Anda di halaman 1dari 25

“ CEREBRAL PALSY (CP) “

Dosen Pengampu :
Baidah S.Kep., NS.,M.Kep

Di Susun Oleh :
Asmiyanti
(144012284)

POLITEKNIK KESDAM VI BANJARMASIN


DIII KEPERAWATAN
2024/2025
A. KONSEP DASAR CEREBRAL PLASY
1. Pengertian Cerebral palsy
Cerebral palsy (CP) adalah salah satu jenis gangguan/kelainan
yang masuk kedalam kelompok anak tuna daksa. Sulit bagi kita
menerjemahkan kata cerebral palsy atau lebih kita kenal dengan istilah CP
ke dalam Bahasa Indonesia. Menurut asal katanya CP berasal dari kata
cerebral = otak dan palsy = kekakuan, sehingga CP diartikan sebagai
kekakuan pada otak .
Cerebral palsy merupakan salah satu bentuk brain injury, yaitu
suatu kondisi yang mempengaruhi pengendalian system motorik sebagai
akibat lesi dalam otak. Yaitu adanya gangguan perkembangan maupun
pengendalian fungsi motorik pada anak. Bisa juga dikatakan suatu
kelainan motorik non progresif artinya luka tidak menghasilkan degenerasi
otak secara terus menerus. Luka pada otak anak hanya terjadi sekali saja,
sedangkan cidera otak pada saat luka merupakan tingkat kerusakan untuk
sisa kehidupan anak (Liswati, 2012).
CP adalah sindroma postur dan gangguan motorik yang
nonprogresif yang menyebabkan terbatasnya aktivitas dan seringkali
disertai gangguan kognitif atau defisit visual. Hal itu disebabkan oleh
adanya kerusakan otak nonprogresif atau disfungsi perkembangan otak
pada saat janin maupun bayi (Sitorus dkk, 2016).

2. Etiologi
Cerebral palsy bukan penyakit yang beridir sendiri tetapi nama yang
diberikan untuk variasi dari sindrom kerusakan saraf motorik yang terjadi
sekunder dan menjadi lesi dalam perkembangan otak. Kerusakan bersifat
permanen dan tidak dapat disembuhkan tetapi dampak dari CP dapat
diperkecil. Etiologi CP dibagi menjadi tiga :
a. Prenatal
1) Infeksi TORCH
2) Keracunan
3) Radiasi sinar X

2
b. Natal
1) Anoksia
2) Perdarahan otak
3) Premature
4) Ikterus
c. Postnatal
1) Trauma kapitis
2) Ensefalitis
3) Meningitis
4) Luka parut pasca bedah
Faktor risiko terjadinya CP antara lain jenis kelamin, ras, genetic,
sosioekonomi, riwayat obstetric, penyakit yang diderita ibu,
primipara, malnutrisi, BBLR, skor APGAR (Sitorus dkk, 2016).

3. Pembagian Cerebral Palsy


Adapun pengelompokkan yang masih sering digunakan dibagi ke
dalam beberapa hal, yaitu:
4. Dilihat Dari Pergerakan Otot-Otot
a. Jenis Spastik Tipe spastik ini ditandai dengan adanya gejala
kekejangan atau kekakuan pada sebagian atau seluruh otot.
Kekakuan ini timbul sewaktu akan digerakan sesuai dengan
kehendak. Dalam keadaan ketergantungan emosional kekakuan
atau senjangan itu akan makin bertambah, sebaliknya dalam
keadaan tenang gejala itu menjadi berkurang. Pada umumnya
anak CP jenis spastik ini memiliki tingkat kecerdasan yang
tidak terlalu rendah. Diantara mereka ada yang normal bahkan
ada yang diatas normal.
b. Jenis Athetoid
Pada tipe ini tidak tedapat kekejangan atau kekakuan. Otot-
ototnya dapat digerakan dengan mudah. Ciri khas tipe ini
terdapat pada system gerak. Hampir semua gerakan terjadi
diluar control. Gerakan yang dimaksud adalah dengan ada
tidaknya control dan kordinasi gerak.
3
c. Jenis Ataxia
Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan
kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan
pada waktu berdiri dan berjalan. Gangguan utama pada tipe ini
terletak pada system koordinasi dan pusat keseimbangan pada
otak, akibatnya anak tuna tipe ini mengalami gangguan dalam
hal koordinasi ruang dan ukuran, sebagai contoh dalam
kehidupan sehari-hari : pada saat makan mulut terkatup terlebih
dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai di ujung mulut.

