Anda di halaman 1dari 28

CEREBRAL PALSY SPASTIK QUADRIPEGI

Disusun Oleh:
DESY WAHYU UTAMI
J130215028

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021

i
DAFTAR ISI

BAB 1...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
TINJAUAN TEORI ................................................................................................ 3
A. Landasan Teori ............................................................................................. 3
1. Cerebral Palsy ............................................................................................. 3
2. Patofisiologi ................................................................................................. 3
3. Etiologi Cerebral Palsy ................................................................................ 4
4. Klasifikasi Cerebral Palsy ........................................................................... 5
5. Intervensi Fisioterapi .................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9
Lampiran ............................................................................................................... 11

ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb

Alhamdulillah puji syukur kehadirat allah SWT atas segala nikamat

sehinggapenulis dapat menyelesaiakn makalah yang berjudul “ Cerebral Palsy

Spatic Quadriplegi tipe Fleksi “ sebagai syarat dalam stase pediatri Profesi

Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan makalah ini

banyak kekurangan dan juga mendapatkan bantuan dari berbagaipihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terimakasih kepada pembaca dan pihak yang telah membantu selesainya makalah

ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, 27 Desember 2021

Desy Wahyu Utami

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak dengan cerebral palsy di Indonesia digolongkan dalam Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK). Berdasarkan data yang diperoleh dari Riset

Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan bahwa jumlah anak cerebral palsy di

Indonesia pada kelompok umur 24 sampai 59 bulan sebesar 0.09%. Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia meyatakan bahwa insidensi cerebral palsy di

Indonesia sebanyak 1 sampai 5 per 1000 kelahiran hidup. Cerebral palsy adalah

suatu kondisi dimana otak mengalami kerusakan sehingga mengakibatkan suatu

kelainan yang krusial karena otak merupakan pusat aktivitas kehidupan manusia

(Desiningrum, 2016).

Cerebral palsy merupakan sebuah kondisi yang tidak dapat disembuhkan atau

permanen (Anindita & Apsari, 2020). Kondisi fisik anak cerebral palsy berbeda

dengan kondisi fisik anak tanpa cerebral palsy. Setiap anak cerebral palsy memiliki

karakteristik yang berbeda dengan anak cerebral palsy lainnya tergantung tingkat

gangguan yang dialaminya, umumnya anak dengan cerebral palsy tidak mampu

beraktivitas dan bergerak secara bebas seperti individu yang mempunyai fisik

normal(Mauanah, 2016).

Faktor risiko terjadinya cerebral palsy dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor

yang terdiri dari faktor antenatal meliputi Kelahiran prematur (resiko dapat

meningkat seiring dengan penurunan usia kehamilan), dan korioamnionitis. Faktor

perinatal meliputi berat badan lahir rendah, korioamnionitis, ensefalopati neonatal,

1
sepsis neonatus (terutama dengan berat lahir di bawah 1,5 kg), dan saluran

pernapasan ibu atau infeksi genito-kemih yang dirawat di rumah sakit. Faktor

posnatal meliputi bayi mengalami meningitis. Cerebral Palsy (CP) merupakan

suatu gangguan pada motorik dan postur tubuh yang biasanya terlihat pada masa

bayi atau pada anak usia dini (Septiana & Widiastuti, 2019). Tingkat keparahan cerebral

palsy diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu ada ringan, sedang, parah, dan tidak

ada cerebral palsy, hal tersebut tentu akan berpengaruh terhadap motorik kasar dan

motorik halus pada anak (Naufal, 2019).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari cerebral palsy ?

2. Apakah klasifikasi dari cerebral palsy ?

3. Bagaimana patofisiologi cerebral palsy ?

4. Apakah etiologi dari cerebral palsy ?

5. Apakah intervensi fisioterapi pada kasus cerebral palsy ?

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Cerebral Palsy

Cerebral palsy berasal dari dua kata, yaitu cerebral atau cerebrum yang

artinya otak dan palsy yang artinya kekakuan, jadi cerebral palsy diartikan sebagai

kekakuan yang dikarenakan adanya kerusakan di dalam otak (Suharmini, 2007).

