Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ETIKA KEPERAWATAN
“Prinsip Hukum dalam Penerapan Etika Keperawatan”
Dosen Pengajar:
Susmawati, S.Kep.Ns, M.Kes

Disusun Oleh :
1. Nur Fajrina Fitriani (18022)
2. Roqib (18027)
3. Faidatul Hasanah (18006)
4. Yulia Binti Z.U (18032)

Akademi Keperawatan Nazhatut Thullab Sampang

2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan YME karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
prinsip etika moral keperawatan ( Moral Right). Dan juga kami berterimakasih kepada
Ibu Emy Yuliza, selaku dosen Ilmu Keperawatan Dasar 1 yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain. Sebelumnya kami
mohon maaf bila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Sampang, 10 Maret 2019

           Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pengertian Hukum...............................................................................................................3
B. Jenis Hukum Keperawatan..................................................................................................3
C. Perilaku perawat yang Menagarah pada tindak pidana.......................................................3
D. Pelayanan perawat berisiko menimbulkan tindak pidana....................................................5
E. Etika dan sanksi hukum dalam praktik keperawatan...........................................................9
F. Persayaratan hukum bagi praktik perawat...........................................................................9
G. Peraturan Keperawatan......................................................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
A. Kesimpulan........................................................................................................................13
B. Saran..................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................14

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap
pada kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang
sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah
satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan
moral sering digunakan secara bergantian.
Etika dan moral merupakan merupakan sumber dalam merumuskan standard
an prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan
untuk melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk
juga keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi yang tercermin dalam
standar praktek professional (Doheny et all, 1982).
Profesi keperawatan mempunyai kontrak social dengan masyarakat, yang
berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk
memberikan pelayanan yang di butuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya
setiap keputusan dari tindakan keperawatan harus mampu di pertanggung jawabkan
dan dipertanggung gugatkan dan setiap pengambilan keputusan tentunya tidak hanya
berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan memperhatikan
etika.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat di gunakan sebagai acuan bagi
perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan tang baik dan buruk yang dilakukan
seseorang dan merupakan seuatu kewajiban dan tanggungjawab moral. (Mila Ismani,
2001)
Sehingga dalam bekerja, perawat harus mengetahui prinsip-prinsip etika
keperawatan, ethichal issue dalam praktik keperawatan, dan prinsip-prinsip legal
dalam praktik keperawatan.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Hukum?
2. Apa saja jenis hukum keperawatan?
3. Apa saja perilaku perawat yang mengarah pada tindak pidana?
4. Apa saja pelayanan perawat yang berisiko menimbulkan tindak pidana?
5. Mengapa etika dan sanksi hukum dalam praktik keperawatan harus ada?
6. Apa saja persyaratan hukum bagi praktik keperawatan?
7. Bagaimana peraturan keperawatan?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari hukum
2. Untuk mengetahui jenis hukum keperawatan
3. Untuk mengetahui perilaku perawat yang mengarah pada tindak pidana
4. Untuk mengetahui pelayanan perawat yang berisiko menimbulkan tindak pidana
5. Untuk mengetahui etika dan sanksi hukum dalam praktik keperawatan
6. Untuk mengetahui persyaratan hukum bagi praktik keperawatan
7. Untuk mengetahui seperti apa peraturan keperawatan