d. Jenis Rigid
Pada tipe ini didapat kekakuan otot tetapi tidak seperti tipe
spastik, gerakannya tampak tidak ada keluwesan, gerakan
mekanik lebih tampak
e. Jenis Tremor
Gejala yang tampak jelas pada tipe ini adalah senantiasa
dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus
berlansung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran.
Gerakan ini dapat terjadi pada kepala, mata, tungkai, dan bibir.
f. Jenis Campuran
Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih
gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan
dengan anak yang hanya memiliki satu jenis tipe kecacatan luar
biasa pada umumnya dan anak CP pada khususnya

5. Pembagian Menurut Jumlah Anggota Badan yang Mengalami


Kelainan
a. Kelumpuhan Paraplegia adalah lumpuh pada kedua tungkai.
b. Kelumpuhan Diplegia adalah lumpuh kedua tangan kanan dan
kiri atau kaki kanan dan kiri.
c. Kelumpuhan Tetraplegia atau Quadriplegia adalah tiap
anggota gerak mengalami kelumpuhan misalnya tangan kanan
dan kedua kakinya lumpuh atau tangan kiri dan kedua kakinya

4
lumpuh.’
d. Kelumpuhan Hemiplegia adalah lumpuh anggota gerak atas
dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan
kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri.
e. Kelumpuhan Monoplegia adalah hanya satu anggota tubuh
yang lumpuh misalnya kaki kiri sedang kaki kanan dan kedua
tangannya normal.
f. Kelumpuhan Double Hemiplegia

6. Pembagian Menurut Berat Ringannya Berdasarkan Derajat


Gangguan Fungsi dan Bagian Luas Jaringan
a. Golongan Ringan Cerebral palsy yang termasuk golongan
ringan pada umumnya dapat hidup secara mandiri, tanpa
banyak memerlukan bantuan orang lain. Hal ini karena
kelainan yang disandang tidak banyak mengganggu dirinya
dalam memenuhi kebutuhan seharihari, demikian pula dalam
mengikuti pendidikan. Yang termasuk CP golongan ringan
misalnya mereka yang mengalami spastik ataupun paralysis
monoplegia, karena kelainannya hanya ada pada satu organ
gerak saja, sementara tiga organ gerak yang lain dapat
dilakukan sendiri dengan demikian hanya penyandang CP
dengan kelainan tunggal yang termasuk golongan ringan

b. Golongan Sedang
Cerebral palsy yang termasuk pada golongan sedang adalah
anak-anak CP yang memerlukan pertolongan khusus dan
pendidikan khusus agar anak-anak tersebut dapat mengurus
dirinya sendiri dapat pindah/ambulasi sendiri dan dapat
berbicara. Mungkin anak-anak CP golongan ini memerlukan
peralatan khusus seperti kruk, brase dan lain-lain untuk
membantu latihan pola gerak dan penguat tubuh dalam
melakukan ambulasi. Bantuan-bantuan khusus yang
diberikan dengan maksud agar mereka mampu mengurus diri
sendiri mampu berjalan dan berbicara.
5
c. Golongan Berat
Cerebral palsy yang termasuk golongan berat sudah
menunjukkan kelainan yang sedemikian rupa, sehingga
sama sekali sulit melakukan kegiatan-kegiatan fisik dan
tidak mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
Sangat sulit untuk meningkatkan kemampuan kemandirian
anak jadi latihan dan rehabilitas yang diberikan kepada
mereka sangan kecil hasilnya. CP yang termasuk golongan
berat ini selalu memerlukan perwatan dan pertolongan
orang lain selama hidupnya

