Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA
“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL”

Dosen Pengajar
“Susmawati,S.kep.,Ns.,M.kes”

Di Susun Oleh :
1. Septya Nur Fadhilah
2. Nur Fadhilah
3. Nur Azizah
4. Syainol Akbar
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAZHATUT THULLAB SAMPANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penyususun

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULAN.................................................................................................................4

1.1. Latar Belakang................................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................5

1.3.  Tujuan.................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................6

2.1. Definisi..............................................................................................................................6

2.2. Proses Terjadiny Masalah..............................................................................................7

2.3. Penyebab..........................................................................................................................8

2.4. Tanda dan gelaja.............................................................................................................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL......................................................11

3.1. Pengkajian.....................................................................................................................11

3.2. Diagnosa Keperawatan.................................................................................................13

3.3. Rencana Tindakan Keperawatan..................................................................................1

3.4. Implementasi...................................................................................................................2

3.5. Evaluasi............................................................................................................................3

BAB VI PENUTUP........................................................................................................................4

4.1. Kesimpulan......................................................................................................................4

4.2. Saran................................................................................................................................4

Daftar Pustaka...............................................................................................................................5

iii
iv
BAB I

PENDAHULAN

1.1. Latar Belakang


Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik
yang berhubungan dengan fisik maupun dengan mental (Baihaqi dkk, 2005 : 4). Salah
satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah adanya
stresor psikososial.

Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan


perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja atau dewasa): sehingga orang itu
terpaksa menadakan penyesuaian diri untuk menanggulangi tekanan yang timbul
(Hawari, 2001 : x ). Stressor psikososial ini muncul sebagai akibat dari perubahan-
perubahan sosial yang serba cepat yang merupakan dampak proses modernisasi dan
industrialisasi.

Keperawatan jiwa sebagai bagian dari kesehatan jiwa merupakan suatu bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai
ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (American
Nurses Association dalam Hamid 2000).

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang negative atau
mengancam (Towsent alih bahasa,Daulima,1998).

Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami


atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang
lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut
Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha
menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa
kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan,
berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

5
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Isolasi Sosial

1.3.  Tujuan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.

Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Mampu menjelaskan mengenai isolasi social


2. Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan isolasi sosial

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang negative atau
mengancam (Towsent alih bahasa,Daulima,1998).

Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami


atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang
lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut
Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha
menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa
kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan,
berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

Menarik diri adalah suatu usaha seseorang untuk menghindari interaksi dengan
lingkungan sosial atau orang lain, merasa kehilangan kedekatan dengan orang lain dan
tidak bisa berbagi pikiranya dan perasaanya (Rawlins,1993).

Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan


dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan
keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan
sikap negatif dan mengancam dirinya (Townsend, M.C, 1998 : 52).

Individu merasa kehilangan teman dan tidak mempunyai kesempatan untuk


membagi pikiran, perasaan dan pengalaman serta mengalami kesulitan berinteraksi secara
spontan dengan orang lain. Individu yang demikian berusaha untuk mengatasi ansietas
yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah dan

7
merasa tidak aman dengan berbagai respon. Respon yang terjadi dapat berada dalam
rentang adaptif sampai maladaptif (Stuart and Sudeen, alih bahasa Hamid,1998).

2.2. Proses Terjadinya Masalah


Menurut Stuart Sundeen rentang respon klien ditinjau dari interaksinya dengan
lingkungan social merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respon adaptif
dengan maladaptive sebagai berikut :

a. Respom Adaptif :
Respon yang masih dapat diterima oleh norma – norma social dan kebudayaan
secara umum serta masih dalam batas normal dalam menyelesaikan masalah
1. Menyendiri : respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah terjadi dilingkungan sosialnya.
2. Otonomi : kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan social.
3. Bekerjasama : kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
4. Interdependen : saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
b. Respon Maladaptif :

Respon yang diberikan individu yang menyimpang dari norma social. Yang
termasuk respon maladaptive adalah

1. Menarik diri : seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan


secara terbuka dengan orang lain.
2. Ketergantungan : seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain.
3. Manipulasi : seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan social secara mendalam.
4. Curiga : seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

2.3. Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang

8
ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga
dapat mencederai diri, (Carpenito,L.J, 1998)

1. Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik diri
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah
respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja
sama dengan tenaga profisional untuk mengembangkan gambaran yang lebih
tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan
kolaburatif sewajarnya dapat mengurangi masalah respon social menarik diri.
b. Faktor Genetik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur
otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak
serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti
lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang
dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitis terhadap hubungan
merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini, (Stuart and
sudden, 1998).
2. Faktor persipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik
diri. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:
a. Stressor sosiokultural