Cerebral palsy merupakan suatu kelainan gerak, postur dan tonus otot karena

adanya kerusakan otak selama perkembangan otak. Cerebral palsy adalah suatu

gangguan yang sering dijumpai pada anak-anak, cerebral palsy merupakan

gangguan yang bersifat non-progresif yang akan berdampak pada aktivitas

keseharian penyandangnya (Widagdo et al., 2017). Karena alasan ini, anak-anak

dengan cerebral palsy sering mengalami kesulitan dalam motorik kasar dan

keterampilan motorik halus yang menyebabkan adanya keterbatasan dalam

mobilitas.

2. Patofisiologi

Cerebral palsy terjadi karena ganguan neurologis bersifat non- progresif

karena adanya cedera otak sebelum otak anak berkembang secara sempurna. Dua

tahun pertama merupakan tahap perkembangan otak pada anak, itu artinya cerebral

palsy dapat terjadi selama periode prenatal, perinatal, dan post natal . Cerebral

palsy diduga karena adanya gangguan suplay oksigen pada fetus atau asfikasi otak,

sehingga menyebabkan kerusakan kortikal dan mengalami kehilangan fungsinya

sebagai sitokin proinflamasi, stres oksidatif, dan pelepasan glutamat yang

3
berlebihan (Marret et al., 2013). Faktor yang mempengaruhi gangguan suplay

oksigen yaitu:

a. Faktor intrauteri: infeksi intrauteri, kelainan kongenital, intra uteri

growth restriction.

b. Periode Peripartum: korioamnionitis, asfikasi dan abrupsi.

c. Periode neonatal: leukomlasia periventrikel, sepsis, perdarahan

intraventrikuler.

3. Etiologi Cerebral Palsy

Cerebral palsy disebabkan oleh perubahan system saraf pusat, pada tahap awal

perkrmbangan selama kehamilan maupun saat lahir selama 2 tahun pertama pasca

kelahiran. Gejala dapat bervariasi dari gangguan motoric ringan hingga berat.

Beberapa factor penyebab cerebral palsy

1) Factor ibu adalah gangguan SSP dan kronik penyakit ibu sepertidiabetes,

epilepsy, dan keterbelakangan mental

2) Factor resiko sebelu hamil : aborsi yang sering dan lamanya siklus

menstruasi

3) Factor resiko pre natal : kondisi social, ancaman aborsi, perdarahan,

preeklamsia, hipertensi dan kelainan plasenta

4) Factor resiko natal : malposisi janin, inveksi vagina ibu, bayi premature,

bayi dengan BBLR kuang dari 1500 gram

5) Factor genetic

Factor resiko yang secara signifikan berhubungan dengan cerebral palsy

termasuk kelainan plasenta, cacat lahir mayor dan minor, berat badan lahir

4
rendah,aspirasi meconium, operasi Caesar, kejang, gangguan pernafasan,

hipoglikemia dan infeksi neonatal

4. Klasifikasi Cerebral Palsy

a. Tipe Spastik

Terjadinya kerusakan pada korteks otak yang mengakibatkan kekakuan

pada otot. Anak cerebral palsy dengan tipe ini akan mengalami hipertonus,

reflex yang berlebihan (hiper reflex) dan keterbatasan gerakan. Apabila

dibiarkan otot akan menjadi kontaktur. Menurut Utomo (2013) Cerebral

palsy spastik dikelompokkan menjadi 4 kategori berdasarkan bagian

ekstremitas yang terdampak yaitu :

1. Diplegia, terkena pada kedua lengan dan kedua tungkai namun

kedua tugkai lebih berat daripada lengan

2. Triplegia, apabila kedua lengan dan salah satu tungkai mengalami

kekakuan otot

3. Quadriplegia, apabila kedua lengan dan kedua tungkai mengalami

spastisitas dengan keparahan yang sama

4. Hemiplegia hanya mengenai satu sisi tubuh saja

b. Tipe Ataxia

Terjadi kerusakan pada cerebellum sehingga akan mengakibatkan

gangguan keseimbangan, koordinasi gerakan, dan postur. Anak dengan

tipe ini akan mengalami hipertonus, gangguan motorik halus, dan tremor.