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum
Hukum adalah suatu peraturan atau ketentuan yang dibuat, baik secara tertulis
maupun tidak tertulis, dimana isinya mengatur kehidupan bermasyarakat dan terdapat
sanksi/ hukuman bagi pihak yang melanggarnya.
B. Jenis Hukum Keperawatan
Dalam hubungan ini hukum kesehatan yang dikaji dibagi dalam 3 (tiga)
kelompok sesuai dengan tiga lapisan ilmu hukum yaitu dogmatik hukum, teori hukum,
dan filsafat hukum.
C. Perilaku perawat yang Menagarah pada tindak pidana
Dalam menjalankan Profesinya sebagai perawat, ada beberapa hal yang harus
dihindari para perawat agar tidak mengarah pada tindak pidana. Sekalipun para
perawat memiliki otoritas dalam pelayanan masyarakat, tetapi pelayanan perawat
dapat mengarah kepada tindak pidana jika melanggar norma-norma hukum atau
merugikan pasien. Tindak pidana tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tindak pidana terhadap nyawa
Pelayanan perawat bisa mengarah pada tindak pidana terhadap nyawa jika
tindakan perawat dapat menghilangkan nyawa pasien akibat kesalahan yang
dilakukan maupun akibat dari minimnya keterampilan dan profesionalitas di
bidang keperawtan. Hal itu bisa saja terjadi jika perawat tidak berhati-hati dalam
bertindak, tidak berkomunikasi dengan dokter ahli, ridak memperhatikan etika
pelayanan keperawatan dan lain sebagainya.
2. Tindak pidana terhadap tubuh
Tindakan perawat (pelayanan) yang tidak memberikan manfaat sama sekali
namun memberikan rasa sakit atau menyiksa pasien secara fisik. Tindak pidana ini
bisa muncul apabila seorang perawat tidak memiliki bekal pengetahuan yang
mumpuni dalam pelayanan kesehatan, sehingga is mencelakakan pasien secara
fisik, sekalipun tidak membahayakan nyawanya. Misalnya, menyuntik pasien
dengan cara yang tidak benar sehingga menimbulkan sakit yang tidak wajar di
tubuh pasien, memasang alat infuse dengan cara salah sehingga menimbulkan rasa
sakit pada pasien, dan lain sebagainya
3. Tindak pidana yang terkait dengan Asuhan keperawatan untuk tujuan komersial
Tindakan semacam ini dilakukan oleh seorang perawat hanya untuk
mendatangkan keuntungan pribadi, sekalipun yang dilakukan adalah benar.
Misalnya, mengadakan penyuluhan kesehatan semata-mata untuk mendatangkan

3
materi dan masyarakat tidak terlalu membutuhkan penyuluhannya, menjual obat-
obatan dengan harga tinggi (tidak wajar) semata-mata untuk meraup keuntungan
sehingga para klien menjadi terjepit
4. Tindak pidana yang terkait dengan pelakasaan Asuhan Keperawatan tanpa
keahlian atau kewenangan
Tindak pidana ini dilakukan oleh perawat yg tidak memiliki legalitas dari
institusi keperawatan dan tidak memiliki keterampilan didunia keperawatan,
namun ia melayani masyarakat dalam hal kesehatan, sehingga pelayanannya tidak
sesuai dengan standar pelayanan yang baku dan cenderung melahirkan kerugian di
pihak klien
5. Tindak pidana yang berkaitan dengan tidak dipenuhinya persyaratan
administrative
Perawat melakukan kegiatan pelayanan kesehatan terhadap klien namun tidak
memenuhi persayaratn formal, seperti surat izin dari institusi, surat izin dari rumah
sakit, dan lain sebagainya. Mesekipun apa yang dilakukan oleh perawat benar
sesuai dengan standar pelayanan kesehatan yang baku, namun jika persyaratan
administrative tersebut tidak dipenuhi, maka hal tersebut bisa mengarah pada
tindak pidana.
6. Tindak pidana yang berkenaan dengan hak atas informasi
Perawat tidak memberikan kepada pasien yg dirawatnya tentang informasi
secara transparan; tidak jujur sesuai dengan kenyataan yang telah, sedang, dan
akan terjadi, sehingga pasien merasa dirugikan atas tindakan perawat. Misalnya,
pasien tidak diberi tahu sebelumnya mengenai suntikan yang akan diberikan oleh
perawat, tidak diberi tahu jenis penyakit apa yg di deritanya, kecuali karena
alasan-alasan tertentu yang sangat mendesak dan rasional, sehingga pasien selalu
bertanya-tanya apa yang terjadi sebenarnya pada dirinya; tidak diberi tahu apakah
pihak rumah sakit akan melakukan amputasi atau tidak terhdap salah satu anggota
tubuh pasien, dan lain sebagainya.
7. Tindak pidana yang berkenaan dengan hak atas informasi
Perawat menutup-nutupi mengenai informasi kelengkapan peralatan kesehatan
yang ada di rumah sakit (tempat ia bekerja) dengan tujuan agar setiap pasien bisa
berobat ke rumah sakit tersebut. Misalnya, tidak memberi tahu bahwa dirumah
sakit tersebut belum ada alat pendeteksi detak jantung, alat rontgen, dan lain
sebagainya. Karena perawat tidak memberikan informasi mengenai produksi dan

