Anda di halaman 1dari 16

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

TUNADAKSA
Disusun Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen Pengampu : Dr. Sri Sularti Dewanti Handayani, M.Pd.

Disusun Oleh

Dona Purnama Sari (0103517093)


Niken Wulandari (0103517112)

PENDIDIKAN DASAR PGSD

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
A. Definisi Tunadaksa
Anak tunadaksa sering disebut dengan istilah anak cacat tubuh, cacat fisik, dan
cacat ortopedi. Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna yang berarti rugi atau kurang
dan daksa yang berarti tubuh“. Tunadaksa adalah anak yang memiliki anggota tubuh
tidak sempurna, sedangkan istilah cacat tubuh dan cacat fisik dimaksudkan untuk
menyebut anak cacat pada anggota tubuhnya, bukan cacat indranya. Selanjutnya
istilah cacat ortopedi terjemahan dari bahasa Inggris orthopedically handicapped.
Orthopedic mempunyai arti yang berhubungan dengan otot, tulang, dan persendian.
Dengan demikian, cacat ortopedi kelainannya terletak pada aspek otot, tulang dan
persendian atau dapat juga merupakan akibat adanya kelainan yang terletak pada pusat
pengatur sistem otot, tulang dan persendian.
Anak tunadaksa dapat didefinisikan sebagai penyandang bentuk kelainan atau
kecacatan pada sistem otot, tulang dan persendian yang dapat mengakibatkan
gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan
keutuhan pribadi. Salah satu definisi mengenai anak tunadaksa menyatakan bahwa
anak tunadaksa adalah anak penyandang cacat jasmani yang terlihat pada kelainan
bentuk tulang, otot, sendi maupun saraf-sarafnya. Istilah tunadaksa maksudnya sama
dengan istilah yang berkembang, seperti cacat tubuh, tuna tubuh, tuna raga, cacat
anggota badan, cacat orthopedic, crippled, dan orthopedically handicapped
(Depdikbud, 1986:6). Selanjutnya, Samuel A Kirk (1986) yang dialihbahasakan oleh
Moh. Amin dan Ina Yusuf Kusumah (1991: 3) mengemukakan bahwa seseorang
dikatakan anak tunadaksa jika kondisi fisik atau kesehatan mengganggu kemampuan
anak untuk berperan aktif dalam kegiatan sehari-hari, sekolah atau rumah. Sebagai
contoh, anak yang mempunyai lengan palsu tetapi ia dapat mengikuti kegiatan
sekolah, seperti Pendidikan Jasmani atau ada anak yang minum obat untuk
mengendalikan gangguan kesehatannya maka anak-anak jenis itu tidak termasuk
penyandang gangguan fisik. Tetapi jika kondisi fisik tidak mampu memegang pena,
atau anak sakit-sakitan (mengidap penyakit kronis) sering kambuh sehingga ia tidak
dapat bersekolah secara rutin maka anak itu termasuk penyandang gangguan fisik
(tunadaksa).
B. Ciri-Ciri Anak Tunadaksa
1. Ciri-ciri umum :
a) Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh
b) Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna,tidak lentur/tidak terkendali)
c) Terdapat bagian angggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebihh
kecil dari biasanya
d) Terdapat cacat pada alat gerak
e) Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
f) Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak
normal
g) Hiperaktif/tidak dapat tenang

2. Ciri-ciri fisik :
Anak memiliki keterbatasan atau kekurangan dalam kesempurnaan tubuh.
Misalnya tangannya putus, kakinya lumpuh atau layu, otot atau motoriknya kurang
terkoordinasi dengan baik.

3. Ciri-ciri mental:
a) Anak memiliki kecerdasan normal bahkan ada yang sangat cerdas.
b) Depresi, kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam disertai dengan
kedengkian dan permusuhan. Orang tersebut begitu susah dan frustasi atas
cacat yang dialami
c) Penyangkalan dan penerimaan, atau suatu keadaan emosi yang mencerminkan
suatu pergumulan yang diakhiri dengan penyerahan. Ada saat-saat di mana
individu tersebut menolak untuk mengakui realita cacat yang telah terjadi
meskipun lambat laun ia akan menerimanya.
d) Meminta dan menolak belas kasihan dari sesama. Ini adalah fase di mana
individu tersebut mencoba menyesuaikan diri untuk dapat hidup dengan
kondisinya yang sekarang. Ada saat-saat ia ingin tidak bergantung, ada saat-
saat ia betul-betul membutuhkan bantuan sesamanya. Keseimbangan ini
kadang-kadang sulit dicapai.