Anak dengan cerebral palsy ataxia mengalami kesulitan dalam

mengontrol keterampilan motoriknya yang meliputi mengetik, menulis,

5
dan memegang benda kecil. Anak mungkin juga menunjukkan beberapa

disorientasi dan kontrol yang buruk saat berjalan. Proses visual dan

pendengaran juga dapat terpengaruh (Padmakar P et al., 2018).

c. Dyskinetic

Dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Athetoid Terjadi kerusakan pada ganglia basalis sehingga akan

mengakibatkan adanya gerakan tak sadar, terutama pada lengan, tangan

dan kaki sehingga akan mengalamikesulitan dalam control gerakan

(Naufal, 2019).

2. Dystonia, adanya permasalahan pada kontaksi otot. Menghasilkan

gerakan yang lambat dan berulang-ulang sehingga gerakan akan meliuk-

liuk dan abnormalitas postur (Padmakar P et al., 2018).

5. Intervensi Fisioterapi

1. NDT

NDT merupakan intervensi yang umum diberikan pada anak dengan

gangguan perkembangan fisik. Pemberian intervensi ini berfokus pada normalisasi

otot yang hypertone. Teknik dari neuro development treatment terdiri dari: fasilitasi

dari postural normal dan pola gerakan, menggunakan sensori feedback (kontak

manual, integrasi visual, dan somatosensory) sebagai fasilitasi perbaiki fungsi

gerak, keinginan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien selama kegiatan

perkembangan dan kemampuan fungsi. Yang terpenting adalah mengembalikan

kemampuan fugsional yang dilihat secara keseluruhan dan sesuai kebutuhan pasien

6
(Park & Kim, 2017). Dengan menerapkannya NDT diharapkan dapat memfasilitasi

terjadinya neuroplastisitas pada otak pasien cerebral palsy.

Prinsip utama dalam metode NDT adalah normalisasi tonus otot, fasilitasi

pola gerakan normal dalam aktivitas keseharian. Teknikteknik yang digunakan

yaitu ; inhibisi yaitu penurunan reflek sikap abnormal untuk memperoleh tonyus

yang lebih normal, fasilitasi sikap normal untukmemelihara tonus setelah di

inhibisi, stimulasi yaitu meningkatkan tonus dan pengaturan fungsi otot sehingga

memudahkan pasien melakukan aktivitasnya. Key point of control yaitu titik yang

digunakan terapis dalam inhibisi dan fasilitasi. Key point of control merupakan

bagian-bagian dari tubuh seperti kepala, leher, bahu, pelvic, lutut, jari tangan dan

kaki ataupun trunkyang digunakan untuk mengurangi spastisitas sekaligus fasilitasi

reaksi sikap dan gerakan yang lebih normal

2. Massage

Massage efektif untuk anak dengan cerebral palsy, karena dengan adanya

massage dapat mengatur tonus otot, mengkatkan ROM, meningkatakan fungsi

motorik. Dalam penelitian lain juga disebut kanmanfaat massage yaitu untuk

meningktakan sirkulasi getah bening, menurunkan ketengangan otot, memberikan

relaksasi pada otot.

3. Neuro Senso Motor


Neurosenso mempunyai tujuan untuk mengaktifkan motor program
yang dialami dan genetik dan seluruh mekanisme perkembangan anak,
mengaktifkan brain body intregation mechanisme, membuat exercise
terpadu yang bersifat individual untuk anak-anak dan orang dewasa yang
memiliki masalah dalam perkembangan gerak, emosi, motifasi dan
pembelajaran. Teknik usapan dari kepala keseluruh tubuh dapat

