Anda di halaman 1dari 11

Nama : Egia Satria Ginting

Tingkat / Jurusan : 5A / Teologia

Mata Kuliah : Seminar Sejarah Gereja

Dosen : Berthalyna Br. Tarigan, M.Th

Pekabaran Injil ( PI )

( Suatu Tinjauan Historis Praktis tentang Religio Illicito diperhadapkan dengan


Pekabaran Injil Pada Masa Covid-19 di GBKP ).

I. Latar Belakang Masalah


Keberadaan Covid-19 yang mematikan ini telah banyak menyita perhatian dunia. Ada
yang menanganinya dengan sangat serius, ada pula yang seolah-olah tak mau tahu, tapi
karena hari demi hari penyebarannya semakin banyak, maka langkah konkret yang harus
ditempuh sebagai antisipasi adalah membangun kerja sama yang baik dengan keluarga,
rekan kerja, dan pihak pihak terkait.

Penyakit Covid-19 telah menggerakkan para kepala negara untuk cepat tanggap dan
peduli atas keselamatan rakyatnya. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai pengumuman untuk
meliburkan sekolah, meniadakan kuliah tatap muka, larangan terlibat dalam keramaian,
termasuk larangan ke luar negeri. Peraturan atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah tentu sangat berpengaruh terhadap segala sektor, termasuk perekonomian dan
kehidupan sosial dalam masyarakat.

Selain itu, dampak pengaruh virus corona (Covid-19)  dalam kehidupan sosial
masyarakat,  di antaranya adalah timbulnya rasa curiga dan hilangnya kepercayaan terhadap
orang-orang yang ada di sekitar kita atau yang baru kita kenal. Sebagai contoh pada saat kita
membeli makanan, baik di warung yang berlabel maupun kaki lima kita pasti akan mencari
tahu apakah bersih atau tidak.  Apakah pelayan ada bersentuhan dengan orang yang terjangkit
virus atau tidak, adakah petugas atau pelayan yang mencuci tangan pada saat mengolah atau
memproses makanan yang kita pesan atau tidak, sehingga timbul keraguan.

Sehingga dari Pergumulan ini tentu seharusnya Gereja juga ikut berperan dalam
mengatasi pergumulan masyarakat terkhusus bagaimana kegiatan Gereja GBKP dalam
melakukan kegiatan pekabaran Injil dalam konteks Penyebaran Virus Corona dan Bagaimana
GBKP bisa menjawab Pergumulan yang dialami oleh masyarakat. Ini menjadi tantangan baru
yang dialami Gereja saat ini, dimana Gereja juga harus mampu menunjukkan kepeduliannya
terhadap situasi saat ini. Hal ini menegaskan arah GBKP yang nyata bahwa gereja akan lebih
banyak menghadapi tantangan dalam bentuk perubahan nilai sebagai dampak dari
pembangunan dan mobilitas masyarakat.

II. Pembahasan
II.1. Sekilas Gereja Religio Illicito
Hari kelahiran Gereja ialah hari turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta. Murid-
murid dipenuhi dengan Roh Kristus, sehingga mereka berani bersaksi tentang kelepasan
yang dikaruniakan Tuhan kepada dunia. Di mana orang menyambut Injil dengan percaya
kepada Yesus Kristus, di sana terbentuklah jemaat-jemaat kecil. Keadaannya nampaknya
seperti mazhab Yahudi saja, karena mula-mula orang Kristen masih mengunjungi Bait Allah
dan rumah ibadat serta taat kepada taurat Musa. Walaupun demikian, nyata juga perbedaan
besar antara orang Kristen Yahudi ini dengan kawan sebangsanya, karena mereka percaya
dan mengajarkan bahwa Yesus dari Nazaret ialah Mesias yang dijanjikan itu. Dengan
demikian taurat, Bait Allah dan sinagoge lambat laun kurang penting bagi kaum Kristen.1
Pada masa Gereja mula-mula, Gereja lahir dan berkembang terbagi atas 2 negara
besar, yaitu kekaisaran Roma dan kekaisaran Persia, dan perang kekaisaran Roma
Kekristenan mengalami tekanan serta aniaya, namun Kekristenan justru semakin
berkembang.2 Dalam buku Berkhof dengan judul Sejarah Gereja mengatakan bahwa jemaat
yang mula-mula itu bersifat komunis berhubung dengan penjualan harta benda yang
hasilnya dibagi-bagikan di antara semua saudara sesuai dengan keperluan masing-masing
(Kis. 2:44). Pada masa itu tak sedikit orang Kristen yang diberi Tuhan rupa-rupa “karunia
oleh Roh Allah” seperti karunia menyembuhkan orang sakit, mengadakan mujizat,
bernubuat dan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh (glosolalia), yaitu
mengeluarkan bunyi dan bahasa yang tak dapat diartikan oleh orang banyak, tetapi yang
perlu diterangkan maknanya (1 Kor. 12:10). Dalam sejarah Gereja dapat kita lihat bahwa
pada abad-abad kemudian juga orang ada yang di anugerahi karunia semacam itu (1 Kor.
14). 3

