Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL TAK STIMULASI PERILAKU KEKERASAN DAN

PEMBAGIAN PERAN

DiSusunOleh

KelompokI

KELOMPOK 3 :
1. Eva Bonita
2. Nurul Aini
3. Tedy Bayu Adi Pratama
4. Ailda Desliana
5. Ni Putu Dewi Arthaning Rahayu
6. Ainun Izzatun
7. Ditha Prayuda

SEKOLAHTINGGIILMUKESEHATAN (STIKES) MATARAM


2020
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi
aktivitas kelompok ini secarasignifikan memberi perubahan terhadap ekspresi kemarahan ke arah
yang lebih baik pada klien dengan riwayat kekerasan. Pernyataan ini dapat dibuktikan
denganadanya penurunan ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi aktivitaskelompok sebesar
60,4%. Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan stimulus yang
disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sesi, dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Terapi aktivitas kelompok ini memberikan hasil, yaitu: kelompok menunjukkan loyalitas dan
tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua anggotanya, mencapai tujuan
kelompok, menunjukkan teerjadinya komunikasi antar anggota dan bukan hanya antara ketua
dan anggota.

2. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok pasien
bersama- sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang di pimpin oleh atau di arahkan oleh
therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (H & Titin, 2014). Terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi merupakansuatu terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulus dan terkait denganpengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
Dalam halini klien dilatih untuk mempersepsikan stimulus dari luar secara nyata, terapi ini dapat
digunakan pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan (Prabowo, 2014). Latihan asertif atau
assertiveness training sadalah suatu terapi modalitas keperawatan dalam bentuk terapi
kelompok, klien belajar mengungkapkan perasaan marah secara tepat atau aseritf sehingga
pasien mampu untuk berhubungan dengan orang lain, mampu menyatakan apa yang
diinginkannya, apa yang disukainya, dan apa yang ingin dia kerjakan dan kemampuan untuk
membuat seseorang tidak risih berbicara tentang dirinya sendiri (Ade & Sri, 2012). Latihan
asertif atau latihan keterampilan sosial adalah salah satu dari sekian banyak topik yang tergolong
popular dalam terapi perilaku (behavior). Arti perkataan asertif adalah perilaku antar seorang
yang melibatkan kejujuran, keterbukaan pikiran dan perasaan yang ditandai dengan kesesuaian
sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain
(Singgih, 2012). TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang dialami.
Setiap sesi akan meningkatkan kemampuan dan meningkatkan persepsi klien. Fokus terapi
aktivitas kelompok khususnya TAK stimulasi persepsi adalah untuk membantu klien yang
mengalami kemunduran orientasi dengan karakteristik klien dengan gangguan persepsi, menarik
diri dengan realitas, inisiatif, dan kurang ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi
verbal (H & Titin, 2014). Proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulasi dalam
kehidupan menjadi adaptif Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif (Prabowo, 2014).
b. Jenis
Menurut Prabowo (2014), jenis terapi aktivitas kelompok secara umum terdiri dari
4 yaitu :
1) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif dan Persepsi
2) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
3) Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita
4) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

3. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi


Tujuan umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi pada pasien risiko perilaku kekerasan
adalah pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan meningkatkan
fungsi psikologis yaitu meningkatkan kesadaran tentang hubungan reaksi emosional, dan tujuan
khususnya meliputi :
1) Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2) Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
3) Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melaui interaksi sosial.
4) Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang biasa dilakukannya.
5) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat.

4. Aktivitas dan Indikasi TAK Stimulasi Persepsi


Aktivitas yang dilakukan dalam empat sesi yang bertujuan untuk melatih pasien mengendalikan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Pasien yang diindikasikan mendapatkan terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi adalah pasien yang berisiko melakukan perilaku kekerasan. Terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan dibagi
menjadi
empat sesi, antara lain:
1) Sesi 1 : Mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik
2) Sesi 2 : Mengendalikan perilaku kekerasan secara asertif/verbal
3) Sesi 3 : Mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual
4) Sesi 4 : Mengendalikan perilaku kekerasan dengan minum obat secara teratur

5. Pengorganisasian TAK

1. Terapis

2. Peran dan Fungsi :

Jenis Sesi LEADER CO LEADER FASILITATO OBSERVER


TAK R
Stimulas 1
i
Persepsi
2

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Papan tulis/flipchat/whiteboard
2. Kapur/spidol

3. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran/simulasi

KETERANGAN :

1. HITAM : LEADER
2. ORANGE : OBSERVER
3. BIRU : CO LEADER
4. UNGU : FASILITATOR
5. HUJAU : PASIEN

TAK STIMULASI PERSEPSI KEKERASAN


Sesi 1 : Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya

2. Klien dapat menyebutkan reson yang dirasakan saat marahh (tanda dan gejala marah)

3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan)

4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan

Setting

3. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

4. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

4. Papan tulis/flipchat/whiteboard

5. Kapur/spidol

6. Jadwal kegiatan klien

Metode

4. Dinamika kelompok

5. Diskusi dan tanya jawab

6. Bermain peran/simulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Memilih klien yang memiliki perilaku kekerasan yang sudah kooperatif

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

 Salam dari terapis kepada klien


 Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)

 Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)

b. Evaluasi/validasi

 Menanyakan perasaan klien saat ini

 Menanyakan masalah yang dirasakan

c. Kontrak

 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang


biasanya dilakukan.

 Menjelaskan aturan main berikut :

 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus izin kepada
terapis

 Lama kegiatan 45 menit.

 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

3. Tahap kerja

a. Mendiskusikan penyebab marah

 Tanyakan pengalaman tiap klien

 Tulis di papan tulis/flipchat/whiteboard

b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.

 Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala).

 Tulis di papan tulis/flipchat/whiteboard.

c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak


lingkungan, mencederai/memukul orang lain, dan memukul diri sendiri).

 Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.

 Tulis di papan tulis/flipchat/whiteboard.

d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan
untuk diperagakan.
e. Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak berbahaya
(terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan perilaku kekerasan).

f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.

g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan.

 Tanyakan akibat perilaku kekerasan.

 Tuliskan di papan tulis/flipchat/whiteboard.

Terapis dapat membuat tabel di white board atau flip chat sehingga masing-masing
cerita klien dapay tergambar dan klien dapat menganalosa runtutan peristiwa dari
penyebab, tanda dan gejala, PK yang dilakukan dan akibat PK, serta menilai
dampak PK serta komitmen perubahan perilaku yang akan diterapkan berikutnya

Contoh Tabel :

Nama klien Penyebab Tanda dan PK yang Komitmen


Marah Gejala Dilakukan Akibat PK perubahan
Marah perilaku
Bapak andre Tidak Tegang Berteriak- Istri Meminta
dibuatkan Berdebar teriak, ketakutan, dengan baik-
kopi istrinya Napas cepat mengumpat istri jengkel baik atau
Gemetar istri Buat kopi
sendiri jika
istri sibuk

h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.

i. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan sepua klien terlibat

j. Beri kesimpulan penyebab : tanda dan gejala : perilaku kekerasan : dan akibat
perilaku kekerasan.

k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat untuk
menghadapi kemarahan.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK


 Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.

b. Tindak lanjut

 Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah,


yaitu tanda dan gejala : perilaku kekerasan yang tidak terjadi : serta akibat
perilaku kekerasan.

 Menganjurkan klien mengingat penyebab : tanda dan gejala : perilaku


kesehatan dan akibat-nya yang belum diceritakan.

c. Kontrak yang akan datang

 Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.

 Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK, Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui penyebab
perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku
kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 1 : TAK

Simulasi persepsi perilaku kekerasan


Kemampuan mengenal perilaku kekerasan

Memberi tanggapan tentang


No Nama klien Penyebab
. PK Tandan & Perilaku
gejala PK kekerasan Akibat PK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaiann tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan
akibat perilaku kekerasan. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.

Dokumentasi

Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1, TAK simulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien
mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya ( disalahkan dan tidak diberi uang),
mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (“geregetan” dan “degidegan”), perilaku kekerasan
yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit
jiwa), Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan di rumah sakit.

Sesi 2 : mencegah perilaku kekerasan secara fisik

Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat dilakukan klien.

2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.

3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dala lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Kasur/ kantong tinju/ gendang

2. Papan tulis/ flipchat/ whiteboard

3. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran dan simulasi

Langkah egiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1.

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

 Salam dari terapis kepada klien.

 Klien dan terapis memakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi

 Menanyakan perasaan klien saat ini.


 Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan : penyebab : tanda dan
gejala: perilaku kekerasan serta akibatnya.

c. Kontrak

 Menjelaskan tujuan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.