9
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunya stabilitas unit
keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupanya, misalnya karena
dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhanya hal ini dapat
menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami
gangguan hubungan (menarik diri), (Stuart & Sundeen, 1998)
c. Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai pikiran
dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam
menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain
akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan
berhubungan dengan orang lain
d. Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik diri
dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
3) sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain
4) (Rawlins, Heacock,1993)
2.4. Tanda dan gelaja
Tanda dan Gejala Menarik diri

1. Menurut SAK kesehatan jiwa ( 1998 )


a. Gangguan pola makan, tidak nafsu makan atau makan berlebihan
b. Berat badan menurn drastic
c. Kemunduran kesehatan fisik
d. Tidur berlebihan
e. Tinggal ditempat tidur dalam waktu lama

10
f. Banyak tidur siang
g. Kurang bergairah
h. Tidak memperdulikan lingkungan
i. Kegiatan menurun
j. Imobilisasi
k. Sikap mematung
l. Melakukan gerakan berulang-ulang
m. Keinginan seksual menurun
2. Menurut Towsend ( 1958 : 152 )
a. Menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikas
c. Tidak melakuakn kontak mata
d. Sedih
e. Tindakan tidak sesuai
f. Berfikir tentang sesuatu menurut pemikirannya sendiri
g. Tindakan berulang-ulang
3. Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri).
c. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat.
d. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

3.1. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,
penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien.

Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi:

1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain
,tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen
3. Faktor predisposisi
Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan
dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi
( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang
tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung
lama.
4. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.

12
5. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
1) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus
asaan, mengungkapkan ketakutan.

2) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan .

3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit ,
proses menua , putus sekolah, PHK.

4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.

5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri
sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai
diri, dan kurang percaya diri.

6) Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social


dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat.
7) Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)

6. Status Mental

Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,


kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang

13
mampu berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup.

7. Kebutuhan persiapan pulang.


a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikan dan merapikan pakaian.
c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
e. diluar rumah
f. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri)
9. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

3.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas:

1. Isolasi sosial:menarik diri
2. Gangguan konsep diri:HDR
3. Gangguan sensori persepsi: halusinasi

14
3.3. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1 : Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
h. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
2. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
3. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul
4. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang muncul
5. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
6. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.

1
SP I pasien
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Melatih pasien berkenalan dengan 1 orang
5. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II pasien
1. Memvalidasi masalah danlatihan sebelumnya
2. Melatih pasien berkenalandengan 2 orang atau lebih
3. Membimbing pasienmemasukkan dalam jadwalkegiatan harian
SP III pasien
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan 
SP I keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda/ gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
3. Menjelaskan cara- cara merawat pasien isolasi sosial
SP II keluarga
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
2. Melatih keluarga melakuka cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial

SP III keluarga
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat  (discharge  planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
3.4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh perawat dan klien, beberapa
petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut :

a. ntervensi dilakukan sesuai rencana setelah dilakukan validasi

2
b. Kemempuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan
c. Kemampuan fisik dan psikologis dilindungi
d. Dokumentasi intervensi dan respon klien. ( Keliat Budi Anna,1998 : 15 )

3.5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai afek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakuakn terus menerus pada respon klien tehadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi 2 yaitu : Formatif dan
sumatif, Formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi sumatif
dilakuakn dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan dengan menggunakan SOAP.

S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap atau muncul masalh baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang
ada

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa.( Keliat ,1998 : 15 )

3
BAB VI

PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang negative atau
mengancam (Towsent alih bahasa,Daulima,1998).

Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami


atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang
lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut
Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha
menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa
kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan,
berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

4.2. Saran
Penulis akui makalah tentang asuhan keperawatan jiwa ini masih banyak
kekurangannya. Baik dari segi isi maupun tulisan. Oleh karena itu mohon di maklumi,
mengingat penulis masih dalam proses belajar. Penulis berharap makalah ini dapat di
gunakan untuk menunjang proses belajar-mengajar.

4
Daftar Pustaka

Carpenito, lynda Juall. 1998. Buku saku buku kedokteran EGC : Jakarta

www.scribd.com/doc/99585850/Presentasi-Jiwa-Poltekkes-Surakarta

Anda mungkin juga menyukai