Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa
Dosen: Susmawati, S.Kep.Ns.,M.Kes

Klompok 6
Di Susun Oleh :
1. Nuri Amalia
2. Muawanah
3. Faisal Affandi
4. Yusria

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAZHATUT THULLAB


SAMPANG
2019/2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa kesehatan
fisik maupun akal fikiran sehingga mampu untuk menyelesaikan pembutan makalah sebagai
tugas dari mata kuliah keperawatan jiwa
Makalah ini disusun agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pasien
HALUSINASI, Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. Kepada
pembaca saya menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Selain itu penyusun sampaikan permintaan
maaf jika terdapat kata-kata yang belum berkenandan saya juga mengucapkan terima kasih
kepada,Susmawati, S.Kep.,Ns.M.Kes yang telah membimbing dalam menyusun makalah ini
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaaat.

18 April 2019

Penyusun

Klompok 6

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2

1.3 Tujuan....................................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................................3

2.1 Definisi Halusinasi.................................................................................................................3

2.2 Etiologi..................................................................................................................................3

2.3 Jenis Halusinasi.....................................................................................................................5

2.4 Tanda Gejala..........................................................................................................................6

2.5 Asuhan Keperawatan.............................................................................................................7

BAB 3 KESIMPULAN.................................................................................................................46

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................46

3.2 Saran....................................................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................47

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,
atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Sedangkan
Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
Data dari Departemen Kesehatan tahun 2009, jumlah penderita gangguan jiwa di
Indonesia saat ini mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan
11,6 persen dan 0,46 persen menderita gangguan jiwa berat. Hasil penelitian WHO di Jawa
Tengah tahun 2009 menyebutkan dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah terdapat 3 orang
yang mengalami gangguan jiwa. Sementara 19 orang dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah
mengalami stress Depkes RI, (2009) dalam Zelika, (2015). Data kunjungan rawat inap
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada bulan Januari - April 2013 didapat 785 orang.
Pasien dengan halusinasi menempati urutan pertama dengan angka kejadian 44 persen
atau berjumlah 345 orang, pasien isolasi sosial menempati urutan kedua dengan angka
kejadian 22 persen atau berjumlah pasien 173 orang, pasien dengan resiko perilaku
kekerasan menempati urutan ketiga dengan angka kejadian 18 persen atau berjumlah pasien
141 orang pasien, pasien dengan harga diri rendah menempati urutan keempat dengan angka
kejadian 12 persen atau berjumlah 94 orang, sedangkan pasien dengan waham, defisit
perawatan diri 4 persen atau 32 orang Zelika, 2015.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas untuk memahami
keperawatan jiwa yang harus dikuasai 5 komponen salah satunya halusinasi, maka kelompok
di berikan tugas untuk membahas masalah gangguan jiwa dengan halusinasi. Oleh karena itu
kelompok diberikan tugas dalam bentuk makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan GangguanPersepsi Sensori Halusinasi.

1
1.2 Rumusan Masalah
A. Definisi Halusinasi?
B. Etiologi?
C. Jenis Halusinasi?
D. Tanda Gejala?
E. Asuhan Keperwatan?
1.3 Tujuan
A. Mahasiswa mampu memahami Definisi Halusinasi.
B. Mahasiswa mampu memahami Etiologi
C. Mahasiswa mampu memahami Jenis Halusinasi
D. Mahasiswa mampu memahami Tanda Gejala
E. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperwatan
.

2
BAB 2
PEMBAHASA
2.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015).
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai
dengan kenyataan Sheila L Vidheak,( 2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui panca indera tanpa
ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami persepsi
yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh
klien.
2.2 Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-faktor yang
menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang
salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami

3
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi
35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan
glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara
lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin,
dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama
sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf pusat, kurangnya latihan,
hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari,
kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan
sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak
percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun

4
kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.
2.3 Jenis Halusinasi
Menurut  Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara-suara orang, biasanya
klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti:
darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau harum.Biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

5
2.4 Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa yang tidak
sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik
dengan pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas
rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit, kesukaranberhubungan
dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998) dalam
Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan


cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas dan
komplek. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
yang menakutkan seperti monster.

Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah,


urine, fases umumnya baubau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa


darah, urine, fases.

Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan


tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


Sinestetik darah divera (arteri), pencernaan

6
makanan.

Kinestetik Merasakan pergerakan sementara


berdiri tanpa bergerak

2.5 Asuhan Keperawatan


2.5.1 Format Pengkajian Keperawatan Jiwa
Kasus Fiktif : Ny. S dibawa keluarga pada tanggal 10 Oktober 2016 ke RSJ karena
pasien sering teriak-teriak dan kluyuran. Pasien sering marah-
marahsambil memukul tembok dan orang yang disekitarnya. Semenjak
Ny.S anaknya meninggal pasien sering mendengar suara atau bisikan
yang menyuruh pasien untuk sholat Pasien juga mengatakan bahwa
keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti klien.setiap harinyaNy.S
sebagai Ibu rumah tangga yang hanya mengasuh kedua anaknya.
Ruang Rawat : 11 (Larasati)
Tanggal Dirawat : 10 Oktober 2016
No RM : 064406
A. Identitas Klien
Nama : Ny S
Umur : 43 th
Alamat : Ponorogo
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tgl Pengkajian : 10 Oktober 2016
Dx Medis : Depresi berat dengan gangguan psikotik
B. Alasan Masuk dan Faktor Presipitasi
Keluarga pasien mengatakan satu minggu sebelum masuk rumah RSJ pasien merasa
mendengar suara atau bisikan yang menyuruh pasien untuk selalu sholat. Serimg melamun
dan berbicara sendiri. Pasien sering keleyuran dan berteriak-teriak saat mendengar bisikan.
Pasien marah-marah sambil memukul tembok dan orang yang disekitarnya.
C. Faktor Predisposisi
1.Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?


7
Ya

Tidak
Pasien mengatakan semenjak anaknya meninggal pasien sering mendengar suara atau
bisikan yang menyuruh pasien untuk sholat. Pasien baru pertama kali dirawat di RSJ.
sebelum dirawat di RSJ pasien hanya mendapatkan obat dari dokter terdekat. Pasien juga
mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti klien.
D. Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital
TD : 120/90 mmHg HR : 76x/menit
S : 36,5° C RR : 20x/menit
2. Antropometri
BB : 54 kg TB : 162 cm
E. PSIKOSOSAL
1. Genogram
Keterangan

: Perempuan

: Laki-laki

: Meninggal

: Tinggal

serumah

2. Konsep Diri
a. Citra Diri
Pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya. Saat ditanya bagian tubuh
yang paling disukai adalah tangannya
b. Identitas Diri

8
Pasien dapat menyebutkan identitas dirinya (nama, alamat, hobi). Pasien mengatakan
setiap harinya sebagai Ibu rumah tangga yang hanya mengasuh kedua anaknya.
Pasien suka dengan statusnya sebagai seorang wanita
c. Peran Diri
Sebelum sakit dirumah pasien mempuyai tanggung jawab sebagai Ibu rumah tangga.
Pasien dapat melakukan pekerjaannya sendiri, tapi setelah dirawat di RSJ pasien
tidak melakukan aktivitas seperti dirumah
d. Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin segera pulang dan berkumpul dengan keluarga seperti dulu.
Pasien juga mengatakan ingin segera sembuh dan tidak ingin lagi nmendengar suatu
suara atau bisikan-bisikan
e. Harga Diri
Pasien mengatakan merasa percaya diri dengan dirinya. Pasien juga mengatakan dia
mampumengasuh anaknya dengan baik. Dan mampu melakukan pekerjaan rumah
tangga dengan baik. Pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan harga dirinya.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan sebelum anaknya meninggal yaitu orang terdekatnya adalah
kedua dua anaknya karena sering bertemu dirumah, namun setelah anak yang
pertama meninggal pasien hanya dekat dengan anaknya yang ke 2.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Sebelum dirawat di RSJ sering bergaul dengan ibu-ibu sekitar rumahnya, namun
setelah dirwat di RSJ pasien tidak mau bergaul dengan pasien lainnya karena
alasannya malu dengan kondisinya, pasien tampak sering menyendiri, kontak mata
pasien kurang saat berinteraksi dan pasien sering melamun.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan merasa kehilangan anak pertama yang menjadikan tidak mau
bergaul dengan orang lain.
4. Spiritual
Pasien mengatakan sebelum sakit rajin sholat 5 waktu dan sering mengikuti pengajian di
kampungnya, setelah dirawat di RSJ pasien tetap rajin sholat 5 waktu.

