Klompok 6
Di Susun Oleh :
1. Nuri Amalia
2. Muawanah
3. Faisal Affandi
4. Yusria
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa kesehatan
fisik maupun akal fikiran sehingga mampu untuk menyelesaikan pembutan makalah sebagai
tugas dari mata kuliah keperawatan jiwa
Makalah ini disusun agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pasien
HALUSINASI, Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. Kepada
pembaca saya menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Selain itu penyusun sampaikan permintaan
maaf jika terdapat kata-kata yang belum berkenandan saya juga mengucapkan terima kasih
kepada,Susmawati, S.Kep.,Ns.M.Kes yang telah membimbing dalam menyusun makalah ini
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaaat.
18 April 2019
Penyusun
Klompok 6
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................................3
2.2 Etiologi..................................................................................................................................3
BAB 3 KESIMPULAN.................................................................................................................46
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................46
3.2 Saran....................................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................47
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,
atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Sedangkan
Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
Data dari Departemen Kesehatan tahun 2009, jumlah penderita gangguan jiwa di
Indonesia saat ini mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan
11,6 persen dan 0,46 persen menderita gangguan jiwa berat. Hasil penelitian WHO di Jawa
Tengah tahun 2009 menyebutkan dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah terdapat 3 orang
yang mengalami gangguan jiwa. Sementara 19 orang dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah
mengalami stress Depkes RI, (2009) dalam Zelika, (2015). Data kunjungan rawat inap
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada bulan Januari - April 2013 didapat 785 orang.
Pasien dengan halusinasi menempati urutan pertama dengan angka kejadian 44 persen
atau berjumlah 345 orang, pasien isolasi sosial menempati urutan kedua dengan angka
kejadian 22 persen atau berjumlah pasien 173 orang, pasien dengan resiko perilaku
kekerasan menempati urutan ketiga dengan angka kejadian 18 persen atau berjumlah pasien
141 orang pasien, pasien dengan harga diri rendah menempati urutan keempat dengan angka
kejadian 12 persen atau berjumlah 94 orang, sedangkan pasien dengan waham, defisit
perawatan diri 4 persen atau 32 orang Zelika, 2015.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas untuk memahami
keperawatan jiwa yang harus dikuasai 5 komponen salah satunya halusinasi, maka kelompok
di berikan tugas untuk membahas masalah gangguan jiwa dengan halusinasi. Oleh karena itu
kelompok diberikan tugas dalam bentuk makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan GangguanPersepsi Sensori Halusinasi.
1
1.2 Rumusan Masalah
A. Definisi Halusinasi?
B. Etiologi?
C. Jenis Halusinasi?
D. Tanda Gejala?
E. Asuhan Keperwatan?
1.3 Tujuan
A. Mahasiswa mampu memahami Definisi Halusinasi.
B. Mahasiswa mampu memahami Etiologi
C. Mahasiswa mampu memahami Jenis Halusinasi
D. Mahasiswa mampu memahami Tanda Gejala
E. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperwatan
.
2
BAB 2
PEMBAHASA
2.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015).
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai
dengan kenyataan Sheila L Vidheak,( 2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui panca indera tanpa
ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami persepsi
yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh
klien.
2.2 Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-faktor yang
menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang
salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
3
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi
35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan
glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara
lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin,
dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama
sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf pusat, kurangnya latihan,
hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari,
kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan
sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak
percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
4
kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.
2.3 Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara-suara orang, biasanya
klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti:
darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau harum.Biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
5
2.4 Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa yang tidak
sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik
dengan pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas
rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit, kesukaranberhubungan
dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998) dalam
Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.
6
makanan.
√
7
Ya
Tidak
Pasien mengatakan semenjak anaknya meninggal pasien sering mendengar suara atau
bisikan yang menyuruh pasien untuk sholat. Pasien baru pertama kali dirawat di RSJ.
sebelum dirawat di RSJ pasien hanya mendapatkan obat dari dokter terdekat. Pasien juga
mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti klien.
D. Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital
TD : 120/90 mmHg HR : 76x/menit
S : 36,5° C RR : 20x/menit
2. Antropometri
BB : 54 kg TB : 162 cm
E. PSIKOSOSAL
1. Genogram
Keterangan
: Perempuan
: Laki-laki
: Meninggal
: Tinggal
serumah
2. Konsep Diri
a. Citra Diri
Pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya. Saat ditanya bagian tubuh
yang paling disukai adalah tangannya
b. Identitas Diri
8
Pasien dapat menyebutkan identitas dirinya (nama, alamat, hobi). Pasien mengatakan
setiap harinya sebagai Ibu rumah tangga yang hanya mengasuh kedua anaknya.