7. Pembagian Menurut Berat Ringannya Berdasarkan Derajat


Gangguan Fungsi dan Bagian Luas Jaringan
a. Golongan Ringan Cerebral palsy yang termasuk golongan
ringan pada umumnya dapat hidup secara mandiri, tanpa
banyak memerlukan bantuan orang lain. Hal ini karena
kelainan yang disandang tidak banyak mengganggu dirinya
dalam memenuhi kebutuhan seharihari, demikian pula
dalam mengikuti pendidikan. Yang termasuk CP golongan
ringan misalnya mereka yang mengalami spastik ataupun
paralysis monoplegia, karena kelainannya hanya ada pada
satu organ gerak saja, sementara tiga organ gerak yang lain
dapat dilakukan sendiri dengan demikian hanya
penyandang CP dengan kelainan tunggal yang termasuk
golongan ringan
b. Golongan Sedang
Cerebral palsy yang termasuk pada golongan sedang
adalah anak-anak CP yang memerlukan pertolongan
khusus dan pendidikan khusus agar anak-anak tersebut
dapat mengurus dirinya sendiri dapat pindah/ambulasi
sendiri dan dapat berbicara. Mungkin anak-anak CP
golongan ini memerlukan peralatan khusus seperti kruk,
6
brase dan lain-lain untuk membantu latihan pola gerak dan
penguat tubuh dalam melakukan ambulasi. Bantuan-
bantuan khusus yang diberikan dengan maksud agar
mereka mampu mengurus diri sendiri mampu berjalan dan
berbicara.
c. Golongan Berat
Cerebral palsy yang termasuk golongan berat sudah
menunjukkan kelainan yang sedemikian rupa, sehingga
sama sekali sulit melakukan kegiatan-kegiatan fisik dan
tidak mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
Sangat sulit untuk meningkatkan kemampuan kemandirian
anak jadi latihan dan rehabilitas yang diberikan kepada
mereka sangan kecil hasilnya. CP yang termasuk golongan
berat ini selalu memerlukan perwatan dan pertolongan
orang lain selama hidupnya.( Liswati. 2012)

4. Patofisiologi
Cerebral Palsy Pada CP terjadi kerusakan pada pusat motorik dan
menyebabkan terganggunya fungsi gerak yang normal. Pada
kerusakan korteks cerebri terjadi kontraksi otak yang terus menerus
dimana disebabkan oleh karena tidak terdapatnya inhibisi langsung
pada lengkung reflex. Bila terdapat cidera berat pada system ekstra
pyramidal dapat menyebabkan gangguan pada semua gerak atau
hypotonic, termasuk kemampuan bicara. Namun bila hanya cedera
ringan maka gerakan gross motor dapat dilakukan tetapi tidak
terkoordinasi dengan baik dan gerakan motorik halus sering kali tidak
dapat dilakukan. Gangguan proses sensorik primer terjadi di
serebelum yang mengakibatkan terjadinya ataksia. Pada keterbatasan
gerak akibat fungsi motor control akan berdampak juga pada proses
sensorik (Hardiman 2013)

7
5. PATWAY

Prenatal Natal Post natal

- Malformasi
congenital - Anoksial - Trauma kapitis
- Infeksi dalam hipoksia - Infeksi
kandungan - Perdarahan - Kem ikterus
- Radiasi intra cranial
- Tok gravidarum - Trauma lahir
- Afiksia dalam - Prematuritas
kandungan

Cerebral plasy

Non Operative
operative

Kerusakan Kecacatan Kerusakan


Kerusakan Luka
nerfus multifase motorik Fisioterapi
N troklearis insisi
okulomotorius

Strabismus Gangguan Kelumpuhan Gangguan Kerusakan


tumbuh sepastisitas pendengaran jaringan
kembang
Gangguan
sensori
persepsi
Hambatasn Gangguan Risiko
mobilitas komunikasi cidera
fisik verbal

(Ani. 2017)

8
6. Manifestasi Klinis Cerebral Palsy
Anak CP memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Kemampuan Motorik Anak CP memiliki gangguan fungsi motorik.


