Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN CEREBRAL PALSY

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK


Dosen Pengajar : Emy Sutiyarsih, S.Kep.,Ns., M.Kes

Di Susun Oleh :
Hendra Tri Cahya
Indah Hariani
Karen Hapuk Emeralda
Marcella Andrea Marlindita
Nova Duwi Handayani

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA
MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN CEREBRAL PALSY
A. Definisi Cerebral Palsy
Cerebral Palsy (CP) adalah salah satu penyakit kronis yang ditandai dengan gangguan
postur dan gerak nonprogresif. Spatisitas menyebabkan gangguan postur tubuh,gerak
control, keseimbangan dan koordinasi sehingga akan mengganggu aktivitas
fungsional anak dengan CP(deformitas) (Rahma, 2017).
Cerebral (otak) Palsy (Kelumpuhan) adalah suatu kelainan otak yang ditandai dengan
gangguan mengontrol hingga timbul kesulitan dalam bergerak dan meletakkan posisi
tubuh disertai gangguan fungsi tubuh lainnya (Organization[WHO], 2014) akibat
kerusakan atau kelainan fungsi bagian otak tertentu pada bayi atau anak dapat terjadi
ketika bayi dalam kandungan, saat lahir atau setelah lahir, sering disertai dengan
ketidaknormalan bicara, penglihatan, kecerdasan kurang, buruknya pengendalian otot,
kekakuan, kelumpuhan dan gangguan saraf lainnya. (Ningtiyas, 2017).
B. Etiologi
Penyebab CP dapat dibagi dalam 3 bagian (Sheresta N, 2017), yaitu prenatal,
perinatal, dan pasca natal.
1. Prenatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit inklusi sitomegalik.
Kelainan yang mencolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.
Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamilan
dapat menimbulkan “Palsi Serebral”.
2. Perinatal
a. Anoksia/hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal adalah “brain
injury”. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini
terdapat pada keadaan. presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelvik,
partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan instrumen
tertentu dan lahir dengan seksio kaesar
b. Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia.
Perdarahan dapat terjadi diruang subaraknoid akan menyebabkan
penyumbatan CSS sehingga menyebabkan hidrosefalus. Perdarahan diruang
subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis.
c. Prematuritas
Bayi yang kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak
yang lebih banyak daripada bayi yang cukup bulan karena pembuluh darah,
enzim, dan faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna. Otak
belum matang pada bayi prematur memiliki lebih banyak ekuipotensial atau
plastisitas. Keduanya merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kemampuan yang jauh lebih besar dari bagian terluka otak
belum matang untuk mengasumsikan fungsi bagian yang cedera
d. Icterus
Ikterus pada neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang
permanen akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan
inkompatibilitas golongan darah. Bentuk CP yang sering terjadi adalah
atetosis, hal ini disebabkan karena frekuensi yang tinggi pada bayi yang lahir
dengan mengalami hiperbilirubinemia tanpa mendapatkan terapi yang
diperlukan untuk mencegah peningkatan konsentrasi unconjugated bilirubin.
Gejala-gejala kern ikterus yang terdapat pada bayi yang mengalami ikterik
biasanya tampak setelah hari kedua dan ketiga kelahiran. Bayi menjadi lesu
dan tidak dapat menyusu dengan baik. Kadang-kadang demam dan tangisan
menjadi lemah. Sulit mendapatkan refleks moro dan tendon pada mereka dan
dengan opisthotonus dan diikuti dengan ekstensi ekstremitas pergerakan otot
secara umum menjadi berkurang. Setelah beberapa minggu tonus meningkat
Bayi tampak mengekstensikan punggung dengan opishotonus dan diikuti
dengan ekstensi ekstremitas.
e. Meningitis purulental
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa CP.
3. Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat
menyebabkan CP, misalnya pada trauma kapitis, meningitis, ensefalitis dan luka
parut pada otak pasca-operasi, dan juga kern ikterus seperti kasus pada gejala
sekuele neurogik dan eritroblastosis fetal atau defisiensi enzim hati. Trauma lahir
bisa menimbulkan gejala sisa akibat lesi irreversible pada otak. Perdarahan dalam
otak bisa meninggalkan ruangan yang bisa berhubungan dengan ventrikel atau
berupa kista yang mengandung cairan. Dinding kista itu terdiri dari jaringan
ganglia, yang bereaksi setelah terjadi perdarahan. Kista tersebut dinamakan
porensefalus dan pada umumnya 9 sering di jumpai pada konveksitas
hemisferium. CP, konvulsi,dan retardasi mental merupakan manifestasi dari
porensefalus.
C. Klasifikasi
1. Cerebral Palsy Spastik
Merupakan bentukan CP Anatomi yang mengalami kerusakan pada kortex
cerebellum yang menyebabkan hiperaktive reflex dan stretch reflex terjadi
