OLEH :
YULIA APRILIANA
2010306108
MAKALAH
Disusun oleh :
Yulia Apriliana
2010306108
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
Oleh :
Pembimbing :
Tanda tangan:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah yang berjudul “Fisioterapi Pada kasus Guillain-
Barré Syndrome (GBS)” ini ditulis guna melengkapi tugas pada Program Studi Profesi Fisioterapi
makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun
1. Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat
waktu,
Yogyakarta.
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah presentasi ini,
namun penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan masih jauh dari kesempurnaan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya pada penyusun.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
A. Asessment Fisioterapi..................................................................4
B. Rencana Intervensi.......................................................................7
C. Diagnosis Fisioterapi....................................................................9
D. Intervensi......................................................................................9
A. Implikasi Klinis...........................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12
iv
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
Guillain-Barré syndrome (GBS) adalah penyakit pada sistem saraf tepi yang
guideline on Guillain-Barré syndrome, GBS terjadi pada 1 sampai 4 penderita per 100.000
populasi di seluruh dunia per tahunnya, menyebabkan 25% penderita gagal napas sehingga
pada 67% penderita. GBS dapat diderita baik pria maupun wanita, berbagai usia, dan tidak
dipengaruhi oleh ras. Akan tetapi, kejadian GBS sebelumnya menunjukkan bahwa
penderita pria lebih banyak 1,5 kali dibanding wanita, lebih sering terjadi pada pria
berwarna kulit putih, dan angka insiden tertinggi pada usia sekitar 30-50 tahun (usia
produktif).
GBS terjadi karena adanya rangsang pada sistem imun, meskipun patogenesis yang
syndrome: Penyakit Langka Beronset Akut yang Mengancam Nyawa yang diduga
berkaitan dengan penyakit ini yaitu adanya riwayat infeksi bakteri atau virus. Infeksi
bakteri Campylobacter jejuni dilaporkan paling sering berasosiasi dengan GBS. Infeksi
yang disebabkan virus antara lain oleh Cytomegalovirus, virus Epstein-Barr, atau virus
influenza. 6,7 Selain faktor risiko infeksi, pemberian vaksin juga dilaporkan menjadi salah
satu faktor. 9 GBS memiliki merupakan penyakit autoikun dimana sistem imun dari
penderita menyerang sistem saraf perifer dan menyebabkan kerusakan pada sel
saraf.Gejala penyakit ini merupakan kelemahan dan kelumpuhan yang dapat berlangsung
1
selama beberapa minggu dan mencapai puncak gejala dalam 2-4 minggu. 10,11 Penyakit
ini mampu menyebabkan komplikasi yang fatal apabila sistem saraf otonom dan sistem
pernapasan terlibat. Masyarakat awam relatif memiliki pengetahuan yang minim terhadap
penyakit ini bahkan ada yang belum mengetahuinya. Onset penyakit yang akut dan
berprogresif menuntut penatalaksanaan yang cepat dan tepat. Oleh karena itu perlu
pemahaman tentang upaya untuk mendeteksi dini, pengobatan, serta upaya rehabilitasi
B. Etiologi Kasus
Guillain-Barré syndrome (GBS) adalah penyakit sistem saraf yang dimediasi oleh
respon imun, beronset akut atau subakut, dan biasanya ditandai dengan kelemahan
progresif dari ekstremitas, parestesia ekstremitas, dan arefleksia relatif atau komplit. 1 GBS
dikenal sebagai penyakit autoimun yang dipicu oleh infeksi bakteri atau infeksi virus
antesenden, yang paling sering yaitu infeksi saluran pernapasan atas atau infeksi saluran
pencernaan. Campylobacter jejuni sebagai bakteri yang paling berasosiasi dengan GBS,
ditemukan pada 25 – 50% pasien dewasa dengan frekuensi tinggi di negara-negara Asia.
Penyebab pasti GBS hingga saat ini belum diketahui pasti, namun seringkali GBS
diawali dengan infeksi saluran pernafasan atau saluran pencernaan 2-4 minggu
sering. GBS juga dapat muncul pada individu yang sebelumnya terkena flu atau infeksi
hari atau minggu setelah vaksinasi, namun hal ini jarang sekali terjadi.
