Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP

Paten Ductus Arteriosus (PDA)


MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK
DOSEN PENGAPU : NS, ARIF BUDI WIBOWO.,MMR

DISUSUN OLEH

ADI FARIADI

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YAHYA BIMA

TAHUN 2022-2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan
karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Paten Ductus Arteriosus (PDA)”.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mata kuliah “KEPERAWATAN
ANAK”.
Kami menyadari keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dan tenaga
keperawatan pada umumnya.

Bima, 18 Oktober 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI …………………………..………………………………………………..iii

BAB I PEDAHULUAN

1. Latar Belakang ………………………………………………………………………1


2. Rumusan Masalah ……………………………………………..……………………1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi PDA …………………...……………………………………………….. 3

2.2. Etiologi……………... ……………………………………………………………… 5

2.3. manifestasi klinis………………… ……………………………………………..…. 6

2.4 patofisiologi…………………………………….……………………………………7

2.5 pathway………………………………………………………………………………8

2.6 pemeriksaan diagnostic…………………..………………………………………….9

2.7 penatalaksanaan…………………………………………………………………….10

2.8 asuhan keperawatan…………………………………………………………………11

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan …………………………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….10
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering dijumpai pada bayi
dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara
berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu
sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki
masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka
alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini
mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-
4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter
mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor
risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit retina blastoma
ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat
perlu memahami  dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien dengan retino blastoma.

2. Rumusan Masalalah

1. Bagaimanakah konsep teori retino blastoma?


2. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan retinoblastoma?
RETINO BLASTOMA

A. Pengertian
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik retina.
Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis
adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral
tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat
pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi
pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo
Hagung Sutaryo, 2006 ).

B. Etiologi
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga diklasifikasikan menjadi dua
subkelompok yag berbeda, yaitu bilateral atau unilateral dan diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus
yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan 90 % kasus yang diturunkan adalah bilateral, dan
unilateral sebanyak 10%. Gen retinoblastoma (RBI) diisolasi dari kromosom, yang berperan sebagai
pengatur pertumbuhan sel pada sel normal. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor,
yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat somatic
maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa
menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).
C. Manifestasi klinis
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor dimakula, dapat
terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala
leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila
sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata , akan menyebabkan glaucoma atau tanda-
tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis
dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus
paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak
kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan
submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati. Kanker retina ini
pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi virus. Gejala yang ditimbulkan
retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-
olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan
terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi
apabila terihat tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata
dan pada kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit
D. Patofisiologis
 Retinoblastoma adalah tumor neuroblastik yang ganas pada lapisan nukleus retina.
 Tumor tersebut muncul dalam lapisan internal nukleus retina dan tumbuh ke dalam kapasitas
vitreous (type endophytic).
 Tipe endophytic muncul dalam lapisan eksternal nukleus dan tumbuh ke dalam rongga subretina,
dengan detachment retina.
 Seringkali tumbuh secara kombinasi endophytic dan exophytic
 Keberadaan tumor dapat terjadi dalam koroid, sklera dan syaraf optik.
 Penyebaran tumor secara hematogen : bone marrow, skeletal, nodus limfe dan hati.
E. Pemeriksaan diagnostic
 Pemeriksaan fisik : optalmoscopy bilateral
 CT scan atau MRI
 Aspirasi bone marrow
F. Penatalaksanaan
 Tergantung stadium dan diagnosis
 Stadium I, II, III biasanya external irradiasi
 Tujuan pengobatan adalah untuk membasmi tumor dan mempertahankan pandangan
 Radiasi biasanya diberikan di atas 3 – 4 minggu
 Pembedahan (enukleasi) adalah pilihan karena pertumbuhan tumor
 Kemoterapi pada kasus extraokuler regional atau sudah metatase
1. PATHWAY RETINOBLASTOMA

Herediter, Non-herediter

Retinoblastoma

Endofiti Eksofiti
k k

Tumor tumbuh ke
Tumor keluar lapisan
dalam
retina/sub- retina

Leukokoria Strabismus

Kerusakan
Gangguan berat Penurunan
penglihatan lapang pandang

Metastase Operasi
Gangguan pengangkatan bola Gangguan mobilitas fis
mobilitas fisik mata (enukleasi)

Masuk ke kelenjar
limfa pre aurikuler Perubahan Kerusakan
atau sub mandibula penampilan penglihata
n

Gangguan citra tubuh

Nyeri akut
Resiko
Resiko infeksi harga diri
rendah situasional
Gangguan

mobilitas
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas sehubungan dengan gangguan penglihatan
b. Makanan/cairan
Gejala : Gangguan penglihatan (menurun/hilang). Fotofobia
Tanda: Reflek bola mata boneka “Cat eye reflex”
Pupil keputihan strabismus
Radang orital
Hyphema
c. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan / mata berair
Sakit kepala
d. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga
Terpajan pada radiasi, zat kimia
B. Diagnosa keperawatan dan intervensi

