Pembimbing :
Dr. Luhu A Tapiheru , Sp.S
Disusun Oleh:
Yohana Aprilia Manurung
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan
nikmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas
paper ini. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar
Muhammad shalallahu ‘alaihiwasallam, yang telah membawa manusia dari zaman
jahiliah ke alam yang penuh ilmu pengetahuan ini.
Adapun penulisan tugas paper ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik senior bagian Ilmu Penyakit Syaraf di
Rumah Sakit Umum Haji, Medan.
Medan,july 2022
ii
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4
2.1 Definisi .........................................................................................................2
2.2 Etiologi .........................................................................................................3
2.3 Patofisiologi..................................................................................................4
2.4 Gejala Klinis ................................................................................................4
2.5 Diagnosis.......................................................................................................7
2.6 Penatalaksanaan............................................................................................8
2.7 Prognosis ......................................................................................................9
2.8 Rehabilitasi GBS ..........................................................................................10
BAB III Laporan Kasus...............................................................................................14
BAB IV Kesimpulan ....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
Sindrom Guillain-Barre adalah penyakit autoimun yang menimbulkan peradangan
dan kerusakan myelin (material lemak, terdiri dari lemak dan protein yang membentuk
selubung pelindung di sekitar beberapa jenis serat saraf perifer). Gejala dari penyakit ini
mula-mula adalah kelemahan dan mati rasa di kaki yang dengan cepat menyebar
menimbulkan kelumpuhan. Penyakit ini perlu penanganan segera dengan tepat, karena
dengan penanganan cepat dan tepat, sebagian besar sembuh sempurna.6
Manifestasi klinis utama dari SGB adalah suatu kelumpuhan yang simetris tipe
lower motor neuron dari otot-otot ekstremitas, badan dan kadang-kadang juga muka.
Penyakit ini merupakan penyakit dimana sistem imunitas tubuh menyerang sel saraf.
Kelumpuhan dimulai pada bagian distal ekstremitas bawah dan dapat naik ke arah
kranial (Ascending Paralysis) dengan karakteristik adanya kelemahan arefleksia yang
bersifat progresif dan perubahan sensasi sensorik. Gejala sensorik muncul setelah
adanya kelemahan motoric. 95 % pasien dengan GBS dapat bertahan hidup dengan 75
% diantaranya sembuh total. Kelemahan ringan atau gejala sisa seperti dropfoot dan
postural tremor masih mungkin terjadi pada sebagian pasien. Kelainan ini juga dapat
menyebabkan kematian , pada 5 % pasien, yang disebabkan oleh gagal napas dan
aritmia.3mencangkul). Penderita mayoritas melakukan suatu aktifitas mengangkat
beban yang berat dan sering membungkuk. 1,2
1
BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Berikut terdapat klasifikasi dari SGB, yaitu: 4,6,7
2.1 Acute Motor-Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN)
Patologi yang ditemukan adalah degenerasi akson dari serabut
saraf sensorik dan motorik yang berat dengan sedikit demielinisasi.
2.2 Acute Motor-Axonal Neuropathy (AMAN)
Berhubungan dengan infeksi saluran cerna C jejuni dan titer
antibody gangliosid meningkat (seperti, GM1, GD1a, GD1b).Penderita
tipeini memiliki gejala klinis motorik dan secara klinis khas untuk tipe
demielinisasi dengan asending dan paralysis simetris.
2.3. Miller Fisher Syndrome
Sindroma ini terdiri dari ataksia, optalmoplegia dan arefleksia.
Ataksia terlihat pada gaya jalan dan pada batang tubuh dan jarang yang
2
meliputi ekstremitas. Motorik biasanya tidak terkena. Perbaikan sempurna
terjadi dalam hitungan minggu atau bulan
2.4. Chronic Inflammatory Demyelinative Polyneuropathy (CIDP)
Pada sebagian anak, kelainan motorik lebih dominant dan
kelemahan otot lebih berat pada bagian distal
2.5. Acute pandysautonomia
Tanpa sensorik dan motorik merupakan tipe GBS yang jarang
terjadi.
3. Etiologi
3
Infeksi CMV dihubungkan dengan antibodi terhadap ganglioside GM2.
