PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
kelainan tersebut dapat berupa fisik, mental, intelektual, sosial dan emosional.
ddk., 2018)
2
2019). Anak bekebutuhan khusus ini terdiri dari berbagai macam kelainan,
lahir dengan kelainan kromosom. Pada tahun (2010) 0,12 persen penduduk
2013. Sekitar 924 anak tinggal di Surabaya pada tahun 2019. Untuk statistik
ini, jumlah anak down syndrome usia 0-18 tahun dibagi dengan jumlah anak
tuna daksa dan tuna wicara yaitu sebesar 0,12% dan pada tahun 2013
tahun 2013 terdapat 58 kasus dari 1000 kelahiran, Dengan frekuensi untuk
dkk., 2018). Down Syndome merupakan suatu kelainan genetik yang terjadi di
kelainan menjadi 47 kromosom, tetapi hingga saat ini belum diketahui secara
yaitu karena faktor asupan obat atau kesalahan asupan saat kehamilan,
terpapar radiasi, kelainan kromosom saat pembuahan terjadi, dan karena umur
berkancing dan mengikat sepatu bertali sendiri. Selain itu anak down
kognitif dan bahasa, seperti memahami manfaat suatu benda oleh sebab itu
anak down syndrome cenderung tidak banyak bicara dan kekurangan kosa
2018).
sindrom down. Anak down syndrome memiliki ciri motorik halus yang khas
dan ciri lain berdasarkan derajat hambatan yang dimilikinya yaitu Jari-jari
tangan kasar, kaku, otot-otot lemah, kondisi emosi sulit ditebak dan kurang
berbagai aktivitas jari-jemari (Muliar dkk, 2016). Menurut Yunia dkk (2017)
aktivitas tangan
membutuhkan bantuan para guru untuk mengikat tali sepatu jika terlepas.
5
diperlukan beberapa terapi, salah satunya terapi seni visual kolase (Irmayani
dkk, 2020)
visual yang memiliki fungsi yang hampir sama dengan menggambar dan
melukis. Membuat kolase memiliki manfaat yang positif bagi anak antara lain
menghias kertas putih atau berwarna (Muharrar & Verayanti 2013 dlm
Mahardika, 2017).
Bahan kolase menjadi tiga macam, yaitu bahan-bahan alam (daun, ranting,
sintesis, logam, karet), dan bahan-bahan bekas (majalah bekas, tutup botol,
bungkus permen atau coklat dan lain-lain) (Khasanah & Ichsan, 2019).
SLB Harapan Mulia adalah Sekolah Luar Biasa yang terletak di daerah
Jambi dengan jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA Jumlah siswa SLB
syndrome mampu melakukan terapi seni visual kolase dengan cara menglihat
dari Potongan Kertas, Lem, Pola gambar, Dan biji – bijian yang disusun
2 Permasalahan Penelitian
3 Tujuan Penelitian
down.
4 Manfaat Penelitian
a) Bagi Masyarakat
c) Bidang penelitian
menghasilkan lebih dari dua salinan kromosom 21 yang mana pada down
yang berdampak pada pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali
dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Langdon Down. Ciri-ciri tubuh
yang berbeda seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil,
mongolisme. Pada tahun 1970-an para ahli dari Amerika dan Eropa
mengubah nama dari kelainan ini dengan merujuk nama penemu pertama
kali Sindrom ini dengan istilah “down syndrome” dan hingga kini kelainan
sekelompok anak dengan penampakan umum yang berbeda dari anak lain
kelahiran hidup, meskipun dalam tahun terakhir angka ini telah meningkat.
tergantung pada beberapa variabel sosial budaya (Sherman dkk, 2007 dlm
Irwanto 2019)
Irwanto, 2019)
SD. Semakin meningkat usia ibu saat kehamilan, semakin besar risiko
Pada saat usia ibu 20-24 tahun, risiko kejadian SD yaitu 1:1490,
usia 40 tahun sekitar 1:106, dan pada usia 49 tahun sekitar 1:11 kelahiran.
Walaupun demikian, sekitar 80% anak dengan SD lahir dari ibu yang
1) Trisomi 21 klasik adalah bentuk kelainan yang paling sering terjadi pada
kromosom 21. Angka kejadian trisomi 21 klasik ini sekitar 94% dari
melepaskan diri pada saat pembelahan sel dan menempel pada kromosom
14, 15, dan 22. Ini terjadi sekitar 3-4% dari seluruh penderita Sindrom
diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Gejala yang ditimbulkan dari
translokasi ini hampir sama dengan gejala yang ditimbulkan oleh trisomi
21.
3) Mosaik adalah bentuk kelainan yang paling jarang terjadi, di mana hanya
Bayi yang lahir dengan Sindrom Down mosaik akan memiliki gambaran
klinis dan masalah kesehatan yang lebih ringan dibandingkan bayi yang
Namun, diketahui bahwa kegagalan dalam pembelahan sel inti yang terjadi
pada saat pembuahan dapat menjadi salah satu penyebab yang sering
dikemukakan dan penyebab ini tidak berkaitan dengan apa yang dilakukan
resiprokal yaitu timbal balik dengan kromosom lain (Asim dkk, 2015)
bergabung ke salah satu nukleus anak yang terbentuk pada pembelahan sel,
menghilang. Ini dapat terjadi pada saat meiosis ataupun mitosis (Asim dkk,
2015)
bentuk salah satu di antara 4 pola, yaitu trisomi, translokasi, mosaik, dan
duplikasi.
paling umum, meliputi 95% dari semua kasus, yang disebabkan oleh
pada seluruh sel tubuh. Tipe ini sebenarnya tidak diwariskan walaupun
menjadi 1 banding 100 pada populasi umum (Leshin dkk, 2002 dlm
Irwanto, 2019)
pada kromosom lain, biasanya kromosom 14 (45, XX, t(14;21q), atau pada
kromosom 21 sendiri dan disebut iso kromosom (45, XX, t(21q,21q). Pada
tipe ini salah satu dari orang tua akan membawa materi kromosom dengan
di mana hanya terjadi sekitar 1-2% saja. Pada bentuk ini, terdapat sel yang
mengandung kromosom ekstra dan ada yang tidak. Semakin sedikit sel
Duplikasi bagian dari kromosom 21 (46, XX, dup 21q) merupakan bentuk
Pada Sindrom Down, trisomi 21 dapat terjadi tidak hanya pada saat
meiosis pada waktu pembentukan gamet, tetapi juga saat mitosis awal
pada saat profase meiosis I, tidak berubah pada tahap tersebut sampai
1) Infeksi virus
Rubela merupakan salah satu jenis infeksi virus tersering pada prenatal
2) Radiasi
Down. Sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan Sindrom Down
Peningkatan usia ibu berpengaruh terhadap kualitas sel telur. Sel telur akan
menjadi kurang baik dan pada saat terjadi pembuahan oleh spermatozoa,
sel telur akan mengalami kesalahan dalam pembelahan. Sel telur wanita
telah dibentuk pada saat masih dalam kandungan yang akan dimatangkan
satu per-satu setiap bulan pada saat wanita tersebut mengalami menstruasi.
Pada saat wanita memasuki usia tua, kondisi sel telur tersebut terkadang
menjadi kurang baik, sehingga pada saat dibuahi oleh spermatozoa, sel
itu sendiri di dalam epididimis yang akan berefek pada gangguan motilitas
sel sperma itu sendiri juga dapat berperan dalam efek ekstra kromosom 21
4) Usia ibu
Wanita dengan usia lebih dari 35 tahun lebih berisiko melahirkan bayi
dengan Sindrom Down dibandingkan dengan ibu usia muda (kurang dari
sebesar 1 dalam 400 kelahiran. Sedangkan ibu dengan umur kurang dari 30
Irwanto, 2019)
2017)
anak akan menghilang. Ini dapat terjadi pada saat meiosis ataupun mitosis
usia 2 tahun).
(epicanthal folds).
5) Saluran telinga bisa lebih kecil sehingga mudah buntu dan dapat
11) Gigi geligi kecil (microdontia), muncul lebih lambat dalam urutan
13) Bentuk mata yang khas dengan adanya lipatan kecil yang menutupi
sudut bagian dalam mata inilah yang membuat John Langdon Down
dinilai tidak pantas dan diganti dengan Sindrom Down pada tahun
1961.