1 H. Berkhof, Sejarah Gereja, H. Berkhof, Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 7

2 Jonar S, Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2014), 14

3 H. Berkhof, Sejarah Gereja, 8


Pola ibadah jemaat mula-mula tidaklah jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh
Gereja saat ini. Mereka mengadakan pertemuan pada hari minggu, hari kebaktian, bukan
hari sabtu (sabat orang yahudi). Dalam pertemuan itu mereka merayakan ekaristi,
mempelajari kitab suci, berdoa dan menyanyikan lagu pujian. Dan biasanya mereka
mengadakan pertemuan pagi-pagi sekali, mereka membaca kitab nabi-nabi yahudi dan
tulisan para rasul serta para penginjil. Mereka juga mengadakan berdoa bersama bagi
mereka yang membutuhkan dan mereka yang sakit, dengan menyanyikan lagu pujian bagi
Kristus. Dalam abad mula-mula jemaat Kristen terlebih yang di kota-kota mempunyai
jemaat yang lebih banyak. Diakibatkan penyebaran Injil mengikuti lalu lintas raya.
Berhubungan dengan itu penginjilan di Timur tidak diselenggarakan oleh orang-orang
Kristen yang berbahasa Yunani. Bahkan, orang-orang Yahudi Kristen Syria dan Palestina.
Itulah sebabnya sehingga dalam beberapa hal Kekristenan di Syria Timur dan di
Mesopotamia adalah Edessa. Pada tahun 179 Raja Edessa masuk ke Kristen, sehingga
Edessa merupakan negara Kristen yang pertama.4

II.2. Tokoh Pekabaran Injil pada masa Religio Illicito


1.             Polikarpus
Polikarpus dilahirkan sekitar tahun 69. Polikarpus bekerja sebagai uskup di jemaat
Smirna, Asia kecil pada pertengahan abad ke 2. Ia dikenal sebagai seorang yang memiliki
iman yang teguh dan hidupnya sangat sederhana. Sebagai seorang uskup, ia berhadapan
juga dengan kelompok Marcion, Ia menyebutnya sebagai anak sulung iblis. Pada tahun
154 Polikarpus pergi ke Roma untuk menyelesaikan pertikaian tentang perayaan Paskah
dengan jemaat Roma. Polikarpus diterima dengan hormat oleh Anicetus, uskup Roma. Ia
memperoleh persetujuan dari Anicetus bahwa jemaat-jemaat di Asia kecil boleh
meneruskan kebiasaan mereka dalam merayakan Paskah pada 14 bulan Nissan. Tidak
lama sesudah kembali dari Roma Polikarpus ditangkap dan digiring ke Roma. Ia diminta
oleh kaisar supaya menyangkal Kristus serta mengutuk Kristus, namun ia tidak mau.
Sampai tiga kali kaisar bertanya kepadanya apakah ia mau mengutuk Kristus agar sang
uskup dilepaskan dari hukuman mati namun ia secara tegas dan teguh iman kepada
Kristus menjawab perkataan sebagai berikut “ aku telah melayani Kristus 86 tahun
lamanya, namun belum pernah sekalipun ia berbuat jahat kepadaku, bagaimana aku dapat