4. Ciri-ciri sosial:
Anak kelompok ini kurang memiliki akses pergaulan yang luas karena keterbatasan
aktivitas geraknya. Dan kadang-kadang anak menampakkan sikap marah-marah
(emosi) yang berlebihan tanpa sebab yang jelas. Untuk kegiatan belajar-mengajar
disekolah diperlukan alat-alat khusus penopang tubuh, misalnya kursi roda, kaki
dan tangan buatan.

C. Jenis Kecacatan Anak Tunadaksa


a. Cacat fisiknya saja
Tingkat kecerdasannya normal, sehingga dapat mengikuti pelajaran sama dengan
anak normal.
b. Cacat fisik disertai gangguan kecerdasan, bicara, perilaku, dll (cacatnya
ganda)
Tingkat kecerdasannya berentang, kelainannya sangat bervariasi, dan sangat
kompleks. Layanan pendidikannya perlu secara individual.

D. Klasifikasi Anak Tunadaksa


a. Dilihat dari sistem kelainannya
1. Kelainan pada sistem celebral (celebral palsy)
Penggolongan anak tuna daksa kedalam kelainan sistem serebral (cerebral)
didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak didalam sistem syaraf
pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syarap pusat
mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang
belakang sumsum merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Di
dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik,
pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut
Cerebral Palsy (CP). Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerak, postur, atau
bentuk tubuh, gangguan koordinasi, dan kadang disertai gangguan psikologis
dan sensoris yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada masa perkembangan
otak.
Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan menurut :
1) Derajat kecacatan
Penggolongan Menurut Derajat Kecacatan Menurut derajat kecacatan,
Cerebal palsy dapat digolongkan atas : golongan ringan, golongan sedang, dan
golongan berat.
Golongan ringan adalah : mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat,
berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya, meskipun
cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.
Golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkan treatment/latihan khusus
untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan
alat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu
penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan
pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapat
mengurus dirinya sendiri.
Golongan berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan
perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak
dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.

2) Tipografi (banyaknya anggota tubuh yang lumpuh)


Celebral Palsy menurut tipograsi dapat digolongkan menjadi 6 (enam)
golongan, yaitu:

a) Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama,
misalnya tangan dan kaki kanan , atau tangan kiri dan kaki kiri.
b) Diplegia, kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri
(paraple-gia).
c) Quadriplegia, anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruh anggota
geraknya. Mereka cacat pada kedua tangan dan kakinya. Quadriplegia bisa
juga disebut triplegia.
d) Athethoid, Anak yang mengalami athetoid tidak mengalami kekejangan
atau kekakuan. Otot-ototnya dapat bergerak dengan mudah, malah sering
terjadi gerakan-gerakan yang tidak terkendali yang timbul di luar
kemampuannya. Hal ini sangat mengganggu dan merepotkan anak itu
sendiri. Gerakan ini terdapat pada tangan, kaki, lidah, bibir dan mata.
e) Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan
kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya
lumpuh.
f) Ataxia (adanya gangguan keseimbangan, jalannya gontai, koordinasi mata
dan tangan tidak berfungsi).

3) Sisiologi kelainan geraknya.


Penggolongan Menurut Fisiologi Dilihat dari kelainan gerak dilihat dari
segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya(Motorik), anak Cerebral
Palsy dibedakan menjadi:

a) Spastik. Tipe ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan
pada sebagian ataupun seluruh otot. Kekakuan itu timbul sewaktu akan
digerakkan sesuai dengan kehendak. Dalam keadaan ketergantungan
emosional kekakuan atau kekejangan itu makin bertambah, sebaliknya
dalam keadaan tenang, gejala itu menjadi berkurang. Pada umumnya anak
CP jenis spastik ini memiliki tingkat kecerdasan yang tidak terlalu rendah.
Diantara mereka ada yang normal bahkan ada yang diatsa normal.
b) Athetoid. Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-
ototnya dapat digerakkan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada
sistem gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol dan koordinasi
gerak.

c) Ataxia. Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan,.


Kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu
berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem
koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe ini
mengalami gangguan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saat
makan mulut terkatup terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan
sampai ujung mulut.

d) Tremor. Gejala yang tampak jelas pada tipe ini adalah senantiasa dijumpai
adanya gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus berlangsung sehingga
tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan itu dapat terjadi pada
kepala, mata, tungkai, dan bibir.

e) Rigid. Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti pada tipe
spastik, gerakannya tanpak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih
tampak.

f) Tipe Campuran. Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun
lebih gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan
dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe kecacatan.

2. Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system)


Penggolongan anak tuna daksa kedalam kelompok system otot dan rangka
didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami
kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang.
a) Poliomyelitis
Merupakan suatu infeksi penyakit pada sumsum tulang belakang yang
disebabkan oleh virus polio. Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan
otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan
akibat virus polio yang menyerang sumsum tulang belakang pada anak usia
2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun. Beberapa type poliomyelitis Type
Spinal, yaitu kelayuhannya pada otot leher, sekat dada, tangan, dan kaki.
Type Bulbair, yaitu kelumpuhan fungsi motorik atau lebih saraf tepi,
ditandai dengan ada gangguan pernafasan, dan Type Bulbospinal, yaitu
gabungan dari keduanya.

Gambar: Contoh anak yang mengalami polio


b) Muscle Dystrophy
penyakit otot yang mengakibatkan otot tidak dapat berkembang,
kelumpuhannya bersifat simetris, yaitu pada kedua tangan atau kedua kaki.
Dua type muscle dystrophy : Type Duchenne, hanya dijumpai pada anak
laki-laki, kelumpuhannya terdapat pada otot pinggang, bahu, kaki dan
tangan. Type Fasioscapulohumeral, dijumpai pada anak lelaki dan
perempuan, kelumpuhannya lebih mencolok pada otot bahu dan tangan
ketimbang otot kaki dan wajah.

c) Spina Bifida
Merupakan jenis kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan
terbukanya satu atau 3 ruas tulang belakang dan tidak tertutupnya kembali
selama proses perkembangan. Akibatnya, fungsi jaringan saraf terganggu
dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, hydrocephalus, yaitu pembesaran
pada kepala karena produksi cairan yang berlebihan. Biasanya kasus ini
disertai dengan ketunagrahitaan (Black, 1975).

Spina Bifida Occulata


spinal cord-nya tidak mengalami penonjolan. satu atau lebih ruas tulang
belakang terbuka (tidak terbentuk).
Meningocele
bentuk spina bifida yang ditandai dengan penonjolan punggung pada bagian
tulang belakang yang terkena tumor. benjolannya berisi cairan spinal yang
tidak mengakibatkan kelumpuhan.
Myelomeningocele
kelainannya paling berat karena benjolan pada ruas tulang belakang
menimbulkan kerusakan saraf. sering mengalami kelumpuhan pada kaki,
organ saluran kencing, merasa nyeri, dan ada yang hydrocephalus.

3. Kelainan ortopedi karena bawaan (congenital deformities)


Dibedakan menjadi:
a) Cacat Bawaan Pada Anggota Gerak Atas
• Syndactilus, jari tangan kurang dari lima atau tidak memiliki jari-jari
tangan.
• Plydactilus, lahir dengan jumlah jari tangan lebih dari lima.
• Sprengel Disease, scapula meninggi dan terputar.
• Torticollis, leher miring ke kiri atau ke kanan, otot lehernya tegang
sebelah, wajah dan mata tidak simetris.
b) Cacat Bawaan Pada Anggota Gerak Bawah
• Dislokasi Pinggul, disebabkan oleh pertumbuhan otot sendi pangkal paha
tidak sehat sehingga kepala sendi tidak dapat masuk ke dalam mangkok
sendi.
• Genu Recurvatum, lutut bengkok ke belakang berlebihan.
• Cacat Pseudoarthosis, antara lutut dan mata kaki ada sendi lagi.
• Club Foot, talipes (pes) planus atau platfoot (telapak kaki datar), pes
calcaneus (kaki bagian depan terangkat), pes cavus (kaki bagian tengah
terangkat).

