PEMBAGIAN PERAN
DiSusunOleh
KelompokI
KELOMPOK 3 :
1. Eva Bonita
2. Nurul Aini
3. Tedy Bayu Adi Pratama
4. Ailda Desliana
5. Ni Putu Dewi Arthaning Rahayu
6. Ainun Izzatun
7. Ditha Prayuda
1. Latar Belakang
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi
aktivitas kelompok ini secarasignifikan memberi perubahan terhadap ekspresi kemarahan ke arah
yang lebih baik pada klien dengan riwayat kekerasan. Pernyataan ini dapat dibuktikan
denganadanya penurunan ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi aktivitaskelompok sebesar
60,4%. Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan stimulus yang
disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sesi, dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Terapi aktivitas kelompok ini memberikan hasil, yaitu: kelompok menunjukkan loyalitas dan
tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua anggotanya, mencapai tujuan
kelompok, menunjukkan teerjadinya komunikasi antar anggota dan bukan hanya antara ketua
dan anggota.
2. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok pasien
bersama- sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang di pimpin oleh atau di arahkan oleh
therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (H & Titin, 2014). Terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi merupakansuatu terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulus dan terkait denganpengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
Dalam halini klien dilatih untuk mempersepsikan stimulus dari luar secara nyata, terapi ini dapat
digunakan pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan (Prabowo, 2014). Latihan asertif atau
assertiveness training sadalah suatu terapi modalitas keperawatan dalam bentuk terapi
kelompok, klien belajar mengungkapkan perasaan marah secara tepat atau aseritf sehingga
pasien mampu untuk berhubungan dengan orang lain, mampu menyatakan apa yang
diinginkannya, apa yang disukainya, dan apa yang ingin dia kerjakan dan kemampuan untuk
membuat seseorang tidak risih berbicara tentang dirinya sendiri (Ade & Sri, 2012). Latihan
asertif atau latihan keterampilan sosial adalah salah satu dari sekian banyak topik yang tergolong
popular dalam terapi perilaku (behavior). Arti perkataan asertif adalah perilaku antar seorang
yang melibatkan kejujuran, keterbukaan pikiran dan perasaan yang ditandai dengan kesesuaian
sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain
(Singgih, 2012). TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang dialami.
Setiap sesi akan meningkatkan kemampuan dan meningkatkan persepsi klien. Fokus terapi
aktivitas kelompok khususnya TAK stimulasi persepsi adalah untuk membantu klien yang
mengalami kemunduran orientasi dengan karakteristik klien dengan gangguan persepsi, menarik
diri dengan realitas, inisiatif, dan kurang ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi
verbal (H & Titin, 2014). Proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulasi dalam
kehidupan menjadi adaptif Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif (Prabowo, 2014).
b. Jenis
Menurut Prabowo (2014), jenis terapi aktivitas kelompok secara umum terdiri dari
4 yaitu :
1) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif dan Persepsi
2) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
3) Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita
4) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
5. Pengorganisasian TAK
1. Terapis
Setting
Alat
1. Papan tulis/flipchat/whiteboard
2. Kapur/spidol
Metode
1. Dinamika kelompok
3. Bermain peran/simulasi
KETERANGAN :
1. HITAM : LEADER
2. ORANGE : OBSERVER
3. BIRU : CO LEADER
4. UNGU : FASILITATOR
5. HUJAU : PASIEN
Tujuan
2. Klien dapat menyebutkan reson yang dirasakan saat marahh (tanda dan gejala marah)
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan)
Setting
Alat
4. Papan tulis/flipchat/whiteboard
5. Kapur/spidol
Metode
4. Dinamika kelompok
6. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi
c. Kontrak
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus izin kepada
terapis
3. Tahap kerja
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala).
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan
untuk diperagakan.
e. Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak berbahaya
(terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan perilaku kekerasan).
Terapis dapat membuat tabel di white board atau flip chat sehingga masing-masing
cerita klien dapay tergambar dan klien dapat menganalosa runtutan peristiwa dari
penyebab, tanda dan gejala, PK yang dilakukan dan akibat PK, serta menilai
dampak PK serta komitmen perubahan perilaku yang akan diterapkan berikutnya
Contoh Tabel :
j. Beri kesimpulan penyebab : tanda dan gejala : perilaku kekerasan : dan akibat
perilaku kekerasan.
k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat untuk
menghadapi kemarahan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK, Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui penyebab
perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku
kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 1 : TAK
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaiann tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan
akibat perilaku kekerasan. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1, TAK simulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien
mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya ( disalahkan dan tidak diberi uang),
mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (“geregetan” dan “degidegan”), perilaku kekerasan
yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit
jiwa), Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan di rumah sakit.
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat dilakukan klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
Setting
Alat
Metode
1. Dinamika kelompok
Langkah egiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/ validasi
c. Kontrak
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus izin kepada
terapis
3. Tahap kerja
Tanyakan kegiatan rumah tangga, harian dan olahraga yang biasa dilakukan
klien.