4 TH. Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 1-2
mengutuk Kristusku? Juruselamatku?”. Kemudian Polikarpus dibakar dan disiksa, sisa
tubuhnya dibawa dan dikuburkan di Smirna.5
2.             Irenaeus
Irenaeus adalah salah seorang Bapak Gereja Timur yang terpenting pada abad ke 2. Masa
mudanya ia habiskan di Asia kecil, ia biasa mendengar khotbah-khotbah dari Polikarpus
dan diperkirakan ia lahir sekitar tahun 115 sampai tahun 125. Setelah dewasa ia menjadi
Presditer di Lyons. Irenaeus adalah seorang pembela kesatuan Gereja. Ajaran dan aliran
sesat dilawannya dengan keras. Tulisannya yang sangat terkenal adalah /adversus
haeresias (melawan aliran-aliran sesat).6

II.3. Hambatan Gereja Bertumbuh dan Berkembang pada masa ini.


Pada masa ini, alat musik tidak ada sebab dianggap tidak pantas dipakai dalam
kebaktian, yang ada ialah seorang chantol, yaitu seorang biduan pemimpin. Dia dan jemaat
menyanyikan mazmur bersahut-sahutan. Setelah itu, uskup berkhotbah ia tidak berdiri tetapi
duduk diatas kursi yang cukup tinggi.7 Namun pada masa ini Gereja mulai
memperkembangkan bentuk organisasi, liturgi dan teologia meskipun banyak hambatan dan
ancaman yang dihadapi oleh Gereja. Bentuk organisasi atau tata Gereja dikembangkan
Gereja berdasarkan organisasi yang terdapat di rumah-rumah ibadah ataupun di masyarakat.
Namun seiring dengan bertumbuhnya tata Gereja di tempat-tempat tertentu rakyat mulai
menyiksa dan menganiaya kaum Kristen. Banyak orang Kristen mati Syahid karena
ancaman-ancaman dari sistem pemerintahan kaisar Romawi. Akan tetapi, akibatnya adalah
Gereja tidak hilang, melainkan bertambah anggotanya, sebab keberanian iman yang
diperlihatkan para Syahid sangat mengesankan.8
II.4. Sekilas Sejarah Pekabaran Injil di Tanah Karo
Sejarah Masuknya Injil ke masyarakat Karo ( cikal bakal GBKP ) dimulai dari
cerita perselisihan antara masyarakat karo dengan para pemilik perkebunan tembakau
Deli. Orang-orang karo dianggap sebagai gangguan yang dialami oleh para pemilik
perkebunan yang dikenal denal istilah musuh berngi ( musuh di malam hari ). Yang
kerap membakar gudang tembakau. Selanjutnya, diutuslah H.K. Kruyt ke tanah karo

5 F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2003), 160-162
6 F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, 109