Gangguan ini berupa kekakuan, kelumpuhan, kurang koordinasi,
hilang keseimbangan dan munculnya gerakan-gerakan ritmis.
Gangguan ini tidak hanya berakibat kepada fungsi anggota gerak
tetapi fungsifungsi lain yang berhubungan dengan masalah motorik
lain seperti gangguan bicara, mengunyah, dan menelan.

2. Kemampuan Sensoris Pada umumnya anak CP juga memiliki


gangguan dalam hal sensorisnya. Gangguan sensoris tersebut meliputi
gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, dan gangguan
kinestetik-taktil.

3. Kemampuan Intelektual Kemampuan intelektual anak CP beragam


dari rentang idiot sampai gifted, tetapi sebagian besar penderita
cerebral palsy mengalami keterbelakangan mental. 1/3 dari populasi
anak CP mengalami keterbelakangan mental berat.

4. Kemampuan Persepsi Peristiwa persepsi terjadi di otak. Karena


kerusakan pada anak CP terjadi di otak, maka pada umumnya mereka
juga mengalami gangguan persepsi baik itu secara visual, auditif
maupun kinestetiktaktil.

5. Kemampuan Berbicara dan Komunikasi Sebagian besar anak CP


mengalami gangguan bicara sebagai akibat dari kekakuan otot-otot
motorik bicara mereka. Gangguan bicara yang terjadi dapat mengarah
kepada gangguan komunikasi. Anak CP mengalami kesulitan dan
mengungkapkan ide dan gagasan mereka bahkan banyak diantara
mereka yang bicaranya tidak jelas sehingga sukar dipahami maksud
pembicaraanya

6. Kemampuan Emosi dan Penyesuaian Sosial Kebanyakan anak CP


mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial ini berkaitan dengan
konsep yang mereka miliki
9
7. Kemampuan Motorik Anak CP memiliki gangguan fungsi motorik.
Gangguan ini berupa kekakuan, kelumpuhan, kurang koordinasi,
hilang keseimbangan dan munculnya gerakan-gerakan ritmis.
Gangguan ini tidak hanya berakibat kepada fungsi anggota gerak
tetapi fungsifungsi lain yang berhubungan dengan masalah motorik
lain seperti gangguan bicara, mengunyah, dan menelan.

8. Kemampuan Sensoris Pada umumnya anak CP juga memiliki


gangguan dalam hal sensorisnya. Gangguan sensoris tersebut meliputi
gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, dan gangguan
kinestetik-taktil.

9. Kemampuan Intelektual Kemampuan intelektual anak CP beragam


dari rentang idiot sampai gifted, tetapi sebagian besar penderita
cerebral palsy mengalami keterbelakangan mental. 1/3 dari populasi
anak CP mengalami keterbelakangan mental berat.

10. Kemampuan Persepsi Peristiwa persepsi terjadi di otak. Karena


kerusakan pada anak CP terjadi di otak, maka pada umumnya mereka
juga mengalami gangguan persepsi baik itu secara visual, auditif
maupun kinestetiktaktil.

11. Kemampuan Berbicara dan Komunikasi Sebagian besar anak CP


mengalami gangguan bicara sebagai akibat dari kekakuan otot-otot
motorik bicara mereka. Gangguan bicara yang terjadi dapat mengarah
kepada gangguan komunikasi. Anak CP mengalami kesulitan dan
mengungkapkan ide dan gagasan mereka bahkan banyak diantara
mereka yang bicaranya tidak jelas sehingga sukar dipahami maksud
pembicaraanya

12. Kemampuan Emosi dan Penyesuaian Sosial Kebanyakan anak CP


mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial ini berkaitan dengan
konsep yang mereka miliki