2. Tarik napas melalui hidung, tahan sambil menghitung dalam hati, 1,2,3.
3. Hembuskan napas melalui mulut sambil dalam hati menghitung mundur dari
angka 10 sampai 0
Saat ada tanda-tanda marah yang dirasakan lakukan pukul bantal/ kasur/ karung pasir/
gendang berulang-ulang sampai marah mereda.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Menanyakan ulang cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
b. Tindak lanjut
Menyepakati untuk belajar cara baru yang lait, yaitu interaksi sodial yang
asertif.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK simulasi
persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah 2 kemampuan mencegah
perilaku kekerasan secara fisik. Formulis evaluasi sebagai berikut
Sesi 2 : TAK
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikan dua cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien
tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien.
Contoh : klien mengikuti Sesi 2 TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien mampu
mempraktikan tarik napas dalam, tetapi belum mampu mempraktikkan pukul kasus dan bantal.
Anjurkan dan bantu klien mempraktikkan diruangan rawat (buat jadwal)
Sesi 3 : Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Cara Interaksi Social Asertif (Cara Verbal)
Tujuan
Setting
Alat
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaanklien saat ini.
Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab: tanda dan
gejala: perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara verbal untuk mencegah perilaku
kekerasan.
Menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dati awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari orang
lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu “ saya
perlu / ingin/ minta…, yang akan saya gunakan untuk….. “.
d. Memilih dua orang klien secara bergiliran mendemonstrasikan ulang pada poin C.
e. Ulangi poin d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati pada
orang lain, yaitu “ saya tidak dapat melakukan…” atau “saya tidak dapat
menerima jika dikatakan …” atau “saya kesal dikatakan seperti itu…”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin
d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pijian terkait peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
terpelajari.
Memberikan pujian dan penghargaan untuk jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif (cara verbal), jika stimulus menyebabkan perilaku kekerasan yang
terjadi.
Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
(cara verbal) secara teratur.
Memasukkan interaksi social yang asestif (secara verbal)pada jadwal kegiatan
harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khusus pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan Sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah perilaku
kekerasan secara social (cara verbal). Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 3: TAK
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan cara interaksi social asertif (cara verbal)
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan perilaku
kekerasan secara social : meminta tampa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalahan dengan baik. Beri tanta (√) jika klien mampu dan tanda
(-)jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 3, TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa paksa, menolak dengan baik dan
mengungkapkankekerasan. Anjurkan klien mempraktikkan diruangan rawat (buat jadwal).
Tujuan
Setting
Alat
4. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
5. Buku catatan dan pulpen
6. Jadwal kegiatan harian klien
Metode
4. Dinamika kelompok
5. Diskusi dan Tanya jawab
6. Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
c. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi sebelumnya.
d. Menyiapkan alat dan tempat.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, perilaku
kekerasan.
Tanyakan apakah kegitan fisik dan interaksi social yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku
kekerasan.
Menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dati awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dalakukan masing- masing klien.
c. Menulis kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah untuk meredakan marah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah untuk meredakan kemarahan
yang dipilih.
f. Memberikan pujian pda penampilan klien.
Kegiatan ibadah untuk meredakan marah antara lain :
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
Memberikan pijian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi social yang asertif,
dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi social yang asertif, dan
kegiatan ibadah secara teratur.
Memasukkan kegiatan pada jadwal kegiatan karian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan adalah perilaku 2 keiatan
ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 4 : TAK
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua kegiatan ibadah
pada saat TAK. Beri tanta (√) jika klien mampu dan tanda (-)jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 4, TAK simulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien
mampu memperagakan 2 cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara teratur di ruangan
(buat jadwal).
Tujuan
Setting
Alat
Metode
1. Dinamika kelompok
Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/ validasi
Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
Tanyakan apakah ada kegiatan fisik, interaksi sosial yang aktif dan kegiatan
ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudsh dilakukan.
c. Kontrak
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus izin kepada
terapis
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang diminum klien, nama dan warna (upaya tiap klien
menyampaikan).
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar OBAT, benar WAKTU minum
obat, benar PASIEN yang diberikan /yang minum obat, benar cara minum obat, benar
dosis obat
e. Minta klien menyebutkan ulang lima cara minum obat, secara bergiliran.
i. Masalah keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah perilaku
kekerasa kampuh.
j. Memperjelaskan akibat/kerugian Jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku
kesehatan/kambuh
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak
patuh menyebutkan secara benr
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
Mengakhiri pertemuan untuk TAK Perilaku kekerasa, dan disepakati jika klien perlu
TAK yang lain.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK simulasi
persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui 5 cara benar
minum bat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulis revaluasi sebagai berikut :
Sesi 5 : TAK
Menyebutkan Menyebutkan
No Nama klien Menyebutkan lima keuntungan akibat tidak
. benar minum obat minum obat patuh minum
obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk
1. Tuliskan nama klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar cara minum
obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat. Beri tanda (√) jika klien
mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catata proses keperwatan tiap
klien. Contoh: klien mengikuti sesi 5, TAK simulai persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
menyebutkan 5 benar cara minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan minum obat dan
akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan lima benar cara minum oobat, bantu
klien merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat