Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM GUILLAIN BARRE


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah KMB III
Dosen: Yunita Amilia,S.Kep.Ns., M.Tr.Kep

Di Susun Oleh :
Klompok 9
1. Rifiqin
2. Holisotul hoiria
3. Zainab Az-zahro’

PRODI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAZHATUT THULLAB
SAMPANG
2020/2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
kesehatan fisik maupun akal fikiran sehingga mampu untuk menyelesaikan pembutan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah kmb.
Makalah ini disusun agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan sindrom
guillain barre, Semogamakalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. Kepada
pembaca saya menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Selain itu penyusun sampaikan
permintaan maaf jika terdapat kata-kata yang belum berkenandan saya juga mengucapkan
terima kasih kepadaibu Yuita Amilia, S.Kep.,Ns., M.Tr.,Kepyang telah membimbing dalam
menyusun makalah ini Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaaat.

8 November 2020

Penyusun

Klompok 9

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2

1.3 Tujuan...............................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................3

2.1 Definisi.............................................................................................................................3

2.2 Etiologi............................................................................................................................3

2.3 Manifestasi Klinis............................................................................................................4

2.4 Patofisiologi.....................................................................................................................4

2.5 Komplikasi.......................................................................................................................5

2.6 Penatalaksanaan................................................................................................................5

2.7 Asuhan Keperawatan Pada Gbs........................................................................................5

BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................11

3.2 Saran...............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan pada saraf perifer merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek
sehari-hari di bidang neurologi. Berbagai jenis gangguan saraf tepi diketahui berhubungan
dengan berbagai penyebab atau penyakit lain.Seperti diabetes, trauma, paparan zat toksik,
malnutrisi, efek samping berbagai macam obat, predisposisi genetik (herediter) dan inflamasi
akibat infeksi ataupun gangguan sistem Imunologi.
Gangguan neuroimunologi mempunyai spektrum yang luas, dapat menyebabkan injury
mulai dari susunan saraf pusat sampai susunan saraf tepi. Salah satunya adalah Acute
Inflammatory Demyelinating Polyneurophaties atau Guillain Barre Syndrome.
Bagi kebanyakan orang, Guillain Barre Syndrome (GBS) memang masih asing di
telinga. GBS adalah sejenis penyakit yang menyerang daya tahan tubuh (auto immune)
penderitanya. Selanjutnya, GBS akan menyerang sel pada syaraf tepi sehingga beberapa
organ tertentu yang dipengaruhi oleh syaraf tersebut tidak menerima atau tidak merespon
informasi dari otak.
GBS tersebar diseluruh dunia terutama di negara–negara berkembang dan merupakan
penyebab tersering dari paralisis akut. Insiden banyak dijumpai pada dewasa muda dan bisa
meningkat pada kelompok umur 45-64 tahun. Lebih sering dijumpai pada laki – laki dari
pada perempuan. Puncak yang agak tinggi terjadi pada kelompok usia 16-25 tahun, tetapi
mungkin juga berkembang pada setiap golongan usia. Sekitar setengah dari korban
mempunyai penyakit febris ringan 2-3 minggu sebelum awitan. Infeksi febris biasanya
berasal dari pernapasan atau gastrointestinal.
Angka kejadian penyakit ini berkisar lebih dari 50% kasus biasanya didahului dengan
infeksi saluran nafas atas. Penderita akan meninggal, meskipun dirawat di ruang perawatan
intensif. Sejumlah 80% penderita sembuh sempurna atau hanya menderita gejala ringan,
berupa kelemahan ataupun sensasi abnormal, seperti halnya kesemutan. Lima sampai
sepuluh persen mengalami masalah sensasi dan koordinasi yang lebih serius dan permanen,
sehingga menyebabkan disabilitas berat; 10% diantaranya beresiko mengalami relaps.

1
1.2 Rumusan Masalah
“ Bagaimana Konsep Keperawatan serta Asuhan Keperawatan Pada Guillin Barre Syndrome?”

1.3 Tujuan

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
GBS (Guillain Barre Syndrome) merupakan salah satu dari penyakit autoimun. Pada
kondisi normal, tubuh akan menghasilkan antibodi yang berfungsi untuk melawan antigen
atau zat yang merusak tubuh ketika tubuh terinfeksi penyakit, virus, maupun bakteri. Namun
pada kasus GBS, antibodi yang seharusnya melindungi tubuh justru menyerang sistem saraf
tepi dan menyebabkan kerusakan pada sel saraf. Kerusakan tersebut akan menyebabkan
kelumpuhan motorik dan gangguan sensibilitas penderita GBS. Jika kerusakan terjadi
sampai pangkal saraf maka dapat terjadi kelainan pada sumsum tulang belakang.
Guillain Barre Syndrome (GBS) merupakan penyakit autoimun, dimana sistem imun
tubuh menyerang bagian dari sistem saraf tepi yaitu mielin (demielinasi) dan akson
(degenerasi aksonal). Akson adalah tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan
informasi keluar dari badan sel. Mielin adalah selubung yang mengelilingi akson, merupakan
suatu kompleks protein-lemak berwarna putih.
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya GBS disebabkan oleh proses autoimun. Beberapa
keadaan/penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB,
antara lain:
1. Infeksi
2. Vaksinasi
3. Pembedahan
4. Penyakit sistematik
5. Keganasan
6. Systemic lupus erythematosus
7. Tiroiditis
8. Penyakit addison
9. Kehamilan atau dalam masa nifas

3
2.3 Manifestasi Klinis
Gejala timbul secara progresif dan meliputi:
1. Kelemahan otot yang simetris (tanda neurologi utama) dan muncul pertama-tama pada
tungkai (tipe asenden) yang kemudian meluas ke lengan serta mengenai nervus fasialis
dalam 24 hingga 72 jam akibat terganggunya transmisi impuls melalui radiks sarf
anterior
2. Kelemahan otot yang pertama-tama terasa pada lengan (tipe desenden) atau terjadi
sekaligus pada lengan dan tungkai akibat terganggunya transmisi impuls melalui radiks
saraf anterior.
3. Tidak terdapat kelemahan otot atau hanya mengenai nervus fasialis 9pada bentuk yang
ringan)
4. Parestesia yang kadang-kadang mendahului kelemahan otot, tetapi akan menghilang
dengan cepat; keluhan ini terjadi karena terganggunya transmisis impuls lewat radiks
saraf dorsalis.
5. Diplegia yang mungkin disertai oflagmoplegia (paralisis okuler) akibat terganggunya
transmisi impluls melalui radiks saraf motorik dan terkenanya nervus kranialis III,IV,
serta VI.
6. Disfagia atau disatria dan yang lebih lebih jarang terjadi, kelemahan otot yang dipersarafi
nervus kranialis XI (nervus aksesoris spnalis)
7. Hipotonia dan arefleksia akibat terganggunya lengkung reflex.
2.4 Patofisiologi
Guillain Barre Syndrome (GBS) terjadi akibat serangan autoimun (dimediasi oleh sel
dan humoral) pada protein myelin saraf perifer. Dengan mekanisme limfosit medialed
delayed hypersensitivity. Limtfosit yang merubah respon terhadap antigen sehingga menarik
makrofag kesaraf perifer. Dari kondisi ini semua saraf perifer dan myelin diserang sehingga
selubung myelin terlepas dan menyebabkan system penghantar impuls terganggu. Karena
proses langsung ditujukan pada myelin dan saraf perifer, maka semua saraf dan cabang
merupakan target potensial dan terjadilah difus. Adanya blok konduksi mengalami
degenerasi oleh karena denervasi akibatnya terjadilah kelemahan atau hilangnya system
sensoris.

4
2.5 Komplikasi
a. Tromboflebitis
b. Dekubitus (ulkus karena tekanan)
c. Pelisutan otot
d. Sepsis
2.6 Penatalaksanaan
1. GBS dianggap sebagai kondisi kedaruratan medis; pasien ditangani di dalam unit
perawatan intesif.
2. Masalah pernapasan mungkin memerlukan terapi pernapasan atau ventilasi mekanis.
3. Intrubasi elektif dapat diimplementasikan sebelum awitan kelethan otot pernapasanyang
ekstrem.
4. Agens antikoagulan dan stocking antiembolisme atau sepatu kompresi berurut dapat
digunakan untuk mencegah thrombosis dan emboli pulmonal.
5. Plasmaferesis (pertukaran plasma) atau imunoglobulin intravena (IVIG) dapat digunakan
untuk secara langsung memengaruhi kadar antibodi myelin saraf perifer.
6. Pemantauan EKG secara kontinu: pantau dan tangani disritmia jantung dan komplikasi
labil lain akibat disfungsi autonom. Takikardia dan hipertensi ditangani dengan obat
kerja-singkat, seperti agens penyekat alfa-adrenergik. Hipotensi ditangani dengan
meningkatkan jumlah cairan intravena yang diberikan.
2.7 Asuhan Keperawatan Pada Gbs
A. Pengkajian
Anamnesis
1. Biodata
Biodata meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, No. Registrasi,
Diagnosa Medis.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan berhubungan dengan
kelemahan fisik secara umum ataupun secara local seperti melemahnya otot
pernapasan. Klien mengeluh sesak napas, kesemutan dan kelemahan otot kaki.
3. Riwayat Penyakit Sekarang