 Menjelaskan aturan main berikut :

 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus izin kepada
terapis

 Lama kegiatan 45 menit.

 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Mendiskusiakn kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien.

 Tanyakan kegiatan rumah tangga, harian dan olahraga yang biasa dilakukan
klien.

 Tulis di papan tulis/ flipchat/ white board

b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan


secara sehat : napas dalam, berjemur/ memukul kasur/ bantal, menyikat kamar
mandi, main bola, senam, memukul bantal pasir tinju, dan memukul gendang.

Meredakan marah dengan napas dalam :

Jika merasakan tanda-tanda marah, lakukan :

1. Duduk tegak, boleh juga berbaring

2. Tarik napas melalui hidung, tahan sambil menghitung dalam hati, 1,2,3.

3. Hembuskan napas melalui mulut sambil dalam hati menghitung mundur dari
angka 10 sampai 0

4. Ulangi nomor 1-3 sebanyak 5x

Meredakan dengan pukul bantal/ kasur/ bantal/ karung pasir/ gendang.

Saat ada tanda-tanda marah yang dirasakan lakukan pukul bantal/ kasur/ karung pasir/
gendang berulang-ulang sampai marah mereda.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.

d. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang dipilih.

 Terapis mempraktikkan (mendemonstrasikan).

 Klien mendemonstrasikan ulang.

e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara penyaluran kemarahan.

f. Memberikan pujian pada peran serta klien.

g. Upayakan semua klien berperan aktif.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

 Menanyakan ulang cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.

b. Tindak lanjut

 Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika menghadapi


(lagi) stimulus penyebab perilaku kekerasan.

 Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dopelajari.

 Memasukkan pada setiap jadwal harian klien.

c. Kontrak yang akan datang

 Menyepakati untuk belajar cara baru yang lait, yaitu interaksi sodial yang
asertif.

 Menyepakati waktu dan tempat TAK berikuttnya.

Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK simulasi
persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah 2 kemampuan mencegah
perilaku kekerasan secara fisik. Formulis evaluasi sebagai berikut
Sesi 2 : TAK

Simulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasansecara fisik

No Nama klien Mempraktikkan cara Mempraktikkan cara fisik yang kedua


. fisik yang pertama
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikan dua cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien
tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien.

Contoh : klien mengikuti Sesi 2 TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien mampu
mempraktikan tarik napas dalam, tetapi belum mampu mempraktikkan pukul kasus dan bantal.
Anjurkan dan bantu klien mempraktikkan diruangan rawat (buat jadwal)

Sesi 3 : Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Cara Interaksi Social Asertif (Cara Verbal)

Tujuan

1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.


2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruang nyaman dan tenang.

Alat

1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis


2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian klien

Metode

1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien.
 Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
 Menanyakan perasaanklien saat ini.
 Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab: tanda dan
gejala: perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara verbal untuk mencegah perilaku
kekerasan.
 Menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dati awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari orang
lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu “ saya
perlu / ingin/ minta…, yang akan saya gunakan untuk….. “.
d. Memilih dua orang klien secara bergiliran mendemonstrasikan ulang pada poin C.
e. Ulangi poin d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati pada
orang lain, yaitu “ saya tidak dapat melakukan…” atau “saya tidak dapat
menerima jika dikatakan …” atau “saya kesal dikatakan seperti itu…”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin
d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pijian terkait peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
terpelajari.
 Memberikan pujian dan penghargaan untuk jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
 Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif (cara verbal), jika stimulus menyebabkan perilaku kekerasan yang
terjadi.
 Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
(cara verbal) secara teratur.
 Memasukkan interaksi social yang asestif (secara verbal)pada jadwal kegiatan
harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
 Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
 Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khusus pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan Sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah perilaku
kekerasan secara social (cara verbal). Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 3: TAK

Simulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan cara interaksi social asertif (cara verbal)

No Nama klien Memperagaka Memperagakan Memperagakan cara


. n cara meminta cara menolak mengunngkapkan marah
yang baik yang baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan perilaku
kekerasan secara social : meminta tampa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalahan dengan baik. Beri tanta (√) jika klien mampu dan tanda
(-)jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 3, TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa paksa, menolak dengan baik dan
mengungkapkankekerasan. Anjurkan klien mempraktikkan diruangan rawat (buat jadwal).

Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Cara Spiritual

Tujuan

Klien dapat melakukan mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat
4. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
5. Buku catatan dan pulpen
6. Jadwal kegiatan harian klien

Metode

4. Dinamika kelompok
5. Diskusi dan Tanya jawab
6. Bermain peran / simulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan
c. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi sebelumnya.
d. Menyiapkan alat dan tempat.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien.
 Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini.
 Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, perilaku
kekerasan.
 Tanyakan apakah kegitan fisik dan interaksi social yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku
kekerasan.
 Menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dati awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dalakukan masing- masing klien.
c. Menulis kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah untuk meredakan marah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah untuk meredakan kemarahan
yang dipilih.
f. Memberikan pujian pda penampilan klien.
Kegiatan ibadah untuk meredakan marah antara lain :

1. Islam : istighfar, berwuduh, sholat.


2. Kristen : Do’a Bapa Kami
3. Katholik : Doa Bapa Kami, Doa Nnovena
4. Hindu Dan Budha : Meditasi, Yoga

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
 Memberikan pijian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
 Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi social yang asertif,
dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
 Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi social yang asertif, dan
kegiatan ibadah secara teratur.
 Memasukkan kegiatan pada jadwal kegiatan karian klien.
c. Kontrak yang akan datang
 Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
 Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

Evaluasi Dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan adalah perilaku 2 keiatan
ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 4 : TAK

Simula persepsi perilaku kesehatan

Kemampuan pencegahan perilaku kekerasan dengan cara spiritual

No. Nama klien Mempraktikkan kegiatan ibadah Mempraktikkan kegiatan ibadah


pertama kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien dalam kolom nama TAK

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua kegiatan ibadah
pada saat TAK. Beri tanta (√) jika klien mampu dan tanda (-)jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 4, TAK simulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien
mampu memperagakan 2 cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara teratur di ruangan
(buat jadwal).

Sesi 5 : Mencegah perilaku dengan patuh mengonsumsi obat

Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat.

2. Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat.

3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. Papan tulis/ flip chat/ white board dan alat tulis.

2. Buku catatan dan pulpen.

3. Jadwal kegiatan klien.

4. Beberapa contoh obat.

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Meningkatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 4.

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

 Salam dari terapis kepada klien.

 Klien dan terapis memakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi

 Menanyakan perasaan klien saat ini.

 Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.

 Tanyakan apakah ada kegiatan fisik, interaksi sosial yang aktif dan kegiatan
ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudsh dilakukan.

c. Kontrak

 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk mencegah


perilaku kekerasan.
 Menjelaskan aturan main berikut

 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus izin kepada
terapis

 Lama kegiatan 45 menit.

 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Mendiskusikan macam obat yang diminum klien, nama dan warna (upaya tiap klien
menyampaikan).

b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.

c. Tuliskan di white board hasil a dan b.

d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar OBAT, benar WAKTU minum
obat, benar PASIEN yang diberikan /yang minum obat, benar cara minum obat, benar
dosis obat

e. Minta klien menyebutkan ulang lima cara minum obat, secara bergiliran.

f. Berikan pujian pada klien yang benar.

g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di white board)

h. Mendiskusikan keadaan klien setelah teratur minum obat

i. Masalah keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah perilaku
kekerasa kampuh.

j. Memperjelaskan akibat/kerugian Jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku
kesehatan/kambuh

k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak
patuh menyebutkan secara benr

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

 Terapis menyampaikan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

 Menanyakan jumlah cara penghargaan perilaku kekerasan yang telah


dipelajari.
 Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.

b. Tindak lanjut

 Menganjurkan klien menggunakan kegiatn fisik, interaksi sosial asertif,


kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.

 Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.

c. Kontrak yang akan datang

Mengakhiri pertemuan untuk TAK Perilaku kekerasa, dan disepakati jika klien perlu
TAK yang lain.

Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK simulasi
persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui 5 cara benar
minum bat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulis revaluasi sebagai berikut :

Sesi 5 : TAK

Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat

Menyebutkan Menyebutkan
No Nama klien Menyebutkan lima keuntungan akibat tidak
. benar minum obat minum obat patuh minum
obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk

1. Tuliskan nama klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar cara minum
obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat. Beri tanda (√) jika klien
mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catata proses keperwatan tiap
klien. Contoh: klien mengikuti sesi 5, TAK simulai persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
menyebutkan 5 benar cara minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan minum obat dan
akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan lima benar cara minum oobat, bantu
klien merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat

Anda mungkin juga menyukai