Dosen Pengampu :
Baidah S.Kep., NS.,M.Kep
Di Susun Oleh :
Asmiyanti
(144012284)
2. Etiologi
Cerebral palsy bukan penyakit yang beridir sendiri tetapi nama yang
diberikan untuk variasi dari sindrom kerusakan saraf motorik yang terjadi
sekunder dan menjadi lesi dalam perkembangan otak. Kerusakan bersifat
permanen dan tidak dapat disembuhkan tetapi dampak dari CP dapat
diperkecil. Etiologi CP dibagi menjadi tiga :
a. Prenatal
1) Infeksi TORCH
2) Keracunan
3) Radiasi sinar X
2
b. Natal
1) Anoksia
2) Perdarahan otak
3) Premature
4) Ikterus
c. Postnatal
1) Trauma kapitis
2) Ensefalitis
3) Meningitis
4) Luka parut pasca bedah
Faktor risiko terjadinya CP antara lain jenis kelamin, ras, genetic,
sosioekonomi, riwayat obstetric, penyakit yang diderita ibu,
primipara, malnutrisi, BBLR, skor APGAR (Sitorus dkk, 2016).
d. Jenis Rigid
Pada tipe ini didapat kekakuan otot tetapi tidak seperti tipe
spastik, gerakannya tampak tidak ada keluwesan, gerakan
mekanik lebih tampak
e. Jenis Tremor
Gejala yang tampak jelas pada tipe ini adalah senantiasa
dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus
berlansung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran.
Gerakan ini dapat terjadi pada kepala, mata, tungkai, dan bibir.
f. Jenis Campuran
Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih
gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan
dengan anak yang hanya memiliki satu jenis tipe kecacatan luar
biasa pada umumnya dan anak CP pada khususnya
4
lumpuh.’
d. Kelumpuhan Hemiplegia adalah lumpuh anggota gerak atas
dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan
kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri.
e. Kelumpuhan Monoplegia adalah hanya satu anggota tubuh
yang lumpuh misalnya kaki kiri sedang kaki kanan dan kedua
tangannya normal.
f. Kelumpuhan Double Hemiplegia
b. Golongan Sedang
Cerebral palsy yang termasuk pada golongan sedang adalah
anak-anak CP yang memerlukan pertolongan khusus dan
pendidikan khusus agar anak-anak tersebut dapat mengurus
dirinya sendiri dapat pindah/ambulasi sendiri dan dapat
berbicara. Mungkin anak-anak CP golongan ini memerlukan
peralatan khusus seperti kruk, brase dan lain-lain untuk
membantu latihan pola gerak dan penguat tubuh dalam
melakukan ambulasi. Bantuan-bantuan khusus yang
diberikan dengan maksud agar mereka mampu mengurus diri
sendiri mampu berjalan dan berbicara.
5
c. Golongan Berat
Cerebral palsy yang termasuk golongan berat sudah
menunjukkan kelainan yang sedemikian rupa, sehingga
sama sekali sulit melakukan kegiatan-kegiatan fisik dan
tidak mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
Sangat sulit untuk meningkatkan kemampuan kemandirian
anak jadi latihan dan rehabilitas yang diberikan kepada
mereka sangan kecil hasilnya. CP yang termasuk golongan
berat ini selalu memerlukan perwatan dan pertolongan
orang lain selama hidupnya
4. Patofisiologi
Cerebral Palsy Pada CP terjadi kerusakan pada pusat motorik dan
menyebabkan terganggunya fungsi gerak yang normal. Pada
kerusakan korteks cerebri terjadi kontraksi otak yang terus menerus
dimana disebabkan oleh karena tidak terdapatnya inhibisi langsung
pada lengkung reflex. Bila terdapat cidera berat pada system ekstra
pyramidal dapat menyebabkan gangguan pada semua gerak atau
hypotonic, termasuk kemampuan bicara. Namun bila hanya cedera
ringan maka gerakan gross motor dapat dilakukan tetapi tidak
terkoordinasi dengan baik dan gerakan motorik halus sering kali tidak
dapat dilakukan. Gangguan proses sensorik primer terjadi di
serebelum yang mengakibatkan terjadinya ataksia. Pada keterbatasan
gerak akibat fungsi motor control akan berdampak juga pada proses
sensorik (Hardiman 2013)
7
5. PATWAY
- Malformasi
congenital - Anoksial - Trauma kapitis
- Infeksi dalam hipoksia - Infeksi
kandungan - Perdarahan - Kem ikterus
- Radiasi intra cranial
- Tok gravidarum - Trauma lahir
- Afiksia dalam - Prematuritas
kandungan
Cerebral plasy
‘
Non Operative
operative
(Ani. 2017)
8
6. Manifestasi Klinis Cerebral Palsy
Anak CP memiliki karakteristik sebagai berikut :
10
7. Pemeriksaan Penunjang Cerebral Palsy
Cerebral palsy dapat didiagnosis menggunakan kriteria Levine (POSTER). POSTER
terdiri dari :
1. P – Posturing/Abnormal Movement (Gangguan Posisi Tubuh atau
Gangguan Bergerak).
2. O – Oropharyngeal Problems (Gangguan Menelan atau Fokus di Lidah).
3. S – Strabismus (Kedudukan Bola Mata Tidak Sejajar)
4. T – Tone (Hipertonus atau Hipotonus).
5. E – Evolution Maldevelopment (Refleks Primitif Menetap atau
Refleks Protective Equilibrium Gagal Berkembang).