7
merelaksasikan otot-otot yang tegang. Penatalaksanaan:
 Posisi Fisioterapis : Duduk diantara kedua tungkai pasien
 Posisi pasien : Supine lying
 Gerakan :
- Diawali dengan usapan halus dari ujung kepala
sampai ujung tungkaibawah dengan sedikit
penekanan di setiap titik sendi, diulangi 3x.
- Bintang halus terpusat di pusar, diulangi 3x
- Bintang mengular berpusat pada pusar kemudian
menuju ke arah shoulder dan foramen jugularis serta
hip, diulangi 3x.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adawiah, R. (2017). Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Anak. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 7, 33–48.
https://media.neliti.com/media/publications/121261-ID-pola-asuh-orang-tua-dan-
implikasinya-ter.pdf
“Aisyatinnaba,” N., & Sutoyo, A. (2017). Peran Orang Tua Dalam Memotivasi Belajar
Siswa. In Indonesian Journal of Guidance and Counseling (Vol. 5, Issue 3, pp. 52–
57).
Almas Awanis, S. A. (2018). Modul Edukasi Untuk Peningkatan Pengetahuan Orang
Tua dalam Melatih Anak Cerebral Palsy di Yogyakarta. Jurnal Farmasi, 7(1), 13–
18.
Anindita, A. R., & Apsari, N. C. (2020). Pelaksanaan Support Group Pada Orangtua
Anak Dengan Cerebral Palsy. Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(2), 208.
https://doi.org/10.24198/focus.v2i2.26248
Damayanti, R., & Nurjannah, P. A. (2016). Pengaruh Konseling Kognitif Perilaku
dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif Terhadap Harga Diri Peserta Didik Kelas
VIII Di MTs N 2 Bandar Lampung. KONSELI: Jurnal Bimbingan Dan Konseling
(E-Journal), 3(2), 221–234.
Fathonah, S., & Hernawati, N. (2018). Hubungan Orang Tua-Guru dan Praktik
Pengasuhan Ibu pada Keluarga yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen, 11(3), 219–230.
https://doi.org/10.24156/jikk.2018.11.3.219
Fidan, F., & Baysal, O. (2014). Epidemiologic Characteristics of Patients with Cerebral
Palsy. Open Journal of Therapy and Rehabilitation, 02(03), 126–132.
https://doi.org/10.4236/ojtr.2014.23018
Ibrahim, Z. Z., Amalia, P. R., & Setiawati, O. R. (2016). Hubungan fungsi motorik kasar
terhadap kualitas hidup anak cerebral palsy di instalasi rehabilitasi medik rsud Dr .
H . abdul moeloek. JURNAL MEDIKA MALAHAYATI Vol 3, No 2, April 2016 : 79
– 82, 3(2), 79–82.
Marisa, C., Fitriyanti, E., & Utami, S. (2018). Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan
Motivasi Belajar Remaja. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 6(1), 25.
https://doi.org/10.29210/118700
Marret, S., Vanhulle, C., & Laquerriere, A. (2013). Pathophysiology of cerebral palsy.
Handbook of Clinical Neurology, 111, 169–176. https://doi.org/10.1016/B978-0-
444-52891-9.00016-6
Mauanah, S. (2016). Parenting Education Sebagai Pendidikan Keluarga. Paradigma,
04(2), 1–10. https://media.neliti.com/media/publications/252153-parenting-
education-sebagai-pendidikan-k-a2f303db.pdf