10
7. Pemeriksaan Penunjang Cerebral Palsy
Cerebral palsy dapat didiagnosis menggunakan kriteria Levine (POSTER). POSTER
terdiri dari :
1. P – Posturing/Abnormal Movement (Gangguan Posisi Tubuh atau
Gangguan Bergerak).
2. O – Oropharyngeal Problems (Gangguan Menelan atau Fokus di Lidah).
3. S – Strabismus (Kedudukan Bola Mata Tidak Sejajar)
4. T – Tone (Hipertonus atau Hipotonus).
5. E – Evolution Maldevelopment (Refleks Primitif Menetap atau
Refleks Protective Equilibrium Gagal Berkembang).
6. R – Reflexes (Peningkatan Refleks Tendon atau Refleks Babinski
menetep). Abnormalitas empat dari enam kategori diatas dapat
menguatkan diagnosis CP (Sitorus dkk, 2016)

8. Penatalaksanaan Cerebral Palsy


Tidak ada terapi standar untuk semua kasus, tergantung dari gejala, jenis
dan derajat beratnya cerebral palsy. Terapi mencakup :
1. Terapi Fisik Tujuan utama untuk memperbaiki fungsi alat gerak,
mengontrol gerakan refleks patologis, merangsang gerakan yang
normal. Metode yang digunakan antara lain : Vojta, Bobaath, Peto,
Doman- Delecato, Phelps, Shang Dian, Brunnstrom.
2. Terapi Okupasi Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan untuk
menolong diri sendiri, memperbaikikemampuan motorik halus,
penderita dilatih supaya bisa mengena-kan pakaian, makan, minum
dan keterampilan lainnya.Terapi motorik disesuaikan dengan
jenishambatan dan kelainan. Meningkatkan kemampuan gerak pada
persendian, meningkatkankekuatan otot, meningkatkan pengontrolan
motorik tubuh.
3. Terapi Wicara Latihan vonsi : melatih gerakan bibir, lidah, otot-otot
vocal. Latihan pemahaman Bahasa. Latihan mengungkapkan:
termasuk mengungkapkan dengan bahasa verbal atau nonverbal.
4. Alat Bantu Alat bantu untuk menopang tubuh,siku, kaki, lutut, agar
fungsi persendian tetap terjaga dan tidak terjadi perubahan bentuk.
11
5. Terapi Bedah Bila terjadi kekakuan dan kelainan bentuk sendi pada
pasien diatas usia 5 tahun.
6. Terapi Obat-obatan Untuk merangsang saraf otak dan roboransia yang
sesuai, mencegah kejang pada kasus kejang (Erico, 2011).
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Kaji Riwayat Kehamilan Ibu
b. Kaji Riwayat Persalinan
c. Identifikasi Anak yang Mempunyai Risiko

d. Kaji Iritabel Anak, Kesukaran Dalam Makan/Menelan, Perkembangan


Yang Terlambat Dari Anak Normal, Perkembangan Pergerakan Kurang,
Postur Tubuh Yang Abnormal, Refleks Bayi Yang Persisten, Ataxic,
Kurangnya Tonus Otot.
e. Monitor Respon Bermain Anak
f. Kaji Fungsi Intelektual
g. Riwayat Penyakit Dahulu : Kelahiran Premature Dan Tauma Lahir
h. Riwayat Penyakit Sekarang : Kelemahan Otot, Retardasi Mental,
Gangguan Hebat- Hipotonia, Melempar/Hisap Makan, Gangguan
Bicara/Suara, Visual Dan Mendengar.

2. Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan Defisiensi
Stimulus
2. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan
Ganggun neuromuskuler

12
13
14
Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan Defisiensi Stimulus

Gangguan Tumbuh Kembang ( D.0106)


Kategori : Psikologis
Subkategori :Pertumbuhan dan Perkembangan
Definisi
Kondisi individu mengalami gangguan kemampuan bertumbuh dan berkembang
sesuai dengan kelompok usia
Penyebab
1. Elek ketidakmampuan fisik
2. Keterbatasan lingkungan
3. Inkonsistensi respon
4. Pengabaian
5. Terpisah dari orang tua tua dan/atau orang terdekat
6. Defisiensi stimulus
Penyebab Objektif
Subjektif 1. Tidak mampu melakukan keterampilan
(tidak atau perilaku khas sesuai usia (fisik,
tersedia) bahasa, motorik, psikososial)
2. Pertumbuhan fisik terganggu
Gejala Tanda Mayor
Subjektif Objektif