7 TH. Van Den End, Harta Dalam Bejana, 59

8 C. De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 53-56
pada tahun 1890 bersama Nicolas Pontoh tiba di Belawan dan melanjutkan perjalanan
ke Medan. Setelah meninjau lokasi di beberapa desa sepanjang kaki Bukit Barisan,
maka H.C. Kruyt menetapkan desa Buluh awar menjadi pos penginjilannya. Alasan
H.C. Kruyt memilih Buluh Awar karena berada pada jalur lintas yang disebut Perlanja
sira. Pada tanggal 1 juli 1890, H.C. Kruyt menetap tinggal di Buluh Awar atas bantuan
pengulu Buluhawar. Disinilah mereka belajar bahasa karo dan budaya karo. Bulan Juli
1892, Pdt H.C.Kruyt secara mendadak meninggalkan pelayanan di Buluh awar untuk
belajar ilmu kedokteran di Swiss. Oleh karena itu pekerjaan pengabaran injil di Buluh
awar dilanjutkan Pdt. J.K. Wijngaarden yang dipindahkan dari Sawu ke Deli. Dia tiba
di Belawan pada tanggal 3 Desember 1892. Selanjunya, dia menetap bersama istrinya.
Pelayanan yang dilakukan oleh Wijngaarden, seputar merawat orang sakit, menginjili,
memberikan pelajaran, dan mengunjungi kampung-kampung sekitarnya.9 Pada
Tanggal 21 September 1894 beliau meninggal dunia. Pekabaran injil selanjutnya
dikerjakan oleh Pendeta M. Joustra yang menterjemahkan 104 cerita ke dalam bahasa
karo.10
Pekerjaan zendling juga sampai menyentuh terhadap kesejahtraan sosial dengan
mengajak rakyat bersawah dengan sistem modern, menanam pohon kelapa, pisang dan
karet pada dataran rendah. Memperkenalkan bibit sayur dan buah serta bunga yang baru
dengan mengatur sistem pasar ( pekan ) di banyak desa mulai hari senin sampai sabtu
dan sarana jalan raya sampai ke kabanjahe. Meskipun ada anggapan kedatangan injil
atas prakarsa perkebunan Belanda sehingga menimbulkan respon negatif, namun sikap
para penginjil berusaha meyakinkan baik dalam kata maupun perbuatan. Meskipun
anggota masih sekitar 4.800 jiwa sampai pada tahun 1937 namun kehadiran zendling
telah dirasakan oleh masyarakat karo. Hal ini diunggapkan oleh Sibayak ( Raja
Sarinembah mewakili 5 Raja Kara pada perayaan 50 tahun injil di Tanah Karo. Selama
50 tahun telah banyak pengaruh dan manfaatnya, karena itu kami mengharapkan
pekerjaan ini dilanjutkan.11

II.5. Situasi GBKP Tahun 1941-1990 : Pekabaran Injil


Pada periode ini, ada dua hal yang kemudian berpengaruh penting dalam
mempertahankan Gereja Kristen di tengah orang Karo. Pada tanggal 23 Juli 1941,

9 P. Sinuraya, Diakonia GBKP Jilid 6, ( Medan : Merga Silima, 1997 ), 42-43


10 Sempa Sitepu, Kehadiran Injil Kerajaan Allah Memperbaharui Adat / Budaya dan Kehidupan Suku
Karo , ( Medan : FFMK SU, 2015 ), 112
11 Panitia Jubelium 100 Tahun GBKP, Selamat Jubelium 100 Tahun GBKP, ( Medan; t.p, 1990 ), 2-4
dalam rapat gereja antara misionaris Belanda dan Guru evanglis karo di Sibolangit.
Disinilah J. Van Muylwijk diangkat sebagai Ketua, dan guru agama L. Tambun
sebagai sekretaris. Lalu, menghasilkan keputusan yang menyatakan berdirinya
sinode GBKP ( Gereja Batak Karo Protestan ) dengan pengurus yang sama serta tata
liturgi diresmikan.12 Sidang sinode I tanggal 21-23 Juli 1941 di Sibolangit,
membawa perubahan besar dalam sejarah pertumbuhan dan pengembangan Gereja
Karo, Terbentuklah satu sinode, dengan menerima tata Gereja dan tata kebaktian
bagi gereja karo. Pada tahun itu ditahbiskan dua orang pendeta dari suku karo,
Palem Sitepu dan Th. Sibero dan setelah kemandirian Gereja secara penuh maka
mengambil alih kepemimpinan Gereja Karo. GBKP lahir dan berkembang pada
masa krisis dan sulit pada saat pendudukan Jepang dan Perjuangan kemerdekaan.13
Pada saat pendudukan Belanda tahun 1947-1949, Gereja Karo berkembang di
daerah perkotaan, di pusat-pusat perniagaan ( pekan-pekan ). Dalam kurun waktu ini
banyak orang karo yang meninggalkan desa-desa di dataran tinggi karo,
mengadakan transmigrasi lokal ke daratan lebih rendah untuk menduduki dan
menggarap tanah perkebunan. Di lokasi yang baru ini mereka membentuk
persekutuan desa yang diikat oleh kekerabatan Karo Merga Silima. Perpindahan
mereka ke kota besar, menjadi pegwai negeri, anggota TNI, pedagang, mencari
pendidikan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan atau pembangunan Gereja
Karo. Pola hidup agama suku tidak sanggup memberikan orientasi untuk melakukan
hidup dalam masyarakat modern.14
Pada Tahun 1975 sidang sinode GBKP, menekankan tiga prioritas yaitu,
pembinaan jemaat, pelayanan pembangunan masyarakat dan pemahaman injil.
Untuk mendorong pertumbuhan Gereja, sejak awal tahun 1978 dalam Departemen
Teologia dan Kesaksian Moderamen GBKP ditekankan motivasi dan saksi Kristus
melalui pembinaan dan kursus serta pokok konfesi GBKP yang lebih mengarah
kepada kesaksian hidup orang percaya, Akhirnya Pada Tanggal 18 April 1990,
GBKP sampai kepada perayaan jubelium 100 Tahun GBKP, dengan Tema “ Ini
Aku, Utuslah Aku “ dan Sub Tema “ Membangun masa depan kasih Kepada Allah,
sesama, dan seluruh ciptaan. Hal ini menegaskan arah GBKP yang nyata bahwa

