Oleh :
1. Lia Wiji Rahayu (P17220184055)
2. Vivi Noviyanti (P17220184063)
3. Fitria Dwi Aidha (P17220184080)
4. M. Ali Yafi (P17220084089)
Puji syukur, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tugas matakuliah
Keperawatan Anak 1 tentang “NEFROTIK SYNDROME”. Dalam penyusunan
makalah ini, kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Nurul Puji Astuti S.Kep.,Ns. M. Kes selaku dosen pembimbing
2. Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dorongan baik materil
maupun spiritual.
3. Semua rekan-rekan yang terlibat.
kami menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
demi sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
kami maupun bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar..........................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
BAB II Pembahasan
2.1 Definisi.........................................................................................................3
2.2 Etiologi.........................................................................................................3
2.3 Tanda dan Gejala..........................................................................................4
2.4 Patofisiologi.................................................................................................5
2.5 Komplikasi...................................................................................................5
2.6 Prognosis......................................................................................................8
2.7 Cara Mendiagnosa dan Pemeriksaan Penunjang..........................................8
2.8 Penatalaksanaan...........................................................................................9
2.9 Asuhan Keperawatan.................................................................................11
Daftar Pustaka........................................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sindrom nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering dijumpai
pada anak. Sindrom nefrotik merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis
yang terdiri dari proteinuria masif (>40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari
atau rasio protein/kreatinin pada urin sewaktu >2 mg/mg atau dipstik ≥2+),
hipoalbuminemia <2,5 g/dl, edema, dan dapat disertai hiperlipidemia > 200
mg/dL terkait kelainan glomerulus akibat penyakit tertentu atau tidak
diketahui (Trihono et al., 2008).
Insidens sindrom nefrotik pada anak dalam kepustakaan di Amerika
Serikat dan Inggris adalah 2-7 kasus baru per 100.000 anak per tahun, dengan
prevalensi berkisar 12 – 16 kasus per 100.000 anak.Di negara berkembang
insidensnya lebih tinggi.Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada
anak berusia kurang dari 14 tahun, dengan perbandingan anak laki-laki dan
perempuan 2:1 (Trihono et al., 2008).
Etiologi sindrom nefrotik secara garis besar dapat dibagi menjadi
primer/idiopatik termasuk di dalam nya kongenital dan sekunder akibat
penyakit sistemik (Kliegman et al., 2007).Pasien sindrom nefrotik biasanya
datang dengan edema palpebra atau pretibia. Bila lebih berat akan disertai
asites, efusi pleura, dan edema genitalia. Kadang-kadang disertai oliguria,
gejala infeksi, nafsu makan berkurang, diare, nyeri perut akibat terjadinya
peritonitis, dan hipovolemia.Prognosis sindrom nefrotik menjadi gagal ginjal
berkisar antara 4-25% dalam waktu 5-20 tahun.Hal ini salah satunya
dipengaruhi oleh diagnosis dini dan penatalaksanaan awal yang tepat (Atalas
et al., 2002).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Nefrotik Syndrome ?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit Nefrotik Syndrome?
3. Apa saja tanda dan gejala dari Nefrotik Syndrome?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Nefrotik Syndrome?
5. Apa saja komplikasi dari penyakit Nefrotik Syndrome?
1
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit Nefrotik Syndrome
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit Nefrotik Syndrome
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit Nefrotik Syndrome
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit Nefrotik Syndrome
5. Untuk mengetahui apa saja komplikasi penyakit Nefrotik Syndrome
6. Untuk mengetahui prognosis dari Nefrotik Syndrome
7. Untuk mengetahui cara mendiagnosa penyakit Nefrotik Syndrome
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit Nefrotik Syndrome
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Sindrom nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering dijumpai
pada anak. Sindrom nefrotik merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis
yang terdiri dari proteinuria masif (>40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari
atau rasio protein/kreatinin pada urin sewaktu >2 mg/mg atau dipstik ≥2+),
hipoalbuminemia <2,5 g/dl, edema, dan dapat disertai hiperlipidemia > 200
mg/dL terkait kelainan glomerulus akibat penyakit tertentu atau tidak
diketahui (Trihono et al., 2008).
Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema.
Kadang-kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan
filtrasi glomerulus.
2.2 Etiologi
Etiologi pasti dari sindrom nefrotik belum diketahui. Akhir-akhir ini
sindrom nefrotik dianggap sebagai suatu penyakit auto imun yang merupakan
suatu reaksi antigen-antibodi. Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2
golongan, yaitu :
a. Sindrom Nefrotik Primeratau Idiopatik
Dikatakan sindrom nefrotik primer oleh karena sindrom nefrotik ini secara primer
terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab lain.
