Anda di halaman 1dari 6

Cerebral palsy

A. Definisi
Cerebral Palsy (CP) adalah sekelompok gangguan permanen yang mempengaruhi
perkembangan gerakan dan menyebabkan keterbatasan aktivitas.
(Hallman-Cooper,2021)

B. Epidemiologi
Angka kejadian palsi serebral diperkirakan antara 1,5 sampai 4 per 1000 kelahiran
hidup.1 Angka kejadian di negara berpendapatan menengah ke bawah dilaporkan
lebih tinggi, dapat mencapai 10 per 1000 kelahiran hidup.4 Untuk populasi bayi
prematur didapatkan angka kejadian yang jauh lebih tinggi yaitu 43 per 1000
kelahiran hidup untuk bayi usia gestasi 28 sampai 31 minggu dan 82 per 1000
kelahiran hidup untuk usia gestasi. (IDAI, 2017)

C. Etiologi
Serebral Palsi terjadi dikarenakan adanya kerusakan otak yang bersifat non-progresif
pada otak janin atau bayi yang sedang berkembang. (IDAI, 2017)

Perkembangan abnormal atau kerusakan pada otak janin atau bayi menyebabkan palsi
serebral. Kerusakan/cedera otak yang menyebabkan CP bersifat non-progresif
("statis") dan dapat terjadi pada periode prenatal, perinatal, atau postnatal. Etiologi
pada pasien individu seringkali multifaktorial. (Hallman-Cooper,2021)
Penyebab Prenatal (Hallman-Cooper,2021)
1. Malformasi otak kongenital
2. Infeksi intrauterin
3. Stroke intrauterin
4. Kelainan kromosom
Penyebab Perinatal
1. Infeksi sistem saraf pusat (SSP)
2. Stroke
3. Kernikterus
Penyebab Pasca Melahirkan 
1. Trauma kecelakaan dan non-kecelakaan
2. Infeksi SSP
3. Stroke

D.Faktor risiko
Faktor Resiko Menurut (Sheresta N, 2017) Faktor-faktor resiko yang menyebabkan
kemungkinan terjadinya CP semakin besar antara lain adalah :
1. Letak sungsang.
2. Proses persalinan sulit Masalah vascular atau respirasi bayi selama persalinan
merupakan tanda awal yang menunjukkan adanya masalah kerusakan otak atau
otak bayi tidak berkembang secara normal. Komplikasi tersebut dapat
menyebabkan kerusakan otak permanen.
3. Apgar score yang rendah hingga 10-20 menit setelah kelahiran
4. BBLR dan prematus
5. Kehamilan ganda
6. Malformasi SSP (Sistem saraf pusat) Sebagian besar bayi-bayi yang lahir dengan
CP memperlihatkan malformasi SSP yang nyata, misalnya lingkar kepala
abnormal (mikrosefali). Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah telah pada saat
perkembangan SSP sejak dalam kandungan.
7. Perdarahan Maternal atau proteinuria berat pada saat masa akhir kehamilan.
Perdarahan vaginal selama bulan ke 9 hingga 10 kehamilan dan peningkatan
jumlah protein dalam urine berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya
CP pada bayi.
8. Hipertiroids maternal, mental retardasi dan kejang
9. Kejang dan bayi baru lahir.

E. Klasifikasi (Hallman-Cooper,2021)
1. Diplegia spastic: Pasien memiliki kelenturan dan kesulitan motorik yang lebih
banyak mempengaruhi kaki daripada lengan.
2. Hemiplegia spastic:  Pasien mengalami spastisitas dan kesulitan motorik yang
mempengaruhi satu sisi tubuh; lengan sering terlibat lebih dari kaki
3. Kuadriplegia spastik:  Pasien mengalami spastisitas dan kesulitan motorik yang
mempengaruhi keempat ekstremitas; sering, sering ada keterlibatan yang lebih
besar dari ekstremitas atas daripada kaki
4. Diskinetic/hiperkinetic (choreoathetoid): Pasien memiliki gerakan yang
berlebihan dan tidak disengaja yang ditandai dengan kombinasi kontraksi otot
yang cepat dan seperti tarian dan gerakan menggeliat yang lambat
5. Distonic Pasien mengalami kontraksi otot yang tidak disengaja dan berkelanjutan
yang menyebabkan gerakan memutar dan berulang 
6. Ataxic: Pasien tidak stabil dan tidak terkoordinasi, mereka sering hipotonik