Pasien suka dengan statusnya sebagai seorang wanita
c. Peran Diri
Sebelum sakit dirumah pasien mempuyai tanggung jawab sebagai Ibu rumah tangga.
Pasien dapat melakukan pekerjaannya sendiri, tapi setelah dirawat di RSJ pasien
tidak melakukan aktivitas seperti dirumah
d. Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin segera pulang dan berkumpul dengan keluarga seperti dulu.
Pasien juga mengatakan ingin segera sembuh dan tidak ingin lagi nmendengar suatu
suara atau bisikan-bisikan
e. Harga Diri
Pasien mengatakan merasa percaya diri dengan dirinya. Pasien juga mengatakan dia
mampumengasuh anaknya dengan baik. Dan mampu melakukan pekerjaan rumah
tangga dengan baik. Pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan harga dirinya.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan sebelum anaknya meninggal yaitu orang terdekatnya adalah
kedua dua anaknya karena sering bertemu dirumah, namun setelah anak yang
pertama meninggal pasien hanya dekat dengan anaknya yang ke 2.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Sebelum dirawat di RSJ sering bergaul dengan ibu-ibu sekitar rumahnya, namun
setelah dirwat di RSJ pasien tidak mau bergaul dengan pasien lainnya karena
alasannya malu dengan kondisinya, pasien tampak sering menyendiri, kontak mata
pasien kurang saat berinteraksi dan pasien sering melamun.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan merasa kehilangan anak pertama yang menjadikan tidak mau
bergaul dengan orang lain.
4. Spiritual
Pasien mengatakan sebelum sakit rajin sholat 5 waktu dan sering mengikuti pengajian di
kampungnya, setelah dirawat di RSJ pasien tetap rajin sholat 5 waktu.
9
F. Status Mental
1. Penampilan
Rapi
√
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Penampilan dalam cara berpakaian rapi dan sesuai, postur tubuh sedang, rambut ikal
agak panjang, ekspresi wajah kadang serius saat bercerita, cara berjalan baik, pasien saat
duduk bersama teman-temanya terkadang hanya melamun.
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
Keras √ Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan
Pasien dalam berbicara intonasinya kurang jelas dan pelan, dalam pembicaraan sesuai
atau nyambung dengan pertanyaan, pasien terkadang terdiam ditengah pembicaraan
seperti mendengar sesuatu.
3. Aktivitas Motorik
Fleksibilitas serea TIK
Tegang Grimasem
Gelisah Tremor
√
Agitasi Kompulsif
Automatisma Common Automatisma
Negativisme
Pasien tampak mau melakukan aktivitas sehari-hari di RSJ secara mandiri, saat
berinteraksi tampak pasien mengerak-gerakkan tanganya, tangannya tampk seperti
mengepal. Masalah Keperawatan : Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
4. Alam Perasaan
Sedih
√
Ketakutan
10
Putus asa
Khawatir
Gembira berlebihan
Pasien mengatakan masih mendengar suara suara bisikan yang menggangunya, pasien
mengatakan terkadang merasa sedih dengan keaadanyan sekarang, yang tidak bisa
berkumpul dengan keluarga seperti dahulu.
5. Afek
Datar
Tumpul
Labil
Tidak sesuai
Saat di wawancari kadang pasien menunjukan ekspresi mendengar sesuatu, respon
emosional pasien sudah stabil, pasien tenang saat diakukan interaksi.
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Tidak kooperatif
Kontak mata kurang
Curiga
Pasien mampu menjawab semua pertanyaan yang di ajukan dengan sesuai/ baik, kontak
mata dengan pasien perawat sedikit kurang, pasien cenderung menatap kedepan
padahal perawat ada di sampingnya, pembicaraan pasien keheranan saat ditanyai,
kadang pasien terdiam sebentar seperti mendengar sesuatu.
7. Persepsi
Halusinasi/ilusi
Pendengaran
√
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidung
Pasien mengatakan sering mendengar bisikan suara saat ingin tidur dan sholat, isi suara
tersebut yaitu menyuruh klien untuk sholat, suara tersebut kadang muncul kadang tidak,
11
suara itu muncul lamanya biasa 5 detik, respon pasien untuk mengontrol halusinasinya
tersebut hanya dengan cara berkeluyuran dan bicara sendiri.