9
F. Status Mental
1. Penampilan
Rapi

Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Penampilan dalam cara berpakaian rapi dan sesuai, postur tubuh sedang, rambut ikal
agak panjang, ekspresi wajah kadang serius saat bercerita, cara berjalan baik, pasien saat
duduk bersama teman-temanya terkadang hanya melamun.
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
Keras √ Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan
Pasien dalam berbicara intonasinya kurang jelas dan pelan, dalam pembicaraan sesuai
atau nyambung dengan pertanyaan, pasien terkadang terdiam ditengah pembicaraan
seperti mendengar sesuatu.
3. Aktivitas Motorik
Fleksibilitas serea TIK
Tegang Grimasem
Gelisah Tremor

Agitasi Kompulsif
Automatisma Common Automatisma
Negativisme
Pasien tampak mau melakukan aktivitas sehari-hari di RSJ secara mandiri, saat
berinteraksi tampak pasien mengerak-gerakkan tanganya, tangannya tampk seperti
mengepal. Masalah Keperawatan : Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
4. Alam Perasaan
Sedih

Ketakutan

10
Putus asa
Khawatir
Gembira berlebihan
Pasien mengatakan masih mendengar suara suara bisikan yang menggangunya, pasien
mengatakan terkadang merasa sedih dengan keaadanyan sekarang, yang tidak bisa
berkumpul dengan keluarga seperti dahulu.
5. Afek
Datar
Tumpul
Labil
Tidak sesuai
Saat di wawancari kadang pasien menunjukan ekspresi mendengar sesuatu, respon
emosional pasien sudah stabil, pasien tenang saat diakukan interaksi.
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Tidak kooperatif
Kontak mata kurang
Curiga
Pasien mampu menjawab semua pertanyaan yang di ajukan dengan sesuai/ baik, kontak
mata dengan pasien perawat sedikit kurang, pasien cenderung menatap kedepan
padahal perawat ada di sampingnya, pembicaraan pasien keheranan saat ditanyai,
kadang pasien terdiam sebentar seperti mendengar sesuatu.
7. Persepsi
Halusinasi/ilusi
Pendengaran

Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidung
Pasien mengatakan sering mendengar bisikan suara saat ingin tidur dan sholat, isi suara
tersebut yaitu menyuruh klien untuk sholat, suara tersebut kadang muncul kadang tidak,

11
suara itu muncul lamanya biasa 5 detik, respon pasien untuk mengontrol halusinasinya
tersebut hanya dengan cara berkeluyuran dan bicara sendiri.
8. Proses Pikir
a. Isi Pikir
Obsesi Depersonalisasi Isolasi sosial
Phobia Ide yang terkait Pesimisme
Hipokondria Pikiran Magis Bunuh Diri
Waham :
Agama Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar Pikir
Curiga Kontrol pikir

Pasien mengatakan tidak ada yang mengendalikan pikiranya. Pasien tidak mampunyai
pikiran yang aneh-aneh kalaupun sering mendengar suara atau bisikan palsu.

b. Arus Pikir
Sirkumstansial Flight of idea
Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Inkoheren Logorea
Perkataan pasien dapat dimengerti dengan baik oleh perawat, selama interaksi
berangsung dapat diketaui bahwa pembicaraan sudah terarah.
Tingkat Kesadaran
Bingung Disorientasi waktu
Sedasi Disorientasi orang
Stupor Disorientasi tempat
Pasien menyadari bahwa dirinya berada di RSJ, pasien mampu mengingat nama
temannya di RSJ yang sudah diajak berkenalan, orientasi waktu dan tempat
9. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek

12
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabusi
Untuk Memori segera menjawab dengan baik tidak ada gangguan ingatan dalam jangka
panjang dan pendek untuk saat ini.
- Jangka panjang : Pasien mengatakan lahir tahun 1980
- Jangka pendek : Pasien mengatakan yang membawa kerumah sakit adalah
suaminya
- Jangka saat ini : Pasien masih ingat tadi pagi makan dengan nasi dan sayur
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Pasien mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung secara sederhana misalnya
berhitung dari 1 sampai 10.
11. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Pasien mengatakan menyadari bahwa dirinya sakit dan dibawa ke RSJ pasien
mengatakan pasien sudah sembuh dan segera ingin pulang.
G. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Makanan disiapkan oleh perawat dirumah sakit pasien mau makan 3x sehari 1 porsi
habis, pasien dapat makan sendiri.
2. BAB/BAK
Klien BAB 1 hari sekali kalau dirumah, selama dirumah sakit pasien BAB 1kali sehari
dan dapat dilakukan ditoilet dan BAK 4-5 x/hari dan dapat dilakukan sendiri di toilet.
3. Mandi
4. Pasien mengatakan sehari mandi 2-3 x/hari dan dapat melakukan sendiri dikmar mandi
memakai sabun tetapi tidak handukan , gosok gigi 1kali sehari dapat dilakukan sendiri
dikamar mandi.
5. Berpakaian/berhias

13
Pasien mampu menggunakan baju sendiri, ganti pakaian 1 kali dalam 2 atau 3 hari
sekali.
6. Istirahat Tidur
Pasien mengatakan tidur sekitar jam 21.00 wib & kadang-kadang terbangun ditengah
malam, serta gelisah karena sering mendengar suara bisikan.
7. Penggunaan obat
Pasien minum obat yang diberikan oleh perawat dan dimonitor oleh perawat , pasien
selalu meminum obatnya sampai habis, pasien mengatakan mendapatkan obat sejumlah
2

8. Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan ingin segera pulang, pasien mengatakan jika nanti sudah pulang
pasien akan ingin minum obat yag akan diberikan oleh rumah sakit, pasien engatakan
bila sudah keluar dari rumah sakit pasien tidak mau dibawa ke RSJ.
9. Aktifitas dalam rumah
Pasien mengatakan di rumah melakukan pekerjaan rumah.
10. Aktifitas di luar Rumah
Pasien mengatakan tidak suka kegiatan diluar rumah.

14
H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping saat ini pasien yaitu maladaptif, pasien menghindar dari orang lain.
I. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berhubungan dengan lingkungan, pasien tidak mampu berinteraksi

dengan orang lain
J. Kurang pengetahuan tentang
Pasein mengatakan ada maslah dengan lingkungan, pasien tidak suka berbicara dengan
orang lain dan lebih suka di rumah.
K. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Depresi berat dengan gangguan psikotik
Terapi Medik : Risperidone 2 x 2 mg
Merlopam 2 x 2 mg

15
2.5.2 ANALISA DATA

N DATA FOKUS MASALAH


O
1. DS:
Pasien mengatakan sering Gangguan persepsi sensori:
mendengar bisikan suara saat ingin halusinasi pendengaran
tidur dan sholat, isi suara tersebut
yaitu menyuruh untuk sholat, suara
tersebut kadang muncul kadang
tidak, suara itu muncul lamanya
biasa 5 detik
DO:
Klien saat interaksi kadang ketawa
sendiri dan sering mondar-mandir,
kadang bicara sendiri.
2.5.3 DiagnosaKeperawatan

Adapun diagnose keperawatan klien yang muncul klien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi adalah sebagai berikut:
Gangguan persepsisensori: halusinasi Isolasisosial
Resiko perilaku kekerasan(diri sendiri,orang lain,lingkungan,danverbal)

16
2.5.4 Intervensi

Nama Klien : Diagnosa Medis :

Ruang : No CM :

Diagnosa Perencanaan
No
Tgl Keperawatan Intervensi Rasional
Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi
Pasien

1 Gangguan Pasien dapat Ekspresi wajah bersahabat, Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
persepsi membina menunjukkan rasa dengan mengungkapkan prinsip percaya merupakan
sensori: hubungan senang, ada kontak komunikasi terapeutik dasar untuk
halusinasi saling mata, mau berjabat kelancaran hubungan
Sapa klien dengan ramah baik
percaya tangan, mau saling interaksi
verbal maupun nonverbal
menyebutkan nama, selanjutnya.
mau menjawab Perkenalkan diri dengan sopan
salam, klien mau
Tanyakan nama lengkap klien
duduk berdampingan
dan nama panggilan yang disukai
dengan perawat,
klien
mau mengutarakan

17
masalah yang Jelaskan tujuan pertemuan
dihadapi.
Jujur dan menepati janji

Tunjukkan sikap empati dan


menerima klien apa adanya

Beri perhatian pada klien dan


perhatikan kebutuhan dasar
klien.