12 Paul Bodholdt, Daah Batak dan Jiwa Protestan, ( Jakarta : BPK-GM, 1975 ), 133.
13 Th. Van Den End, Ragi Cerita 2 : Sejarah Gereja di Indonesia 1860-Sekarang, ( Jakarta : BPK-GM, 1970
), 19.
14 P. Sinuraya, Bunga Rampai Sejarah GBKP Jilid II ( 1941-2005 ), ( Medan : TBK Merga Silima, 2004 ), 32-
33.
gereja akan lebih banyak menghadapi tantangan dalam bentuk perubahan nilai
sebagai dampak dari pembangunan dan mobilitas masyarakat.15

II.6. Dampak Penyebaran Virus Covid 19 di Tengah tengah


Masyarakat dan Gereja. Dan Bagaimana Peran GBKP dalam
melaksanakan Kegiatan Pekabaran Injil.

GBKP merupakan persekutuan warga gereja. Berdasarkan prinsip imamat am


semua orang percaya, warga GBKP adalah pelaku utama yang melaksanakan misi
GBKP.16 Wawasan eklesiologi menurut GBKP gereja adalah persekutuan orang
yang kudus yang telah dipanggil menjadi milik Yesus Kristus. Hakekat gereja adalah
kudus, esa dan am ( Ef. 1 : 23; Kol 1 : 18 ). Gereja adalah persekutuan manusia baru
yang terus menerus diperbaharui oleh Roh Kudus, agar mampu dan bertahan
menjadi garam dan terang di konteks dimana ia berada. Oleh karena itu Gereja
haruslah menyaksikan pola hidup Yesus Kristus, agar kerajaan Allah terwujud di
dunia ini. Inilah arti gereja sebagai tubuh Kristus dan Kristus sebagai kepalaNya.17
Dalam tata gereja GBKP Bab XVII Pasal 75 mengatakan bahwa pelayanan
adalah bagian dari misi GBKP yang diwujudkan oleh GBKP untuk berperan serta
menghadirkan damai sejahtera Allah. GBKP melaksanakannya melalui panggilan
pertobatan dan usaha perwujudan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. Dan
juga pelayanan dilaksanakan oleh seluruh warga baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama dalam konteks masyarakat, bangsa dan negara di mana GBKP
ditempatkan dan dalam kerja sama dengan semua pihak dan semua golongan.
Adapun Bab XVII pasal 76 mengenai Kegiatan Pelayanan mencakup :
1. Meringankan beban kehidupan sesama dalam bentuk pelayanan karitatif
melalui pelayanan terhadap orang yang menghadapi penderitaan ( Sakit,
kemalangan, bencana alam, dan sebagainya. )
2. Mengembangkan Pelayanan transformatif untuk meningkatkan kualitas
kehidupan jemaat dan masyarakat melalui pelayanan di bidang sosial,
budaya, ekonomi, politik, hukum, dan kesehatan. )

