan. Berapa kalau satu
tahun, dua tahun dst? Artinya, sesama kita bisa saling melayani dan
membangun, tanpa harus bergantung pada orang atau lembaga lain. Kita
sudah dapat mandiiri mengelola uang kita sendiri. Sudah saatnya kita
memikirkan bersama, melayani sesama demi kemajuan kita bersama.8
CUM Talenta hadir sebagai lembaga simpan pinjam yang di bimbing
oleh GKPS mampu mengatasi maasalah sosial yakni masalah kemiskinan di
masyarakat, bukan hanya warga GKPS melainkan juga anggota CUM
Talenta. CUM Talenta menyadari bahwa selama ini warga gereja sangat
bergantung pada penyedia modal seperti para tengkulak, rentenir dan
sebagainya, dengan semangat Gotong-royong yang telah mengakar di
kalangan orang Indonesia atau Haroan Bolon yang telah ada pada orang
Simalungun. Dengan adanya semangat gotong royong maka modal yang
seharusnya di pinjam dari tengkulak dengan bunga yang mahal dan juga
harus di jual pula kepada tengkulak hasil panen dengan harga yang miring
maka dengan adanya CUM Talenta maka modal dari anggota, Dan juga
anggota CUM Talenta dapat menjual hasil panen dengan lebih mahal bahkan
dapat mengendalikan harga pasar. Sehingga pelaayanan GKPS dalam
menjawab masalah sosial kemiskinan dan ketidak adilan dapat di usahakan
melalui kopersasi Kristiani bernama CUM Tatenta.
II.2.6. Yayasan Pendidikan GKPS

Yayasan Pendidikan GKPS merupakan salah satu unit pelayanan yang


dimiliki GKPS untuk mewujudkan warga jemaat yang semakin berakar,
bertumbuh dan berbuah dalam hal mendalami Firman Tuhan. Kehadiran Yayasan
8
https://cumtalenta.weebly.com di akses tanggal 3 Desember 2020 di akses pukul 12:00 Wib.
Pendidikan GKPS ditengah-tengah jemaat diharapkan mampu menjadi wadah
yang layak bagi dunia pendidikan untuk semakin mengenal dan memahami nilai-
nilai Kristus melalui setiap pelajaran yang diterima di sekolah.
Yayasan Pendidikan GKPS memiliki dasar alkitabiah dalam memajukan
pendidikan yakni “Pikiran orang bijak memperoleh pengetahuan, dan telinga
orang bijak mencari ilmu.” (Amsal 18 : 15)
Sejarah dari perjalanan ayasan pendidikan GKPS ini sendiri di mulai dari
Pendeta August Theis mulai membuka Sekolah di Simalungun Tengah, yang
tujuannya disamping pengajaran membaca, menulis dan berhitung diajarkan juga
Firman Tuhan. Sekolah pertama didirikan 01 Januari 1904 dengan siswa
berjumlah 7 orang, bertempat di Rumah Bolon Raya. Pada saat ini terdapat 36
Sekolah sekolah GKPS dan juga 2 Asrama yakni Asrama Putra dan Asrama Putri
Sondi Raya,
Dalam menunjang pendidikan GKPS juga membuat Minggu pelajaar dalam
jadwal kegiatan GKPS dalam setahun, kegiatan ini untuk mendanani para pelajar
GKPS yang kurang mampu dan untuk memajukan Pendidikan di GKPS.
Pembebasan dari kebodohan, buta huruf dan buta pendidikan merupakan tujuan
utama dari penanggulangan sosial yang di tangani GKPS dan tidak hanya itu,
Melaui Yayasan Pendidikan GKPS bahkan banyak siswa/siswi-nya yang
berpestasi di ajang luat Negeri berkat adanya kerjasama dengan Australia.
II.2.7. Badan Kesehatan GKPS
Setelah lima puluh tahun penginjilan di Simalungun. RMG sebagai Badan
Pengabaran Injil dari Jerman melihat kebutuhan pelayanan kesehatan khususnya
bagi masyarakat Simalungun atas. Wilayah daerah Simalungun Atas saat itu
sangat jauh dari jangkauan kesehatan. Sarana kesehatan yang terdekat masih ada
di Pematangsiantar dan ke Medan yang bisa ditempuh membutuhkan 3 sampai 5
jam perjalanan. Masalah sosial Karena keterbatasan sarana kesehatan
membutuhkan penanganan yang tepat, penduduk terutama warga Saribudolok dan
juga Pematang Raya. Dua Rumah sakit itu yakni RS GKPS Pematang Raya dan
juga RS Bethesda Saribu Dolok.
Sejak masuknya injil ke Simalungun, para Zendeling tetap membawa
pembekalan pengobatan modern para Zendeling selain berkhotbah mengabarakan
Injil, mereka juga dapat memperbaiki taraf kesehatan masyarakat. 9 pemimpin
pusat HKBP Simalungun menyadari perlunya pengembangan kesehatan. Untuk
itu digagasi pendirian PoliKlinik dan rumah sakit. Gagasan ini kemudian
disampaikan kebadan Zendeling LWF (Lutheran Work Federation) di Swizerland
melalui pucuk pimpinan HKBP pada bulan Maret 1952. Keinginan tersebut
mendapat sambutan dari pihak LWF, demikian pada tanggal 15 September 1953,