9
Mazzucchelli, T. G., Hodges, J., Kane, R. T., Sofronoff, K., Sanders, M. R., Einfeld, S.,
Tonge, B., & Gray, K. M. (2018). Parenting and family adjustment scales (PAFAS):
validation of a brief parent-report measure for use with families who have a child
with a developmental disability. Research in Developmental Disabilities, 72(May
2017), 140–151. https://doi.org/10.1016/j.ridd.2017.10.011
Nurfadilla, H. N., Gamayani, U., & Dewi Nasution, G. T. (2018). Komorbiditas Pada
Penyandang Cerebral Palsy (Cp) Di Sekolah Luar Biasa (Slb). Dharmakarya, 7(2),
90–96. https://doi.org/10.24198/dharmakarya.v7i2.19403
Padmakar P, P., kumar, K. S., & S Parveen, P. (2018). Management and Treatment for
Cerebral Palsy in Children. Indian Journal of Pharmacy Practice, 11(2), 104–109.
https://doi.org/10.5530/ijopp.11.2.23
Pradipta, R. F., & Andajani, S. J. (2017). Motion Development Program for Parents of
Child with Cerebral Palsy. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Luar
Biasa, 4(2), 160–164.
Putri, S. M. A. P., Kurniawan, C. D., & Silakarma, D. (2019). Faktor Prenatal, Perinatal,
dan Postnatal Kejadian Cerebral Palsy pada Anak di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar. Jurnal Medika Udayana, 8(8), 2–7.
Saffanah, R. F. (2019). PERAN ORANGTUA DALAM MENDAMPINGI
FISIOTERAPI ANAK CEREBRAL PALSY DI WAHANA KELUARGA
CEREBRAL PALSY YOGYAKARTA. Jurnal Widia Ortodidaktika, 8, 241–248.

10
LAPORAN STATUS KLINIS PROFESI FISIOTRAPI GERIATRI

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

IDENTITAS MAHASISWA

Nama Mahasiswa : Desy Wahyu Utami

Nomor Induk Mahasiswa : J130215028

Tempat Praktik : YPAC


Nama Pembimbing : Edy Waspada, SST.Ft,S.Fis,M.Kes

Tanggal Pembuatan Laporan : 26 Desember 2021

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA

IDENTITAS PASIEN

Nama : JWH

Umur : 3 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Nyempung kidul rt04/06, Balecatur, gamping, sleman

No.RM : 10.8XX

II. DATA MEDIS RUMAH SAKIT

A. Diagnosa Medis

Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi

B. Catatan Klinis

11
Tidak ada

C. Terapi Umum (General Treatment)

Tidak ada

D. Rujukan Fisioterapi Dari Dokter

Tidak Ada

III. SEGI FISIOTERAPI

Tanggal 10 Desember 2021

A. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Px pertama kali datang ke YPAC pada tanggal 10 Desember 2021,


datang digendong oleh ibunya. Ibu px mengatakan bahwa px
belum bisa mengangkat kepala, berguling, duduk

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Px adalah anak pertama yang berusia 3 tahun. Saat mengandung


px ibunya mengalami hipertiroid dan harus mengkonsumsi obat
sesuaianjuran dokter, ibu px pun rutin melakukan check up
kehamilan. PxLahir secara normal dengan bblr 2,5 kg. Namun
pada saat itu ibu px mengalami ketuban pecah dini dan dokter telat
menangani. Saat lahir px berwarna biru dan tidak langsung
menangis. Px mengalami koma selama 1 pernah memakai
ventilator selama 9 hari, selama 35 dimasukkan ke ICU dan di hari
ke 19 hari di baru bisa menangis,

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada

4. Riwayat Penyakit Penyerta

Tidak ada

5. Riwayat Pribadi dan Keluarga

Tidak ada

12
6. Anamnesis Sistem

SISTEM KETERANGAN

Kepala dan Leher Ada kelemahan

Kardiovaskuler Tidak ada keluhan

Respirasi Tidak ada keluhan

Gastrointestinalis BAB 2 kali sehari

Urogenital Tidak dikeluhkan

Muskuloskeletal Spasme pada m. scalenus, m. trapezius,


m. latissimus dorsi sinistra, kelemahan
otot postural

B. PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan Fisik

i. TANDA-TANDA VITAL

Lingkar Kepala : 41 cm

Tinggi badan : 81 cm

Pernapasan : 66x/menit

Denyut Nadi : 112x / menit

Berat Badan : 11 kg

Suhu : 37 C

ii. INSPEKSI
Inspeksi Statis: Px baru bisa tidur telentang,knee semi

fleksi, kedua telapak tangan menggenggam, trunk

skoliosis

Inspeksi Dinamis: Px tidak mampu untuk berguling ke

13
kanan, kiri dan mengangkat kepala

iii. PALPASI
Suhu normal
Hipotonus pada m. quadriceps, tibialis anterior
Spasme pada m. scalenus, m. trapezius, m. latissimus
dorsi sinistra,