15 Panitia Jubelium 100 Tahun GBKP, ( Medan:, t.p., 1990 ), 11-12.


16 Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2015-2025, ( Kabanjahe : Moderamen GBKP, 2015 ), 15.
17 Moderamen GBKP, Keputusan-keputusan Konpen Sejak Tahun 1968-2014, 208
3. Membangun sarana-sarana pusat pelayanan di beberapa tempat yang
potensial dan mengadakan pelayanan.
4. Memanfaatkan seni, budaya dan adat Karo untuk menunjang kegiatan-
kegiatan Gereja.18
Meskipun sekarang ini sudah masa transisi menuju perubahan new normal,
akan tetapi masih banyak orang yang khawatir untuk melakukan aktivitas diluar
rumah. SE Nomor 15 juga mengatur adanya permohonan surat keterangan (SK)
rumah ibadah aman dari Covid-19 yang diajukan kepada ketua Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19 di daerah, mengutarakan bahwa sebenarnya gereja
tetap boleh melakukan ibadah secara langsung, hanya saja dengan memperhatikan
protokol-protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah pada Surat Edaran
Menteri Agama Nomor 15 Tahun 2020 tentang Panduan Penyelenggaraan Kegiatan
Keagamaan di Rumah Ibadah dalam Mewujudkan Masyarakat Produktif dan Aman
dari Covid-19 di masa pandemi.
Sehingga melalui tempat-tempat ibadah, terkhusunya Gereja dapat menjadi
contoh bagi masyarakat untuk mentaati protokol-protokol kesehatan.19 Seluruh
kegiatan gereja akan sangat lebih aman jika dapat dilaksanakan tanpa tatap muka,
melainkan menggunkan sosial media (online). Hanya saja berbeda dengan kegiatan
pastoral oleh gembala-gembala gereja. Dimana dahulu pedampingan pastoral dan
pekerjaan pelayanan pekabaran injil dilakukan secara langsung atau tatap muka.
Semestinya gereja memandang hal ini sebagai sarana yang berharga untuk
kepentingan pelayanan. Maka,gereja tidak boleh antipati dengan penggunaan
internet maupun barang elektronik lainnya. Sehingga pelayanan pekabaran injil tetap
dapat dilaksanakan dengan efektif meskipun dalam keadaaan pandemi covid-19. Hal
terpenting didalam pelayanan ini adalah tidak meninggalkan eksistensinya, dimana
gereja menjadi sarana menjangkau jiwa dan fungsi sebagai penyembuh; penopang;
pembimbing; dan memperbaiki hubungan.
Berikut 2 hal yang dapatdilakukan untuk melaksanakan kegiatan pastoral serta
pekabaran injil yang bisa digunakan Gereja GBKP secara efektif pada masa
pandemi:
1) Menggunakan Sosial

18 Moderamen GBKP, Garis-Garis Besar Pelayanan GBKP Tahun 2016-2020, 91.


19 “Kemenag: Ibadah di Gereja Harus Aman dan Sesuai Protokol Kesehatan,”
https://nasional.kompas.com/read/2020/06/19/12493281/kemenag-ibadah-di-gereja-harus-aman-dan-
sesuai-protokol-kesehatan?page=all diakses pada tanggal 21 November 2020 pukul 12.00 WIB
Media Sosial media adalah sarana yang paling tepat dengan keadaan pandemi
covid-19 sepertisekarang ini. Karena melalui sosial media komunikasi tetap
dapat dilakukan denganmemperhatikan physical distancing. Meskipun
penggunaan sosial media ini memilikikekurangannya, yaitu tidak dapat melihat
gerak-gerik dari clienttersebut. Hanya saja, secarafungsi pastoral, media sosial
telah menjadi sarana yang tepat untuk tetap melakukan kegiatanpastoral pribadi
lepas pribadi.
2) Gereja Melakukan Pelayanan Masyarakat
Mengingat kembali, bahwa tidak hanya jemaat dengan jemaat lain saja yang
perlu dijangkau, namun gereja juga harus memberikan peayanan pastoral dan
kegiatan Pekabaran Injil diluar gereja, yaitu dengan cara pelayanan masyarakat.
Tetap dengan memperhatikan protokol kesehatan, maka kegiatan pastoral dan
pekabaran injil tetap melalui pelayanan masyarakat tetap dapat dilakukan. Sebab,
ketika gereja pergi keluar dan melayanai yang bukan seiman, disitu gereja juga
dapat berdampak di dalam lingkung sosialnya. Sehingga secara tidak langsung
sebenarnya kegiatan pastoral juga sedang berlangsung. Beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan adalah memberikan sosialisasi dibeberapa sekolahan, bersih-
bersih lingkungan, pembagian sembako bagikeluarga yang membutuhkan, dll.
Hal terpenting dari kedua poin diatas adalah eksistensi gereja yang menjangkau
dan fungsi pastoral yang tetap berlangsung. Maka, distitu gereja secara pastoral
berperan dengan efektif di masa pandemi covid-19 seperti saat ini.20