9
Juandaha Raya P. dasuha & Martin Lukito Sinaga, Tole! Den Timurlanden das Evangelium! Sejarah seratus
tahun Perkabaran Injil Di Simalungun , 2 September 1903-2003, (Pematang Siantar: Kolportase, GKPS, 2003), 266
segera dimulai pembangunan di Saribu Dolok dan diberi nama “rumah Sakit
Bethesda HKBP Simalungun” . selain itu didirikan PoliKlinik seperti di
pematang raya, Sibuntuon, dan haranggaol.10 Dalam perjalanan Sejarah pelayanan
di bidang kesehatan ditengah-tengah masyarakat GKPS pernah Jaya melalui RS.
Bethesda saribudolok, pasiennya tidak hanya berasal dari kabupaten simalungun
tetapi juga dari kabupaten lain, pada saat itu dokter dan tenaga medis ada dari luar
negeri dan juga warga jemaat yang tamat dari luar negeri.
Salah satu alasan penempatan rumah sakit itu terletak di dearah yang relatif
kurang maju bukan daerah metropolitan karena daerah Metropolitan secara umum
sudah banyak bidah pelayanan kesehatan yang memadai, sementara daerah-daerah
sepeerti Pematang Raya dan Saribudolok fasilitas kesehatan masih minim.
Penanggulangan masalah sosial ini di rasakan oleh GKPS menjadi bagian dari
pergumulanya. Pergumulan gereja tidak hanya sebatas pada khotbah-khotbah
mimbar melainkan injil atau kabar suka cita itu harus sampai kepada setiap orang
termasuk kepada orang yang sakit. Dalam Matius 10 : 8 “ sembuhkanlah yang
sakit, bangkitkanlah orang mati, usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya
dengan Cuma-Cuma” Tuhan Yesus mengutus murid-muridnya untuk meneruskan
karya penyembuhanya, dalam hal ini Tuhan tidak menyatakan bagaimana caranya
karena karya penyembuhan bukan tentang cara tetapi bagaimana sukacita dan
syalom itu datang kepada orang yang sakit. Rumah sakit-rumah sakit yang di
kelola badan GKPS harus memberikan pelayananya dengan maksimal sebagai
perpanjangan tangan daalam karya penyembuhan. Masalah sosial karena
ketidakterjangkaunya fasilitas kesehatan yang memadai menjadi masalah sosial
kepada masyarakat yang bukan wilayah metropolitan, sehingga gereja harus
membeerikan pengaruh dan dampaknya bagi masalah sosial masyarakat ini.
II.3. Rumusan Teologi GKPS terhadap masalah-masalah Sosial
Gereja ada di tengah-tengah dunia ini dengan tujuan melayani mereka yang
miskin dan menderita. Kemiskinan adalah fakta kehidupan sekalipun ada perbaikan
ekonomi namun kenyataannya terjadi kemerosotan ekonomi yang berujung pada
peningkatan kemiskinan. Yesus menatakan bahwa “orang miskin akan selalu
berada dengan kamu (Mat 26;11) dengan kenyataan historis dan masih relevan
secara global. Dengan demikian gereja GKPS hadir untuk memerhatikan mereka
sebagai bagian dari kehidupan bergereja sebab mereka selalu ada di sekitar
komunitas orang percaya.
Kesadaran gereja untuk mendahulukan kaum miskin yang tidak berdaya,
berarti juga memperjuangkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan dan
10
Jan J. Damanik, Kritus di tengah-temnngah Simalungun: suatu kajian sejarah-Kritis atas berdirinya Kristen
Protestan simalungun (GKPS) di Sumatera Utaradalam priode (1903-1963), (Pematang Siantar: CV. Mulia Sari, 2002),
80
merupakan wujud kesetiaan pada Yesus Kristus. Gereja GKPS hadir untuk