Sekitar 90% anak dengan sindrom nefrotik merupakan sindrom nefrotik idiopatik.
Termasuk dalam sindrom nefrotik primer adalah sindrom nefrotik kongenital,
yaitu salah satu jenis sindrom nefrotik yang ditemukan sejak anak itu lahir atau
usia di bawah 1 tahun. Penyakit ini diturunkan secara resesif autosom atau karena
3
4
h. Iritabilitas
i. Mudah letih
j. Letargi
k. Tekanan darah meningkat
l. Rentan terhadap infeksi
m. Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih
2.4 Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan
dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia.Dengan menurunnya albumin,
tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke
dalam interstisial.Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan
intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
karena hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi
dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon
ADH dan sekresi aldosteron yang kemudian terjaddi retensi natrium dan air.
Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau
penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya
produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya
protein dan lemak akan banyak dalam urin atau lipiduria. Menurunnya respon
imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena
hipoalbuminemia, hiperlipidemia
2.5 Komplikasi
Komplikasi medis dari sindrom nefrotik dapat berpotensi serius.
Komplikasi ini dapat dibagi menjadi dua sub kelompok utama : komplikasi akut
yang berkaitan dengan keadaan nefrotik, terutama infeksi dan penyakit
tromboemboli, dan gejala sisa jangka panjang sindrom nefrotik dan pengobatan,
6
terutama efek pada tulang, pertumbuhan, dan sistem kardiovaskular. Sebuah aspek
penting yang ketiga adalah dampak psikologis dan tuntutan sosial pada anak yang
mengalami sindrom nefrotik, dan keluarga mereka .
a. Komplikasi Infeksi
Infeksi berat, khususnya selulitis dan peritonitis bakteri spontan dapat
menjadi komplikasi sindrom nefrotik.Ketahanan terhadap infeksi bakteri
bergantung pada berbagai faktor predisposisi. Kerusakan pada proses
opsonisasi bergantung pada komplemen dapat memperlambat proses klirens
mikroorganisme yang berkapsul, khususnya Streptococcus pneumonia.
Vaksinasi pneumokokus disarankan bagi pasien dengan sindromnefrotik.
Sebagian besar anak-anak dengan sindrom nefrotik idiopatikterserang
virus varicella non-immune, sehingga diperlukan perlakuan khusus agar
terhindar dari paparan virus varicella.Terapi profilaksis denganimun globulin
varicella zoster disarankan untuk pasien non-imun yang mendapatkan
perawatan imunosupresif.Apabila terjadi serangan remisi, imunisasi dengan
vaksin varisela dapat diberikan karena aman dan efektif, meskipun dosis
tambahan diperlukan untuk mencapai imunitas penuh.Penggunaan asiklovir
oral dapat mencegah infeksi varisela berat pada pasien yang mengkonsumsi
obat kortikosteroid.
b. Komplikasi Tromboembolik
Pasien nefrotik memiliki resiko yang signifikan terjadinya trombosis.
Meskipun angka resiko lebih kecil dari pada dewasa, kejadian thrombosis
dapat menjadi komplikasi yang hebat.Terdapat berbagai faktor yang memicu
disregulasi dari koagulasi pada pasien sindrom nefrotik, antara lain
peningkatan sintesis faktor pembekuan (fibrinogen, II, V, VII, VIII, IX, X,
XII), antikoagulan (antithrombin III) yang keluar melalui urine, abnormalitas
platelet ( thrombositosis, peningkatan agregabilitas), hiperviskositas, dan
hiperlipemia. Meskipun demikian tidak ada satu tes laboratorium pun yang
dapat memprediksi resiko pasti trombosis. Faktor yang dapat meningkatkan
resiko thrombosis antara lain penggunaan diuretik, terapi kortikosteroid,
imobilisasi, dan adanyain-dwelling kateter. Apabila diketahui terdapat klot
7
c. Penyakit Kardiovaskular
Berbagai faktor dapat meningkatkan perhatian sekuel kardiovaskular pada
anak dengan nefrotik sindrom dalam jangka waktu yang lama, antara lain
paparan terhadap kortikosteroid, hiperlipidemia, stresoksidatif, hipertensi,
hiperkoagulabilitas, dan anemia. Resiko kardiovaskular pada anak dengan
sindrom nefrotik berkaca pada penelitian kasus sindrom nefrotik pada
dewasa.Pada dewasa pasien dengan sindrom nefrotik memiliki resiko terserang
penyakit jantung koroner.Akan tetapi penelitian tentang adanya penyakit
jantung yang disebabkan oleh sindrom nefrotik masih terdapatkontroversi,
khususnya karena penyakit ginjal pada sebagian besar anak dapat diatasi.