8. Proses Pikir
a. Isi Pikir
Obsesi Depersonalisasi Isolasi sosial
Phobia Ide yang terkait Pesimisme
Hipokondria Pikiran Magis Bunuh Diri
Waham :
Agama Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar Pikir
Curiga Kontrol pikir
Pasien mengatakan tidak ada yang mengendalikan pikiranya. Pasien tidak mampunyai
pikiran yang aneh-aneh kalaupun sering mendengar suara atau bisikan palsu.
b. Arus Pikir
Sirkumstansial Flight of idea
Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Inkoheren Logorea
Perkataan pasien dapat dimengerti dengan baik oleh perawat, selama interaksi
berangsung dapat diketaui bahwa pembicaraan sudah terarah.
Tingkat Kesadaran
Bingung Disorientasi waktu
Sedasi Disorientasi orang
Stupor Disorientasi tempat
Pasien menyadari bahwa dirinya berada di RSJ, pasien mampu mengingat nama
temannya di RSJ yang sudah diajak berkenalan, orientasi waktu dan tempat
9. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
12
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabusi
Untuk Memori segera menjawab dengan baik tidak ada gangguan ingatan dalam jangka
panjang dan pendek untuk saat ini.
- Jangka panjang : Pasien mengatakan lahir tahun 1980
- Jangka pendek : Pasien mengatakan yang membawa kerumah sakit adalah
suaminya
- Jangka saat ini : Pasien masih ingat tadi pagi makan dengan nasi dan sayur
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Pasien mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung secara sederhana misalnya
berhitung dari 1 sampai 10.
11. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Pasien mengatakan menyadari bahwa dirinya sakit dan dibawa ke RSJ pasien
mengatakan pasien sudah sembuh dan segera ingin pulang.
G. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Makanan disiapkan oleh perawat dirumah sakit pasien mau makan 3x sehari 1 porsi
habis, pasien dapat makan sendiri.
2. BAB/BAK
Klien BAB 1 hari sekali kalau dirumah, selama dirumah sakit pasien BAB 1kali sehari
dan dapat dilakukan ditoilet dan BAK 4-5 x/hari dan dapat dilakukan sendiri di toilet.
3. Mandi
4. Pasien mengatakan sehari mandi 2-3 x/hari dan dapat melakukan sendiri dikmar mandi
memakai sabun tetapi tidak handukan , gosok gigi 1kali sehari dapat dilakukan sendiri
dikamar mandi.
5. Berpakaian/berhias
13
Pasien mampu menggunakan baju sendiri, ganti pakaian 1 kali dalam 2 atau 3 hari
sekali.
6. Istirahat Tidur
Pasien mengatakan tidur sekitar jam 21.00 wib & kadang-kadang terbangun ditengah
malam, serta gelisah karena sering mendengar suara bisikan.
7. Penggunaan obat
Pasien minum obat yang diberikan oleh perawat dan dimonitor oleh perawat , pasien
selalu meminum obatnya sampai habis, pasien mengatakan mendapatkan obat sejumlah
2
8. Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan ingin segera pulang, pasien mengatakan jika nanti sudah pulang
pasien akan ingin minum obat yag akan diberikan oleh rumah sakit, pasien engatakan
bila sudah keluar dari rumah sakit pasien tidak mau dibawa ke RSJ.
9. Aktifitas dalam rumah
Pasien mengatakan di rumah melakukan pekerjaan rumah.
10. Aktifitas di luar Rumah
Pasien mengatakan tidak suka kegiatan diluar rumah.
14
H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping saat ini pasien yaitu maladaptif, pasien menghindar dari orang lain.
I. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berhubungan dengan lingkungan, pasien tidak mampu berinteraksi
√
dengan orang lain
J. Kurang pengetahuan tentang
Pasein mengatakan ada maslah dengan lingkungan, pasien tidak suka berbicara dengan
orang lain dan lebih suka di rumah.
K. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Depresi berat dengan gangguan psikotik
Terapi Medik : Risperidone 2 x 2 mg
Merlopam 2 x 2 mg
15
2.5.2 ANALISA DATA
Adapun diagnose keperawatan klien yang muncul klien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi adalah sebagai berikut:
Gangguan persepsisensori: halusinasi Isolasisosial
Resiko perilaku kekerasan(diri sendiri,orang lain,lingkungan,danverbal)
16
2.5.4 Intervensi
Ruang : No CM :
Diagnosa Perencanaan
No
Tgl Keperawatan Intervensi Rasional
Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi
Pasien
1 Gangguan Pasien dapat Ekspresi wajah bersahabat, Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
persepsi membina menunjukkan rasa dengan mengungkapkan prinsip percaya merupakan
sensori: hubungan senang, ada kontak komunikasi terapeutik dasar untuk
halusinasi saling mata, mau berjabat kelancaran hubungan
Sapa klien dengan ramah baik
percaya tangan, mau saling interaksi
verbal maupun nonverbal
menyebutkan nama, selanjutnya.
mau menjawab Perkenalkan diri dengan sopan
salam, klien mau
Tanyakan nama lengkap klien
duduk berdampingan
dan nama panggilan yang disukai
dengan perawat,
klien
mau mengutarakan
17
masalah yang Jelaskan tujuan pertemuan
dihadapi.