meneliti 90 anak usia 0-36 bulan dengan Sindrom Down dan mendapati
bahwa rata-rata berat dan panjang badan saat lahir lebih rendah antara 0,5-
1,0 SD daripada kelompok kontrol. Pada usia 3 tahun, 30% anak dengan
Sindrom Down memiliki panjang badan kurang dari persentil ketiga, 60%
19
berada antara persentil ketiga dan kesepuluh, serta sisanya sebanyak 10%
pertumbuhan lebih lambat terjadi pada waktu dan besaran yang bervariasi,
sehingga bila di-plot pada kurva NCHS, maka anak dengan Sindrom
Down tidak akan berada pada persentil yang sama. Pertambahan berat
maksimal adalah 8,5 cm per tahun untuk laki-laki dan 7,3 cm per tahun
adalah 12,3 tahun untuk laki-laki dan 10,8 tahun untuk perempuan, lebih
rendah bila dibandingkan anak sehat (Huang dkk, 2007 dlm Irwanto, 2019)
hingga 3 tahun dan saat masa pubertas. Anak dengan sindrom down
mencapai tinggi maksimal di usia yang relatif muda, yaitu 16 tahun untuk
laki-laki dan 15 tahun untuk perempuan (Myrelid dkk, 2002 dlm Irwanto,
2019).
yang berbeda dengan individu normal. Untuk struktur oral, sistem tulang
20
mulut yang lebih kecil, dan posisi lidah yang lebih belakang. Perbedaan-
perbedaan ini dalam hal ukuran dan struktur lidah memengaruhi produksi
pergerakan lidah dan bibir akan terlibat dalam semua aspek pada produksi
bicara. Apabila terdapat salah satu dari faktor tersebut, maka akan
ciri yang berbeda termasuk perbedaan anatomi pada sistem saraf pusat dan
perifer, ukuran dan berat yang lebih rendah, sulkus yang lebih kecil dan
hormon tiroid, penyakit celiac, obstuksi saluran napas atas, dan defisiensi
zat gizi akibat kesulitan makan. Pubertas muncul lebih awal dan terjadi
pendek sebesar 46,5% dan sangat pendek sebesar 24,4% anak, sedangkan
untuk anak usia 6-12 tahun adalah 96-128 cm untuk anak perempuan dan
96-125 cm untuk anak laki-laki (Batubara dkk, 2005 dlm Irwanto, 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Kimura dkk (2003), pada anak SD Jepang
pertumbuhan terjadi pada 1 tahun lebih awal (Kimura dkk, 2003 dlm
Irwanto, 2019).
Down adalah faktor internal atau herediter, antara lain jenis kelamin, ras,
proliferasi sel kartigo dan sistem skeletal. Selain itu, hormon tiroid
22
bahwa faktor nutrisi dapat berperan dalam menambah tinggi badan anak
SD. Penambahan Harrell’s formula yang terdiri atas HAP Caps, flaxseed
seperti berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala dicantumkan pada
pertumbuhan Sindrom Down yang berasal dari Amerika (Cronk dkk, 1988
berat badan dan obesitas. Kurva pertumbuhan adalah sarana yang berguna
Sindrom Down berbeda dengan populasi umum, oleh karena itu penting
Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan dasar awal untuk mengukur berat
badan, panjang badan atau tinggi badan, lingkar kepala, dan menentukan
otot halus pada tangan. Gerakan ini memerlukan kecepatan, ketepatan dan
2015)
tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, karena itu tidak begitu
lengan, siku, sampai bahu dan lain-lain. Melalui latihan-latihan yang tepat,
gerakan kasar dan halus ini dapat ditingkatkan dalam hal kecepatan dan
walaupun sebenarnya sejak usia dini anak juga sudah belajar motorik halus
lengan, dan siku. Kegiatan yang dapat melatih keterampilan motorik halus
mengikat tali sepatu, dan Finger Painting atau melukis menggunakan jari.
motorik halus tersebut secara terencana dengan melihat syarat lain yang
1) Readness yaitu kesiapan anak untuk belajar, baik secara fisik maupun
psikis. Secara fisik berarti anak sehat tidak sakit-sakitan dan mampu
berdiri dan berjalan menuju tempat belajar. Adapun secara psikis yaitu
anak tidak menangis jika ditinggal ibunya, tidak takut, dan tidak malu
untuk belajar.
yang baik.
