Oleh :
Arif Tri Widodo
19650118
3. Manifestasi klinis
Terdapat kelemahan progresif simetris akut, biasanya lebih berat
disebelah distal daripada sebelah proksimal dan lebih buruk di tungkai
daripada di lengan.
Pasien sering mengeluh kesulitan bergerak, bangun dari kursi atau naik
tangga.
Paralisis asenden mengenai saraf motorik sering daripada sensorik.
Sensorik hilang (terutama kedudukan dan sesuai sensasi getar)
bervariasi tetapi biasanya ringan.
Pada beberapa pasien , gejala awal mencakup otot cranial atau
ekstremitas atas (misalnya kesemutan di tangan).
Secara umum kelemahan mencapai maksimum dalam 14 hari.
4. Penatalaksanaan
Plasmaferisis (perubahan plasma) yang menyebabkan reduksi
antobiotik kedalam sirkulasi sementara, yang dapat digunakan pada
serangan berat dan dapat membatasi keadaan yang memburuk pada
pasien dan demielinasi.
Pemberian immunoglobulin IV
1) Pengertian
Imunoglobulin (Antibodi) adalah protein-protein pelindung
yang terbentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk dalam
tubuh. Di dalam tubuh imunoglobulin yang diproduksi terdiri
dari berbagai tipe antara lain : IgA, IgE, IgD, IgG, IgM.
2) Tujuan terapi immunologi
Ada imunoglobulin yang sengaja diproduksi untuk
pengobatan. Pada pasien dengan GBS penggunaan
terapi imunoglobulin sangat bermanfaat selain
plasmafaresis.
Terapi imunoglobulin bertujuan untuk menghambat
terbentuknya antibodi dari dalam tubuh yang merusak
saraf dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Immunoglobulin dapat menetralisasi autoantibodi
patologis yang ada atau menekan produksi auto antibodi
tersebut, IVIg juga dapat mempercepat katabolisme
IgG, yang kemudian menetralisir antigen dari virus atau
bakteri sehingga T cells patologis tidak terbentuk.
Tujuan pemberian imunoglobulin adalah untuk
menormalkan kembali sistem pertahanan tubuh.
3) Rute pemberian immunoglobulin
Imunoglobulin diberikan secara intravena. Sebelumnya
immunoglobulin diberikan secara intramuskular tapi sekarang
diberikan secara IV.
4) Dosis Imunoglobulin
350-500 mg/kg BB yang diberikan sebulan sekali. 150-250
mg/kg BB yang diberikan setiap 2 minggu sekali. Dosis untuk
bayi neonatus 500 mg/Kg BB, Bayi Prematus 750 mg/Kg BB.
Pemberian IVIG ini dilakukan dalam 2 minggu setelah gejala
muncul dengan dosis 0,4 g / kg BB / hari selama 5 hari. Khusus
pada pasien GBS. Waktu pemberiannya selama 1 /2-1jam.
5) Efek samping
Efek samping dari pemberian imunoglobulin terjadi pada 5%
pasien.
Efek samping yang muncul seperti nyeri kepala,
menggigil, nyeri sendi, pusing, mual, lelah, myalgia,
nyeri punggung, peningkatan tekanan darah pada pasien
dengan resiko hipertensi.
Reaksi dapat muncul setelah 30 menit pemberian
imunoglobulin intravena dan berkurang setelah infus
dihentikan
6) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap imunogobulin
Defisiensi IgA
Antibodi anti IgE / IgG.
7) Hal-hal yang perlu diperhatikan
Dosis imunoglobulin dihitung berdasarkan berat badan
pasien.
Untuk terapi awal, sebaiknya digunakan konsentrasi
yang lebih rendah atau laju infusi yang lebih lambat.
Diberikan pada jalur infus yang terpisah dari obat-obat
lainnya. Bila menggunakan jalur primer, bilas dengan
salin sebelum pemberian.