Agen infeksius lainnya mencakup mycoplasma pneumoniae dan borrelia
burgdoferi, ebstein-barr virus, varicella-zoster, human immunodeficiency virus
(HIV. Haemophilus influenzae, parainfluenza 1 virus, influenza A virus,
influenza B virus, adenovirus, dan herpes simplex virus. 1,2
Kondisi seperti pembedahan, trauma, kehamilan telah dilaporkan sebagai
pencetus GBS, namun hubungan ini belum ditetapkan dengan pasti. Beberapa
vaksin yang dihubungkan dengan GBS adalah vaksinasi influenza, polio oral,
tetanus toksoid, campak. Beberapa faktor lain yang diduga adalah streptokinase,
isotretinoin, danazol, captopril, heroin dan anestesi epidural. 1,2
4. Patofisiologi
Infeksi , baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus, dan antigen lain
memasuki sel Schwann dari saraf dan kemudian mereplikasi diri.Antigen
tersebut mengaktivasi sel limfosit T. Sel limfosit T ini mengaktivasi proses
pematangan limfosit B dan memproduksi autoantibodi spesifik. Ada beberapa
teori mengenai pembentukan autoantibodi , yang pertama adalah virus dan
bakteri mengubah susunan sel sel saraf sehingga sistem imun tubuh
mengenalinya sebagai benda asing.
5. Gejala klinis
GBS merupakan penyebab paralisa akut yang dimulai dengan rasa baal,
parestesia pada bagian distal dan diikuti secara cepat oleh paralisa ke empat
4
ekstremitas yang bersifat asendens. Parestesia ini biasanya bersifat
bilateral.Refleks fisiologis akan menurun dan kemudian menghilang sama
sekali. Kerusakan saraf motorik biasanya dimulai dari ekstremitas bawah dan
menyebar secara progresif , dalam hitungan jam, hari maupun minggu, ke
ekstremitas atas, tubuh dan saraf pusat. Kerusakan saraf motoris ini bervariasi
mulai dari kelemahan sampai pada yang menimbulkan quadriplegia flaccid. 1
Demam dan gejala lainnya tidak ada saat onset. Refleks tendon biasanya
menghilang dalam beberapa hari pertama onset. Defisit sensorik kutaneus,
seperti hilangnya sensasi nyeri dan suhu, biasanya relatif ringan namun fungsi
yang diperantarai oleh serabut sensoris besar, seperti refleks tendon dalam dan
proprioseptif, lebih berat terkena. Disfungsi kandung kemih dapat terjadi pada
kasus yang berat namun biasanya sementara. Jika disfungsi kandung kemih
adalah gambaran yang menonjol dan muncul pada tahap awal penyakit,
kemungkinan diagnosis lain harus dipertimbangkan, terutama penyakit medula
spinalis. Begitu perburukan klinis terhenti dan pasien mencapai tahap
‘mendatar’ maka tampaknya tidak ada perjalanan penyakit lagi. 6
Hingga dua pertiga pasien dengan GBS melaporkan adanya penyakit yang
mendahuluinya 1-3 minggu sebelum onset kelemahan. Penyakit gastrointestinal
dan saluran pernafasan merupakan kondisi yang paling sering dijumpai. Gejala-
gejala biasanya telah menghilang saat munculnya kondisi neurologis.
Campylobacter jejuni adalah organisme utama yang ditemukan pada sebagian
besar studi dan bertanggung jawab untuk terjadinya kasus AIDP dan AMAN.
Vaksinasi, prosedur bedah dan trauma telah dilaporkan sebagai pencetus GBS.2
5
Pasien GBS tipikal (jenis AIDP) menunjukkan gejala 2-4 minggu setelah
infeksi gastrointestinal atau saluran pernafasan ringan, dan mengeluhkan
disestesia pada jari-jari dan kelemahan otot proksimal ekstremitas bawah.
Kelemahan ini berkembang selama beberapa jam hingga hari dan melibatkan
lengan,otot tubuh, saraf kranial dan otot-otot pernafasan. Perjalanan penyakit
berkembang dalam hitungan hari hingga minggu, dengan waktu rata-rata ke
menetapnya fungsi klinis selama 12 hari dan 98% pasien mencapai titik nadir
dalam 4 minggu. Fase mendatar dari gejala yang persisten dan tidak berubah
kemudian berlanjut selama beberapa hari berikutnya dengan perbaikan gejala
bertahap. Waktu rata-rata menuju perbaikan dan pemulihan klinis adalah 28 dan
200 hari, secara berturut-turut. 1
Parestesi biasanya mulai pada ibu jari kaki dan ujung-ujung jari dan
berkembang ke atas namun biasanya tidak melewati pergelangan tangan atau
pergelangan kaki. Nyeri paling berat terasa pada gelang bahu, punggung,
bokong dan paha dan dapat terjadi walaupun dengan pergerakan yang sedikit.