C. Patologi Kasus
Tidak ada yang mengetahui dengan pasti bagaimana GBS terjadi dan dapat
menyerang sejumlah orang. Yang diketahui ilmuwan sampai saat ini adalah bahwa sistem
2
imun menyerang tubuhnya sendiri, dan menyebabkan suatu penyakit yang disebut sebagai
penyakit autoimun. Umumnya sel-sel imunitas ini menyerang benda asing dan organisme
pengganggu; namun pada GBS, sistem imun mulai menghancurkan selubung myelin yang
Terdapat sejumlah teori mengenai bagaimana sistem imun ini tiba-tiba menyerang
saraf, namun teori yang dikenal adalah suatu teori yang menyebutkan bahwa organisme
(misalnya infeksi virus ataupun bakteri) telah mengubah keadaan alamiah sel-sel sistem
saraf, sehingga sistem imun mengenalinya sebagai sel-sel asing. Organisme tersebut
kemudian menyebabkan sel-sel imun, seperti halnya limfosit dan makrofag, untuk
Gejala klinis dari GBS umumnya terjadi kelemahan bilateral yang progresif dan
didahului baal selama 2-3 minggu setelah mengalami demam. Baal dan kelemahan terjadi
dari ekstremitas bawah bagian distal kemudian menjalar ke bagian proksimal ke ekstremitas
atas. Arefleksia atau menurunnya refleks tendon di ekstremitas juga sering dijumpai. Selain
itu, gejala-gejala tambahan yang biasanya menyertai GBS antara lain gangguan pada N.
Fasialis sisi bilateral, facial flushing, kesulitan memulai BAK, kelainan dalam berkeringat,
3
BAB II
PROSES FISIOTERAPI
A. Assesment Fisioterapi
dikelompokkan menjadi :
a. Anamnesis umum Pada anamnesis umum didapatkan data berupa ; (1) Nama (2) Umur :
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pasien pada kasus ini adalah adanya odeam pada bagian yang
mengalami luka bakar, nyeri dan dalam beberapa kasus terjadi kontraktur.
Gambaran singkat mengenai pasien apakah pernah mengalami kasus yang sama di
Gambaran singkat mengenai riwayat penyakit penyerta pasien apakah pasien sedang
4
5) Riwayat Pribadi
tempat tinggal.
6) Riwayat Keluarga
c. Anamnesis system
Dilakukan untuk mengetahui tentang ada tidaknya keluhan atau gangguan yang
1) Kepala dan leher Dalam anamnesis pasien apakah ada mengeluh pusing dan kaku leher.
2) Kardiovaskuler Dalam anamnesis pasien apakah ada keluhan nyeri dada dan jantung
berdebardebar.
4) Gastrointestinalis apakah ada keluhan mual, muntah, BAB lancar dan terkontrol.
dan keterbatasan pada area yang terkena atau anggota gerak lainnya
2. Pemeriksaan Obyektif
a. Vital sign terdiri dari ; (1) Tekanan darah, (2) Nadi,(3) Pernapasan, (3) Temperatur, (4)
Sedangkan inspeksi secara dinamis dapat diamati bahwa pada saat berjalan tidak
c. Palpasi Palpasi pada kasus ini untuk menentukan apakah ada odeam, spasme, nyeri dan
3. Pemeriksaan gerak Pemeriksaan gerak ini meliputi pemeriksaan gerak aktif dan pemeriksaan
gerak pasif.
a. Pemeriksaan gerak aktif Pada kasus ini pemeriksaan gerak aktif dilakukan mandiri oleh
b. Pemeriksaan gerak pasif Pada kasus ini mengukur ROM pada anggota gerak atas maupun
c. Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan Pada kasus ini pasien di minta untuk
menggerakan anggota gerak dengan di beri tahanan pada bagian distal dengan tahanan
pasien bagus, pasien mampu memahami dan mengikuti instruksi terapis dengan baik.
interpersonal apakah pasien mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan terapis dan
lingkungan asrama.
meliputi :
6
a. Fungsional dasar Pada kasus ini apakah pasien mengalami kesulitan atau gangguan saat
melakukan aktifitas fungsional dasar seperti berdiri keduduk serta duduk keberdiri.
b. Aktivitas Fungsional : Pada kasus ini, apakah pasien mampu berjalan dan naik turun tangga
c. Akivitas fungsional berupa Makan, Berpindah dari kursi roda ketempat tidur dan
mencukur dan menggosok gigi), Aktifitas ditoilet (menyemprot, mengelap), Mandi, Berjalan
ditempat datar (jika tidak mampu jalan melakukannya dengan kursi roda), Naik turun tangga ,
B. Diagnosis Fisioterapi
adalah hasil proses kajian klinis yang menghasilkan identifikasiadanya gangguan ataupun
1. Gangguan/kelemahan (impairment)
3. Ketidakmampuan(disabilities )
7
4. Sindrom( syndromes ).
olehpasien.