4
peredaran alat kesehatan dan kesediaan informasi dengan jujur, pasien pun banyak
berdatangan. Hal ini adalah sebuah tindakan pidana.
8. Mengakibatkan orang mati atau luka
Tindak pidana semacam ini bisa muncul jika seorang perawat melakukan
kecerobohan. Misalnya, perawat melakukan kesalahan ketika mendiagnosis tes
darah pasien; perawat melakukan kesalahan kerika mengukur suhu panas pasien
sehingga hasilnya tidak benar. Kesalahan-kesalahan itu tentu akan menimbulkan
kesalahan berikutnya, yaitu tindakan yang merujuk pada hasil tes darah dan ukuran
panas yang salah. Meskipun kesalahan ini muncul bukan karena unsure
kesengajaan, namun tetap saja dengan kesalahan tersebut pasien akan mengalami
kerugian sehingga perbuatan tersebut tetap tergolong sebagai tindak pidana
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan KUHP yang dirumuskan ke dalam beberapa
pasal berikut ini.
a. KUHP pasal 359. “Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan matinya
orang dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-
lamanya satu tahun”
b. KUHP pasal 360
1) “Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat dihukum
dengan hukuman penjara selama - lamanya lima tahun atau hukuman
kurungan selama - lamanya satu tahun.” Yang dimaksud dengan luka berat
ialah penyakit/ luka yang tak akan sembuh lagi dengan sempurna atau
mendatangkan bahaya maut
2) Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian
rupa sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat
menjalankan jabatannya atau pekerjaannya sementara, dihukum dengan
hukuman penjara selama - lamanya sembilan bulan atau hukuman
kurungan selama - lamanya enam bulan
c. KUHP pasal 361. “Jika kejahatan yang diterangkan dalam BAB ini dilakukan
dalam melakukan sesuatu jabatan atau pekerjaan, maka hukuman dapat
ditambah dengan sepertiganya dan ia dapat dipecat dari pekerjaannya”
D. Pelayanan perawat berisiko menimbulkan tindak pidana
Ada beberapa tindakan yang harus diperhatikan betul oleh seorang perawat
karena cenderung berisiko menimbulkan tindakan pidana. Banyak perawat yang sering
lalai kerika melalukan tindakan-tindakan keperawatan dan berisiko menimbulkan
tindak pidana. Tindakan-tindakan ini adalah sebagai berikut;
5
1. Perawatan luka
Perawatan luka adalah suatu teknik dalam membersihkan luka yg diakibatkan
oleh penyakit diabetes mellitus (kencing manis) dengan tujuan untuk mencegah
infeksi luka, melancarkan peredaran darah sekitar, dan mempercepat proses
penyembuhan luka. Jika tidak hati-hati, perawat akan melakukan tindak pidana,
yaitu membuat celaka pasien dengan perawatan luka yang dilakukan. Misalnya,
menyebabkan infeksi yang bisa menimbulkan kematian
2. Pemantauan cairan infuse
Pemantauan atau monitoring cairan infuse pasien di rumah sakit, poliklinik
maupun puskesmas harus dilakukan dengan teliti. Cairan infuse pasien harus selalu
dipantau oleh perawat kesehatan secara langsung agar tidak terjadi kesalahan.
Tetapi, acap kali perawat lalai dalam monitoring cairan infuse sehingga berdampak
negative terhadap pasien. Misalnya, perawat terlambat mengganti cairan infuse
yang sudah habis, perawat tidak mengetahui bahwa cairan infuse tidak menetes,
perawat lalai mendeteksi jumlah tetesan permenit, dan lalai mendeteksi terjadinya
perdarahaan pada daerah jarum di tubuh pasien yang masuk kedalam selang cairan
infuse. Karena kesalahan ini, maka muncul dampak negative yang langsung
dirasakan oleh pasien, yaitu:
a. Terjadinya suatu aliran cairan yang besar dan mendadak yang tidak teratur kea
rah pasien
b. Berkurangnya cairan yang mendadak, sehingga menyebabkan ketidakcermatan
dalam pemberian cairan pada pasien.
c. Timbulnya gelembung-gelembung udara dalam tube penyaluran.
Ingat kesalahan-kesalahan tersebut bisa mengarah ke tindak pidana karena hal
terburuk yang biasa dialami oleh pasien adalah kematian akibat kecerobohan
perawat dalam memonitoring cairan infuse.
3. Pemantauan pemberian oksigen O2
Tindakan pemberian oksigen (O2) yang merupakan tindakan yang sangat
penting dilakukan kepada pasien. Pada pasien dengan kondisi tertentu, tanpa
disuplai oksigen ke bagian otak, hanya dalam waktu 4 menit, seseorang dapat
langsung mengalami kerusakan sel-sel otak yang berakibat kematian. Tetapi, pada
kenyataannya, ada perawat di rumah sakit yang melakukan kesalahan ketika
memantau pemberian oksigen. Bahkan, ada beberapa perawat yang memberikan
oksigen kepada pasien tanpa dibekali pengetahuan yg cukup. Dalam kondisi
demikian, tentu pasien adalah pihak yang dirugikan
6
Beberapa kesalahan yang kerap terjadi ketika memberikan oksigen dan memonitor
pemberian oksigen adalah sebagai berikut.
a. Perawat salah ketika mengatur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yg
dibutuhkan, yaitu diluar ukuran wajar 1-6 liter/menit. Perawat juga lalai dalam
melakukan observasi humidifier dengan melihat air yg bergelembung
b. Perawat salah ketika mengatur posisi pasien dengan semifowler
c. Perawat salah ketika membuka saluran udara dari tabung oksigen
d. Perawat salah ketika lupa tidak memberikan minyak pelumas
e. Perawat salah ketika lalai melakukan fiksasi pada daerah hidung
f. Perawat lupa cuci tangan setelah prosedur dilakukan
g. Perawat lupa mencatat kecepatan aliran oksigen, rute pemberianm dan respons
pasien.
Karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan perawat diatas, pemberian
oksigen bukan membantu pasien, justru sebaliknya, dapat membahayakan
pasien.
4. Pemberian injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir. Praktik-praktik pemberian injeksi yang dapat merugikan penerima suntikan
(pasien) sehingga bisa digolongkan tindak pidana adalah sebagai berikut.
a. Menggunakan kembali jarum atau spuit, bebas pakai. Spuit atau jarum injeksi
yang sama digunakan untuk menyuntik dua orang yang berbeda tanpa
dilakukan strelisasi
b. Spuit atau jarum injeksi cuci dengan air dan alcohol setelah penyuntikan
c. Membersihkan spuit bekas pakai memakai desinfektan untuk dignakan
kembali
d. Jarum injeksi tersentuh sesuatu sebelum penyuntikan
e. Memasukkan 2-3 jenis (multiple dosis) obat ke dalam 1 spuit
f. Bagian tubuh yang disuntik tidak diusap dengan kapas alcohol
g. Menekan bagian yang berdarah (bekas suntikan) dengan jari
h. Memberikan imunisasi pada bayi di daerah pantat
i. Mensterilkan peralatan suntikan tanpa membersihkan sebelumnya
j. Merebus peralatan suntik dalam panic terbuka
5. Memasang sonde
7
Memasang sonde adalah Pemasangan selang plastik lunak melalui nasofaring
klien ke dalam lambung. Hal ini dilakukan jika pasien mengalami beberapa
indikasi sebagai berikut.
1. Klien yang mengalami kesulitan menghisap atau menelan
2. Klien dengan kelainan bawaan ( labo palatoscisis, atresia esofagus )
3. Klien tidak sadar atau koma
4. Klien dengan masalah saluran pencernaan atas : stenosis esofagus, tumor mulut/
faring/ esofagus
Tujuan
1. Memasukan makanan cair atau obat – obatan cair atau padat yang dicairkan
2. Mengelurkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam lambung
3. Mengirigasi karena perdarahan atau keracunan dalam lambung
Dalam hal ini, petugas yang sering memasang sonde di rumah sakit adalah
perawat. Dalam hal ini, perawat sering kali melakukan berbagai kesalahan,
misalnya:
a. Perawat lupa menjelaskan tindakan pemasangan sonde yang akan dilakukan
dan tujuannya kepada pasien
b. Perawat lupa tidak mencuci tangan sehingga kotoran yg tersisa di tangan
masuk ke pernapasan
c. Perawat salah dalam melakukan posisi pasien highfowler
d. Perawat lupa tidak memasangkan handuk ke dada pasien
e. Perawat lupa tidak memasang handscun
f. Perawat lupa tidak mengukur atau salah mengukur panjang tube yang akan
dimasukkan.
g. Perawat lupa tidak member tanda pada selang yang diukur menggunakan
plester
h. Perawat lupa tidak member jelly pada selang
i. Perawat lupa atau salah ketika mengatur posisi kepala pasien ekstensi, dan
salah masukkan selang melalui hidung yang telah ditentukan
j. Setelah masuk nasofaring, perawat tidak menganjurkan pasien untuk menekuk
leher dan menelan
6. Fiksasi / pengikatan
Tindakan terakhir yang dilakukan perawat dan cenderung menimbulkan tindak
pidana adalah fiksasi/ pengikatan.