iv. PERKUSI

NT
v. AUSKULTASI
NT
vi. GERAKAN DASAR

a. Gerak Aktif
ROM
Regio Gerakan
Dekstra Sinistra
Fleksi Tidak Full ROM Tidak Full ROM
Ekstensi Tidak Full ROM Tidak Full ROM
Shoulder
Abduksi Tidak Full ROM Tidak Full ROM
Adduksi Tidak Full ROM Tidak Full ROM
Fleksi Tidak Full ROM Tidak Full ROM
Elbow
Ekstensi Full ROM Full ROM
Fleksi Tidak Full ROM Tidak Full ROM
Wrist
Ekstensi Tidak Full ROM Tidak Full ROM
Fleksi Tidak Full ROM Tidak Full ROM
Ekstensi Tidak Full ROM Tidak Full ROM
Hip
Abduksi Tidak Full ROM Tidak Full ROM
Adduksi Tidak Full ROM Tidak Full ROM
Fleksi Tidak Full ROM Tidak Full ROM
Knee
Ekstensi Tidak Full ROM Tidak Full ROM
Dorsal
Tidak Full ROM Tidak Full ROM
fleksi
Ankle
Plantar
Tidak Full ROM Tidak Full ROM
fleksi

14
Inversi Full ROM Full ROM
Eversi Tidak Full ROM Tidak Full ROM

b. Gerak Pasif
Gerakan ROM End Feel
Regio Letak Tahanan
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Fleksi Full ROM Full ROM Firm Firm Tengah sampai akhir
Pemberhentian gerakan di
Ekstensi Full ROM Full ROM Firm Firm tengah, tahanan minimal
sepanjang sisa ROM
Shoulder Pemberhentian gerakan di
Abduksi Full ROM Full ROM Firm Firm tengah, tahanan minimal
sepanjang sisa ROM
Pemberhentian gerakan di
Adduksi Full ROM Full ROM Soft Soft tengah, tahanan minimal
sepanjang sisa ROM
Fleksi Full ROM Full ROM Soft Soft Sepanjang ROM
Elbow
Ekstensi Full ROM Full ROM Hard Hard Akhir ROM

Fleksi Full ROM Full ROM Firm Firm Akhir ROM


Wrist
Ekstensi Full ROM Full ROM Firm Firm Akhir ROM

Fleksi Full ROM Full ROM Springy Springy Akhir ROM

Ekstensi Full ROM Full ROM Springy Springy Akhir ROM


Hip
Abduksi Full ROM Full ROM Elastis Elastis Akhir ROM

Adduksi Full ROM Full ROM Springy Sringy Akhir ROM

Fleksi Full ROM Full ROM Soft Soft Sepanjang ROM


Knee
Ekstensi Full ROM Full ROM Springy Springy Tengah sampai akhir
Dorsal
Full ROM Full ROM Elastis Elastis Tengah sampai akhir
fleksi
Ankle
Plantar
Full ROM Full ROM Firm Firm Tengah sampai akhir
fleksi

15
Pemberhentian gerakan di
Inversi Full ROM Full ROM Springy Springy tengah, tahanan minimal
sepanjang sisa ROM
Eversi Full ROM Full ROM Springy Springy Tengah sampai akhir
c. Gerak Isometrik Menahan Tahanan
NT, karena px belum memahami instruksi

vii. KOGNITIF, INTRA PERSONAL, & INTER


PERSONAL
a. Kognitif
px belum mampu memahami saat dicontohkan untuk
melakukan gerakan
b. Intra Personal
bisa menerima respon saat diberikan mainan
c. Inter Personal
mampu berinteraksi dengan terapis
viii. KEMAMPUAN FUNGSIONAL & LINGKUNGAN
AKTIVITAS
a. Kemampuan Fungsional
px belum mampu untuk mgangkat kepala, berguling
dan duduk
b. Lingkungan Aktivitas.
Pasien memiliki lingkungan rumah yang aman dan
mendukung untuk kesembuhan pasien.
ix. PEMERIKSAAN
a. Nyeri:
NT

