Anda di halaman 1dari 11

Pertemuan Kedua, 17 Februari 2021

Layanan Anak Berkebutuhan Khusus


(ABK)
Capaian Mahasiswa mengenali proses dan dinamika pendidikan
Pembelajaran bagi ABK dai sisi filosofi dan perubahan paradigmanya,
gerakan bagi pendidikan ABK sepanjang sejarah serta
perkembangannya di Indonesia

Indikator Mahasiswa dapat menjelaskan dasar bagi


perubahan paradigma pendidikan bagi ABK
berdasakan sejarah lembaga atau organisasi terkait
ABK di luar dan di dalam negara Indonesia.

Materi/Kegiatan Pandangan masyarakat lama tentang ABK, gerakan bagi


  penyediaan pendidikan ABK, SLB dan sekolah inklusi

Karakteristik, deteksi dan intervensi, pengembangan diri bagi


individu buta dan tuli serta contoh kasusnya.
Perkembangan ABK
Handicapped, Exceptional children, Children with
Special Need (Children at Risk – included)
Istilah yang digunakan makin meluas dan makin
diperhalus. Semula anak-anak ini tidak
mengakses pendidikan, dididik secara khusus di
SLB hingga saat ini diberi kesempatan di sekolah
inklusi. Awalnya mereka dididik, diberdayakan
hingga saat ini diadvokasi untuk mendapatkan
hak dan akses publik.
Diperkirakan antara 3-7 % atau sekitar 5,5-10,5 juta
anak usia di bawah 18 tahun masuk kategori ABK
anak berkebutuhan khusus.

Secara global, diperkirakan ada 370 juta


penyandang cacat atau sekitar 7 % populasi dunia,
kurang lebih 80 juta di antaranya membutuhkan
rehabilitasi.

Dari jumlah tersebut, hanya 10 persen memunyai


akses pelayanan.
SLB
1.      SLB A untuk anak tunanetra
2.      SLB B untuk anak tunarungu
3.      SLB C untuk anak tunagrahita
4.      SLB D untuk anak tunadaksa
5.      SLB E untuk anak tunalaras
6.      SLB F untuk anak tunaganda
Sejarah Pendidikan
Jean March – Gaspard Itard (1775 – 1838) memberikan
pelajaran kepada Vektor, seorang anak liar yang tidak bisa
membaca, berbicara, dan tidak dapat menulis. 

Edouard Segun (1812 – 1880, pendiri American Association


on Mental Retardation). Segun berhasil mengembangkan
program pembelajaran yang menggunakan aktifitas sensoris
dan motoris untuk belajar.

Louis Braile, Francis Galton, Alfred Binet, Maria Montessori  


Perkembangan ABK
Handicapped, Exceptional children, Children with
Special Need (Children at Risk – included)
Istilah yang digunakan makin meluas dan makin
diperhalus. Semula anak-anak ini tidak
mengakses pendidikan, dididik secara khusus di
SLB hingga saat ini diberi kesempatan di sekolah
inklusi. Awalnya mereka dididik, diberdayakan
hingga saat ini diadvokasi untuk mendapatkan
hak dan akses publik.
Buta – Visual Impairmen - low vision
Visible. Prevalensi. Simtom.

Legally blind people have no sight at all,


Most legally blind people use Braille ,
Blind people have an extra sense,
have superior musical ability,
Guide dogs take blind people where they want

Snellen Chart.
Prevalensi
Saat ini diperkirakan 180 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan
penglihatan, dari angka tersebut terdapat antara 40-45 juta menderita kebutaan dan
1 di antaranya terdapat di South East Asia. Oleh karena populasi yang terus
bertambah dan oleh faktor usia, jumlah ini diperkirakan akan bertambah 2 kali lipat
di tahun 2020. Berdasarkan Global Data On Visual Impairment, WHO (2012)
penyebab terbanyak kebutaan di dunia adalah Katarak (51%), Glaukoma (8 %), AMD
(5%).

Prevalensi kebutaan di Indonesia adalah 3 juta orang (1.5% dari populasi). Setiap
menit 1 orang menjadi buta di Indonesia. Tertinggi di Asia Tenggara (Bangladesh 1%,
India 0,7%, Thailand 0,6%). Insiden kebutaan di setiap tahun yakni 0,1% (210.000
orang).

https://rsupsoeradji.id/penyakit-mata-penyebab-utama-kebutaan-di-indonesia/#:~:text=Prevalensi%20kebutaan%20di%20Indonesia
%20adalah,1%25%20(210.000%20orang).
Hambatan-hambatan
hambatan emosi karena tidak dapat belajar
respon emosional atau ekspresi emosi
Masalah kepribadian; curiga, tersinggung..
Hambatan dalam keterampilan sosial

Anda mungkin juga menyukai