8
E. Etika dan sanksi hukum dalam praktik keperawatan
Menjalankan etika keperawatan adalah sebuah kewajiban bagi setiap perawat.
Etika keperawatan tidak hanya menjadi ketentuan organisasi keperawatan, tetapi
penerapan etika keperawatan juga dilindungi oleh payung hukum yang mengikat.
Dengan kata lain, menjalankan etika keperawatan layaknya menjalankan ketentuan
hukum yang bersifat mengikat. Bahkan, pelanggaran terhadap etika keperawatan juga
dapat dikenai sanksi hukum, tidak sekedar sanksi moral, sanksi administrative,
maupun sanksi yang diberikan institusi.
Dunia kedokteran memiliki rahasia. Rahasia kedokteran diatur dalam beberapa
peraturan/ketetapan, antara lain: peraturan pemerintah nomor10 Tahun 1966 dan
peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1963 untuk dokter gigi yang menetapkan
bahwa tenaga lesehatan termasuk mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam
lapangan pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan diwajibkan menyimpan
rahasia kedokteran. Sanksi yang membuka rahasia tersebut adalah sebagai berikut:
1. KUHP Pasal 322. “Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia, yang
menurut jabatannya atau pekerjaaanya, baik yang sekarang, maupun yang
dahulu, ia diwajibkan menyimpannya, dihukum penjara paling lama Sembilan
bulan”
2. Pembuktian bahwa seseorang itu membuka rahasia adalah sebagai berikut:
a. Yang diberitahukan (dibuka) itu harus rahasia
b. Bahwa orang itu diwajibkan untuk menyimpan rahasia tersebut, dan ia betul-
betul mengetahui bahwa ia harus wajib menyimpan rahasia itu
c. Bahwa kewajiban untuk menuimpan rahasia itu adalah akibat dari suatu
jabatan atau pekerjaan sekarang maupun yang dahulu pernah ia jabat
d. Membukanya rahasia itu dilakukan dengan sengaja
F. Persayaratan hukum bagi praktik perawat
Bagi orang yang menjalankan profesinya sebagai perawat, tentu ada beberapa
syarat hukum yang harus dipenuhi, sebagaimana yang tertuang dalam KUHP Pasal 23
1. Perawat dalam menjalankan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi
persyaratan:
• Memiliki tempat praktik yang memenuhi syarat kesehatan.
• Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan maupun
kunjugan  rumah.
• Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan kunjungan,
formulir catatan tindakan asuhan keperawatan serta formulir rujukan.