5
Pada pengkajian klien Guillain Barre Syndrom (GBS) biasanya di dapatkan keluhan
yang berhbungan dengan proses demielinasi. Keluhan tersebut di antaranya gejala-
gejala neurologis di awli dengan parestia (kesemutan kebas) dan kelemahan otot
kaki, yang dapat berkembang ke ekstremitas atas, batang tubuh dan otot wajah.
Kelemahan otot dapat diikuti dengan cepat adanya paralisis yang lengkap.
Keluhan yang paling sering di temukan pada klien GBS dan merupakan
komplikasi yang paling berat dari GBS adalah gagal napas. Melemahnya otot
pernapasan membuat klien dengan gangguan ini berisiko lebih tinggi terhadap
hipoventilasi dan infeksi pernapasan berulang. Disfagia juga dapat timbul, mengarah
pada aspirasi. Keluhan kelemahan ekstremitas atasdan bawah hamper sama seperti
keluhan klien yang terdapat pada klien stroke. Keluhan lainnya kelainan dari fungsi
kardiovaskula, yang memungkinkan terjadinya gangguan sistem saraf otonompada
klien GBS yang dapat mengakinbatkan distrimia jantung atau perubahan drastic yang
mengancam kehidupan dalam tanda-tanda vital.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah di alami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien
pernah mengalami ISPA, infeksi gastrointestinal, dan tindakan bedah saraf.
Pengkajian pemakin obat-obat yang sering di gunakan klien seperti
penggunaan obat kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis antibiotic dan reaksinya. untuk
menilai resistensi pemakaian antibiotic) dapat menambah komprehensifnya
pengkaiwjian., Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat
penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.
5. Pengkajian Psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien Sindrom Guillain Barre meliputi beberapa penilaian yang
meliputi beberapa penilaian yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi
yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme
koping yang di gunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang di derita dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam

6
keluarga ataupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yng timbul pada klien yaitu
timbul seperti ketakutan akan kecacatan, cemas, ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
tubuh). Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara sadar bisa di gunakan
klien selama mas stress, meliputi: kemampuan klen untuk mendiskusikan masalah
kesehatan saat ini yang telah di ketahui dan perubahan perilaku akibat stress.
 Pemeriksaan fisik
Pada klien Sindrom Guillain Barre biasanya di dapatkan suhu tubuh normal.
Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda penurunan curah
jantung. Peningkatan frekuensi napas berhunbungan dengan peningkatan laju
metabolism umum dan adanya infeksi pada sistem pernapasan serta akumulasi
secret akibat infusiensi pernapasa. Tekanan darah di dapatkan ortostatik hipotensi
atau tekanan darah meningkat (hipertensi transien) berhubungan dengan
penurunan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis.
a. B1 (breathing )
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkata produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi pernafasan karena
infeksi saluran pernafasan dan yang paling serng didapatkan pada klien
Sindrome Guillain Barre adalah penurunan frekuensi pernafasan karena
melemahnya fungsi otot-otot pernafasan . Palpasi biasanya taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri . auskultasi bunyi nafas tambahan seperti ronkhi pada
klien dengan Sindrome Guillain Barre berhubungan akumulasi secret dari
infeksi saluran nafas.
b. B2( blood )
Pengkajian pada sistem kardiovaskular pada klien Sindrome Guillain Barre
menunjukkan bradikardia akibat penurunan perfusi perifer . tekanan darah di
dapatkan ortostatik hipotensi atau TD meningkat ( hipertansi transien ) akibat
penurunan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis.
c. B3(Brain)
Pengkajian B3(Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan dengan pengkajian pada sistem lainya .Pengkajian tingkat