2. Pemeriksaan Kekuatan Otot


Menggunakan XOTR, dan di dapatkan hasil yaitu;

Regio Gerakan Dextra Sinistra


Fleksi T T
Ekstensi T T
Shoulder
Abduksi T T
Adduksi T T
Elbow Fleksi R R

16
Ekstensi R R
Fleksi R R
Wrist
Ekstensi T T
Fleksi T T
Ekstensi T T
Hip
Abduksi T T
Adduksi T T
Fleksi T T
Knee
Ekstensi T T
Dorsal
T T
Fleksi
Plantar
R R
Ankle fleksi
Inversi R R
Eversi T T

3. Pemeriksaan Reflek
Level Reflek Primitif Hasil
Flexor withdrawl -
ekstensor thrust -
crossextensor -
rooting reflek -
sucking reflek -
Spinal palmar grasp +
galan reflek -
moro reflek +
plantar grasp +
automatic walking
reflek -
ATNR +
STNR +
Brainstem
Tonic labirynthin
reflek -
Neck righting +
Mid Body righting
Brain reaction on the
body +

17
landau -
parachute reflek -
Equilibrium
Cortical reaction NT

Kesimpulan: Pasien berada di Reflek Midbrain

4. Pemeriksaan Sensoris
Sensoris Nilai Keterangan
Tidak ada masalah, mampu
Visual 1
merespon
Auditori 1 Menoleh jika dipanggil
Tidak ada masalah dengan
Smell 2
indra penciuman
Tidak ada masalah dengan
Taste 2
indra pengecapan
Mampu memegang barang
Touch 1
secara minimal
Tidak ada masalah dengan
Tactile 1
sentuhan
Masih ada koordinasi
Propioceptif 1
gangguan gerak
Masih ada koordinasi
Vestibular 1
gangguan keseimbangan

5. Pemeriksaan Spesifikasi
a. Ashworth Scale
Regio Gerakan Dextra Sinistra

Fleksi 3 3

Ekstensi 2 2
Shoulder
Abduksi 2 2

Adduksi 2 2

Fleksi 4 4
Elbow
Ekstensi 1 1

18
Fleksi 1 2
Wrist
Ekstensi 1 2

Fleksi 1 3

Ekstensi 1 1
Hip
Abduksi 1 1

Adduksi 1 1

Fleksi 4 4
Knee
Ekstensi 3 3

Dorsal
Fleksi 3 3

Plantar
Ankle fleksi 3 4

Inversi 2 2

Eversi 3 3

b. Gross Motor Function Mmeasurrement ( GMFM )


= A% + B% + C% +D% + E%
5

No Dimensi TI
1 Dimensi A 5,88
2 Dimensi B 0
3 Dimensi C 0
4 Dimensi D 0
5 Dimensi E 0

Ket : 0 : tidak dapat melakukan


1 : Dapat melakukan tapi diawal saja
2 : Dapat melakukan sebagian

19
3 : dapat melakuan semuanya / sampai selesai

c. Diagnosis Fisioterapi
Impairment
- Body Structure
s110 structure of brain , adanya gangguan pada cortex otak
s710 structure of head and neck region , posisi leher side
fleksi
s7702 muscles , ( hipotonus m. quadriceps, tibialis anterior )
( Spasme pada m. scalenus, m. trapezius, m. latissimus dorsi
sinistra )
- Body Function
b 735 muscle tone function, kelemahan otot general
b235 vestibular functions, belum bisa mempertahankan
keseimbangan
Fungtional Limitations
- D410 changing basic body position, kesulitan miring kanan
kiri
Disability
- Participation Restriction
d160 Focusing attension, px sering nonton upin dan ipin
apabila filmya selesai akan menangis. Saat terapi diberi
mainan donat lalu diputar akan tertawa
- Persoal factor
Px sering menangis saat diterapi
Environmental Factor
e315 Extended family, keluarga dan lingkungan sekitar
sangat membantu dan selalu memberikan semangat kepada
px dalam masa perkembangannya