9
2. Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan
standart perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
Tanpa memenuhi unsur-iunsur tersebut, maka praktik keperawatan dapat dianggap
menyalahi ketentuan hukum sehingga bisa menimbulkan masalah di kemudian hari
bagi perawat maupun bagi pasien
G. Peraturan Keperawatan
1. Undang - Undang No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan
Pasal 32
1. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk
mengembalikan status kesehatan akibat penyakit, mengembalikan fungsi badan akibat
cacat atau menghilangkan cacat.
2. Penyembuhan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan
ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat di pertanggungjawabkan.
Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan
ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat di pertanggungjawabkan.
3. Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu.
Pasal 50
1. Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan
sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang
bersangkutan.
Pasal 53
1. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.
2. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
Pasal 54
1. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
2. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian di tentukan oleh Majelis Disiplin
Tenaga Kesehatan
Pasal 55
Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan.
10
2. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
Peraturan Pemerintah Nomor: 32 Tahun 1996 tentang Teanaga Kesehatan, BAB III,
Pasal 4, “Teanaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga
kesehatan yang bersangkutan memenuhi izin dari menteri.”
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat
a. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat, BAB III, Pasal 8
1. Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan, praktik perorangan dan/atau berkelompok.
2. Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan harus memiliki SIK.
3. Perawat yang melakukan praktik perorangan/berkelompok harus
memiliki SIPP.
b. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/2001 tentang registrasi dan Praktik
Perawat, BAB IV, Pasal 15. Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan
berwenang untuk :
a. Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
penetapan diagnose keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan evaluasi keperawatan;
b. Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir a meliputi :
intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan
konseling kesehatan;
c. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud
huruf a dan b harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang
ditetapkan oleh organisasi profesi;
d. Pelayanan tindakan medic hanya dapat dilakukan berdasarkan
permintaan tertulis dari dokter.
c. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat, BAB IV, Pasal 19. Perawat dalam menjalankan praktik keperawatan
harus sesuai dengan kewenangan yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan
pengalaman serta dalam memberikan pelayanan berkewajiban mematuhi
standar profesi.
d. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat, BAB IV, Pasal 20
11
1. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien,
perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.
2. Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Sering kali perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan
untuk mengambil tindakan. Sebagai perawat yang professional kita di tuntut untuk
mengambil tindakan yang tidak merugikan perawat maupun  pasien itu sendiri.
Dengan mengenal, mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip etika dalam
diri seorang perawat maka tujuan dari proses keperawatan dapat terlaksana dengan
baik sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku. Seorang perawat juga akan
mampu mengambil keputusan yang terbaik dalam melaksanakan tindakan
keperawatan yang ada.
Dalam menjalankan Profesinya sebagai perawat, ada beberapa hal yang harus
dihindari para perawat agar tidak mengarah pada tindak pidana. Sekalipun para
perawat memiliki otoritas dalam pelayanan masyarakat, tetapi pelayanan perawat
dapat mengarah kepada tindak pidana jika melanggar norma-norma hukum atau
merugikan pasien. Salah satu contohnya adalah tindak pidana pada nyawa
Ada beberapa tindakan yang harus diperhatikan betul oleh seorang perawat
karena cenderung berisiko menimbulkan tindakan pidana. Banyak perawat yang sering
lalai kerika melalukan tindakan-tindakan keperawatan dan berisiko menimbulkan
tindak pidana. Seperti, perawatan luka, pemasangan infuse, pemberian oksigenasi dll
Menjalankan etika keperawatan adalah sebuah kewajiban bagi setiap perawat.
Etika keperawatan tidak hanya menjadi ketentuan organisasi keperawatan, tetapi
penerapan etika keperawatan juga dilindungi oleh payung hukum yang mengikat.