15
(tidak tersedia) 1. Tidak mampu melakukan perawatan
diri sesuai usia
2. Afek datar
3. Raspon sosial lambat
4. Kontak mata terbatas
5. Nafsu makan menurun
6. Lesu
7. Mudah Marah
8. Regresi
9. Pola tidur terganggu (pada bayi)
Kondisi Klinis Terkait
1. Hipotiroidismo
2. Sindrom gagal tumbuh (Failure to Thrive Syndrome)
3. Leukemia
4. Defisiensi hormon pertumbuhan
5. Dementia
6. Delirium
7. Kelainan jantung bawaan
8. Penyakit Kronis
9. Gangguan Kepribadian

SLKI

Status Perkembangan L.10101


Definisi
Kemampuan untuk berkembang sesuai dengan kelompok usia
Ekspektasi Membaik
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningka
t
Keterampilan 1 2 3 4 5
perilaku sesuai
usia
Kemampuan 1 2 3 4 5
melakukan
perawata diri
16
Respon Sosial 1 2 3 4 5
Kontak Mata 1 2 3 4 5

Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun

Meningkat Menurun
Kemarahan 1 2 3 4 5

Regresi 1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik


Memburu Membaik
k

Afek 1 2 3 4 5

Pola Tidur 1 2 3 4 5

17
SIKI

Perawatan Perkembangan I.10339


Definisi
Mengidenafikasi dan merawat untuk menfasilitasi perkembangan yang optimal
pada aspek motorik halus, motorik kasar bahasa, kognitif, sosial, emosional di tiap
tahapan usia anak
Tindakan
Observasi
- Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
- Identifikasi layaral perilaku dan fisiologis yang ditunjukkan bayi (mis lapar,
tidak nyaman)
Terapeutik
- Pertahankan sentuhan saminimal mungkin pada bayi prematur
- Berikan sentuhan yang bersifal gertle dan tidak ragu-ragu
- Minimalkan nyeri
- Minimalkan kebisingan ruangan
- Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal
- Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
- Sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan anak lainnya
- Fasilitasi anak barbagi dan bergaria /bergilir
- Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan positif atau umpan
balik atas usahanya
- Pertahankan kenyamanan anak
- Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara mandiri (mis
makan, sikat gigi, cuci tangan memakai baju)
- Bernyanyi bersama anak lagu-lagu yang disukai
- Bacakan cerita atau dongeng
- Dukung partisipasi anak di sekolah, ekstrakurikuler dan aktivitas komunitas

18
Edukasi
- Jelaskan orang tua dan/atau pengasuh tentang milestone perkembangan anak
dan perilaku anak
- Anjurkan orang tua menyentuh dan menggendong bayinya
- Anjurkan orang tua berinter, aksi dengan anaknya
- Ajarkan anak keterampilan berinteraksi
- Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi
-Rujuk untuk Konseling, Jika Perlu

SDKI
Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Gangguan neuromuskuler

(D.00119)
Definisi : Penurunan, perlambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk menerima,
memproses, mengirim, dan/atau menggunakan sistem simbol.

19
Gejala dan Tanda mayor Penyebab
Subjektif 1. Penurunan sirkulasi serebral
1. Tidak tersedia 2. Gangguan neuromuskuler
Objektif 3. Gangguan pendengaran
2. Tidak mampu berbicara atau 4. Gangguan musculoskeletal
mendengar
5. Kelainan palatum
3. Menunjukkan respon tidak sesuai
6. Hambatan fisik (mis.
Gejala dan Tanda minor Terpasang trakheostomi,
intubasi,
Subyektif krikotiroidektomi)
1. Tidak tersedia 7. Hambatan individu (mis.
Objektif Ketakutan, kecemasan,
merasa malu, emosional,
1. Afasia kurang privasi)
2. Disfasia 8. Hambatan psikologis (mis.
Gangguan psikotik,
3. Apraksia
gangguan konsep diri, harga
4. Disleksia diri rendah, ganggaun emosi)
5. Disartria 9. Hambatan lingkungan (mis.
Ketidakcukupan informasi,
6. Afonia
ketiadaan orang terdekat,
7. Dislalia ketidaksesuaian budaya,
Bahasa asing)