Klasifikasi CP dapat dibagi berdasarkan


1. Tipe dan keparahan abnormalitas motorik; kejang, diskinetik, ataksik, dan
campuran.
2. Distribusi anatomi ekstremitas; monoplegia, diplegia, triplegia, hemiplegia, dan
tetraplegia
3. Karakteristik disfungsi terkait neurologi;
4. Perkiraan saat terjadinya penyebab. (prenatal, perinatal, atau postnatal)
CP berdasarkan Tipe dan Keparahan Abnormalitas Motorik
1. Spastik sebesar 80 – 90%
Merupakan bentuk paling umum. Otot terlihat kaku dan ketat. Muncul karena
kerusakan korteks motorik (area motorik di otak).
2. Diskinesia sebesar 6%
Memiliki karakteristik gerakan involunteer seperti distonia, atetosis dan atau
chorea. Muncul karena kerusakan area Ganglia Basalis di otak.
3. Ataxia sebesar 5%
Memiliki karakteristik gerakan gemetar. Mempengaruhi keseimbangan dan
kesadaran posisi dalam ruang. Muncul karena kerusakan pada area Cerebellum
otak.
4. Tipe campuran Sejumlah anak dengan cerebral palsy dapat memiliki dua tipe
motorik yang berbeda, seperti spastik dan distonia.
CP berdasarkan Distribusi Anatomi Ekstremitas
1. Spastik Quadriplegia yaitu mempengaruhi anggota gerak kedua lengan dan
tungkai terpengaruh. Otot-otot batang tubuh, muka, mulut juga sering terpengaruhi.
2. Spastik Diplegia/Bilateral yaitu mempengaruhi anggota gerak kedua tungkai
terpengaruh, lengan juga mungkin terpengaruh, namun pada tingkat yang lebih
rendah.
3. Spastik Hemiplegia/Unilateral yaitu mempengaruhi anggota gerak salah satu sisi
tubuh (satu lengan dan satu tangan).

Non-Motorik
1. Gangguan Perkembangan Mental
Hal ini ditemukan pada sekitar setengah dari seluruh pasien cerebral palsy.
Perkembangan mental harus selalu dinilai dengan perhatian besar pada anak dengan
retardasi perkembangan motorik. Kecacatan motorik harus selalu dapat dimengerti
dan latih potensi terbaik anak sebelum perkembangan intelektual mereka di evaluasi.
Tipe lain dari gangguan perkembangan motorik bisa terlihat pada anak dengan
cerebral palsy, beberapa dari mereka menunjukkan gejala perhatian yang mudah
teralih, kurang konsentrasi, gelisah, dan prilaku tidak di duga.
2. Konvulsi
Konvulsi adalah gambaran klinik yang kompleks, biasanya pada anak tetraparesis dan
hemiparesis. pemeriksaan electroencephalogram harus dilakukan pada kondisi
tersebut.
3. Retardasi Pertumbuhan
Retardasi pertumbuhan terlihat pada semua jenis gangguan pergerakan. Retardasi
pertumbuhan paling signifikan pada hemiparesis, ukuran tangan, kaki, kuku yang
tidak sama adalah tanda diagnostik yang penting.
4. Gangguan Sensorik
Gangguan sensasi adalah hal biasa yang ditemukan pada hemiparesis.
5. Gangguan Penglihatan
Paling sering adalah strabismus yang biasa di temukan pada pasien dengan spastic
diparesis. Katarak terlihat utamanya pada anak dengan asphyxia pada periode
perinatal yang berat, scar setelah koreoretinitis terlihat pada anak dengan infeksi fetus.
6. Gangguan Pendengaran
Ditemukan 5-10 persen dari seluruh anak yang menderita cerebral palsy. Gangguan
pendengaran ditemukan paling banyak pada anak dengan choreoathetosis dan
syndrome perubahan tonus otot.
7. Kesulitan Berbicara
Dapat terjadi kesulitan berbicara ringan hingga berat. Pada choreoathetosis biasanya
pergerakan involunter juga mempengaruhi bibir dan otot lidah .

F. Diagnosis banding (Hallman-Cooper,2021)

Kondisi yang dapat mirip cerebral palsy termasuk gangguan neurodegeneratif,


kesalahan metabolisme bawaan, kelainan perkembangan sumsum tulang belakang,
gangguan neuromuskular, gangguan gerakan, dan neoplasma.Di bawah ini adalah
daftar pertimbangan diferensial berdasarkan fitur klinis yang dominan:
Spasticity
1. Hereditary spastic paraplegia
2. Tethered cord
3. Spinal cord tumor
4. Adrenoleukodystrophy
5. Arginase deficiency
6. Pyruvate dehydrogenase deficiency
7. Rett syndrome
8. Lesch-Nyhan syndrome
9. Pelizaeus-Merzbacher
10. Glut 1 transporter deficiency
Dystonia:
1. Dopa-responsive dystonia
2. Glutaric aciduria type 1
3. Pyruvate dehydrogenase deficiency
4. Lesch-Nyhan syndrome
5. Leigh's disease
6. Niemann-Pick type C
7. Glut 1 transporter deficienc
Hypotonia
1. Holocarboxylase synthetase deficiency
2. Zellweger syndrome
3. Infantile Refsum disease
4. Pontocerebellar hypoplasias
5. Metachromatic leukodystrophy
Ataxia
1. Ataxia-telangiectasia
2. X-linked spinocerebellar ataxia
3. Angelman's syndrome
4. Glut 1 transporter deficiency
5. Leigh disease
6. Joubert syndrome
PUSTAKA
Hallman-Cooper JL, Rocha Cabrero F. Cerebral Palsy. [Diperbarui 2021 Sep 14]. Di:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): Penerbitan StatPearls; 2022 Jan

Indrasmi, Herni. 2006. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Cerebral Palsy. Fakulktas


Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Sankar, C. and Mundkur, N. (2005) ‘Cerebral palsy-definition, classification, etiology
and early diagnosis.’, Indian journal of pediatrics. India, 72(10), pp. 865–
868. doi: 10.1007/BF02731117.
Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta dan UKK Neurologi IDAI. 2017.
Proceedings of Update in Child Neurology: Everything You Should Know

Anda mungkin juga menyukai