terbanyak (70-80%). Otot mengalami kekakuan dan secara permanen akan
menjadi kontraktur. Jika kedua tungkai mengalami spastisitas pada saat seseorang
berjalan, kedua tungkai tampak bergerak kaku dan lurus. Cerebral Palsy spastik
dapat dikelompokkan menurut kelainan pokoknya, yaitu berdasarkan jumlah
ekstremitas yang terkena :
a. Monoplegia
b.Diplegia
c. Tetraplegia
d.Hemiplegia
2. Cerebral Palsy athetosis/diskenetik/koreoatetosis
Kondisi ini melibatkan sistem ekstrapiramidal. Karakteristik yang ditampakkan
adalah gerakan-gerakan yang involunter dengan ayunan yang melebar. Gerakan
abnormal ini mengenai lengan atau tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot
muka dan lidah menyebabkan anak-anak menyeringai dan selalu mengeluarkan air
liur. Gerakan sering meningkat selama periode peningkatan stress dan hilang pada
saat tidur. Atetotis dibagi menjadi 2 yaitu;
a. Distonik
b. Diskinetik
3. Cerebral Palsy ataksid/ataxia
Penderita yang terkena sering menunjukkan koordinasi yang buruk, berjalan tidak
stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan
posisi saling berjauhan, berjalan gontai kesulitan dalam melakukan gerakan cepat
dan tepat, misalnya menulis, atau mengancingkan baju
4. Cerebral Palsy campuran
Seseorang mempunyai kelainan dua atau lebih dar tipe-tipe kelainan di atas.
Berdasarkan estimasi tingkat derajat kecacatan :
a. Minimal
b. ringan
c. sedang
d. Berat
D. Manisfestasi Klinis
Tanda awal Cerebral Palsy biasanya tampak pada usia kurang dari 3 tahun, dan
orangtua sering mencurigai ketika kemampuan perkembangan 14 motorik anak tidak
normal (Sitorus, 2016) Bayi dengan CP sering kelambatan perkembangan, misalnya
tengkurap, duduk, merangkak, atau berjalan Sebagian mengalami abnormalitas tonus
otot. Penurunan tonus otot atau hipotonia (keadaan sulit berjalan) dapat menyebabkan
bayi tampak lemah dan lemas serta bayi tampak kaku. Pada sebagian kasus, bayi pada
periode awal tampak hipotonia dan selanjutya berkembang menjadi hypertonia setelah
2-3 bulan pertama.
E. Patofisiologi
Pada CP terjadi kerusakan pada pusat motorik dan menyebabkan terganggunya fungsi
gerak yang normal. Pada kerusakan korteks cerebri terjadi kontraksi otak yang terus
menerus dimana disebabkan karena tidak terdapatnya inhibisi langsung pada
lengkung reflex. Bila terdapat cidera berat pada system ekstra pyramidal dapat
menyebabkan gangguan pada semua gerak atau hypotonic, termasuk kemampuan
bicara. Namun bila hanya cedera ringan maka gerakan gross motor dapat dilakukan
tetapi tidak terkoordinasi dengan baik dan gerakan motorik halus sering kali tidak
dapat dilakukan. Gangguan proses sensorik primer terjadi di sereblum yang
mengakibatkan terjadinya ataksia. Pada keterbatasan gerak akibat fungsi motor
control akan berdampak juga pada proses sensorik
F. Komplikasi
1. Kontraktur
2. Retardasi mental
3. Konstipasi
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. EEG  : dilakukan pada pasien yang kejang atau pada golongan hemiparesis baik
yang disertai kejang maupun yang tidak.
2.  Foto rontgen kepala
3. Pemeriksaan reflex
4. CT Scan
5. Fungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkian penyebab suatu proses
degeneratife.
6. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis serebral
palcy ditegakkan.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medik
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simptonatik. Pada keadaan ini perlu kerjasama
yang baik dan merupakan “satu tim” antara dokter anak, neurology, psikiater,
dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisiotrapi, occupational
therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar bisa dan orang tua pasien.
a. Fisioterapi

Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu
program latihan dirumah. Untuk mencegah konraktur perlu diperhatikan posisi
pasien pada waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien yang berat dianjurkan untuk
sementara tinggal di pusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang pasien
hidup.
b. Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan
pembedahan otot tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut.
2. Penatalaksaan keperawatan
Tindakan yang dapat dilakukan ialah :
a. Mengobservasi dengan cermat bayi-bayi baru lahir yang berisiko, (baca status
bayi secara cermat mengenai riwayat kehamilan). Jika dijumpai adanya kejang
atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonates segera memberitahukan dokter
agar dapat dilakukan penanganan semestinya.
b. Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pda otak
walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan
pada orang tua jika melihat sikap bayi yang tidak normal supaya segera
dibawa konsultasi ke dokter.

Anda mungkin juga menyukai