Hilangnya sensasi vibrasi, propriosepsi, raba dan nyeri di distal dapat dijumpai.
1,2
6
dismotilitas lambung, memerahnya wajah akibat tonus vasomotor abnormal.
Hipersalivasi, anhidrosis, pupil tonik dapat dijumpai. 1,2
6. Diagnosis 7
6.1 Anamnesis
Gangguan rasa raba, rasa getar, dan rasa posisi lebih terkena
dibandingkan rasa nyeri dan rasa suhu
6.3 Elektrodiagnostik
AIDP
7
F – wafe dan H – reflex sangat memanjang dan nihil
AMSAN
AMAN
7. Penatalaksanaan
8. Komplikasi
9. Diagnosis banding
8
Myopati
Myelitis Transversalis
10. Prognosis
95 % pasien dengan GBS dapat bertahan hidup dengan 75 % diantaranya
sembuh total. Kelemahan ringan atau gejala sisa seperti dropfoot dan postural
tremor masih mungkin terjadi pada sebagian pasien. Kelainan ini juga dapat
menyebabkan kematian , pada 5 % pasien, yang disebabkan oleh gagal napas dan
aritmia. 3
Lebih kurang 40% pasien yang diopname dengan GBS akan memerlukan
rehabilitasi saat perawatan. Karena perjalanan penyakit GBS sulit diramalkan,
diperlukan pengawasan ketat dalam proses rehabilitasi. Evaluasi ini hendaknya
mencakup pemeriksaan fisik harian yang mendetail, tes sensorik dan
motorik,untuk menilai ada tidaknya relaps atau komplikasi. 4
Guillain Barre
Syndrome adalah suatu penyakit yang sering menyebabkan defisit fungsional.
Hilangnya refleks tendon dalam pada ekstremitas atas atau bawah, begitu pula
kelemahan ekstremitas atas distal yang berat atau kelemahan ekstremitas bawah,
merupakan indikasi pemulihan yang tidak lengkap. Hal ini dapat menyebabkan
suatu ’impairment’, yang didefinisikan dengan hilangnya atau abnormalitas
fungsi atau struktur psikologis, fisik atau anatomis. Disabilitas, seperti definisi
World Health Organization, terjadi jika suatu impairment menghalangi
seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dibutuhkan untuk
mandirinya hidup seseorang. Penilaian terhadap disabilitas pada pasien GBS
biasanya dilakukan dengan menggunakan skala ordinal 0-6, yaitu 0,sehat ;
1,gejala atau tanda minor; 2, mampu berjalan 5 meter tanpa bantuan; 3,mampu
berjalan 5m dengan bantuan; 4, di kursi atau tempat tidur; 5, memerlukan
bantuan ventilasi; 6, meninggal. Skala ini tapi tidak cukup sensitif untuk
mendeteksi perubahan ringan pada pasien. 4
9
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama : Lemas Pada kedua Kaki
Telaah : Sdr. A datang ke IGD ( 10 /07/ 2022 ) dalam keadaan sadar
dengan keluhan lemas kedua kakinya. sdr. A merasakan keluhan tungkai kedua kaki
lemas sejak pagi sewaktu bekerja. Selain kedua kaki ,dirasakannya kedua jari-jari
tangan terasa kaku. Pasien juga tidak dapat merasakan sentuhan pada kedua kaki.
Seperti kesemutan dari bawah kaki sampai paha menjalar ke atas. Keluhan dirasakan
secara tiba-tiba. Keluhan dirasakan terus menerus, tidak berkurang dengan istirahat.
Dua hari MRS ( 08/07/2022) mengeluh setiap minum tersedak dan sedikit susah makan.
Dan merasa lebih susah minum daripada makan. Pasien juga mengeluh adanya pusing,
mual, muntah, demam semingguan ini , sempat juga mengeluh pernah flu sekitar 2
minggu sbelum MRS. Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini.
