BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerebral palsy merupakan kelainan syaraf motorik yang ada di otak. Ada banyak
kelainan syaraf motorik di otak namun bukan dinamai Cerebral Palsy, hal itu dikarenakan
terjadinya bukan pada masa perkembangan anak. Sedangkan Cerebral Palsy adalah
kelainan yang terjadi pada pra natal, natal, dan pasca natal. Cerebral palsy merupakan
suatu gangguan cacat motorik yang biasa terjadi pada anak usia dini, biasanya ditemukan
sekitar umur kurang dari 2 tahun. Anak dengan cerebral palsy memiliki kondisi yang
stabil dan tidak progresif. Oleh karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan
khusus (Miller, 2005). Jenis yang paling umum pada cerebral palsy yaitu kejang cerebral
palsy. Hal itu dialami pada 70% orang yang mengalami cerebral palsy (Bjorklund, 2006).
tipe spastik, 15% tipe atetotik, 5% ataksia,dan sisanya campuran (Saharso, 2006 cit
Utomo, 2013).
B. Tujuan Penulisan
BAB II
3
TUNJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Manusia adalah mahluk yang unik dengan ciri-ciri atau karakteristik yang
berbeda antara satu dengan yang lain. Begitu juga dengan karakteristik anak cerebral
palsy. Karakteristik anak cerebral palsy dapat dilihat dari ciri-ciri yang tampak pada
anak-anak cerebral palsy. Penyebab utamanya adalah adanya kerusakan, gangguan
atau adanya kelainan yang terjadi pada otak.
a. Golongan Ringan
5
Cerbral palsy dapat berdampak pada keadaan kejiwaan yang banyak dialami
adalah kurannya ketenangan. Anak cerebral palsy tidak dapat stabil, sehingga
menyulitkan pendidik untuk mengikat (mengarahkan) kepada suatu pelajaran atau
latihan. “Anak cerebral palsy dapat juga bersikap depresif, seakan-akan melihat
sesuatu dengan putus asa atau sebaliknya agresif dengan bentuk pemarah, ketidak
sabaran atau jengkel, yang akhirnya sampai kejang “. (Mumpuniarti, 2001: 101).
Sedangkan menurut Abdul Salim (2007: 184-176), kelainan fungsi dapat terjadi
tergantung dari jenis cerebral palsy dan berat ringannya kelainan, antara lain:
4. Etiologi
a. Prenatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubella dan penyakit infeksi sitomegalik.
Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental,
anoreksia dalam kandungan.
b. Perinatal
1) Anoksia / hipoksia
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah cidera otak.
Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia.
2) Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya misalnya perdarahan yang mengelili batang otak,
mengganggu pusat penafasan dan peredaran darah sehingga terdjadi anoksia.
Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid dan menyebabkan penyumbatan
CSS sehingga mengakibatkan hidrocefalus.
3) Prematuritas
7
5. Manifestasi Klinis
a. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus dan reflex yang disertai dengan klonus dan reflex
babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi menetap dan tidak hilang,
meskipun pasien dalam keadaan tidur.
b. Koreo-atetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
dengan sendirinya (involuntary movement).
c. Ataksia
Gangguan kordinasi. Bayi dalam golongan ini flaksit dan menunjukkan
perkembangan motorik yang lambat.
d. Gangguan pendengaran
Terdapat 5-10% anak dengan cerebral palsy gangguan berupa kelainan neurogen
terutama persepsi nadi tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada
golongan koreo-atetosis.
e. Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental.
f. Gangguan mata
Biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi pada asfiksia yang
berat dapat terjadi katarak.
8
f. Abnormal merangkak
a. Gangguan Motorik
b. Gangguan Sensoris
c. Gangguan Berbicara
Area Brocca yang menjadi pusat bahasa di otak yang ikut terganggu karena
luasnya kerusakan di otak menyebabkan anak sulit memahami bahasa. Disamping
sulit memahami bahasa, gangguan akan bertambah kompleks bila otototot mulut,
lidah dan otot artikulasi lainnya terganggu, anak akan kesulitan untuk
berkomunikasi. Hal ini wajar dialami oleh anak CP karena otot-otot lidah, mulut,
dan pipi dipesarafi oleh saraf periper di otak.
d. Gangguan Kecerdasan
Seperti diungkapkan oleh Stephen dan Hawks bahwa 40 sampai 60 persen anak
CP berada pada katagori retardasi mental, maka kesulitan belajar sudah pasti
terjadi. Kesulitan belajar menuntut cara dan modifikasi dalam pembelajaran. Cara
mengajar buat mereka menuntut penempatan yang tepat, sehingga asessmen untuk
melihat kemampuan, ketidakmampuan, dan kebutuhan anak menjadi satu
keharusan. Setelah mengetahui kebutuhan anak maka disusunlah program
pembelajaran individual (PPI), yang pelaskanaan pembelajarannya bisa dalam
setting klasikal atau individual. Modifikasi alat dapat berupa alat tulis menulis
atau alat pembelajaran lainnya dalam pelajaran ADL , alat lain yang dimodifikasi
untuk kepentingan belajar seperti meja dan kursi, serta alat mobilitas di sekolah.
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu kerja
sama yang baik dan merupakan suatu ‘team’ antara dokter anak, neurolog,
psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikologi, fisioterapi,
‘occupational therapist’ pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua
penderita.
b. Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu
program latihan di rumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi
penderita pada waktu istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan
untuk sementara tinggal di suatu pusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan
sepanjang penderita hidup.
c. Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan
pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut.
Pembedahan stereotaktik dianjurkan pada penderita dengan pergerakan
koreoatetosis yang berlebihan.
d. Pendidikan
Penderita ‘cerebral palsy’ dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya, di sekolah
luar biasa dan bila mungkin di sekolah luar biasa bersama-sama dengan anak
yang normal. Mereka sebaiknya diperlakukan sama seperti anak yang normal,
yaitu pulang ke rumah dengan kendaraan bersama-sama, sehingga mereka tidak
merasa diasingkan, hidup dalam suasana normal. Orang tua janganlah
melindungi anak secara berlebihandan untuk ini pekerja sosial dapat membantu
di rumah dengan nasehat sperlunya.
e. Obat-obatan
Pada penderita dengan kejang diberikan obat antikonvulsan rumat yang sesuai
dengan karakteristik kejangnya, misalnya luminal, dilantin, dan sebagainya. Pada
keadaan tonus otot yang berlebihan, obat dari golongan benzodiazepine dapat
menolong, misalnya diazepam, klordiazepoksid (Librium), nitrazepam
(mogadon). Pada keadaan koreotetosis diberikan artan. Imipramin (tofranil)
diberikan kepada penderita dengan depresi.
11
B. Konsep Cerebral Palsy ditinjau dari aspek kesehatan, sosial, pendidikan, koping
keluarga, kebijakan pemerintah.
1. Aspek Kesehatan
Kualitas hidup diartikan sebagai persepsi subjektif individu terhadap
kedudukannya dalam kehidupan, meliputi berbagai komponen kehidupan seperti
sistem nilai dan budaya di tempat tinggalnya dalam hubungannya dengan tujuan,
harapan, dan norma. Kualitas hidup anak cerebral palsy merupakan penilaian
terhadap seluruh aspek kehidupan, meliputi aspek kesehatan (fisik, mental, dan
sosial ) dan aspek non kesehatan (ekonomi, sekolah, dan agama).
Hal ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi kualitas hidup anak.
Kondisi kesehatan fisik terutama ditentukan oleh struktur dan fungsi tubuh anak.
Anak cerebral palsy mempunyai gangguan beberapa sistem tubuh seperti sistem
saraf pusat, respirasi, kardiovaskular, dan muskuloskeletal. Gangguan anatomi
tubuh disebabkan karena perubahan struktur dan morfologi otot. Penelitian secara
immunohistochemical pada anak serebral palsy, menunjukkan adanya
peningkatan jaringan lemak intramuskular, penumpukan kolagen pada otot, dan
hipotrofi serat otot. Perubahan struktur dan fungsi tubuh pada anak serebral palsy
akan mengakibatkan penurunan aktivitas dan partisipasi anak dalam melakukan
kegiatan sehari-hari, sehingga menurunkan kualitas hidup anak.
Gangguan anatomi tubuh disebabkan karena perubahan struktur dan morfologi
otot. Penelitian secara immunohistochemical pada anak serebral palsy,
menunjukkan adanya peningkatan jaringan lemak intramuskular, penumpukan
kolagen pada otot, dan hipotrofi serat otot. Perubahan struktur dan fungsi tubuh
pada anak serebral palsy akan mengakibatkan penurunan aktivitas dan partisipasi
anak dalam melakukan kegiatan sehari-hari, sehingga menurunkan kualitas hidup
anak.
Secara umum, kualitas hidup anak cerebral palsy lebih rendah dibandingkan
anak normal kelompok usia yang sama. Gangguan motorik memegang peranan
penting dalam hal ini. Di Asia seperti Malaysia, kualitas hidup anak serebral
palsy masih rendah, hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas pelayanan
kesehatan untuk anak-anak cacat, kurangnya kesadaran dan keahlian dari sumber
daya manusia, dan tingkat ekonomi yang rendah. Namun beberapa bayi dengan
gangguan motorik ringan menunjukkan perbaikan dan mencapai fungsi motorik
normal pada masa anak-anak.
12
Banyak penderita cerebral palsy juga menderita penyakit lain. Kelainan yang
mempengaruhi otak dan menyebabkan gangguan fungsi motorik dapat
menyebabkan kejang dan mempengaruhi perkembangan intelektual seseorang,
atensi terhadap dunia luar , aktivitas dan perilaku dan penglihatan serta
pendengaran. Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan cerebral palsy
menurut ; Suharso ( 2006 : 8 ) yaitu :
a. Gangguan mental
Sepertiga anak dengan Cerebral Palsy memiliki gangguan intelektual ringan ,
sepertiga dengan gangguan sedang hingga berat dan sepertiga lainnya normal.
Gangguan mental sering dijumpai pada anak dengan klinis Spastik
Quadriplegia.
Terapi fisik adalah bentuk pengobatan dengan latihan dan peralatan khusus
agar anak dapat memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan Universitas
Sumatera Utara kemampuan fisiknya. Disebut juga fisioterapi. Terapi fisik
sebaiknya diberikan dalam satu tahun pertama kehidupan atau segera setelah
diagnosis palsi serebral dibuat. Pemberian terapi fisik juga terbukti dapat
memperbaiki panjang langkah, urutan langkah, kecepatan dan irama gaya
berjalan, peningkatan rentang gerakan, pengurangan spastisitas dan rigiditas.
2. Aspek Sosial
Anak dengan cerebral palsy sering kali memiliki keterbatasan untuk bersosialisasi
karena adanya kekurangan dalam berkomunikasi dengan orang lain (Kn, 2014).
Proses sosialisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ialah dukungan
sosial keluarga. Anak yang memperoleh dukungan sosial keluarga secara baik,
akan meningkat ketrampilan sosialnya. Namun jika dukungan sosial keluarga yang
diperoleh itu kurang atau tidak diperoleh sama sekali, maka anak akan merasa
tertekan, terabaikan bahkan cenderung merasa ditelantarkan, sehingga ia
diselimuti rasa takut dan kecemasan dalam membina interaksi sosial (Zahra,
2007).
Dukungan sosial orang tua dan lingkungan sekitarnya merupakan faktor yang
mempengaruhi kematangan sosial. Dengan adanya dukungan tersebut akan
meningkatkan kepercayaan diri anak, sehingga dapat bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya (Sapariadi, 1982). Dukungan sosial dari orang tua dan
14
semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan
hubungan sosial.
Selain Keluarga, masyarakat, dan pemerintah memegang peranan penting dalam
faktor lingkungan. Kurangnya penerimaan anak cerebral palsy dalam masyarakat
berupa adanya sikap diskriminasi, stigmatisasi, dan kurang pengertian dari
masyarakat terhadap kondisi anak cerebral palsy, menyebabkan menurunnya
kualitas hidup anak. Faktor keluarga dipengaruhi oleh: tingkat pendidikan orang
tua, status perkawinan orang tua, serta kesehatan fisik dan mental orang tua.
anak cerebral palsy membutuhkan perhatian khusus dari lingkungan yang mampu
mendorong mereka untuk hidup lebih baik lagi. Terutama dalam pemenuhan
kebutuhan agar anak mampu menyesuaikan dirinya untuk hidup di tengah tengah
lingkungan sosialnya. Mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi mandiri
dan berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak
cerebral palsy.
Berbicara mengenai permasalahan tersebut, konsep kesejahteraan sosial dalam
gagasannya sebagai suatu sistem pelayanan sosial memandang bagaimana
tindakan manusia atau sekelompok manusia yang terorganisasi dapat membantu
pemecahan masalah yang dilakukan untuk mencapai tingkat kehidupan
masyarakat yang lebih baik. Pelayanan sosial yang dimaksud merupakan salah
satu dari usaha kesejahteraan sosial yang dapat diberikan dalam rangka menangani
persoalan hidup lewat berbagai layanan pertolongan.
Pada fungsi pelayanan sosial ini, memiliki bentuk-bentuk pelayanan sosial yang di
antaranya adalah sebagai berikut:
a) Bimbingan sosial bagi keluarga,
b) Program asuhan keluarga dan adopsi anak,
c) Program bimbingan bagi anak nakal dan bebas hukuman,
d) Program-program rehabilitasi bagi penderita cacat,
e) Program-program bagi lanjut usia,
f) Program-program penyembuhan bagi penderita gangguan mental,
g) Program-program bimbingan bagi anak-anak yang mengalami masalah
dalam bidang pendidikan, Program-program bimbingan bagi para pasien di
Rumah Sakit.
Dengan demikian pada fungsi pelayanan sosial ini berfokus pula pada anak
dengan disabilitas yang diberikan lewat adanya program-program rehabilitasi
sosial sebagai salah satu bentuk pelayanannya. Begitu pun juga halnya dengan
anak cerebral palsy yang perlu mendapatkan perlindungan dan rehabilitasi untuk
membantu mereka guna menjadikan kehidupannya lebih baik lagi. Dengan
berbagai hambatan yang telah disampaikan pada sub bab sebelumnya, tentu hal ini
16
3. Aspek pendidikan
Berbagai hambatan yang dialami anak Cerebral Palsy menuntut banyak hal yang
menjadi pertimbangan dalam pembelajaran mereka. Keragaman individu
penyandang Cerebral Palsy dalam hal mobilitas, intelektual, gangguan-gangguan
lain dalam system saraf memberi pengaruh yang tidak kecil dalam membantu
mereka belajar. Merujuk pada tujuan Pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, seperti manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Mencermati tujuan pendidikan di atas, sangatlah sulit bagi anak Cerebral Palsy
untuk menggapai tujuan itu mengingat sangat idealnya tujuan pendidikan nasional
yang ingin dicapai itu. Dari sisi mencerdaskan kehidupan bangsa saja, sebagian
besar dari mereka tak mungkin bisa mencapai criteria cerdas karena selain mereka
terganggu mobilitasnya, juga terganggu kecerdasannya.
a. Landasan pendidikan bagi anak cerebral palsy.
Dalam melaksanakan suatu pendidikan, tentu memerlukan suatu landasan yang
menjadi dasar dalam pelaksanaan pendidikan tersebut, tidak jauh berbeda dengan
suatu bangunan yang memerlukan pondasi, begitu juga dengan pendidikan yang
juga memerlukan landasan, diantara landasan yang digunakan untuk pendidikan
anak cerebral palsy adalah:
1) Agama (Religi)
Negara indonesia merupakan negara majemuk dengan berbagai agama dan
kepercayaan serta negara yang berlandasan pancasila. Didalam butir
pancasila, sila yang pertama jelas menegaskan bahwa penduduk negara
Indonesia mempercayai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Setiap agama memilki pandangan tersendiri terhadap berbuat baik, begitu
juga terhadap anak luar biasa terutama anak cerebral palsy. Khusus
didalam agama islam, tidak ada pendiskriminasikan terhadap anak luar
17
biasa dengan anak biasa. Islam memandang mereka sama, bahkan yang
membedakan mereka adalah derajat taqwa. Sehingga mereka layak
mendapat pendidikan sesuai yang mereka perlukan. Didalam kitab Alquran
surah Az-Zukhruf ayat 32 disebutkan :
“Mengapa mereka yang harus menentukan pemberian rahmat Tuhanmu,
padahal Kamilah yang berwenang membagi-bagikan karunia diantara
mereka dalam hidup ini. Dan Kami pula yang berwenang mengangkat
sebagian mereka diatas lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan yang lain dalam rangka saling membutuhkan. Namun
rahmat Tuhanmu lebih berharga dari harta yang mereka kumpulkan.”
Ayat diatas memberitahukan kepada kita mengenai bagaimana
memperlakukan orang sebagimana biasanya, bahkan manusia tidak
mempunyai kendali dalam memberikan rahmat karena rahmat itu hanya
ada di tangan Alloh swt. Ayat lain yang mendukung penyelenggaraan
pendidikan bagi anak luar biasa adalah Al Baqarah : 220, An Nisa :9, dan
surah Abasya (teguran kepada nabi Muhammad SAW yang menolak meng
ajarkan tunanetra akan agama).
2) Filosofis
Filosofis bangsa indonesia yang menanamkan nilai-nilai pancasila dalam
setiap warga negaranya sebagai pandangan hidup, cita-cita dan
bermasyarakat. Nilai itu adalah menyuruh warga indonesia untuk percaya
akan adanya Tuhan Yang Maha Esa serta hidup dalam keadilan yang
beradab, mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban
antara manusia, cinta tanah air indonesia, bergotong royong dan
sebagainya. Nilai-nilai filsafat tersebut dapat ditanamkan dan dibiasakan
bagi anak cerebral palsy dalam proses pendidikan.
3) Yuridis formal
Dasar yang melandasi pendidikan bagi anak cerebral palsy adalah yuridis
formal atau hukum, diantara hukum yang mendukungnya adalah
a) Undang Undang Dasar 1945 seperti yang tercantum dalam
pembukaannya alenia ke empat. Demikian juga yang tertuang dalam pasak
31 UUD 1945 menyatakan bahwa (1) tiap tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran, pemerintah mengusahakan dan
18
4) Sosiologik
Anak cerebral palsy dan anak yang memiliki kelainan lainnya tidak sedikit
yang cenderung mengisolasi diri mereka sendiri, dan sukar untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Faktor ini lebih disebabkan
oleh faktor lingkungan luar yang tidak mendukung mereka, seperti sikap
orang tua yang apatis terhadap mereka dan malu memilki anak cerebral
palsy. Oleh karena itu, dengan diadakannya pendidikan, diharapkan dapat
mendorong anak cerebral palsy untuk dapat bergabung dan
bersosialisasi dengan lingkungannya.
5) Pedagogik
Seperti motto PLB, “jangan lihat kecacatan yang aku miliki tetapi lihatlah
potensi ku yang mungkin dapat dikembangkan”. Berdasarkan motto ini,
maka anak cerebral palsy juga mempunyai potensi yang terpendam dan
akan keluar jika digali lewat pendidikan, oleh sebab itu, pendidikan bagi
mereka sangat dibutuhkan. Selain itu, motto dari Hellen Keller dan Prof Dr
Soeharso juga melandasi pendidikan bagi anak cerebral palsy “seseorang
penderita cacat, tidak akan pernah tahu kemampuan yang terpendam,
sampai ia diperlakukan sebagai manusia biasa dan diberi kesempatan
untuk menentukan jalan hidupnya” dan “meskipun jasmaniku cacat tetapi
jiaku tidak cacat.”
6) Medik
Perlakuan medik bagi anak cerebral palsy sangat diperlukan agar penyakit
yang mereka derita dapat berkurang. Salah satu caranya adalah dengan
pengajaran rehabilitasi, lewat pengajaran inilah maka penyakit yang
menetap tadi dapat terminimalisir dan berkurang.
Salah satu contohnya adalah anak cerebral palsy jenis spastik, jenis ini
mengalami kesulitan dalam penggunaan ototnya, oleh sebab itu perlu
dilakukan kebiasaan agar otot tadi dapat dimaksimalkan.
7) Psikologik
Hampir setiap anak yang mengalami ketunaan mengalami dampak
20
psikologis, oleh karena itu diperlukan pembelajaran agar mereka tidak lagi
merasa rendah diri, kurang percaya diri, sifat ragu, putus asa, emosional
dan sebagainya.
Selain itu, dengan pendidikan diharapkan agar mampu memotivasi anak
untuk dapat menggunakan potensi yang mereka miliki, dengan ini mereka
tidak akan merasakan lagi hal-hal yang diatas.
1) Pendidikan Keluarga.
2) Pendidikan sekolah
Selain ke tiga sisem diatas, sekarang juga dikenal adanya dua sistem yang
dibuat berdasarkan kebutuhan anak cerebral palsy. Kedua sitem ini adalah
segresi dan integrasi. Segresi adalah suatu sistem pelaksanaan bagi anak
cerebral palsy yang ditempatkan pada satu tempat khusus yang dipisahkan
dari anak normal lainnya.
Pada sistem segresi ini ada beberapa jenis sekolah yang disarankan,
diantaranya:
a) Sekolah khusus dengan guru kunjung.
b) Sekolah khusus harian.
c) Sekolah khusus penuh.
d) Sekolah khusus berasrama.
e) Institusi khusus seperti runah sakit, tempat peristirahatan.
Integrasi adalah sistem bagi semua jenis anak luar biasa, tidak tertutup
bagi anak cerebral palsy yang bisa menuntut ilmu di sekolah umum. Dalam
sistem integrasi ini ada beberapa pembagian, diantaranya adalah:
a) Integrasi penuh
Anak luar biasa ditempatkan dengan anak normal hanya pada waktu
tertentu seperti istirahat, upacara, dll.
Penulis juga menemukan sistem bagi anak cerebral palsy yaitu sistem
inklusi. Sistem inklusi adalah sistem yang hampir mirip dengan segresi,
tetapi yang menjadi pembedanya adalah sistem inklusi mengikuti kebutuhan
anak, jadi sistem pendidikan yang akan dibuat berdasarkan kebutuhan anak,
sedangkan integrasi, anak harus menyesuaikan diri dengan sistem yang ada.
c. Peran pemerintah dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak cerebral palsy
Dasar yuridis formal yang telah dijelaskan sebelumnya jelas memberikan kepada
kita bahwa adanya hukum yang menyuruh pemerintah untuk melaksanakan
pendidikan bagi anak cerebral palsy. Perkembangan pendidikan di Indonesia
secara umum memang belum begitu memuaskan, tetapi pemerintah telah berupaya
untuk memberikan pelayanan yang maksimal, itu terbukti dengan semakin
bertambahnya jumlah sekolah luar biasa di Indonesia. Di pulau Jawa saja,
sebelum tahun 1992, jumlah sekolah luar biasa bisa dihitung, tetapi setelah tahun
1992, perkembangan sekolah luar biasa bertambah pesat, tercatat ada 525 sekolah
di pulau Jawa, dengan 23 sekolah Negeri dan 502 sekolah Swasta. Sebanyak
33.306 telah mendapatkan pendidikan yang layak (Subsidi PSLB, 1992).
Namun itu hanya terbatas di pulau jawa, bagaiman diluar pulau jawa? Sumatra
contohnya, pulau di bagain barat Indonesia ini sangat sedikit sekali Sekolah Luar
Biasa. Sehingga banyak anak luar biasa yang tidak mendapatkan pendidikan yang
memadai, bahkan banyak dari mereka yang bekerja sebagai peminta, pengamen
atau tinggal dirumah bagi yang mempunyai keuangan yang cukup. Selain data
diatas, sekolah tinggi yang menghasilkan pengajar-pengajar untuk sekolah luar
biasa pun sedikit. Hanya satu yang ada di pulau Sumatra, yaitu dikota Padang.
dan Robin (2006), yaitu tuntutan cara mengasuh yang berbeda dengan anak
normal akan membuat orangtua mengalami perubahan emosi ke arah yang lebih
negatif dan merasa lebih berat dalam menjalani hidup.Ada orangtua yang
menemukan kekuatan serta kapasitas luar biasa untuk menghadapi tantangan
dalam hidup, termasuk di dalamnya tantangan memiliki anak berkebutuhan
khusus Orangtua tetap bertahan dan menyesuaikan diri mereka, meskipun banyak
tekanan-tekanan yang harus mereka hadapi. Pada akhirnya mereka berusaha untuk
berkembang dan keluar dari tekanan tersebut (Greenspan, Serena & Robin, 2006).
a. peran penting keluarga untuk bisa membuat pasien Cerebral Palsy (CP)
mendapatkan hidup yang lebih baik.
1) keluarga bisa memberikan kebebasan pada anak. Kebebasan disini
tentunya yang mendorong anak untuk bisa lebih mandiri. Ajari anak
bagaimana caranya melakukan hal-hal sederhana. Hal ini perlu dilakukan
agar anak paham dan menyadari bahwa Ia masih bisamenolong dirinya
sendiri. Misalnya, orangtua bisa mengajarkan anak untuk berjalan
menggunakan alat bantu jalan, penyangga kaki, atau kruk.
2) Jadilah penasehat bagi anak-anak Cerebral Palsy (CP). Setiap anak dengan
Cerebral Palsy tentu memiliki kondisi dan kebutuhan yang berbeda-beda,
karenanya cari tahu hal-hal penting yang berhubungan dengan kondisi
anak Anda. Dalam hal ini tentu tidak hanya dokter, terapis, dan guru
mereka saja yang mengetahui kondisi detail anak Anda, namun sebagai
orangtua Anda juga harus bisa menjadi penasehat yang siap membantu
anak Anda 24 jam nonstop. Bila perlu Anda bisa bekerjasama dengan para
ahli sehingga Anda bisa mempelajari teknik yang lebih banyak dalam
menangani pasien Cerebral Palsy.
3) Berikan alat bantu yang memudahkan anak Cerebral Palsy. Selain
dukungan moril dan bantuan motivasi, beberapa anak Cerebral Palsy juga
membutuhkan peralatan yang bisa membantu mereka untuk melakukan
aktivitas. Contohnya seperti komputer atau gadget untuk memudahkan
mereka berkomunikas dengan orang-orang di sekitarnya.
4) Jangan biarkan Anak Cerebral Palsy merasa diasingkan. Meski memiliki
kekurangan, namun anak dengan Cerebral Palsy bukanlah pasien dengan
penyakit menular yang harus kita hindari. Rangkul mereka dan berikan
kasih sayang yang lebih agar mereka bisa lebih tak merasa berbeda.
24
identifikasi awal dan pengelolaan disabilitas anak. Intervensi dini telah terbukti
membuahkan hasil yang lebih besar dalam kapasitas fungsional, dan menghapus
rintangan awal dalam hidup kurang dari efek gabungan dari rintangan ganda yang
dihadapi anak penyandang disabilitas. Peningkatan dalam kemampuan akan
memiliki dampak yang lebih besar bila sistem sekolah mau dan bisa menerima
anak penyandang disabilitas dan memenuhi kebutuhan mereka, sementara
program sekolah-kerja yang inklusif serta usaha ekonomi untuk meningkatkan
pekerjaan para penyandang disabilitas akan membuat usaha untuk mendapatkan
pendidikan akan lebih bermakna bagi mereka. Melibatkan anak penyandang
disabilitas dalam membuat keputusan Anak-anak dan remaja penyandang
disabilitas berada di pusat usaha untuk membangun masyarakat yang inklusif –
bukan hanya sebagai penerima manfaat, tapi sebagai agen perubahan. Mereka
dianggap mampu untuk memberikan informasi tentang apakah kebutuhan mereka
sudah dipenuhi atau tidak. Negara-negara peserta KHA dan KHPD telah
menegaskan hak anak penyandang disabilitas untuk mengungkapkan pandangan
mereka tentang hal-hal yang menyangkut diri mereka dan ditanyai pandangannya
ketika legislasi dan kebijakan menyangkut diri mereka dikembangkan dan
diimplementasikan. Untuk tujuan itu, para pembuat keputusan perlu
berkomunikasi dengan cara-cara dan menggunakan sarana yang mudah diakses
dan digunakan oleh anak dan remaja penyandang disabilitas. Hak untuk didengar
berlaku bagi semua anak. Seorang anak yang bisa mengungkapkan pikirannya
kecil kemungkinan untuk disalahgunakan atau dieksploitasi. Partisipasi sangat
penting bagi kelompokkelompok pinggiran seperti anak-anak yang tinggal di
institusi.