2.1.1 Adakah kontak sering dan


singkat secara bertahap

2.1.2 Observasi tingkah laku


Klien dapat menyebutkan klien terkait dengan
waktu, isi, frekuensi halusinasinya; bicara dan

18
timbulnya halusinasi tertawa tanpa stimulus,
memandang ke kiri atau
kanan atau kedepan seolah-
Klien dapat Klien dapat olah ada, teman bicara.
mengenali mengungkapkan
Kontak sering tapi
halusinasiny perasaan terhadap
singkat selain
a halusinasi. 2.1.3 bantu klien mengenali
membina hubungan
halusinasinya.
saling percaya, juga

Jika menemukan yang dapat memutuskan

sedang halusinasi, tanyakan halusinasi.


apakah ada suara yang
didengar.
Mengenal perilaku
Jika klien menjawab ada, pada saat halusinasi
lanjutkan apa yang timbul memudahkan
dikatakan. perawat dalam

Katakan bahwa perawat melakukan intervensi.


percaya klien mendengar

19
suara itu, namun perawat
sendiri tidak mendengarnya
dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau
menghakimi.

Mengenal halusinasi
memungkinkan klien
untuk menghindarkan
2.1.4 Diskusikan dengan klien
faktor pencetus

situasi yang menimbulkan atau timbulnya halusinasi.


tidak menimbulkan
halusinasi.

Waktu dan frekuensi


terjadinya halusinasi (Pagi,
Siang, Sore dan Malam atau
jika sendiri, jengkel atau
sedih)

20
2.1.5 Diskusikan dengan klien
apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi (marah
atau takut, sedih, senang)
beri kesempatan
mengungkapkan
perasaannya.

Identifikasi bersama klien cara


tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi (tidur,
marah, menyibukkan diri
Dengan mengetahui
dll).
waktu, isi dan
frekuensi munculnya
halusinasi

21
Diskusikan manfaat cara yang mempermudah
dilakukan klien, jika tindakan keperawatan
bermanfaat beri pujian. klien yang akan
dilakukan perawat
Diskusikan cara baru untuk
memutus atau mengontrol
halusinasi:

Katakan “Saya tidak mau


dengar kamu” (pada saat
halusinasi terjadi)

Menemui orang lain


(perawat/teman/anggot
a keluarga) untuk
bercakap-cakap atau
mengatakan halusinasi
yang terdengar. Untuk
mengidentifikasi
Membuat jadwal
pengaruh halusinasi
kegiatan sehari-hari agar

22
halusinasi tidak muncul klien

Klien dapat menyebutkan Minta keluarga/teman/


tindakan yang biasa perawat jika nampak
dilakukan untuk bicara sendiri.
mengendalikan
halusinasinya.

Bantu klien memilih dan melatih


cara memutus halusinasi
Klien dapat Klien dapat menyebutkan secara bertahap.
mengontrol cara baru
halusinasiny
a Upaya untuk
memutuskan siklus
halusinasi sehingga
Klien dapat memilih cara
4.1.1 Anjurkan klien
untuk halusinasi tidak
mengatasi halusinasi
memberi tahu keluarga jika berlanjut.
seperti yang telah
mengalami halusinasi
didiskusikan dengan

23
klien

4.1.2 Diskusikan dengan


keluarga (pada saat
berkunjungan/pada saat
kunjungan rumah).

Reinforcement positif
Gejala halusinasi yang
akan meningkatkan
dialami klien
harga diri klien.
Cara yang dapat dilakukan
klien dan keluarga untuk
memutus halusinasi

Cara merawat anggota Memberikan alternatif


keluarga untuk memutus pilihan bagi klien
halusinasi di rumah, beri untuk mengontrol
kegiatan, jangan biarkan halusinasi
sendiri, makan bersama,
berpergian bersama.