7
kesadaran . pada klien Sindome Gullain Barre biasanya kesadaran klien
komposmentis . apabila klien mengalami tingkat kesadaran maka penilaian
GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi
untuk monitoring pemberian asuhan .
Pengkajian fungsi serebral . status mental : observasi penampilan ,
tingkah laku, nilai gaya bicara , ekspresi wajah , dan aktivitas motoric klien .
pada klien Sindrome Guillain Barre tahap lanjut disertai penurunan tingkat
kesadaran status mental klien mengalami perubahan .
Pengkajian saraf kranial . pengkajian sraf kranial meliputi pengkajian saraf
kranial I-XII .
a. Saraf I : Biasannya pada klien syndrome Guillain Barre tidak ada kelainan
dan fungsi penciuman .
b. Saraf II : Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal .
c. Saraf III ,IV dan VI : Penurunan kemampuan membuka dan menutup
kelopak mata , paralisis ocular .
d. Saraf V : Pada klien Sindrome Guillain Barre didapatkan paralisis pada
otot wajah sehingga menggangu proses mengunyah.
e. Saraf VII : Persepsi pengecapan pada batas normal , wajah asimetris
karena adanya paralisis unilateral .
f. Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi .
g. Saraf IX dan X : Paralisis otot orofaring, kesulitan berbicara , mengunyah ,
dan menelan . kemampuan menelan kurang baik, sehingga mengganggu
pemenuhan nutrisi via oral .
h. Saraf XI : Tidak ada atrofil otot sternokleidomastoideus dan trapezius .
kemampuan mobilisasi leher baik .
i. Saraf XII : Lidah simetris , tidak ada defiasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi . indra pengecapan normal.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan
2. Gangguan perkusi jaringan berhubungan dengan COP menurun

8
C. Intervensi
Observasi
 Monitor (Frekuensi,kedalaman,usaha nafas)
 Monitor bunyi nafas tambahan (mis.mengi, wheezing,ronkhi kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tillt dan chin-lift (jaw-thrust jika
curikatrauma servikal)
 Posisikan semi fowler atau fpwler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisiotrapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasisebelum penghisapan endotrakeal
 Keluarkan Sumbatan Benda padat dengan forsep McGiII
 Berikan oksigen ,jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika tidak kontra indikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Pemberian bronkodilator, ekspektoran,mokolitik jika perlu
D. Implementasi
Observasi
 Memonitor (Frekuensi,kedalaman,usaha nafas)
 Memonitor bunyi nafas tambahan (mis.mengi, wheezing,ronkhi kering)
 Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
 Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tillt dan chin-lift (jaw-thrust
jika curikatrauma servikal)
 Memposisikan semi fowler atau fpwler
 Memberikan minum hangat
 Melakukan fisiotrapi dada, jika perlu

9
 Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Melakukan hiperoksigenasisebelum penghisapan endotrakeal
 Mengeluarkan Sumbatan Benda padat dengan forsep McGiII
 Memberikan oksigen ,jika perlu
Edukasi
 Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika tidak kontra indikasi
 Mengajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Memberikan bronkodilator, ekspektoran,mokolitik jika perlu
E. Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009)
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani, 2013)
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif.
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sindroma Guillain Barre adalah suatu penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf
perifer dan biasanya dicetuskan oleh suatu proses infeksi yang akut. Sindroma ini dapat
disebabkan oleh adanya Infeksi, Vaksinasi, Pembedahan, Penyakit sistematik. Kerusakan
saraf yang terjadi pada sindroma Guillain bare adalah melalui mekanisme imunlogi.
Manifestasi Klinis dari Sindrom Guillain Bare ini, antara lain: kelumpuhan, gangguan
sensibilitas, gangguan saraf kranial, gangguan fungsi otonom, kegagalan pernapasan, dan
papiledema.
Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi. Pengkajian meliputi: anamnesa: identitas klien, keluhan, riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan diagnostic. Keluhan yang paling sering
ditemukan pada klien GBS dan merupakan komplikasi yang paling berat dari GBS adalah
gagal napas. Beberapa diagnosa muncul berdasarkan gejala yang terjadi pada klien yang
mengalami Sindrom Guillain Bare.
3.2 Saran
Guillain Barre Syndrome merupakan penyakit yang disebabkan kareta autoimun
sendiri. Untuk itu, perlu pencegahan dini terkait jenis penyakit ini. Karena telah banyak
terjadi yang awalnya dari kesemutan menjadi kelumpuhan. Selain Untuk itu, kita sebagai
makhluk Tuhan yang dikaruniai ilmu pengetahuan sudah sepantasnya untuk menjaga tubuh
kita dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2014.” Keperawatan Medikal Bedah, edisi 12”. Jakarta : EGC
Kluwer Wolters, 2014.”Kapita Selekta Penyakit Dengan Implikasi Keperawatan, edisi 2”.
Jakarta : EGC
Kowalak;Wels;Mayer, 2010.”Buku Ajar Patofisiologi”. Jakarta : EGC
Muttaqin, arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Salemba Medika.

12

Anda mungkin juga menyukai