Jujur dan menepati janji
18
timbulnya halusinasi tertawa tanpa stimulus,
memandang ke kiri atau
kanan atau kedepan seolah-
Klien dapat Klien dapat olah ada, teman bicara.
mengenali mengungkapkan
Kontak sering tapi
halusinasiny perasaan terhadap
singkat selain
a halusinasi. 2.1.3 bantu klien mengenali
membina hubungan
halusinasinya.
saling percaya, juga
19
suara itu, namun perawat
sendiri tidak mendengarnya
dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau
menghakimi.
Mengenal halusinasi
memungkinkan klien
untuk menghindarkan
2.1.4 Diskusikan dengan klien
faktor pencetus
20
2.1.5 Diskusikan dengan klien
apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi (marah
atau takut, sedih, senang)
beri kesempatan
mengungkapkan
perasaannya.
21
Diskusikan manfaat cara yang mempermudah
dilakukan klien, jika tindakan keperawatan
bermanfaat beri pujian. klien yang akan
dilakukan perawat
Diskusikan cara baru untuk
memutus atau mengontrol
halusinasi:
22
halusinasi tidak muncul klien
23
klien
Reinforcement positif
Gejala halusinasi yang
akan meningkatkan
dialami klien
harga diri klien.
Cara yang dapat dilakukan
klien dan keluarga untuk
memutus halusinasi
24
Beri informasi waktu Follow
up atau kapan perlu
mendapat bantuan:
halusinasi terkontrol dan
risiko mencedrai orang
lain.
25
dengan dokter tentang
manfaat dan efek samping
obat yang dirasakan.
26
dukungan halusinasi dan dapat
dari keluarga meningkatkan harga
dalam diri klien.
mengontrol
halusinasi
Untuk mendapatkan
bantuan keluarga
mengontrol
halusinasi.
Untuk mengetahui
pengetahuan keluarga
dan meningkatkan
kemampuan
pengetahuan tentang
halusinasi.
27
Klien dan keluarga dapat
28
menyebutkan
manfaat, dosis dan
efek samping obat.
Klen dapat
Klien dapat
memanfaatk
mendemonstrasikan
an obat
penggunaan obat
dengan baik
secara benar
29
Diharapkan klien
melaksanakan
program pengobatan.
Menilai kemampuan
klien dalam
pengobatannya
sendiri.
Dengan mengetahui
efek samping obat
klien akan tahu apa
yang harus dilakukan
setelah minum obat.
30
Program pengobatan
dapat berjalan sesuai
rencana
Dengan mengetahui
prinsip penggunaan
obat, maka
kemandirian klien
untuk pengobatan
dapat ditingkatkan
secara bertahap.
31
Rencana Keperawatan Klien Gangguan Persepsi Sensori:
STRATEGI PELAKSANAAN
SP1P SP1K
SP2P SP2K
32
Menganjurkan klien memasukan
kedalam jadwal kegiatan harian
SP3P SP3K
SP4P
Ruang : No.CM :
33
9 juli persepsi Gangguan Gangguan Persepsi nama saya M,
2012 sensori: persepsi Sensori Halusinasi baik pak, 10
sensori: Pendengaran: menit, disini aja
09.00 Halusinasi
halusinasi pak”.”saya
pendengaran Mengidentifikasi jenis
mendengar
pendegaran halusinasi klien
suara kerincing
Mengidentifikasi isi dan gendang,
halusinasi klien munculnya pada
saat saya lagi
Mengidentifikasi waktu
sendirian, 3 kali
halusinasi klien
sehari saya
Mengidentifikasi mendengarnus,
frekuensi halusinasi pada malam,
klien dan pagi
terkadang ingin
Mengidentifikasi situasi
marah”.”pergi-
yang dapat
pergi, saya tidak
menimbulkan
mau dengar
halusinasi klien
kamu, kamu
Mengidentifikasi respon suara palsu”
klien terhadap
“senang pak,
halusinasi
11.00 aja ya pak,
Mengajarkan klien di ruang ini aja”
menghardik
halusinasi
O:
Mengajarkan klien
memasukan kedalam Klien mampu
kegiatan harian menyebutka
n apa yang
34
dia alami
Kontak mata
kurang
Kooperatif
Klien dapat
melakukan
cara
mengontrol
halusinasi
dengan cara
menghardik
Klien dapat
memasukan
latiahan
menghardiks
kedalam
jadwal
harianya
yaitu pada
pukul 11.00
dan 15.00
A: SP1P tercapai
P:
Perawat:
35
Lakukan SP2P
gangguan
persepsi sensori:
Halusinasi
pendengaran
pada pertemuan
ke-2 pada hari
senin, 09 juli
20122, pukul
11.00 diruang
perawatan
pasien
Klien:
Memotivasi klien
mengontrol
halusinasi
dengan cara
menghardis dan
melatih sesuai
jadwal
36
halusinasi dengan “pergi-pergi,
cara bercakap-cakap saya tidak mau
dengan orang lain dengar kamu,
kamu suara
Menganjurkan klien
palsu” “ pak
memasukan kedalam
perawat tolong
jadwal kegiatan
ajak saya
harian
ngobrol supaya
halusinasi saya
hilang”.”