B. Saran
Sebaiknya dalam melakukan tindak keperawatan,seorang perawat harus
bertindak sesuai dengan prinsip etika tersebut.
Dalam menghadapi situasi yang memerlukan keputusan untuk mengambil
tindakan, seorang perawat harus mampu memberikan tindakan sesuai dengan norma
hukum yang berlaku.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ichalk, A. (2012, Desember 5). KEPUTUSAN MENKESRI NOMOR


1239/Menkes/SK/XI/2001. Retrieved Maret 10, 2019, from andiichalk.blogspot.com:
http://andiichalk.blogspot.com/2012/12/keputusan-menkesri-nomor.html
Lyrinyustya. (2011, Desember 29). Pengertian Hukum Kesehatan. Retrieved Maret 10, 2019,
from lyrinyustya.blogspot.com: http://lyrinyustya.blogspot.com/p/pengertian-hukum-
kesehatan.html
Nindy, Amelia (2013). Prinsip etika Keperawatan. (hal. 75-93). Jogjakarta: Antini, Dwi,
Wardi.
Purwita, M. (2016, Januari 26). Prinsip-Prinsip etika Keperawatan. Retrieved Maret 10,
2019, from maulitapurwita.blogspot.com:
http://maulitapurwita.blogspot.com/2016/01/makalah-prinsip-prinsip-etika-perawat.html

14

Anda mungkin juga menyukai