Pada tahun 2006 pemerintah Republik Indonesia yang pada saat itu diwakili
oleh Bapak Bachtiar Chamsyah sebagai Menteri Sosial dan Bapak Siswadi
sebagai Ketua Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) telah
menandatangani Convention on The Rights of Persons with Disability (CRPD) di
markas besar PBB di New York, dan pada tanggal 10 November 2011 pemerintah
Republik Indonesia telah meratifikasi CRPD tersebut menjadi Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on The Rights of Persons
with Disabilities (Konvensi mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas). Sebagai
konsekuensi dari ratifikasi adalah adanya pergeseran paradigma penanganan
penyandang disabilitas sebagai berikut:
27
Sebagai salah satu negara yang melakukan ratifikasi terhadap Konvensi Hak-Hak
Penyandang Disabilitas atau Convention on the Rights of Persons with Disabilities
(CRPD) melalui Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011, Indonesia memiliki
kewajiban agar isi Konvensi sepenuhnya dapat dilakukan di Indonesia. Prinsip
umum Konvensi adalah meningkatkan pemenuhan hak-hak penyandang
disabilitas termasuk dalam hal aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan. Dalam
pelaksanaan Rencana Aksi Nasional (RAN) Disabilitas yang dikoordinasikan oleh
Kementerian Sosial, banyak kementerian/ lembaga terkait melakukan kegiatan
pemenuhan hak penyandang disabilitas sesuai tugas dan fungsi, diantaranya
Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian
Pendidikan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perhubungan, dan
kementerian lainnya. Setelah melakukan ratifikasi tentang CRPD, Indonesia
mempunyai kewajiban untuk melaporkan rutin pelaksanaannya. Terkait
implementasi CRPD, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah
melakukan upaya, di antaranya:
a. Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Program ini
melibatkan tenaga kesehatan dan kader kesehatan dalam pelaksanaannya.
b. Pengembangan Rujukan Penanganan Kasus Kelainan Tumbuh Kembang Anak
di rumah sakit di 7 provinsi, yaitu:
1) RSUD Kabupaten Barabai, Kalimantan Selatan
2) RSUD dr. Soedirman Mangun Soemarno, Kabupaten Kediri, Jawa Tengah
3) RSUD dr. Soedono, Kota Madiun, Jawa Timur
4) RSUD Kabupaten Solok, Sumatera Barat
5) RSUD Mayjen HM Ryacudu, Kota Bumi, Lampung
6) RSUD Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta
7) RSUD Kabupaten Gianyar, Bali
c. Program Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK). SHK merupakan metode
untuk memilah bayi baru lahir yang menderita kelainan kongenital, dalam hal
ini hipotiroid dari bayi yang normal. Program ini baru dikembangkan di 14
provinsi dan secara bertahap akan dikembangkan di seluruh provinsi.
d. Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah Luar Biasa (SLB),
menjadi salah satu indikator yang secara rutin dipantau oleh Unit Kerja
Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) sebagai
salah satu indikator Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia. Program
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di SLB berupa penjaringan kesehatan,
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cerebral palsy adalah kelainan yang disebabkan oleh kerusakan otak
yang mengakibatkan kelainan pada fungsi gerak dan koordinasi, psikologis
dan kognitif sehingga mempengaruhi proses belajar mengajar.
Pembinaan program perlindungan kesehatan bagi anak dengan
disabilitas seperti cerebral palsy perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak
untuk mengurangi dan mencegah dampak kesehatan dan psikososial yang
dapat berakibat pada kondisi yang lebih parah dan menimbulkan beban bagi
keluarga, masyarakat, dan negara. Puskesmas sebagai pemberi pelayanan
kesehatan terdepan diharapkan dapat melakukan pembinaan melalui pelayanan
33