3. Sebagai acuan pemeriksa dalam menentukan intervensi yang baik, benar, dan
bermanfaat.
olahraga,trauma, dll.
koordinasi, dll.
pada umumnya, diagnosis ft hanya terkait pada diagnosis fungsi. Namun, agar terciptanya
kemandirian dan kemitraan profesi fisioterapi maka harus dilengkapi dengan diagnosis
topik, diagnosis klinik, dan diagnosis kerja. Diagnosis fungsi ft dapat saja berubah dalam
8
topik dan klinik yang sama karena adanya perubahan patofisiologi
C. Rencana Intervensi
Tujuan:
Mencegah kontraktur.
Prinsip terapi:
Penguatan otot
Edukasi:
D. Intervensi
Bulley (2003)12 Podiatron Podiatron adalah papan goyangan dengan nada variabel,
dengan panel kontrol dan pegangan tangan, yang dirancang untuk memobilisasi dan
memperkuat pergelangan kaki, lutut, pinggul, dan punggung. Itu digunakan selama 10 menit
pada pagi dan sore hari dengan kemiringan 5 (Tingkat 1). Tanjakan ini dibangun selama 30
detik pertama hingga kecepatan tertinggi, di mana podiatron melakukan latihan rotasi.
Garssen (2004)2 Siklus ergometer Peserta melakukan tiga sesi pelatihan yang
diawasi / minggu selama 12 minggu, terdiri dari 5 menit pemanasan dengan intensitas 65%
dari HR maksimal mereka dan berlangsung selama 30 menit. Selama 12 minggu, intensitas
latihan ditingkatkan dari 70% menjadi 90% dari HR maksimal. Beban dinaikkan dari 0
menjadi 10 W atau 20 W, tergantung dari kemampuan fisik pasien. Semua sesi diakhiri
9
Fisher (2008)3 Sesi terapi fisik Sebuah program progresif menggunakan latihan
fungsional digunakan. Latihan berkembang dari ROM pasif melalui AROM yang
dihilangkan gravitasi dan AROM anti gravitasi menjadi latihan fungsional yang ditolak.
Latihan dilakukan untuk ekstremitas atas, ekstremitas bawah, dan trunk dan untuk 5-10
berlangsung 60 menit.
jalan individu dengan intensitas lebih tinggi selama <12 minggu. Sesi berlangsung 1 jam
Karper (1991)9 Jalan kaki dan bersepeda Jalan kaki dilakukan selama 10 minggu,
diikuti dengan 15 minggu bersepeda. Jalan kaki dilakukan 3 / minggu selama 20-37 menit;
bersepeda dilakukan 3 / minggu selama 15-32 menit. Subjek dilarang bekerja diatas beban
kerja 45% dari perkiraan cadangan SDM maksimal. Berjalan dilakukan didalam
ruangan lorong; subjek berulang kali berjalan di sepanjang lorong (36 panjang ¼ 1,6 km).
Bersepeda terdiri dari subjek yang mengendarai sepeda latihan, mengayuh dengan
10
BAB 3
PENUTUP
A. Implikasi Klinis
Program latihan meningkatkan hasil fisik seperti mobilitas fungsional, fungsi jantung
paru, kekuatan otot isokinetik, dan kecepatan kerja serta mengurangi kelelahan pada GBSP,
meskipun kualitas bukti yang rendah dari sebagian besar penelitian menurunkan validitas
eksternal mereka. Pelatihan bersepeda tampaknya merupakan jenis program yang paling
dijamin, meskipun latihan penguatan dan intervensi fisio terapi, termasuk aktivitas fisik,
juga dapat menargetkan hasil fisik. Frekuensi, intensitas, dan durasi latihan bervariasi antar
studi, tetapi pro gram cenderung bertahan sekitar 12 minggu dan termasuk 30-60 menit
intervensi olahraga tiga kali seminggu pada 70% -90% dari denyut jantung maksimal. Untuk
pemulihan yang optimal, proses rehabilitasi dua fase harus dilakukan — yang pertama di
tahap awal pemulihan untuk mengurangi beban kecacatan dan yang kedua di tahap
11
DAFTAR PUSTAKA
Nicholas Simatos Arsenault, B., Pierre-Olivier Vincent, B., Yu Bai He Shen, B., Robin Bastien,
B., Aaron Sweeney, B., & Sylvia Zhu, B. (2016). Influence Of Exercise On Patients With
376; Doi:10.3138/Ptc.2015-58.
Theresia. (2017). Laporan Kasus Penanganan Sindrom Guillain-Barre. Nursing Current Vol. 5
No. 2.
Volume 8|Nomor 1.
Arssen Mp, Bussmann Jb, Schmitz Pi, Et Al. Physical Training And Fatigue, Fitness, And
Pitetti Kh, Barrett Pj, Abbas D. Endurance Exercise Training In Guillain-Barre Syndrome. Arch
D. Medline:8328900
Medline:25609504
12