b. Dilihat dari faktor penyebabnya


Dilihat dari faktor penyebabnya
• Cacat Bawaan, sudah terjadi pada saat dalam kandungan atau saat anak
dilahirkan.
• Infeksi, dapat menyebabkan kelainan pada anggota gerak atau bagian
tubuh lainnya.
• Gangguan Metabolisme, dapat terjadi pada bayi dan anak-anak yang
disebabkan oleh faktor gizi, sehingga mempengaruhi perkembangan
tubuh dan mengakibatkan kelainan pada sistem dan fungsi intelektual.
• Kecelakaan Atau Trauma, dapat mengakibatkan kelainan ortopedis berupa
kelainan koordinasi, mobilisasi, dll.
• Penyakit Yang Progresif, diperoleh melalui genetik atau karena penyakit,
misalnya dmp (dystrophia musculorum progressive).
• Tunadaksayang tidak diketahui penyebabnya.

E. Penyebab Tunadaksa
Penyebab Tuna Daksa Ada beberapa macam sebab yang dapat
menimbulkan kerusakan pada anak hingga menjadi tuna daksa. Kerusakan
tersebut ada yang terletak dijaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang,
pada sistem musculus skeletal.Adanya keragaman jenis tuna daksa dan masing-
masing kerusakan timbulnya berbeda-beda. Dilihat dari saat terjadinya
kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah
lahir.
1) Sebab-sebab Sebelum Lahir (Fase Prenatal), kerusakan terjadi pada saat
bayi masih dalam kandungan, kerusakan disebabkan oleh:
a) Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga
menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya infeksi,
sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.
b) Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat
tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
c) Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung
mempengaruhi sistem syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya
terganggu.
d) Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang
dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat.
Misalnya ibu jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan
secara kebetulan mengganggu kepala bayi maka dapat merusak sistem
syaraf pusat.
2) Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal), Hal-hal yang dapat
menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antara lain:
a) Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil
sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen
menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi,
akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.
b) Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang
mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada
bayi.
c) Pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan
karena operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat
mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi, sehingga otak mengalami
kelainan struktur ataupun fungsinya.
d) Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase post natal), Fase setelah
kelahiran adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai masa perkembangan
otak dianggap selesai, yaitu pada usia 5 tahun. Hal-hal yang dapat
menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah:
- Kecelakaan/trauma kepala, amputasi.
- Infeksi penyakit yang menyerang otak.
- Anoxia/hipoxia.

F. Penggolongan Tunadaksa
a. Tunadaksa taraf ringan. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah tunadaksa murni dan
tunadaksa kombinasi ringan. Tunadaksa jenis ini pada umunya hanya mengalami
sedikit gangguan mental dan kecerdasannya cenderung normal. Kelompok ini lebih
banyak disebabkan adanya kelainan anggota tubuh saja. Seperti lumpuh, anggota
tubuh berkurang (buntung) dan cacat fisik lainnya.
b. Tunadaksa taraf sedang. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah tunadaksa akibat
cacat bawaan, cerebral palsy ringan dan polio ringan. Kelompok ini banyak dialami
dari tuna akibat cerebral palsy (tunamental) yang disertai dengan menurunnya daya
ingat walau tidak sampai jauh dibawah normal.
c. Tunadaksa taraf berat. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah tuna akibat cerebral
palsy berat dan ketunaan akibat infeksi. Pada umunya, anak yang terkena kecacatan
ini tingkat kecerdasannya tergolong dalam kelas debil, embesil dan idiot.