10
Riwayat trauma sebelumnya disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat sakit kencing manis disangkal
Riwayat stroke disangkal
Riwayat flu 2 minggu sebelum MRS
ANAMNESA TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius : hipertensi (-)
Traktus Respiratorius : Sesak (+), Batuk (+)
Traktus Digestivus : Mual (+) Muntah (+)
Traktus Urogenitalis : BAB (+) Normal, BAK (+)
Penyakit Terdahulu & Kecelakaan : Hipertensi (-) , Trauma (-)
Intoksikasi & Obat-obatan : Tidak Ada
ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter : Tidak Ada
Faktor Familier : Tidak Ada
Lain-lain : Tidak Ada
ANAMNESA SOSIAL
11
Kelahiran & Pertumbuhan : Normal
Imunisasi : Keluarga tidak ingat
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Bekerja
Perkawinan & anak : Belum Menikah
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 86x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Temperatur : 36,5oc
Kulit dan selaput lender : Ikterik (-), ruam(-), konjungtiva (-)
Kelenjar dan getah bening :Tidak ada pembesaran kelenjar
Persendian : SDN
12
Auskultasi : Ronkhi (-)
Rongga Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), massa(-)
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
Genitalia
Status Neurologi
Sensorium : Composmentis (GCS: E=4, M=5, V=6 = 15)
Kranium
Bentuk : Normocepali
Fontanella : Tertutup, keras
Palpasi : Dalam Batas Normal
Perkusi : TDP
Auskultasi : TDP
Transiluminasi : TDP
Perangsangan Meningeal
Kaku kuduk : (-)
Tanda kernig : (-)
Tanda Lasegue : (-)
Tanda brudzinski I : (-)
Tanda Brudzinski II : (-)
13
Nyeri kepala : Tidak
Kejang : Tidak
Nervus II (Opticus)
Oculi Dextra Okuli Sinistra
Visus : TDP TDP
Lapanga pandang
Normal :+ +
Menyempit : - -
Hemianopsia :- -
Skotoma :- -
Refleks Ancam :- -
Fundus Okuli :- -
Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducent)
Gerakan bola mata : Segala Arah
Nistagmus : - -
Pupil : Isokor Isokor
Lebar : 2mm 2mm
Bentuk Bulat Bulat
Refleks Cahaya Langsung + +
14
Refleks cahaya tidak langsung - -
:
Rima Palpebra <7mm <7mm
Deviasi Konjugate - -
Fenomena Doll’s Eye : TDP TDP
Strabismus : - -
Kerut Kening : - -
Kedipan Mata : + +
Menutup Mata : + +
MengerutkanAlis : + +
Meringis : + +
Menggembungkan Pipi : + +
MeniupSekuatnya : + +
Memperlihatakan Gigi : + +
15
Tertawa : + +
Bersiul : TDP
Sensorik
Hiperakusis :-
Auditorius
Nistagmus : - -
Vertigo : - -
Tinitus : - -
16
Nervus XI (Accessorius) Kanan Kiri
Mengangkat Bahu :+ +
Otot sternokledomastoideus :+ +
Tremor : - -
Khorea : - -
Ballismus : - -
Mioklonus : - -
Atestosis : - -
Distonia : - -
Spasme : - -
Tic : - -
Dll : - -
Test Sensibilitas
17
Eksteroseptif
Nyeri superfisial : + +
Raba : + +
Propioseptis
Posisi : + +
Gerak : + +
Tekanan : + +
Fungsi kortikaluntuk sensibilitas
Steorognosis : TDP
Bisep : + +
Trisep : + +
APR : + +
KPR : + +
Strumple : + +
Refleks Patologis
Babinski : - -
Oppenheim : - -
Chaddock : - -
Gordon : - -
18
Schaefer : - -
Hoffman- tromner : - -
Klonuslutut : - -
Klonus kaki : - -
Koordinasi
Lenggang :TDP
Bicara :+
Menulis : DBN
Percobaan apraksia : TDP
Mimik : DBN
Testelunnjuk-telunjuk : TDP
Testelunjuk-hidung : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Diadokinesia : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Test tumit–lutut : Tidak Dapat Dilakukan Pasien,
Test Romberg : Tidak Dapat Dilakukan Pasien,
Vegetatif
Vasomotorik : TDP
Sudomotorik : TDP
Piloerektor : TDP