Diagnosa Keperawatan (SDKI) Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)


1. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
intervensi keperawatan (I.08238)
selama 2 x 24 jam, Intervensi :
Defisini : maka :
1. Identifikasi lokasi,
Pengalaman sensorik atau TINGKAT NYERI
karakteristik, durasi
emosional yang berkaitan dengan (L.08066) menurun frekuensi, kualitas,
kerusakan jaringan aktual atau dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
fungsional, dengan onset mendadak 1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
atau lambat dan berintensitas ringan menurun nyeri
hingga berat yang berlangsung 2. Meringis menurun 3. Identifikasi respons
kurang dari 3 bulan. nyeri non verbal
3. Gelisah menurun
4. Identifikasi faktor
Penyebab : 4. Ketegangan otot yang memperberat
menurun dan memperingan
1. Agen pencedera fisiologis
5. Fungsi berkemih nyeri
2. Agen pencedera kimiawi membaik 5. Monitor
3. Agen pencedera fisik keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
6. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
7. Fasilitasi istirahat
dan tidur
8. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
9. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
10. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

2. Gangguan Citra Tubuh (D.0083) Setelah dilakukan Promosi Citra Tubuh


intervensi keperawatan (I.09305)
selama 2 x 24 jam, maka : Intervensi :
Definisi : CITRA TUBUH
1. Identifikasi harapan
(L.09067) meningkat
Perubahan persepsi tentang citra tubuh
dengan kriteria hasil :
penampilan, struktur, dan fungsi berdasarkan tahap
1. Melihat bagian tubuh
fisik individu perkembangan
meningkat
2. Identitifikasi budaya,
2. Menyentuh bagian
Penyebab : agama, jenis
tubuh meningkat
kelamin, dan umur
1. Perubahan struktur/bentuk 3. Verbalisasi kecacatan
terkait citra tubuh
tubuh (mis.amputasi, trauma, bagian tubuh
3. Monitor frekuensi
luka bakar, obesitas, jerawat) meningkat
pernyataan kritik
2. Perubahan fungsi tubuh 4. Verbalisasi kehilangan
terhadap diri sendiri
(mis.proses penyakit, bagian tubuh
4. Diskusikan
kehamilan, kelumpuhan) meningkat
perubahan tubuh dan
3. Perubahan fungsi kognitif
fungsinya
4. Ketidaksesuain budaya, 5. Diskusikan
keyakinan atau sistem nilai perbedaan
5. Transisi perkembangan penampilan fisik
6. Ganggua psikososial terhadap harga diri
7. Efek tindakan/pengobatan
(mis.pembedahan,kemotrapi,t
erapi radiasi)
6. Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan
citra tubuh
7. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan perubahan
citra tubuh
8. Latih fungsi tubuh
yang dimiliki

3. Harga Diri Rendah Situasional Setelah dilakukan Manajemen Perilaku


(D.0087) intervensi keperawatan (I.12463)
selama 2 x 24 jam, maka : Intervensi :
Definisi : HARGA DIRI (L.09069)
1. Identifikasi harapan
meningkat dengan kriteria
Evaluasi atau perasaan negatif untuk
hasil :
terhadap diri sendiri atau mengendalikan
1. Penilaian diri positif
kemampuan klien sebagai respon perilaku
meningkat
terhadap situasi saat ini. 2. Tingkatkan aktivitas
2. Perasaan memiliki
fisik sesuai
kelebihan atau
Penyebab : kemampuan
kemampuan positif
1. Perubahan pada citra tubuh meningkat 3. Batasi jumlah
3. Penerimaan penilaian pengunjung
2. Perubahan peran sosial
positif terhadap diri 4. Bicara dengan nada
3. Ketidakadekuatan sendiri meningkat rendah dan tenang
pemahaman 4. Minat mencoba hal 5. Lakukan kegiatan
4. Perilaku tidak konsisten baru meningkat pengalihanterhadap
dengan nilai sumber agitasi
5. Kegagalan hidup berulang 6. Hindari sikap
mengancam dan
6. Riwayat kehilangan
berdebat
7. Riwayat penolakan
8. Transisi perkembangan
c. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana tindakan
tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan yang diharapkan.

d. Evaluasi
Adalah bagian terakhir dari proses keperawatan semua tahap proses keperawatan harus dievaluasi.
Hasil asuhan keperawatan dengan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan
pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada klien. Adapun sasaran evaluasi pada
klien dengan tumor abdomen

Anda mungkin juga menyukai