6. R – Reflexes (Peningkatan Refleks Tendon atau Refleks Babinski
menetep). Abnormalitas empat dari enam kategori diatas dapat
menguatkan diagnosis CP (Sitorus dkk, 2016)
2. Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan Defisiensi
Stimulus
2. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan
Ganggun neuromuskuler
12
13
14
Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan Defisiensi Stimulus
15
(tidak tersedia) 1. Tidak mampu melakukan perawatan
diri sesuai usia
2. Afek datar
3. Raspon sosial lambat
4. Kontak mata terbatas
5. Nafsu makan menurun
6. Lesu
7. Mudah Marah
8. Regresi
9. Pola tidur terganggu (pada bayi)
Kondisi Klinis Terkait
1. Hipotiroidismo
2. Sindrom gagal tumbuh (Failure to Thrive Syndrome)
3. Leukemia
4. Defisiensi hormon pertumbuhan
5. Dementia
6. Delirium
7. Kelainan jantung bawaan
8. Penyakit Kronis
9. Gangguan Kepribadian
SLKI
Meningkat Menurun
Kemarahan 1 2 3 4 5
Regresi 1 2 3 4 5
Afek 1 2 3 4 5
Pola Tidur 1 2 3 4 5
17
SIKI
18
Edukasi
- Jelaskan orang tua dan/atau pengasuh tentang milestone perkembangan anak
dan perilaku anak
- Anjurkan orang tua menyentuh dan menggendong bayinya
- Anjurkan orang tua berinter, aksi dengan anaknya
- Ajarkan anak keterampilan berinteraksi
- Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi
-Rujuk untuk Konseling, Jika Perlu
SDKI
Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Gangguan neuromuskuler
(D.00119)
Definisi : Penurunan, perlambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk menerima,
memproses, mengirim, dan/atau menggunakan sistem simbol.
19
Gejala dan Tanda mayor Penyebab
Subjektif 1. Penurunan sirkulasi serebral
1. Tidak tersedia 2. Gangguan neuromuskuler
Objektif 3. Gangguan pendengaran
2. Tidak mampu berbicara atau 4. Gangguan musculoskeletal
mendengar
5. Kelainan palatum
3. Menunjukkan respon tidak sesuai
6. Hambatan fisik (mis.
Gejala dan Tanda minor Terpasang trakheostomi,
intubasi,
Subyektif krikotiroidektomi)
1. Tidak tersedia 7. Hambatan individu (mis.
Objektif Ketakutan, kecemasan,
merasa malu, emosional,
1. Afasia kurang privasi)
2. Disfasia 8. Hambatan psikologis (mis.
Gangguan psikotik,
3. Apraksia
gangguan konsep diri, harga
4. Disleksia diri rendah, ganggaun emosi)
5. Disartria 9. Hambatan lingkungan (mis.
Ketidakcukupan informasi,
6. Afonia
ketiadaan orang terdekat,
7. Dislalia ketidaksesuaian budaya,
Bahasa asing)
20
8. Pelo
9. Gagap
10. Tidak ada kontak mata
11. Sulit memahami komunikasi
12. Sulit mempertahankan komunikasi
13. Sulit menggunakan ekspresi wajah
atau tubuh
14. Tidak mampu menggunakan
ekspresi wajah atau tubuh
15. Sulit menyusun kalimat
16. Verbalisasi tidak tepat
17. Sulit menggunakan kata-kata
18. Disorientasi orang, ruang, waktu
19. Defisit penglihatan
20. Delusi
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera kepala
3. Trauma wajah
4. Peningkatan tekanan intracranial
5. Hipoksia kronis
6. Tumor
7. Miastenia gravis
8. Sclerosis multiple
9. Distropi muskuler
10. Penyakit Alzheimer
11. Kuadriplegia
12. Labiopalatoskizis
13. Infeksi laring
14. Fraktur rahang
15. Skizofrenia
21
16. Paranoid
17. Autisme
Asifia 1 2 3 4 5
Disfaksia 1 2 3 4 5
Pelo 1 2 3 4 5
Gagap 1 2 3 4 5
Respon perilaku 1 2 3 4 5
Pemahaman 1 2 3 4 5
komunikasi
22
SIKI
Promosi Komunikasi Deficit Bicara
Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan bicara
Monitor frustrasi, marah, depresi atau hal lain yang menganggu bicara
Identifikasi prilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
Terapeutik
Gunakan metode komunikasi alternative (mis: menulis, berkedip, papan
Komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan, dan computer)
Sesuaikan gaya Komunikasi dengan kebutuhan (mis: berdiri di depan pasien,
dengarkan dengan seksama, tunjukkan satu gagasan atau pemikiran sekaligus,
bicaralah dengan perlahan sambil menghindari teriakan, gunakan Komunikasi
tertulis, atau meminta bantuan keluarga untuk memahami ucapan pasien.
Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
Ulangi apa yang disampaikan pasien
Berikan dukungan psikologis
Gunakan juru bicara, jika perlu
Edukasi
Anjurkan berbicara perlahan
Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis dan fisiologis yang
berhubungan dengan kemampuan berbicara
Kolaborasi
Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
23
DAFTAR PUSTAKA
24
25