Pada pasien berisiko gagal ginjal dosis, laju dan/atau
konsentrasi infus dikurangi. Pengurangan laju infus
atau penghentian infus dapat membantu meringankan
beberapa efek samping (kemerahan pada wajah,
perubahan kecepatan nadi, perubahan tekanan darah).
Pemberian PE dikombinasikan dengan IVIg tidak
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan hanya memberikan PE atau IVIg
8) Macam-macam sediaan obat immunoglobulin:
Octagam 10 % Sediaan 100 mg/ml
Octagam 10 g/200 ml
Octagam 5 g/100 ml
Octagam 2,5 g/50 ml
Gammaplex 5 g/100 ml
Octagam 5 % Sediaan 1 g/20 ml
GAMMAGARD LIQUID 10 % berisi 100 mg/mL
protein. 98% dari protein adalah gammaglobulin,
immunoglobulin A (IgA) dan immunoglobulin M, Ig
G.
9) Octagam(R)
Octagam 10% adalah solusi cairan (100 mg/ml) Globulin Imun
untuk pemberian intravena (IVIG)
Diindikasikan untuk penggunaan pada:
Imunodefisiensi humoral primer(PI);
Myeloma atau kanker darah limfa kronis dengan
hipogamaglobulinemia sekunder yang parah dan
infeksi berulang, pada anak dengan AIDS bawaan yang
telah terinfeksi bakteri berulang kali;
Purpura trombositopenik imun (ITP) pada anak-anak
atau orang dewasa yang berisiko tinggi mengalami
pendarahan atau sebelum operasi untuk memperbaiki
jumlah trombosit;
Sindrom Guillain Barre
10) Penatalaksanaan
Pemberian Obat immunoglobulin
GBS dipertimbangkan sebagai kedaruratan medis
sehingga Pasien diatasi/dirawat di unit perawatan
intensif. Amati fungsi respirasi secara ketat, ukur
kapasitas vital untuk mengetahui kekuatan otot paru.
Karena gagal pernapasan merupakan problema utama
pada sindroma Guillain-Barre. Pasien yang mengalami
masalah pernafasan memerlukan ventilator, kadang-
kadang untuk periode yang lama. Ventilasi mekanik
mungkin diperlukan jika volume ekspirasi paksa
adalah < 12-15 mL/kg, kapasitas vital cepat menurun
atau < 1000 mL dan Pao2 < 70 mmHg, atau jika pasien
sangat sukar mengeluarkan dahak dan diaspirasi.
Sekitar 10% sampai 20% pasien memerlukan ventilasi.
Jika melakukan intubasi endotrakeal, hindari obat-
obatan yang menimbulkan paralisis (misalnya
suksinilkolin) karena meningkatnya resiko
hiperkalemia yang membahayakan hidup.
Diperlukan pemantauan EKG kontinu, untuk
kemungkinan perubahan kecepatan atau ritme jantung.
Pemasangan NGT untuk mengatasi kekurangan nutrisi
akibat kesulitan mengunyah dan menelan.
Distrimia jangan dihubungkan dengan keadaan
abnormal autonom yang diobati dengan propanonol
untuk mencegah takikardia dan hipertensi.
Atropine dapat diberikan untuk menghindari episode
bradikardia selama pengisapan endotrakeal dan terapi
fisik.
5. Komplikasi
Komplikasi GBS yang paling berat adalah kelemahan atau paralisis pada otot
otot pernafasan, kardiovaskuler dan kelumpuhanm otot yang menetap.
