Pekabaran Injil ( PI )
Penyakit Covid-19 telah menggerakkan para kepala negara untuk cepat tanggap dan
peduli atas keselamatan rakyatnya. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai pengumuman untuk
meliburkan sekolah, meniadakan kuliah tatap muka, larangan terlibat dalam keramaian,
termasuk larangan ke luar negeri. Peraturan atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah tentu sangat berpengaruh terhadap segala sektor, termasuk perekonomian dan
kehidupan sosial dalam masyarakat.
Selain itu, dampak pengaruh virus corona (Covid-19) dalam kehidupan sosial
masyarakat, di antaranya adalah timbulnya rasa curiga dan hilangnya kepercayaan terhadap
orang-orang yang ada di sekitar kita atau yang baru kita kenal. Sebagai contoh pada saat kita
membeli makanan, baik di warung yang berlabel maupun kaki lima kita pasti akan mencari
tahu apakah bersih atau tidak. Apakah pelayan ada bersentuhan dengan orang yang terjangkit
virus atau tidak, adakah petugas atau pelayan yang mencuci tangan pada saat mengolah atau
memproses makanan yang kita pesan atau tidak, sehingga timbul keraguan.
Sehingga dari Pergumulan ini tentu seharusnya Gereja juga ikut berperan dalam
mengatasi pergumulan masyarakat terkhusus bagaimana kegiatan Gereja GBKP dalam
melakukan kegiatan pekabaran Injil dalam konteks Penyebaran Virus Corona dan Bagaimana
GBKP bisa menjawab Pergumulan yang dialami oleh masyarakat. Ini menjadi tantangan baru
yang dialami Gereja saat ini, dimana Gereja juga harus mampu menunjukkan kepeduliannya
terhadap situasi saat ini. Hal ini menegaskan arah GBKP yang nyata bahwa gereja akan lebih
banyak menghadapi tantangan dalam bentuk perubahan nilai sebagai dampak dari
pembangunan dan mobilitas masyarakat.
II. Pembahasan
II.1. Sekilas Gereja Religio Illicito
Hari kelahiran Gereja ialah hari turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta. Murid-
murid dipenuhi dengan Roh Kristus, sehingga mereka berani bersaksi tentang kelepasan
yang dikaruniakan Tuhan kepada dunia. Di mana orang menyambut Injil dengan percaya
kepada Yesus Kristus, di sana terbentuklah jemaat-jemaat kecil. Keadaannya nampaknya
seperti mazhab Yahudi saja, karena mula-mula orang Kristen masih mengunjungi Bait Allah
dan rumah ibadat serta taat kepada taurat Musa. Walaupun demikian, nyata juga perbedaan
besar antara orang Kristen Yahudi ini dengan kawan sebangsanya, karena mereka percaya
dan mengajarkan bahwa Yesus dari Nazaret ialah Mesias yang dijanjikan itu. Dengan
demikian taurat, Bait Allah dan sinagoge lambat laun kurang penting bagi kaum Kristen.1
Pada masa Gereja mula-mula, Gereja lahir dan berkembang terbagi atas 2 negara
besar, yaitu kekaisaran Roma dan kekaisaran Persia, dan perang kekaisaran Roma
Kekristenan mengalami tekanan serta aniaya, namun Kekristenan justru semakin
berkembang.2 Dalam buku Berkhof dengan judul Sejarah Gereja mengatakan bahwa jemaat
yang mula-mula itu bersifat komunis berhubung dengan penjualan harta benda yang
hasilnya dibagi-bagikan di antara semua saudara sesuai dengan keperluan masing-masing
(Kis. 2:44). Pada masa itu tak sedikit orang Kristen yang diberi Tuhan rupa-rupa “karunia
oleh Roh Allah” seperti karunia menyembuhkan orang sakit, mengadakan mujizat,
bernubuat dan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh (glosolalia), yaitu
mengeluarkan bunyi dan bahasa yang tak dapat diartikan oleh orang banyak, tetapi yang
perlu diterangkan maknanya (1 Kor. 12:10). Dalam sejarah Gereja dapat kita lihat bahwa
pada abad-abad kemudian juga orang ada yang di anugerahi karunia semacam itu (1 Kor.