Masukan jam 10
pagi saya pak”
O:
Klien mampu
menyebutkan
kegiatan
harianya
Klien kooperatif
Klien dapat
melakukan
cara
mengontrol
halusinasi
dengan cara
menghardiks
Klien dapat
melakukan
37
cara
mengontrol
halusinasi
dengan cara
bercakap
Klien dapat
dapat
memasukan
latihan
menghardik
kedalam
jadwal
harianya yaitu
pada pukul
10.00
A: SP2P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP3P
Halusinasi
pendengaran
pada pertemuan
ke 3 pada hari
selasa, 10 juli
2012, pukul
38
09.00 diruang
perawatan
pasien
Klien:
Memotivasi klien
mengobrol
halusinasi
dengan cara
bercakap-cakap
sesuai dengan
jadwal harian.
39
pak”
O:
Klien mampu
menyebutka
n kegiatan
hariannya
yaitu
mencuci
tempat
makan
Klien
memasukank
egiatan
menyuci
tempat
makan ke
dalam jadwal
harian klien
pada pukul
08.30
Bicara
ngelantur
Kontak mata
ada
40
A: SP4P tercapai
P:
Perawat:
Lamnjutkan
SP4P budaya
gangguan
persepsi
sensori:
halusinasi
Pendengaran
pada
pertemuan ke-4
pada hari selasa
10 juli 2012,
pukul 11.00 di
ruang
perawatan klien
Klien:
Memotivasi
klien
mengontrol
halusinasi
dengan cara
melaksanakan
kegiatan sesuai
dengan jadwal
41
harian.
Saya mau
minum oabat
CPZ dan haldol
pak”
“warna oare
namanya CPZ
minumnya 1 kali
sehari yaitu
malam hari dan
warna merah
42
muda namanya
haldol
minumnya 2 kali
sehari, yaitu pagi
dan siang”
O:
Klien mampu
melakukan
jadwal
harian yang
sudah dibuat
Klien
memasukan
minum obat
kedalam
jadwal
harian klien
pada pukul
08.00, 12.00
dan 18.00
Kontak mata
ada
Klien mampu
menunjukan
dan
43
menyebutka
n jenis obat
Afek sesuai
Klien kooperatif
A: SP4P tercapai
P:
Perawat:
Lnjutkan SP
budaya
gangguan
persepsi sensori:
halusinasi pada
hari rabu 11 juli
2012, pukul
09.00 di ruang
perawaatan
klien
Klien:
Memotivasi klien
mengontrol
halusinasi
dengan cara
minum obat.
44
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang
nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Sedangkan Menurut WHO,
kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas
untuk memahami keperawatan jiwa yang harus dikuasai 5 komponen salah
satunya halusinasi, maka kelompok di berikan tugas untuk membahas
masalah gangguan jiwa dengan halusinasi. Oleh karena itu kelompok
diberikan tugas dalam bentuk makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan GangguanPersepsi Sensori Halusinasi.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran
dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Pan. 2014. Konsep Halusinasi Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.
www.academia.edu diakses Oktober 2016.
Yusalia, Refiazka. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan
Halusinasi. www.academia.edu diakses Oktober 2016
Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan
Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd
Surakarta. Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia.
Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Diruang
Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi
Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti Indonesia
Banyuwangi
Pambayun, Ahlul H. 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S Dengan
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Ruang 11 (Larasati)
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Asuhan Keperawatan Psikiatri
Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang.
.”
46