III. Kesimpulan
Gereja adalah persekutuan manusia baru yang terus menerus diperbaharui oleh
Roh Kudus, agar mampu dan bertahan menjadi garam dan terang di konteks dimana ia
berada. Oleh karena itu Gereja haruslah menyaksikan pola hidup Yesus Kristus, agar
kerajaan Allah terwujud di dunia ini. Inilah arti gereja sebagai tubuh Kristus dan
Kristus sebagai kepalaNya. Semestinya Gereja GBKP memandang hal ini sebagai
sarana yang berharga untuk kepentingan pelayanan. Maka,Gereja GBKP tidak boleh
antipati dengan penggunaan internet maupun barang elektronik lainnya. Sehingga
pelayanan pekabaran injil tetap dapat dilaksanakan dengan efektif meskipun dalam
keadaaan pandemi covid-19. GBKP harus bisa menjadi Gereja yang dapat mengatasi

20 Hendri Wijayatsih, “Pendampingan Dan Konseling Pastoral,” Gema Teologi Vol35no1/2 (2011): 3–
10.
pergumulan masyarakat saat ini dan tetap melaksanakan Kegiatan Pekabaran Injil di
Tengah tengah konteks pergumulan saat ini. Agar terlihatlah bahwa Gereja GBKP telah
Membangun masa depan kasih Kepada Allah, sesama, dan seluruh ciptaan. Hal ini
menegaskan arah GBKP yang nyata bahwa gereja akan lebih banyak menghadapi
tantangan dalam bentuk perubahan nilai sebagai dampak dari pembangunan dan
mobilitas masyarakat.

IV. Daftar Pustaka.

“Kemenag: Ibadah di Gereja Harus Aman dan Sesuai Protokol Kesehatan,”


https://nasional.kompas.com/read/2020/06/19/12493281/kemenag-ibadah-di-
gereja-harus-aman-dan-sesuai-protokol-kesehatan?page=all diakses pada
tanggal 21 November 2020 pukul 12.00 WIB
Berkhof H., Sejarah Gereja, H. Berkhof, Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia,
2012

Bodholdt Paul, Daah Batak dan Jiwa Protestan, ( Jakarta : BPK-GM, 1975 ), 133.
End TH. Van Den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008

End Th. Van Den, Ragi Cerita 2 : Sejarah Gereja di Indonesia 1860-Sekarang,
Jakarta : BPK-GM, 1970 .
Jonge C. De, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012
Moderamen GBKP, Garis-Garis Besar Pelayanan GBKP Tahun 2016-2020, 91.
Moderamen GBKP, Keputusan-keputusan Konpen Sejak Tahun 1968-2014, 208
Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2015-2025, Kabanjahe : Moderamen
GBKP, 2015
Panitia Jubelium 100 Tahun GBKP, Selamat Jubelium 100 Tahun GBKP, Medan;
t.p, 1990
S Jonar, Sejarah Gereja Umum, Yogyakarta: ANDI, 2014

Sinuraya P., Bunga Rampai Sejarah GBKP Jilid II ( 1941-2005 ), Medan : TBK
Merga Silima, 2004
Sinuraya P., Diakonia GBKP Jilid 6, Medan : Merga Silima, 1997
Sitepu Sempa, Kehadiran Injil Kerajaan Allah Memperbaharui Adat / Budaya
dan Kehidupan Suku Karo , Medan : FFMK SU, 2015
Wellem F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003
Wijayatsih Hendri, “Pendampingan Dan Konseling Pastoral,” Gema Teologi
Vol35no1/2 2011

Anda mungkin juga menyukai