C. PROGNOSIS
Qua ad Vitam : Bonam
Qua ad Sanam : Dubia ad Bonam
Qua ad Functional : Dubia ad Bonam

Qua ad Cosmetical : Dubia ad Bonam

20
D. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. TUJUAN
 Jangka Pendek
Mengurangi spastisitas
Merangsang adanya tonus postural
Mengurangi pasme pada m. scalenus, m. trapezius, m.
latissimus dorsi sinistra
 Jangka Panjang
Dapat melakukan gerakan miring kanan kiri, duduk, merangkak
dan berjalan secara mandiri

2. TINDAKAN FISIOTERAPI
a. Intervensi Fisioterapi
- Neuro development treatment ( NDT )
- Massage
- Neurostructure

b. Edukasi
Memberikan penjelasan kepada orangtua px tentang cerebral
palsy quadriplegi, serta memberikan penjelasan pentingnya
melakukan home program sepertiyang susah diresepkan oleh
fisioterapi untuk menunjang kesembuhan anak
3. RENCANA EVALUASI
- Kemampuan aktivitas fungsional dievaluasi menggunakan
GMFM
- Spastisitas dievaluasi menggunakan skala Asworth scale

E. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
Neuro Development Treatment
 Inhibisi:
Posisi anak: Supine Lying

21
Fisioterapis menghadap anak dan mulai menginhibisi dari distal
ke proksimal
 Fasilitasi berguling
Posis px : supine lying
Terapis : duduk dibawah px, key point of control paen bagian
kanan ( bisa kiri ), tungkai diposisikan lurus dan tungkai satunya
di fleksikan kemudian berikan dorongan pada tungkai kiri
 Stimulasi:
Posisi pasien: supine lying
Fisioterapis memberikan rangsangan kemampuan fungsional
berupa miring kanan kiri, duduk (diposisikan duduk dengan
bantuan).

 Massage
Massage diberikan untuk merilekskan otot-otot yang mengalami
spasme setelah berlatih
Posisi Fisioterapis : berda di samping px
Posisi px : prone lying, supine lying dan side lying
Pelaksanaan : Baby oil dituang ke telapak tangan
fisioterapis lalu usapkan pada area lengan,
kaki, dada, punggung px kemudian massage
dengan gentle

22
F. UNDERLYING PROCESS

23
G. EVALUASI
1. GMFM

No Dimensi TI T2 T3 T4 T5 T6

1 Dimensi A 5,88 5,88 7,84 7,84 7,84 15,68

2 Dimensi B 0 0 0 0 0 0

3 Dimensi C 0 0 0 0 0 0

4 Dimensi D 0 0 0 0 0 0

5 Dimensi E 0 0 0 0 0 0

2. Asworth scale
Regio Grup otot Dekstra Sinistra
Shoulder Fleksi 3 3
Ekstensi 2 2
Abduksi 2 2
Adduktsi 2 2
Elbow Fleksi 3 3
Ekstensi 1 1
Wrist Fleksi 1 2
Ekstensi 1 2
Hip Fleksi 1 3
Ekstensi 1 1
Abduksi 1 1
Adduktsi 1 1
Knee Fleksi 4 4
Ekstensi 3 3
Ankle Dorsal fleksi 3 3
Plantar fleksi 3 3
Inversi 2 2
Eversi 3 3

24
H. HASIL EVALUASI TERAKHIR
Setelah melakukan 6 kali terapi px yang di diagnosa cerebral palsy
spastik quadriplegi dengan menggunakan metode NDT, Massage
terdapat sedikit peningkatan pada gross motor yang diukur
menggunakn GMFM, penurunan nilai spastisitas yang diukur dengan
skala aswort

I. CATATAN PEMBIMBING PRAKTIK

Surakarta, 29 Desember 2021


Clinical Educator

Edy Waspada, SST.Ft,S.Fis,M.Kes

25

Anda mungkin juga menyukai