24
Beri informasi waktu Follow
up atau kapan perlu
mendapat bantuan:
halusinasi terkontrol dan
risiko mencedrai orang
lain.

5.1.1 Diskusikan dengan klien


dan keluarga tentang
dosis, frekuensi manfaat
obat.

5.1.2 Anjurkan klien minta


sendiri obat pada
perawat dan merasakan
manfaatnya

5.1.3 Anjurkan klien bicara

25
dengan dokter tentang
manfaat dan efek samping
obat yang dirasakan.

5.1.4 Diskusikan akibat berhenti


minum obat tanpa
4.1 klien dapat membina konsultasi.
hubungan saling
5.1.5 Bantu klien menggunakan
percaya dengan
obat dengan prinsip 5 benar
perawat.

4.2 Keluarga dapat


menyebutkan Memotivasi dapat
pengertian untuk meningkatkan
mengendalikan kegiatan klien untuk
halusinasi mencoba memilih
salah satu cara
mengendalikan
Klien dapat

26
dukungan halusinasi dan dapat
dari keluarga meningkatkan harga
dalam diri klien.
mengontrol
halusinasi

Untuk mendapatkan
bantuan keluarga
mengontrol
halusinasi.

Untuk mengetahui
pengetahuan keluarga
dan meningkatkan
kemampuan
pengetahuan tentang
halusinasi.

27
Klien dan keluarga dapat

28
menyebutkan
manfaat, dosis dan
efek samping obat.
Klen dapat
Klien dapat
memanfaatk
mendemonstrasikan
an obat
penggunaan obat
dengan baik
secara benar

Klien dapat informasi


tentang efek samping
obat

Klien dapat memahami


akibat berhenti
minum obat.

Klien dapat menyebutkan


Dengan menyebutkan
prinsip 5 benar
dosis frekuensi dan
penggunaan obat
manfaat obat.

29
Diharapkan klien
melaksanakan
program pengobatan.
Menilai kemampuan
klien dalam
pengobatannya
sendiri.

Dengan mengetahui
efek samping obat
klien akan tahu apa
yang harus dilakukan
setelah minum obat.

30
Program pengobatan
dapat berjalan sesuai
rencana

Dengan mengetahui
prinsip penggunaan
obat, maka
kemandirian klien
untuk pengobatan
dapat ditingkatkan
secara bertahap.

31
Rencana Keperawatan Klien Gangguan Persepsi Sensori:

Halusinasi dalam bentuk Strategi Pelaksanaan

STRATEGI PELAKSANAAN

SP1P SP1K

Mengidentifikasi jenis halusinasi kliem Mendiskusikan masalah yang dirasakan


keluarga dalam perawatan klien
Mengidentifikasi isi halusinasi klien
Mmemberikan pendidikan kesehatan
Mengidentifikasin waktu halusinasi
tentang pengertian halusinasi, jenis
klien
halusinasi yang dalam klien, tanda

Mengidentifikasi frekuensi halusinasi dan gejala halusinasi

klien Menjelaskan cara merawat klien


dengan halusinasi
Mengidentifikasi situasi yang dapat
menimbulkan halusinasi klien

Mengidentifikasi respon klien terhadap


halusinasi klien

Mengajarkan klien menghardik


halusinasi

Menganjurkan klien memasukan cara


menghardik ke dalam kegiatan
harian.

SP2P SP2K

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga memperaktikkan cara


klien merawat klien dengan halusinasi

Melatih klien mengendalikan halusinasi Melatih keluarga memperaktikkan cara


dengan cara bercakap-cakap dengan merawat klien dengan halusinasi
orang lain

32
Menganjurkan klien memasukan
kedalam jadwal kegiatan harian

SP3P SP3K

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat jadwal


klien aktivitas dirumah termasuk minum
obat (discharge planning)
Melatih klien mengendalikan halusinasi
dengan cara melakukan kegiatan Menjelaskan pollow up klien setelah
pulang
Menganjurkan klien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian

SP4P

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian


klien

Memasukan penkes tentang


penggunakan obat secara teratur

Menganjurkan klien memasukan


kedalam jadwal kegiatan harian

Impelementasi dan Evaluasi keperawatan

Contoh impelementasi dan evaluasi keperawatn gangguan persepsi sensori


Halusinasi pendengaran

Nama Klien: Diagnosa Medis:

Ruang : No.CM :

Hari/Tgl No.Diagnosa Diagnosa Rencana Impelementasi Evaluasi


Keperawatan
Keperawatan Keperawatan Keperawatan Keperawatan

Senin 1 Gangguuan SP1P Melakukan SP1P S: ‘Selamat pagi,

33
9 juli persepsi Gangguan Gangguan Persepsi nama saya M,
2012 sensori: persepsi Sensori Halusinasi baik pak, 10
sensori: Pendengaran: menit, disini aja
09.00 Halusinasi
halusinasi pak”.”saya
pendengaran Mengidentifikasi jenis
mendengar
pendegaran halusinasi klien
suara kerincing
Mengidentifikasi isi dan gendang,
halusinasi klien munculnya pada
saat saya lagi
Mengidentifikasi waktu
sendirian, 3 kali
halusinasi klien
sehari saya
Mengidentifikasi mendengarnus,
frekuensi halusinasi pada malam,
klien dan pagi
terkadang ingin
Mengidentifikasi situasi
marah”.”pergi-
yang dapat
pergi, saya tidak
menimbulkan
mau dengar
halusinasi klien
kamu, kamu
Mengidentifikasi respon suara palsu”
klien terhadap
“senang pak,
halusinasi
11.00 aja ya pak,
Mengajarkan klien di ruang ini aja”
menghardik
halusinasi

O:
Mengajarkan klien
memasukan kedalam Klien mampu
kegiatan harian menyebutka
n apa yang

34
dia alami

Kontak mata
kurang

Kooperatif

Klien dapat
melakukan
cara
mengontrol
halusinasi
dengan cara
menghardik

Klien dapat
memasukan
latiahan
menghardiks
kedalam
jadwal
harianya
yaitu pada
pukul 11.00
dan 15.00

A: SP1P tercapai

P:

Perawat:

35
Lakukan SP2P
gangguan
persepsi sensori:
Halusinasi
pendengaran
pada pertemuan
ke-2 pada hari
senin, 09 juli
20122, pukul
11.00 diruang
perawatan
pasien

Klien:

Memotivasi klien
mengontrol
halusinasi
dengan cara
menghardis dan
melatih sesuai
jadwal

11.00 1 Gangguan SP2P Melaksanakan SP2P S: “Selamat pagi,


persepsi gangguan gangguan persepsi baik pak” saya
sensori: persepsi sensori: halusinasi bangun jam 6
halusinasi sensori: pendengaran: pagi, mandi dan
pendengaran halusinasi merapikan
Mengevaluasi jadwal
pendengaran tempat tidur,
kegiatan harian klien
latihan
Melatih klien menghardik jam
mengendalikan 11 dan 3 sore”.

36
halusinasi dengan “pergi-pergi,
cara bercakap-cakap saya tidak mau
dengan orang lain dengar kamu,
kamu suara
Menganjurkan klien
palsu” “ pak
memasukan kedalam
perawat tolong
jadwal kegiatan
ajak saya
harian
ngobrol supaya
halusinasi saya
hilang”.”
Masukan jam 10
pagi saya pak”

O:

Klien mampu
menyebutkan
kegiatan
harianya

Kontak mata ada

Klien kooperatif

Klien dapat
melakukan
cara
mengontrol
halusinasi
dengan cara
menghardiks

Klien dapat
melakukan

37
cara
mengontrol
halusinasi
dengan cara
bercakap

Klien dapat
dapat
memasukan
latihan
menghardik
kedalam
jadwal
harianya yaitu
pada pukul
10.00

A: SP2P tercapai

P:

Perawat:

Lanjutkan SP3P
Halusinasi
pendengaran
pada pertemuan
ke 3 pada hari
selasa, 10 juli
2012, pukul

38
09.00 diruang
perawatan
pasien

Klien:

Memotivasi klien
mengobrol
halusinasi
dengan cara
bercakap-cakap
sesuai dengan
jadwal harian.

