PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Gullaine Barre Syndrom (GBS) adalah gangguan yang jarang di
tubuh anda, sistem kekebalan tubuh menyerang saraf Anda. GBS adalah
penyakit yang biasanya terjadi satu atau dua minggu setelah infeksi virus
ringan seperti sakit tenggorokan, bronkitis, atau flu, atau setelah vaksinasi
atau prosedur bedah. Untungnya, GBS relatif jarang terjadi, hanya
mempengaruhi 1 atau 2 orang per 100.000. Kelemahan dan mati rasa di
kaki biasanya merupakan gejala pertama. Sensasi ini dapat dengan cepat
menyebar, akhirnya melumpuhkan seluruh tubuh.
Parry mengatakan bahwa, Gullaine Barre Syndrom adalah suatu
polineuropati yang bersifat ascending dan akut yang sering terjadi setelah
1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut. Menurut Bosch, Gullaine Barre
Syndrom merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis
flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun
dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis (Japardi,
2002).
Gullaine Barre Syndrom merupakan suatu kelompok heterogen dari
proses yang diperantarai oleh imunitas, suatu kelainan yang jarang terjadi;
dimana sistem imunitas tubuh menyerang sarafnya sendiri. Kelainan ini
ditandai oleh adanya disfungsi motorik, sensorik, dan otonom. Dari bentuk
klasiknya, GBS merupakan suatu polineuopati demielinasi dengan
karakteristik kelemahan otot asendens yang simetris dan progresif,
paralisis, dan hiporefleksi, dengan atau tanpa gejala sensorik ataupun
otonom. Namun, terdapat varian GBS yang melibatkan saraf kranial
ataupun murni motorik. Pada kasus berat, kelemahan otot dapat
menyebabkan kegagalan nafas sehingga mengancam jiwa (Judarwanto,
2009).
Menurut Centers of Disease Control and Prevention / CDC (2012),
Guillain Barre Syndrom (GBS) adalah penyakit langka di mana sistem
kekebalan seseorang menyerang sistem syaraf tepi dan menyebabkan
kelemahan otot bahkan apabila parah bisa terjadi kelumpuhan. Hal ini
terjadi karena susunan syaraf tepi yang menghubungkan otak dan sumsum
belakang dengan seluruh bagian tubuh kita rusak. Kerusakan sistem syaraf
tepi menyebabkan sistem ini sulit menghantarkan rangsang sehingga ada
penurunan respon sistem otot terhadap kerja sistem syaraf.
Beberapa nama disebut oleh beberapa ahli untuk penyakit ini, yaitu
Idiopathic polyneuritis, Acute Febrile Polyneuritis, Infective Polyneuritis,
Post Infectious Polyneuritis, Acute Inflammatory Demyelinating
Polyradiculoneuropathy, Guillain Barre Strohl Syndrome, Landry Ascending
paralysis, dan Landry Guillain Barre Syndrome.
2.2 Etiologi
Penyebab pasti dari Gullaine Barre Syndrom (GBS) sampai saat ini
masih belum dapat diketahui dan masih menjadi bahan perdebatan. Tetapi
pada banyak kasus, penyakit ini sering dihubungkan dengan penyakit
infeksi viral, seperti infeksi saluran pernafasan dan saluran pencernaan.
GBS sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi
kasus GBS yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%,
yaitu 1 sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi timbul seperti infeksi
saluran pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal.
Semua kelompok usia dapat terkena penyakit ini, namun paling
sering terjadi pada dewasa muda dan usia lanjut. Pada tipe yang paling
berat, sindroma Guillain-Barre menjadi suatu kondisi kedaruratan medis
yang membutuhkan perawatan segera. Sekitar 30% penderita
membutuhkan penggunaan alat bantu nafas sementara.
Kondisi yang khas adanya kelumpuhan yang simetris secara cepat
yang terjadi pada ekstremitas yang pada banyak kasus sering disebabkan
oleh infeksi viral. Virus yang paling sering menyebabkan penyakit ini adalah
Cytomegalovirus (CMV), HIV, Measles dan Herpes Simplex Virus.
Sedangkan untuk penyebab bakteri paling sering oleh Campylobacter
jejuni. Tetapi dalam beberapa kasus juga terdapat data bahwa penyakit ini
dapat disebabkan oleh adanya kelainan autoimun.
Lebih dari 60% kasus mempunyai faktor predisposisi antara satu
sampai beberapa minggu sebelum onset. Beberapa keadaan/ penyakit
yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB,
antara lain:
Infeksi
Vaksinasi
Pembedahan
Diare
Peradangan saluran nafas atas
Kelelahan
Demam
Kehamilan/ dalam masa nifas
Penyakit sistematik:
Keganasan
systemic lupus erythematosus
tiroiditis
penyakit Addison
2.3 Patogenesis
Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yang
mempresipitasi terjadinya demielinisasi akut pada SGB masih belum diketahui
dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf yang
terjadi pada sindroma ini adalah melalui mekanisme imunlogi. Bukti-bukti
bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme yang menimbulkan jejas
saraf tepi pada sindroma ini adalah:
1. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (cell
mediated immunity) terhadap agen infeksius pada saraf tepi.
2. Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi.
3. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran
pada pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses
demielinisasi saraf tepi.
Proses demielinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi oleh respon
imunitas
seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa sebelumnya.
Pada SGB, gangliosid merupakan target dari antibodi. Ikatan antibodi dalam
sistem imun tubuh mengaktivasi terjadinya kerusakan pada myelin. Alasan
mengapa komponen normal dari serabut mielin ini menjadi target dari sistem
imun belum diketahui, tetapi infeksi oleh virus dan bakteri diduga sebagai
penyebab adanya respon dari antibodi sistem imun tubuh. Hal ini didapatkan
dari adanya lapisan lipopolisakarida yang mirip dengan gangliosid dari tubuh
manusia.
Campylobacter jejuni, bakteri patogen yang menyebabkan terjadinya
diare, mengandung protein membran yang merupakan tiruan dari gangliosid
GM1. Pada kasus infeksi oleh Campylobacter jejuni, kerusakan terutama
terjadi pada degenerasi akson. Perubahan pada akson ini menyebabkan
adanya cross-reacting antibodi ke bentuk gangliosid GM1 untuk merespon
adanya epitop yang sama.
Berdasarkan adanya sinyal infeksi yang menginisisasi imunitas humoral
maka sel-T merespon dengan adanya infiltrasi limfosit ke spinal dan saraf
perifer. Terbentuk makrofag di daerah kerusakan dan menyebabkan adanya
proses demielinisasi dan hambatan penghantaran impuls saraf.
2.4 Patofisiologi
Allison DJ, Ditor DS. 2013. Immune dysfunction and chronic inflammation
following spinal cord injury. Spinal Cord, 2015; 53: 14-18.Giacalone A,
Quitadamo D, Zanet E, Berretta M et all. Cancer-related fatigue in the
elderly. Support Care Cancer ; 21:2899–2911.
Anne DJ, Cavaillon J et al. 2005. Septic shock. Lancet; 365: 63-78.
Asbury Ak, Comblath DR. 1990. Assessment of current diagnostic criteria for
Guillan Barre Syndrome. Ann Neurol; 27:S21-4.
Badjatia N. 2013. Nutrition and Metabolism. Neurocrit Care Society Pract
Update; 1-17.
Burnts, T. 2008. Guillain-Barre Syndrome. (http://www.thieme-connect.com/
ejournals/html/sin/doi/10.1055/s-2008-1062261.html), diakses pada 30
Mei 2016.
Corrigan, ML. Escuro, AA. Celestin, J. and Kirby, DF. 2011. “Nutrition in the
stroke patient,” Nutrition in Clinical Practice, vol. 26, no. 3, pp. 242–252.
Creange A. 2016.Guillain-Barre´ syndrome: 100 years on. J Neurol; 1712: 1-5.
Davids, HR. 2008. Guillain-Barre Syndrome.
(http://emedicine.medscape.com/article /315632-overview.html),
diakses pada 30 Mei 2016.
Dellinger DP, Levy MM, Rhodes A et al, 2013. Surviving sepsis campign:
international guidelines for management of severe sepsis and septic
shock 2012, Crit care; 41:5.
Eposito S and Longo MR. 2016. Guillain–Barré syndrome. Autoimmunity
Reviews; 15: 1-6.
Fokke C, van den Berg B, Drenthen J, et al. 2014. Diagnosis of Guillain-Barré
syndrome and validation of Brighton criteria. Brain;137:33–43.
Fujimura H. 2013. The Guillain–Barre´syndrome. Handbook of Clinical
Neurology, 3rd series. Elsevier 2013; 115: 383-402.
Guillain-Barre Syndrome (GBS). The Merck Manuals:The Merck Manual for
Healthcare Professionals. The Merck Manual:
http://www.merck.com/mmpe/sec16/ch223/ch 223c.html?
qt=guillainbarre&alt=sh. Diakses Januari 2017.
Inawati. 2010. Sindrom Guillan Barre (GBS). (http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/
archieve/jurnal/Vol%20Edisi%20Khusus%20Desember%202010/SIND
ROM%20GUILLAIN%20BARRE.pdf), diakses pada 31 Mei 2016.
Israr, Y., dkk. 2009. Sindroma Guillaine-Barre. (http://www.Files-of-DrsMed.tk/
guillaine_barre_syndrome_files_of_drsmed.pdf), diakses pada 31 Mei
2016
Jasti AK, Selmi C, Monroy JCS, Vega DA, Anaya JM & Gershwin ME. 2016.
Guillain-Barré syndrome: causes,immunopathogenic mechanisms and
treatment. Expert Rev of Clin Immunology; 12: 1175–1189.
Jasti AK, Selmi C, Monroy JCS, Vega DA, Anaya JM & Gershwin ME. 2016.
Guillain-Barré syndrome: causes,immunopathogenic mechanisms and
treatment. Expert Rev of Clin Immunology; 12: 1175–1189.
Judarwanto, W. 2009. Sindroma Guillain-Barre (GBS) : Patofisiologi dan
Diagnosis,
(https://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/14/guillain-barre-
syndrome-gbs-patofisiologi-manifestasi-klinis-dan-diagnosis/ ), diakses
pada 02 Juni 2016.