14). 3
1 H. Berkhof, Sejarah Gereja, H. Berkhof, Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 7
4 TH. Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 1-2
mengutuk Kristusku? Juruselamatku?”. Kemudian Polikarpus dibakar dan disiksa, sisa
tubuhnya dibawa dan dikuburkan di Smirna.5
2. Irenaeus
Irenaeus adalah salah seorang Bapak Gereja Timur yang terpenting pada abad ke 2. Masa
mudanya ia habiskan di Asia kecil, ia biasa mendengar khotbah-khotbah dari Polikarpus
dan diperkirakan ia lahir sekitar tahun 115 sampai tahun 125. Setelah dewasa ia menjadi
Presditer di Lyons. Irenaeus adalah seorang pembela kesatuan Gereja. Ajaran dan aliran
sesat dilawannya dengan keras. Tulisannya yang sangat terkenal adalah /adversus
haeresias (melawan aliran-aliran sesat).6
5 F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2003), 160-162
6 F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 109
8 C. De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 53-56
pada tahun 1890 bersama Nicolas Pontoh tiba di Belawan dan melanjutkan perjalanan
ke Medan. Setelah meninjau lokasi di beberapa desa sepanjang kaki Bukit Barisan,
maka H.C. Kruyt menetapkan desa Buluh awar menjadi pos penginjilannya. Alasan
H.C. Kruyt memilih Buluh Awar karena berada pada jalur lintas yang disebut Perlanja
sira. Pada tanggal 1 juli 1890, H.C. Kruyt menetap tinggal di Buluh Awar atas bantuan
pengulu Buluhawar. Disinilah mereka belajar bahasa karo dan budaya karo. Bulan Juli
1892, Pdt H.C.Kruyt secara mendadak meninggalkan pelayanan di Buluh awar untuk
belajar ilmu kedokteran di Swiss. Oleh karena itu pekerjaan pengabaran injil di Buluh
awar dilanjutkan Pdt. J.K. Wijngaarden yang dipindahkan dari Sawu ke Deli. Dia tiba
di Belawan pada tanggal 3 Desember 1892. Selanjunya, dia menetap bersama istrinya.
Pelayanan yang dilakukan oleh Wijngaarden, seputar merawat orang sakit, menginjili,
memberikan pelajaran, dan mengunjungi kampung-kampung sekitarnya.9 Pada
Tanggal 21 September 1894 beliau meninggal dunia. Pekabaran injil selanjutnya
dikerjakan oleh Pendeta M. Joustra yang menterjemahkan 104 cerita ke dalam bahasa
karo.10
Pekerjaan zendling juga sampai menyentuh terhadap kesejahtraan sosial dengan
mengajak rakyat bersawah dengan sistem modern, menanam pohon kelapa, pisang dan
karet pada dataran rendah. Memperkenalkan bibit sayur dan buah serta bunga yang baru
dengan mengatur sistem pasar ( pekan ) di banyak desa mulai hari senin sampai sabtu
dan sarana jalan raya sampai ke kabanjahe. Meskipun ada anggapan kedatangan injil
atas prakarsa perkebunan Belanda sehingga menimbulkan respon negatif, namun sikap
para penginjil berusaha meyakinkan baik dalam kata maupun perbuatan. Meskipun
anggota masih sekitar 4.800 jiwa sampai pada tahun 1937 namun kehadiran zendling
telah dirasakan oleh masyarakat karo. Hal ini diunggapkan oleh Sibayak ( Raja
Sarinembah mewakili 5 Raja Kara pada perayaan 50 tahun injil di Tanah Karo. Selama
50 tahun telah banyak pengaruh dan manfaatnya, karena itu kami mengharapkan
pekerjaan ini dilanjutkan.11
12 Paul Bodholdt, Daah Batak dan Jiwa Protestan, ( Jakarta : BPK-GM, 1975 ), 133.
13 Th. Van Den End, Ragi Cerita 2 : Sejarah Gereja di Indonesia 1860-Sekarang, ( Jakarta : BPK-GM, 1970
), 19.