Selasa 10 1 Gangguan SP3P Melakukan SP3P S: “selamat


juli 2012 persepsi gangguan persepsi pagi”,”saya
Gangguan
sensori: sensory: Halusinasi bangun jam 6
09.00 persepsi
halusinasi pendengaran pagi, mandi dan
sensori:
pendengaran merapikan
halusinasi Mengevaluasi jadwal
temapt tidur,
pendengaran kegiatan harian klien
latihan
Melatih klien menghardik jam
mengendalikan 11 dan 3 sore
halusinasi dengan kemarin sudah
cara melakukan saya lakukan
kegiatan pak, kalau jam
10 nantik saya
Menganjurkan klien
latihan
memasukan dalam
bercakap-cakap”
jadwal kegiatan
harian “masukan jam
8.30 pagi saya

39
pak”

O:

Klien mampu
menyebutka
n kegiatan
hariannya
yaitu
mencuci
tempat
makan

Klien
memasukank
egiatan
menyuci
tempat
makan ke
dalam jadwal
harian klien
pada pukul
08.30

Bicara
ngelantur

Kontak mata
ada

40
A: SP4P tercapai

P:

Perawat:

Lamnjutkan
SP4P budaya
gangguan
persepsi
sensori:
halusinasi
Pendengaran
pada
pertemuan ke-4
pada hari selasa
10 juli 2012,
pukul 11.00 di
ruang
perawatan klien

Klien:

Memotivasi
klien
mengontrol
halusinasi
dengan cara
melaksanakan
kegiatan sesuai
dengan jadwal

41
harian.

11.00 1 Gangguan SP4P Melakukan SP4P S: “selamat pagi,


persepsi Gangguan persepsi baik pak,” saya,
Gangguan
sensori: sensori: halusinasi latihan
persepsi
halusinasi pendengaran menghardik jam
sensori:
pendengaran 11 sudah saya
halusinasi Mengevaluasi jadwal
lakukan pak, dan
pendengaran kegiatan harian klien
jam 10 saya
Memasukan penkes latihan
tentang bercakap-cakap
penggunakan obat dengan bapak”
secara teratur
“masukan jam 8,
Menganjurkan klien 12 dan 6 sore
memasukan kedalam saja pak”
jadwal kegiatan
“ untuk
harian
mengontrol
halusinasi saya
pak”

Saya mau
minum oabat
CPZ dan haldol
pak”

“warna oare
namanya CPZ
minumnya 1 kali
sehari yaitu
malam hari dan
warna merah

42
muda namanya
haldol
minumnya 2 kali
sehari, yaitu pagi
dan siang”

O:

Klien mampu
melakukan
jadwal
harian yang
sudah dibuat

Klien
memasukan
minum obat
kedalam
jadwal
harian klien
pada pukul
08.00, 12.00
dan 18.00

Kontak mata
ada

Klien mampu
menunjukan
dan

43
menyebutka
n jenis obat

Afek sesuai

Klien kooperatif

A: SP4P tercapai

P:

Perawat:

Lnjutkan SP
budaya
gangguan
persepsi sensori:
halusinasi pada
hari rabu 11 juli
2012, pukul
09.00 di ruang
perawaatan
klien

Klien:

Memotivasi klien
mengontrol
halusinasi
dengan cara
minum obat.

44
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang
nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Sedangkan Menurut WHO,
kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas
untuk memahami keperawatan jiwa yang harus dikuasai 5 komponen salah
satunya halusinasi, maka kelompok di berikan tugas untuk membahas
masalah gangguan jiwa dengan halusinasi. Oleh karena itu kelompok
diberikan tugas dalam bentuk makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan GangguanPersepsi Sensori Halusinasi.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran
dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan.

45
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Pan. 2014. Konsep Halusinasi Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.
www.academia.edu diakses Oktober 2016.
Yusalia, Refiazka. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan
Halusinasi. www.academia.edu diakses Oktober 2016
Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan
Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd
Surakarta. Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia.
Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Diruang
Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi
Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti Indonesia
Banyuwangi
Pambayun, Ahlul H. 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S Dengan
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Ruang 11 (Larasati)
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Asuhan Keperawatan Psikiatri
Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang.
.”

46

Anda mungkin juga menyukai