pada objek tergantung pada ukuran dan bentuk objek dan ukuran tangan
mereka sendiri. Bayi menggenggam objek kecil dengan ibu jari dan jari
telunjuk atau jari tengah, sedangkan objek yang besar dengan seluruh jari
tinggi, setiap balok ditempatkan dengan susunan yang bagus, tetapi sering
ketinggiannya itu masih miring. Ketika anak usia tiga tahun bermain
2019). Anak usia ini sudah bisa memakai pakain sendiri, tetapi masih
Tangan, lengan dan jari semua bergerakdi bawah perintah mata. Menara
(Ahmad dan Hikmah, 2005 dlm Nurlaili, 2019). Pada usia ini
ditulis sudah terlihat seperti huruf cetak yang sebenarnya. Dalam hal
28
Bermain balok dengan ukuran balok-balok kecil mainan lego tidak lagi
manusia tidak lagi hanya kepalanya, atau kepada dan badan saja, tapi
sudah ada mirip-mirip lengan, tangan, tungkai dan kaki. (Seefeldt dan
tali sepatu dan merapikan baju. Pada usia ini perkembangan motorik halus
tangan. Jadi, penting bagi anak kecil untuk Perkembangan motorik halus
individu yaitu:
baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor yaitu
Syamsu, 2016)
anak usia dini yaitu sebagai berikut: Mampu memegang gunting, Mampu
selembaran kertas.
1) Faktor Genetik
perkembangan motorik, missal otot kuat, syaraf baik, dan kecerdasan yang
cepat.
Kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca melahirkan akan
4) Rangsangan
motorik.
5) Perlindungan
bergerak, misalnya anak ingin naik tangga tidak boleh akibatnya akan
6) Kelainan
Individu yang mengalami kelainan, baik fisik maupun psikis, sosial dan
paling besar terjadi pada masa kanak-kanak, dan kemudian menurun pada
melukis, menari, dan kegiatan yang berkaitan dengan olah raga. Dengan
sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi (Rudiyanto & Ahmad, 2016).
cedera. Oleh karena itu, guru perlu menciptakan lingkungan yang aman
dan menantang, bahan dan alat dipergunakan dalam keadaan baik, serta
Sehingga siswa dapat memahami bagian yang keliru dan dapat segera
Belajar keterampilan fisik motorik halus dianggap telah terjadi dalam diri
tangan dan mata. Seperti Mewarnai, melukis, dan menyobek serta melipat
Muhibbin, 2012)
materi ajar dapi pendidik kepada peserta didik, sehingga peserta didik
unsur-unsur yang berbeda (bisa berupa kain, kertas, kayu, dan lain-lain) ke
dalam sebuah frame sehingga menghasilkan sebuah karya seni yang baru.
satu. Tidak hanya asal jadi, tapi objek–objek itu harus mampu bercerita
lanjut dari seni lukis. Di mana pada awal abad ke-20 para perupa sering
memang ada perbedaan yang sangat signifikan antara seni kolase dan seni
Lukis, Kolase ialah gambar yang dibuat dari potongan kertas atau material
adalah:
1) Melatih Konsentrasi
2) Mengenal Warna
Kolase terdiri dari berbagai warna seperti: merah, kuning, hijau, putih dan
3) Mengenal Bentuk
Dengan kegiatan seperti ini anak akan lebih mudah dalam mengenal
bentuk.
1) Biji-bijian
Biji-bijian ini banyak jenisnya, bentuk, ukuran, warna, dan tekstur. Biji-
2) Daun
3) Kapas
Kapas adalah serat halus yang menyelubungi beberapa jenis biji, sebelum
4) Ampas Kelapa
Ampas kelap adalah sisa dari kelapa yang sudah diampil santannya,
3) Berikan lem pada pola yang yang telah disediakan kemudian rekatkan
Sub
Variabel Indikator Skor Deskripsi Skor
Variabel
Anak mampu mengambil dan
memegang tiga/lebih bahan
Mampu
2 kolase dengan kelima jarinya.
Memegang
Dan biji-bijian dengan jari
telunjuk dan ibu jari.
Anak kurang mampu mengambil
dan memegang tiga atau lebih
Memegang Kurang
bahan kolase dengan kelima
Bahan Mampu 1
jarinya namun belum mampu
Kolase Memegang
memegang dengan jari telunjuk
dan ibu jari.
Anak belum mampu mengambil
Tidak dan memegang bahan kolase
Mampu 0 dengan jarinya dan belum dapat
Memegang memegang dengan jari telunjuk
dan ibu jari.
Kemampuan Anak mampu memberi lem pada
Motorik bahan dengan rapi,
Halus Mampu menempelkan bahan sesuai
2
Menempel dengan pola gambar dan mampu
menyelesaikan tempelan tepat
Menempel waktu.
Bahan Anak kurang mampu memberi
Kolase lem pada bahan dengan rapi,
Kurang
menempel sesuai dengan pola
Mampu 1
gambar dan hampir
Menempel
menyelesaikan tempelan tepat
waktu.