Miksi : 3x / hari ini, kuning jernih
Defekasi : 2 x / hari ini, kosistensi padat
berwarna kecoklatan
Potensi dan Libido : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Vertebra
Bentuk
Normal : Ya
Scoliosis :-
19
Hiperlordosis :-
Pergerakkan
Leher : DBN
Pinggang : DBN
Gejala-Gejala Serebelar
Ataksia :-
Disartria :-
Tremor :-
Nistagmus :-
Fenomena rebound :-
Vertigo :-
Dll :-
Gejala-Gejala Ekstrapiramidal
Tremor :-
Rigiditas :-
Bradikinesia :-
Danlain-lain :-
Fungsi Luhur
Kesadaran kualitatif : Composmentis
Ingatan baru : DBN
Ingatan lama : DBN
Orientasi
20
Diri : DBN
Tempat : DBN
Waktu : DBN
Situasi : DBN
Intelegensia : DBN
Daya pertimbangan : TDP
Reaksi emosi : DBN
Afasia
Ekspresif :-
Represif :-
Apraksia :-
Agnosa
Agnosia visual :-
Agnosia jari-jari :-
Akalkulia :-
Disorientasi Kanan-kiri :-
21
LABORATORIUM
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.0 13--18 g/dL
Hematokrit 35.3 40-50 %
Leukosit 10.80 4-11 ribu/m3
Trombosit 253 150 – 440 ribu/m3
Eritrosit 4.26 3.8 – 5.2 juta/m3
PDW 16.0 11.5-14.5 %
RDW-CV 16.6 11.5-14.5 %
MPV 10.8 7.2-11.1 Fl
PCT 0.272 0.150-0.400 %
Indeks Eritrosit
MCV 83 80-100 Fl
MCH 28 26 - 34 pg
MCHC 34 32 – 36
Hitung Jenis
Basofil 0 0–1
Eosinofil 0 1-3
Limfosit 8 20-45
Monosit 6 4-8
Neutrofil Segmen (H) 86 50-70
Karbohidrat
KGD 86 <200 mg/Dl
22
Elektrolit
Natrium 131 135-155 mEg/L
Kalium 6.30 3,3-4,9 mEg/L
Klorida 97.00 96 – 113 mEg/L
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Anamnesis
Keluhan Utama : Lemas pada anggota gerak
Telaah : Os datang ke IGD ( 10 /07/ 2022 ) dalam keadaan sadar dengan
keluhan lemas kedua kakinya. Os merasakan keluhan tungkai kedua kaki lemas sejak
pagi sewaktu bekerja. Selain kedua kaki ,dirasakannya kedua jari-jari tangan terasa
kaku. Pasien juga tidak dapat merasakan sentuhan pada kedua kaki. Seperti kesemutan
dari bawah kaki sampai paha menjalar ke atas. Keluhan dirasakan secara tiba-tiba.
Keluhan dirasakan terus menerus, tidak berkurang dengan istirahat. Dua hari MRS
( 08/07/2022) mengeluh setiap minum tersedak dan sedikit susah makan. Dan merasa
lebih susah minum daripada makan. Pasien juga mengeluh adanya pusing, mual,
muntah, demam semingguan ini , sempat juga mengeluh pernah flu sekitar 2 minggu
sbelum MRS. Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini.
STATUS PRESENT
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
23
Nadi : 86x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Temperatur : 36,5oc
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala Dan Leher
Posisi: Simetris,
Pergerakan : DBN
NERVUS CRANIALIS
• Nervus I : DBN
• Nervus II : DBN
• Nervus III,IV,VI : DBN
• Nervus V : DBN
• Nervus VII : DBN
• Nervus VIII : DBN
• Nervus IX,X : DBN
• Nervus XI : DBN
SISTEM MOTORIK
Trofi : Normorofi Normotrofi
Tonus Otot : Normotonus Normotonus
24
33333 33333
Kekuatan Otot :
11111 11111
Sikap (duduk-berdiri-berbaring) : Berbaring
DIAGNOSA
Diagnosa Fungsional : Guillain-Barre Syndrome dd hipokalemi
Diagnosa Etiologik : Autoimun
Diagnosa Anatomik : Saraf Perifer
25
DAFTAR PUSTAKA
26
9. http://www.cdc.gov/flu/protect/vaccine//guillainbarre.htm. Diakses pada tanggal
14
10. Februari 2013 pada pukul 18:16.
11. Mardjo, M. dkk.1978. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta. PT Dian Rakyat.
12. Sidarta,P.2004.Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta. Penerbit Dian
Rakyat.
13. Walshe.T.M.1978. Manual of Neurologic Therapetic.Boston.Little Brown
27