14 P. Sinuraya, Bunga Rampai Sejarah GBKP Jilid II ( 1941-2005 ), ( Medan : TBK Merga Silima, 2004 ), 32-
33.
gereja akan lebih banyak menghadapi tantangan dalam bentuk perubahan nilai
sebagai dampak dari pembangunan dan mobilitas masyarakat.15
III. Kesimpulan
Gereja adalah persekutuan manusia baru yang terus menerus diperbaharui oleh
Roh Kudus, agar mampu dan bertahan menjadi garam dan terang di konteks dimana ia
berada. Oleh karena itu Gereja haruslah menyaksikan pola hidup Yesus Kristus, agar
kerajaan Allah terwujud di dunia ini. Inilah arti gereja sebagai tubuh Kristus dan
Kristus sebagai kepalaNya. Semestinya Gereja GBKP memandang hal ini sebagai
sarana yang berharga untuk kepentingan pelayanan. Maka,Gereja GBKP tidak boleh
antipati dengan penggunaan internet maupun barang elektronik lainnya. Sehingga
pelayanan pekabaran injil tetap dapat dilaksanakan dengan efektif meskipun dalam
keadaaan pandemi covid-19. GBKP harus bisa menjadi Gereja yang dapat mengatasi
20 Hendri Wijayatsih, “Pendampingan Dan Konseling Pastoral,” Gema Teologi Vol35no1/2 (2011): 3–
10.
pergumulan masyarakat saat ini dan tetap melaksanakan Kegiatan Pekabaran Injil di
Tengah tengah konteks pergumulan saat ini. Agar terlihatlah bahwa Gereja GBKP telah
Membangun masa depan kasih Kepada Allah, sesama, dan seluruh ciptaan. Hal ini
menegaskan arah GBKP yang nyata bahwa gereja akan lebih banyak menghadapi
tantangan dalam bentuk perubahan nilai sebagai dampak dari pembangunan dan
mobilitas masyarakat.
Bodholdt Paul, Daah Batak dan Jiwa Protestan, ( Jakarta : BPK-GM, 1975 ), 133.
End TH. Van Den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008
End Th. Van Den, Ragi Cerita 2 : Sejarah Gereja di Indonesia 1860-Sekarang,
Jakarta : BPK-GM, 1970 .
Jonge C. De, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012
Moderamen GBKP, Garis-Garis Besar Pelayanan GBKP Tahun 2016-2020, 91.
Moderamen GBKP, Keputusan-keputusan Konpen Sejak Tahun 1968-2014, 208
Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2015-2025, Kabanjahe : Moderamen
GBKP, 2015
Panitia Jubelium 100 Tahun GBKP, Selamat Jubelium 100 Tahun GBKP, Medan;
t.p, 1990
S Jonar, Sejarah Gereja Umum, Yogyakarta: ANDI, 2014
Sinuraya P., Bunga Rampai Sejarah GBKP Jilid II ( 1941-2005 ), Medan : TBK
Merga Silima, 2004
Sinuraya P., Diakonia GBKP Jilid 6, Medan : Merga Silima, 1997
Sitepu Sempa, Kehadiran Injil Kerajaan Allah Memperbaharui Adat / Budaya
dan Kehidupan Suku Karo , Medan : FFMK SU, 2015
Wellem F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003
Wijayatsih Hendri, “Pendampingan Dan Konseling Pastoral,” Gema Teologi
Vol35no1/2 2011