20
8. Pelo
9. Gagap
10. Tidak ada kontak mata
11. Sulit memahami komunikasi
12. Sulit mempertahankan komunikasi
13. Sulit menggunakan ekspresi wajah
atau tubuh
14. Tidak mampu menggunakan
ekspresi wajah atau tubuh
15. Sulit menyusun kalimat
16. Verbalisasi tidak tepat
17. Sulit menggunakan kata-kata
18. Disorientasi orang, ruang, waktu
19. Defisit penglihatan
20. Delusi
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera kepala
3. Trauma wajah
4. Peningkatan tekanan intracranial
5. Hipoksia kronis
6. Tumor
7. Miastenia gravis
8. Sclerosis multiple
9. Distropi muskuler
10. Penyakit Alzheimer
11. Kuadriplegia
12. Labiopalatoskizis
13. Infeksi laring
14. Fraktur rahang
15. Skizofrenia
21
16. Paranoid
17. Autisme

SLKI : Komunikasi verbal .Kode: (L.13118 )


Definisi : Kemampuan menerima, memproses, mengirim, dan/atau
menggunakan sistem simbol.

Membur Cukup Sedang Cukup Membaik


uk membu membaik
ruk
Ekspetasi meningkat
Kriteria hasil
Kemampuan 1 2 3 4 5
berbicara
Kemampuan 1 2 3 4 5
mendengar
Kesesuaian 1 2 3 4 5
ekspresi
wajah/tubuh
Kontak mata 1 2 3 4 5

Asifia 1 2 3 4 5

Disfaksia 1 2 3 4 5

Pelo 1 2 3 4 5

Gagap 1 2 3 4 5

Respon perilaku 1 2 3 4 5

Pemahaman 1 2 3 4 5
komunikasi

22
SIKI
Promosi Komunikasi Deficit Bicara

Promosi Komunikasi Deficit Bicara I.13492


Definisi : Menggunakan teknik komunikasi tambahan pada individu dengan gangguan
pengelihatan
Tindakan
Observasi
 Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume dasn diksi bicara

 Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan bicara
 Monitor frustrasi, marah, depresi atau hal lain yang menganggu bicara
 Identifikasi prilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
Terapeutik
 Gunakan metode komunikasi alternative (mis: menulis, berkedip, papan
Komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan, dan computer)
 Sesuaikan gaya Komunikasi dengan kebutuhan (mis: berdiri di depan pasien,
dengarkan dengan seksama, tunjukkan satu gagasan atau pemikiran sekaligus,
bicaralah dengan perlahan sambil menghindari teriakan, gunakan Komunikasi
tertulis, atau meminta bantuan keluarga untuk memahami ucapan pasien.
 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
 Ulangi apa yang disampaikan pasien
 Berikan dukungan psikologis
 Gunakan juru bicara, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan berbicara perlahan
 Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis dan fisiologis yang
berhubungan dengan kemampuan berbicara
Kolaborasi
 Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis

23
DAFTAR PUSTAKA

Ani. 2017. Pathway Cerebral Palsy. https://www.scribd.com diakses pada 25


desember 2017.
Erico. 2011. Penatalaksanaan Cerebral Palsy. https://www.scribd.com. Diakses
pada 25 desember 2017.
Hardiman, Budi. 2013. Naskah Publikasi “Penatalaksanaan Fisioterapi pada
Kasus Cerebral Palsy Quadriplegi dengan Metode Neuro Development
Treatment
(NDT) di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta”. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Liswati. 2012. Mengembangkan Potensi Diri Anak Cerebral Palsy di Sekolah
Inklusi Melalui Latihan Kecakapan Hidup. Jurnal Pendidikan Khusus. Vol
IX No. 1.
Sitorus, Franisca Santa Ana Boru dkk. 2016. Pravalensi Anak Cerebral Palsy di
Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Periode 2015. Jurnal Kedokteran Klinik. Vol 1 No. 1

24
25

Anda mungkin juga menyukai