Tidak 0 Anak tidak mampu memberi lem
41
ini.
tumbuh kembang.
sosial.
pada grafik pertumbuhan) dan evaluasi infeksi saat ini, status masalah-
kasih sayang yang diterima. Belum ditambah lagi bila jarak kelahiran
antara anak yang satu dengan anak yang lain teralu dekat.
43
3) Penanggung jawab
anak.
(d) Alamat
kepada anak.
6) Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem
penyebabnya.
9) Riwayat Imunisasi
imunisasi lengkap.
(a) Nutrisi/Gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas
serta vitamin.
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia
pemberian makanan).
46
perkembangan otot-otot.
gigi.
ketidakmampuan fisik.
perkembangan.
sesering mungkin
dengan pengawasan
ketat, dengan tepat.
2. Gangguan tumbuh a.Perkembangan a.Bimbingan Antisipatif
kembang anak: Usia Anak
berhubungan Pertengahan Tindakan keperawatan:
dengan efek 1. Bina hubungan saling
ketidakmampuan Setelah dilakukan percaya
fisik tindakan keperawatan 2. Instruksikan klien
diharapkan mengenal perilaku dan
Definisi perkembangan anak: perkembangan dengan
Kondisi individu usia anak pertengahan cara yang tepat
mengalami gangguan adekuat, dengan 3. Bantu klien
kemampuan kriteria hasil: memutuskan
bertumbuh dan 1. Bermain bagaimana masalah
berkembang sesuai berkelompok (4-5) dipecahkan
dengan kelompok usia 2. Mengembangkan 4. Bantu klien beradaptasi
persahabatan (4-5) dengan adanya
Gejala dan Tanda 3. Menunjukkan perubahan peran
Mayor Objektif kreatifitas (4-5) 5. Jadwalkan kunjungan
1. Tidak mampu 4. Menunjukkan terkait dengan
melakukan kemampuan pada perkembangan situasi
keterampilan atau tingkat mampu di dan strategi yang tepat
perilaku khas sekolah (4-5) 6. Jadwalkan peninjauan
sesuai usia kembali untuk
2. Pertumbuhan fisik Keterangan: mengevaluasi
terganggu (4) : Sering keberhasilan atau
Gejala dan Tanda menunjukkan kebutuhan penguatan
Minor Objektif (5) : Secara Konsisten 7. Libatkan keluarga
1. Tidak mampu menunjukkan maupun orang orang
melakukan terdekat klien jika
perawatan diri b.Perawatan diri: memungkinkan
sesuai usia Aktivitas Sehari-hari
2. Afek datar b. Manajemen perilaku
3. Respon sosial Setelah dilakukan 1. Komunikasikan
lambat tindakan keperawatan harapan bahwa anak
4. Kontak mata diharapkan perawatan dapat tetap mengontrol
terbatas diri: aktivitas sehari- perilakunya
5. Nafsu makan hari secara mandiri, 2. Konsultasikan dengan
menurun dengan kriteria hasil: keluarga dalam rangka
6. Lesu 1. Makan (5) mendapatkan informasi
2. Memakai baju (5) mengenai kondisi
3. Ke toilet (5) kognisi dasar anak
4. Mandi (5) 3. Atur batasan bersama
5. Berpakaian (5) anak
6. Kebersihan (5) 4. Tahan diri dari
7. Kebersihan mulut mendebat atau
(5) melakukan tawar
50
langkah berperilaku
8. Sediakan umpan balik
bagi anak jika mampu
menunjukkan
kemampuan
keterampilan sosial
yang ditargetkan
d.Dukungan
Pengasuhan
1. Mengkaji tingkat
penerimaan caregiver
terkait dengan perannya
untuk menyediakan
perawatan
2. Mengakui tingkat
ketergantungan anak
terhadap caregiver,
sesuai dengan
kebutuhan
3. Membuat pernyataan
positif pada caregiver
terhadap upaya yang
telah dilakukan
4. Menyediakan dukungan
untuk pengambilan
keputusan caregiver
5. Monitor interaksi
keluarga dalam
permasalahan berkaitan
dengan anak
6. Menyediakan informasi
mengenai anak sesuai
dengan apa yang
menjadi keinginan anak
7. Mengajarkan caregiver
mengenai pemberian
terapi bagi anak sesuai
dengan keinginan anak
8. Diskusikan mengenai
keterbatasan yang
dimilki caregiver
kepada anak
9. Memberikan dukungan
kepada caregiver selama
anak menunjukkan
kemunduran
e.Peningkatan
Perkembangan: Anak
52
1. Bangun hubungan
saling percaya dengan
anak
2. Lakukan interaksi
personal dengan anak
3. Identifikasi kebutuhan
unik setiap anak dan
tingkat kemampuan
adaptasi yang
diperlukan
4. Bangun hubungan
saling percaya dengan
orang tua
5. Ajarkan orang tua
mengenai tingkat
perkembangan normal
dari anak dan perilaku
yang berhubungan
6. Demonstrasikan kepada
orangtua mengenai
kegiatan yang
mendukung tumbuh
kembang anak
7. Bantu integrasi anak
dengan kelompoknya
8. Yakinkan bahasa tubuh
sesuai dengan bahasa
verbal
9. Dukung anak untuk
berinteraksi dengan
teman-temannya
melalui keterampilan
bermain peran
10. Sediakan aktivitas
yang mendukung
interaksi diantara anak
anak
11. Dukung anak
untuk mengekspresikan
diri melalui
penghargaaan yang
positif atau umpan balik
yang baik.