2.6 Prognosis
Prognosis tergantung pada kausa sindrom nefrotik. Pada kasus anak,
prognosis adalah sangat baik kerana minimal change disease (MCD) memberikan
respon yang sangat baik pada terapi steroid dan tidak menyebabkan terjadi gagal
ginjal (chronic renal failure). Tetapi untuk penyebab lain seperti focal segmental
glomerulosclerosis (FSG) sering menyebabkan terjadi end stage renal disease
(ESRD). Faktor – faktor lain yang memperberat lagi sindroma nefrotik adalah
level protenuria, control tekanan darah dan fungsi ginjal.
Prognosis umumnya baik kecuali pada keadaan-keadaan tertentu sebagai
berikut :
- Menderita untuk pertamakalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas 6
tahun
- Jenis kelamin laki-laki
- Disertai oleh hipertensi
- Disertai hematuria
- Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder
- Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal
- Pengobatan yang terlambat, diberikan setelah 6 bulan dari timbulnyaa
gambaran klinis
Pada umumnya sebagian besar (+80%) sindrom nefrotik primer memberi
respons yang baik terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50%
di antaranya akan relapse berulang dan sekitar 10% tidak memberi respons lagi
dengan pengobatan steroid.
Biopsi ginjal tidak diperlukan pada sebagian besar anak dengan sindrom
nefrotik.kelainan minimal dengan ciri khasnya berupa histology ginjal yang
normal pada pemeriksaan mikroskopis. Sisanya berupa GFS, 7%, GNMes, 5%,
GNMP, 7%. Dan GNM, 1-2%. Pasien yang menunjukkan gambaran klinis dan
laboratorium yang tidak sesuai dengan gejala kelainan minimal, sebaiknya
dilakukan biopsi ginjal sebelum terapi steroid.Biopsi ginjal umunya tidak
dilakukan pada sindrom nefrotik yang sering kambuh atau dependen steroid
selama masih sensitif steroid (Noer, 2002).
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal.
a. Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin
diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi edema.
b. Masukan protein ditingkatkan untuk menggantikan protein yang hilang
dalam urine dan untuk membentuk cadangan protein di tubuh.
c. Jika edema berat, pasien diberikan diet rendah natrium.
10
1. Identitas.
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap
100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan
perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami
komplikasi sindrom nefrotik.
Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia.
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare,
urine menurun.
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan
terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah
kelahiran.
6. Imunisasi.
Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status
gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %,
dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi
baik).
Sistem pernapasan.
Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa
dijumpai.
Sistem persarafan.
Sistem perkemihan.
Sistem pencernaan.
Sistem muskuloskeletal.
Sistem integumen.
Sistem endokrin
Sistem reproduksi
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit
serius.
8. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan
pertahanan tubuh.
untuk
menrangsang
nafsu makan
anak
Indikasi awal
adanya tanda
infeksi
Memberi
pengetahuan
dasar tentang
tanda dan gejala
infeksi
Meminimalkan
dampak
hospitalisasi
terpisah dari
anggota keluarga.
meningkatkan terhadap
pemahaman
Untuk
keluarga Keluarga
memfasilitasi
tentang penyakit
pemahaman
dan terapinya
Keluarga dapat
Ulangi informasi
mengidentifikasi
sesering mungkin
perilaku anak
Bantu keluarga sebagai orang
mengintrepetasikan yang terdekat
perilaku anak serta dengan anak
responnya
Mempermantap
Jangan tampak rencana yang
terburu-buru, bila telah disusun
waktunya tidak sebelumnya
tepat
anak dapat
menikmati masa
istirahatnya
3.2 Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama
mahasiswa keperawatan
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan.
3. Semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi
dan forum terbuka.
24
DAFTAR PUSTAKA
Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO, editors. Sindrom Nefrotik. Buku
Ajar Nefrologi Anak.Edisi-2.Jakarta : Balai Penerbit FKUI pp. 381-426.
Eddy, AA dan Symons, JM. 2003. Nephrotic syndrome in childhood. THE
LANCET , vol 362, hal. 629-639.
Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton. 2007. Nephrotic Syndrome. Nelson
Textbook of Pediatric 18th ed. Saunders. Philadelphia. Chapter 527.
Noer, MS. 2002.Sindrom Nefrotik. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP,
Pardede SO, penyunting. Buku ajar nefrologi anak.Edisi ke-2. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia, hal. 73-87
Trihono, PP., Atalas, H., Tambunan, T., Pardede, SO 2008. Konsensus
Tatalaksana Sindrom Nefrotik Idiopatik Pada Anak. Unit Koordinasi
Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Edisi Kedua Cetakan Kedua
2012.
25