Berikut ini adalah beberapa jenis kondisi ABK yang sering ditemui di Indonesia:
1. Tunanetra
Tunanetra atau gangguan penglihatan adalah kondisi di mana anak tidak dapat melihat, baik
sebagian (low-vision) maupun total. Anak dengan gangguan penglihatan yang terdata di Sekolah
Luar Biasa (SLB) di seluruh Indonesia saja mencapai 3.500 orang.
2. Tunarungu
Tunarungu atau gangguan pendengaran adalah kondisi gangguan pada pendengaran baik
sebagian atau menyeluruh. Hal ini biasa diikuti dengan keterbatasan kemampuan berbicara.
Terdapat lebih dari 23.000 penyandang tunarungu yang mendapat pendidikan melalui SLB di
Indonesia.
3. Tunawicara
Tunawicara adalah anak dengan gangguan kemampuan bicara. Anak dengan gangguan
pendengaran biasanya akan mengalami gangguan kemampuan bicara pula. Namun, hal ini tidak
berlaku sebaliknya. Tidak semua anak dengan gangguan kemampuan bicara merupakan
tunarungu. (Baca penjelasan lebih lanjutnya di artikel yang akan datang)
4. Tunadaksa
Tunadaksa adalah difabel fisik berupa gangguan gerak akibat kelumpuhan, tidak lengkap
anggota badan, atau kelainan bentuk dan fungsi tubuh. Tunadaksa dapat terjadi sebagai dampak
dari gangguan syaraf pada otak.
5. Tunagrahita
Tunagrahita adalah gangguan mental di mana kondisi mental anak berbeda dengan
perkembangan mental anak-anak seusianya. Hal ini biasa diikuti dengan ketidakmampuan anak
dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial. Sebanyak 64.000 anak di Indonesia adalah
penyandang tunagrahita dan mendapat pendidikan melalui SLB, menandai tunagrahita sebagai
kondisi Anak Berkebutuhan Khusus yang paling banyak terjadi di Indonesia.
6. Down Syndrome
Sindroma down (down syndrome) atau kembar sedunia adalah gangguan yang terjadi saat anak
mengalami abnormalitas perkembangan kromosom. Sindroma down dapat dikenali melalui
bentuk fisik penyandangnya yang khas: mata yang miring ke atas, hidung lebar, leher tebal,
wajah datar, jari-jari yang pendek, dan otot yang cenderung lemah.
Kekhususan yang dimiliki oleh anak-anak seharusnya tidak menjadi batasan bagi mereka untuk
mengembangkan bakat dan potensi. Karena itu, memperhatikan perkembangan dan pendidikan
bagi Anak Berkebutuhan Khusus menjadi urusan yang penting, terutama bagi orang tua. Di
Indonesia, lebih dari satu juta ABK tidak mengenyam pendidikan di sekolah (Data Badan Pusat
Statistik, 2016). Hal ini semakin mengukuhkan peran penting orang tua untuk membantu ABK
mengembangkan potensi ABK tanpa dibatasi oleh kekhususan yang dimiliki anak. Salah satu
langkah pertama yang dapat dilakukan oleh orang tua ABK adalah identifikasi kekhususan dan
kebutuhan anak. Dengan memahami kondisi anak, orang tua dapat memberikan perawatan yang
tepat dan menjadi jembatan bagi ABK untuk mengoptimalkan potensi diri.
Sumber:
Heru. (2007, November 16). Tunagrahita di Indonesia Capai 6,6 Juta Orang . Diambil kembali
dari Antara News: http://www.antaranews.com/berita/83721/tunagrahita-di-indonesia-capai-66-
juta-orang
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
(2016). Profil Pembinaan dan Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
tahun 2016. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RepublikIndonesia.
(2017). Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping. Jakarta:
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
National Down Syndrome Society. (t.thn.). What Is Down Syndrome. Diambil kembali dari
National Down Syndrome Society: http://www.ndss.org/Down-Syndrome/What-Is-Down-
Syndrome/
NIMH. (2016, Oktober). Autism Spectrum Disorder. Diambil kembali dari National Institute of
Mental Health: https://www.nimh.nih.gov/health/topics/autism-spectrum-disorders-
asd/index.shtml
Olyvia, F. (2017, Agustus 29). Satu Juta Anak Berkebutuhan Khusus Tak Bisa Sekolah. Diambil
kembali dari CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170829083026-20-
237997/satu-juta-anak-berkebutuhan-khusus-tak-bisa-sekolah/
Stern, K. A. (t.thn.). Definition of Crebral Palsy. Diambil kembali dari My Child At Cerebral
Palsy: http://www.cerebralpalsy.org/about-cerebral-palsy/definition
Stumbo, E. (2013, Oktober). A closer look at the physical characteristics of Down syndrome.
Diambil kembali dari Ellen Stumbo: http://www.ellenstumbo.com/closer-look-physical-
characteristics-down-syndrome/
Susilawati, D., & Aminah, A. N. (2016, Desember 16). Indonesia Miliki 12 Persen Penyandang
Disabilitas. Diambil kembali dari Republika:
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/12/16/oi9ruf384-indonesia-miliki-12-
persen-penyandang-disabilitas
World Bank. (2017, September 20). Disability Inclusion. Diambil kembali dari World Bank:
http://www.worldbank.org/en/topic/disability
World Health Organization. (2011). World Report On Disability. Diambil kembali dari World
Health Organization: http://www.who.int/disabilities/world_report/2011/report/en/