12. Peluk anak dan
nyamankan anak saat
anak merasa sedih
13. Bangun suasana
yang aman bagi anak
53
dengan penyedia
layanan sosial, hambatn
bahasa, komitmen
waktu, masalah
penjadwalan,
perjalanan dan
kurangnya minat)
5. Identifikasi adanya
pemicu stress keluarga
(misalnya, depresi
orangtua, kecanduan
narkoba, alkohol,
kesadaran/ kecakapan
berbahasa, tingkat
pendidikan yang
rendah, kekerasan
dalam rumah tangga,
konflik perkawinan,
percampuran keluarga
setelah perceraian, dan
hukuman yang
berlebihan pada anak-
anak)
6. Identifikasi tugas
perkembangan atau
tujuan yang sesuai
untuk anak
7. Identifikasi mekanisme
pertahanan yang
digunakan oleh
sebagian besar
kelompok usia
8. Fasilitasi diskusi
orangtua terkait metode
disiplin yang ada,
seleksi, dan hasil yang
diperoleh
9. Ajarkan orangtua
mengenai fisiologis,
emosional, dan
karakteristik perilaku
normal anak
10. Berikan sumber
informasi online, buku,
dan literatur yang
dirancang untuk
mengajarkan orangtua
mengenai pengasuhan
56
anak
11. Berikan orangtua
bahan bacaan dan
materi lainnya yang
akan membantu dalam
melakukan peran
pengasuhan
12. Anjurkan orangtua
pentingnya diet
seimbang, makan tiga
kali sehari, dan
makanan ringan bergizi
13. Tinjau masalah
keamanan dengan
orangtua
14. Diskusikan cara
yang dapat digunakan
orangtua untuk
membantu anak dalam
mengelola kemarahan
15. Bantu orangtua
mengidentifikasi
kriteria evaluasi untuk
rawatan sehari hari dan
pengaturan sekolah
16. Identifikasi dan
mengajarkan orangtua
mengenai cara
menggunakan berbagai
strategi dalam
mengelola perilaku
anak
17. Motivasi orangtua
untuk mencoba strategi
berbeda dalam
mengasuh anak
18. Gunakan teknik
bermain peran akan
teknik pengasuhan dan
keterampilan
komunikasi
Sumber: Bulechek, Gloria, M. dkk. 2016., Moorhead, Sue, dkk. 2016
subjektif dan objektif dari klien, keluarga. Selain itu juga meninjau ulang
pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Jika hasil telah terpenuhi, berarti
tujuan untuk klien juga telah terpenuhi. Bandingkan perilaku dan respon
klien sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan (Perry & Potter,
2019)
58
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dilakukan dengan efektif dan efisien. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
dengan desain Studi Kasus untuk meningkatkan motorik halus pada anak
Subjek studi kasus yang diambil dalam penelitian ini adalah Anak
2) Tidak sedang dalam keadaan sakit infeksi seperti, batuk, flu, dll.
Fokus studi kasus ini adalah penerapan terapi seni visual (kolase)
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s.d April 2022 di Sekolah Luar
sedikit.
61
data dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garuda Putih Prodi D-III
Harapan Mulia. Setelah data anak autis usia 5-6 tahun dari Kepala
sindrom down usia 5-6 tahun di Sekolah Luar Biasa Harapan Mulia.
7) Analisis data.
dalam bentuk tabel dan dinarasikan. Penyajian data yang sudah ditafsirkan
3) Risiko
full disclosure)
3) Informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan untuk
pengembangan ilmu.
harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan
rahasia (confidentiality).