berperan sebagai Kristus di muka bumi untuk meyatakan kemanusiaan-Nya dengan
memperjuangkan keadilan sosial bagi kaum miskin. Gereja GKPS bertanggung
jawab terhadap kaum miskin, orang yang terabaikan sebagai suatu sikap mengasihi
sesama dan wujud nyata kasih Tuhan kepada orang percaya dan diberikan pula
kepada orang-orang miskin.
Dalam komunitas Kristen yang setia, shalom harus menyertakan perbuatan
memberikan makanan kepada orang yang lapar, memulihkan penglihatan orang
buta, menyembuhkan orang sakit, pemberian keadilan bagi para tahanan,
memaafkan orang-orang berdosa, pemberian kemerdekaan bagi yang tertindas dan
memberitakan kabar baik kepada sesama ( Luk 4:18-19;7:22). Untuk mencari dan
mengejar shalom adalah dengan terlibat terus dalam perjuangan untuk kasih,
kebaikan, kehormatan, kesejahteraan dan keadilan. Meskipun shalom melampaui
keadilan, tetapi tidak bisa ada shalom tanpa keadilan, karena dalam shalom,
manusia mengalami dan menikmati keadilan. Gereja GKPS hadir untuk
mewujudkan gambar Allah melalui komunitas masyarakat shalom yang
memberdayakan jemaat Tuhan untuk dapat memberdayakan kaum miskin untuk
mewujudkan keadilan sosial.
Gereja GKPS hadir untuk mewujudkan gambar Allah melalui komunitas
masyarakat shalom yang memberdayakan jemaat Tuhan untuk dapat
memberdayakan kaum miskin untuk mewujudkan keadilan sosial. Sehingga dalam
masalah masalah sosial Gereja GKPS berefleksi bahwa Gereja harus membawa
Shalom Allah yakni menjadi terang dan garam di tengah-tengah masalah sosial.
III. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa gereja bukan hanya
terttutup pada dirinya sendiri dengan masalah-masalah sosial yang terjadi di tengah-
tengah masyarakat melainkan gereja juga harus ikut ambil bagian dalam penanganan
akan masalah-masalah sosial tersebut. Kesaksian gereja terlihat dalam pelayananya yang
bukan hanya sebatas pelayanan minbar tetapi ikut blusukan melihat realita masyarakat
yang ada. Melihat masalah kemiskinan, ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan
masalah sosial lainya.
IV. Daftar Pustaka
Arita Girsang, Arsip Bidang Pelayanan Sosial GKPS , Pematang Siantar, 2013.
Girsang Jannerson, Refleksi Melayani di tengah MasyarakatLima Puluh tahun PELPEM
GKPS
Jan J. Damanik, Kritus di tengah-temnngah Simalungun: suatu kajian sejarah-Kritis
atas berdirinya Kristen Protestan simalungun (GKPS) di Sumatera Utaradalam
priode (1903-1963), Pematang Siantar: CV. Mulia Sari, 2002.
P. Dasuha Juandaha Raya & Sinaga Martin Lukito, Tole! Den Timurlanden das
Evangelium! Sejarah seratus tahun Perkabaran Injil Di Simalungun , 2
September 1903-2003, Pematang Siantar: Kolportase, GKPS, 2003.
Pemimpin Pusat GKPS, VISI dan MISI GKPS 2011-2030, Pematang siantar: kantor
Pusat GKPS, 2013.
Saragih Jahenos, GKPS darimana dan mau kemana?, Refleksi etis-teologis pra dan
pasca Jubellium 100 tahun GKPS.
Thompson J. Milburn, Keadilan dan Perdamaian: tanggung Jawab kritiani dalam
Pembangunaan Dunia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

Sumber Internet
https://cumtalenta.weebly.com di akses tanggal 3 Desember 2020 di akses pukul 12:00
Wib.
https://rbmgkps.weebly.com di akses tanggal 3 Desember 2020 pukul 11:30 WIB

Anda mungkin juga menyukai