G. Alat Penderita Tunadaksa


1. Alat Asesmen
Pada umumnya anak tunadaksa mengalami gangguan perkembangan motorik
dan mobilitas, intelegensi, baik secara sebagian maupun secara keseluruhan.
Bervariasinya kondisi anak tunadaksa, menuntut adanya pengelolaan yang cermat
dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Hal ini
penting dalam upaya menentukan apa yang dibutuhkan dapat mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan kemampuan dan keadaannya.
Asesmen dilakukan pada anak tunadaksa untuk mengetahui keadaan postur
tubuh, keseimbangan tubuh, kekuatan otot, mobilitas, intelegensi, serta perabaan.
Alat yang digunakan untuk asesmen anak tunadaksa seperti berikut ini:
a) Finger Goniometer
b) Flexometer
c) Plastic Goniometer
d) Reflex Hammer
e) Posture Evaluation Set
f) TPD Arsthesiometer
g) Gound Rhytem Tibre Instrumen
h) Cabinet Geometric Insert
i) Color Sorting Box
j) Tactile Board Set

2. Alat Latihan Fisik


Pada umumnya anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri
(ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh. Agar anak tuna daksa dapat
melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mobil perlu latihan. Alat-alat yang
dapat digunakan dapat berupa:
a) Pulley Weight
b) Kanavel Table
c) Squeez Ball
d) Restorator Hand
e) Restorator Leg
f) Treadmill Jogger
g) Safety Walking Strap
h) Straight (tangga)
i) Sand-Bag
j) Exercise Mat
k) Incline Mat
l) Neuro Development Rolls
m) Height Adjustable Crowler
n) Floor Sitter
o) Kursi CP
p) Individual Stand-in Table
q) Walking Paralel
r) Walker Khusus CP
s) Vestibular Board
t) Balance Beam Set
u) Dynamic Body and Balance
v) Kolam Bola-bola
w) Vibrator
x) Infra-Red Lamp (Infra Fill)
y) Dual Speed Massager
z) Speed Training Devices
aa) Bola karet
bb) Balok berganda
cc) Balok titian

3. Alat Bina Diri


Anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri (ambulasi), dan
koordinasi/keseimbangan tubuh. Keterbatasan atau hambatan tersebut
mengakibatkan anak tunadaksa mengalami kesulitan untuk merawat diri sendiri.
Agar anak tuna daksa dapat melakukan perawatan diri dan kegiatan hidup sehari-
hari (activity of daily living), maka perlu latihan. Alat-alat yang dapat digunakan
dapat berupa:
a) Swivel Utensil
b) Dressing Frame Set
c) Lacing Shoes
d) Deluxe Mobile Commade

4. Alat Orthotic dan Prosthetic


Anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri (ambulasi), dan
koordinasi/keseimbangan tubuh, karena kondisi tubuh mengalami kelainan. Agar
anak tuna daksa dapat melakukan ambulasi dan kegiatan hidup sehari-hari (activity
of daily living), maka perlu alat bantu (orthotic dan prosthetic). Alat-alat yang
dapat digunakan meliputi:
a) Cock-Up Resting Splint
b) Rigid Immobilitation Elbow Brace
c) Flexion Extention
d) Back Splint
e) Night Splint
f) Denish Browans Splint
g) X Splint
h) O Splint
i) Long Leg Brace Set
j) Ankle or Short Leg Brace
k) Original Thomas Collar
l) Simple Cervical Brace
m) Corsett
n) Crutch (kruk)
o) Clubfoot Walker Shoes
p) Thomas Heel Shoes
q) Wheel Chair (Kursi Roda)
r) Kaki Palsu Sebatas Lutut
s) Kaki Palsu Sampai Paha

5. Alat Bantu Belajar/Akademik


Layanan pendidikan untuk anak tunadaksa mencakup membaca, menulis,
berhitung, pengembangkan sikap, pengetahuan dan kreativitas. Akibat mengalami
kelainan pada motorik dan intelegensinya, maka anak tunadaksa mengalami
kesulitan dalam menguasai kemampuan membaca, menulis, berhitung. Untuk
membantu penguasaan kemampuan di bidang akademik, maka dibutuhkan layanan
dan peralatan khusus. Alat-alat yang dapat membantu mengembangkan
kemampuan akademik pada anak tunadaksa dapat berupa:
a) Kartu Abjad
b) Kartu Kata
c) Kartu Kalimat
d) Torso Seluruh Badan
e) Geometri Sharpe
f) Menara Gelang
g) Menara Segitiga
h) Menara Segiempat
i) Gelas Rasa
j) Botol Aroma
k) Abacus dan Washer
l) Papan Pasak
m) Kotak Bilangan

Anda mungkin juga menyukai