Komplikasi lain meliputi disritmia jantung, trombosis vena profunda dan
emboli paru. (Buku Saku Patofisiologi. Elizabeth J. Corwin. 2009: hal 266)
IV. Critical thinking
Judul : PENATALAKSANAAN GUILLAIN-BARRE SYNDROME DI ICU
Peneliti : Sudadi, Sri Rahardjo, Adi Hidayat*
Tahun : 2017
Jurnal : Jurnal komplikasi anestesi Volume 4 nomor 2, maret 2017
Problem : Sindrom Guillain Barre merupakan polineuropati demielinisasi akut
dengan berbagai macam jenis yaitu: GBS motor-sensoris, GBS motor
murni, Miller Fisher, bulbar, GBS aksonal primer. Insidensi GBS 1-2
per 100.000 orang dewasa.GBS sering dicetuskan oleh penyakit infeksi
termasuk infeksi Campylobacter jejuni, cytomegalovirus, virus herpes
simpleks dan infeksi saluran nafas atas. Proses ini termasuk aktivasi
komplemen yang mencetuskan destruksi myelin di sistem saraf perifer
Intervensi : Pasien dilakukan intubasi pada hari ke 2 perawatan di ICU
karena pasien mulai mengalami distress respirasi. Gagal nafas
merupakan salah satu komplikasi GBS yang paling sering dan paling
ditakuti. Persentase pasien GBS yang membutuhkan ventilasi mekanik
antara 25% sampai 44%. Demielinisasi nervus phrenikus dan
intercostal menyebabkan mekanikal paru terbatas, kesulitan menelan
akibat kelemahan otot faring menyebabkan risiko aspirasi. Ventilasi
mekanik diberikan jika batuk tidak adekuat, kolaps pulmonal,
berkembangnya konsolidasi, analisa gas darah abnormal, dispneu,
takipneu atau terlihat kehabisan tenaga. Gagal nafas pada pasien GBS
dapat terjadi tiba-tiba, mengancam nyawa dan menyebabkan
morbiditas yang signifikan.Status respirasi pasien GBS harus
dimonitor hati-hati dan frekuen. Pemulihan pernafasan berlangsung
lambat pada GBS, menyebabkan penggunaan ventilator mekanik yang
lama. Setengah dari pasien GBS yang terintubasi membutuhkan
trakeostomi.
Pada pasien dengan nafas spontan, fisioterapi dada dan
monitoring fungsi respirasi merupakan hal yang penting. Penilaian
regular terhadap kapasitas vital merupakan cara terbaik untuk menilai
kegagalan respirasi. Pasien dengan kapasitas vital kurang dari 15ml/kg
atau 30% dari nilai yang diprediksikan, atau peningkatan PCO2 arterial
membutuhkan ventilasi mekanik. Keterlibatan bulbar harus hati-hati
dicari, karena terdapat risiko sigknifikan aspirasi dari sekresi jalan
nafas atas, isi lambung atau makanan yang dicerna. Jika reflek batuk
tidak adekuat, maka proteksi jalan nafas dengan intubasi trakea atau
trakeostomi dibutuhkan. Makanan per oral harus dihentikan pada
pasien yang diduga mengalami keterlibatan bulbar. Indikasi ventilasi
mekanik jika batuk tidak adekuat, paru-paru kolaps atau
berkembangnya konsolidasi, gas darah arteri abnormal, kapasitas vital
kurang dari volume tidal yang diprediksi, pasien sesak nafas, takipneu
atau tampak kelelahan
Plasmapharesis adalah terapi membuang dan mengembalikan
komponen plasma dari sirkulasi darah. Plasmapharesis selanjutnya
disebut sebagai extracorporeal therapy atau prosedur medis yang
dilakukan di luar tubuh. Selama plasmapharesis, darah awalnya
dikeluarkan dari tubuh melalui kateter plasma, kemudian dihilangkan
dari tubuh oleh pemisah sel (cell separator). Tiga prosedur yang
umumnya digunakan untuk memisahkan plasma dari sel darah :
• Discontinuous flow centrifugation : dibutuhkan satu kateter vena.
Secara khusus, 300 ml darah dihilangkan pada satu waktu dan diputar
untuk memisahkan plasma dari sel darah.
• Continous flow centrifugation : dibutuhkan 2 kateter vena. Metode ini
membutuhkan lebih sedikit volume darah untuk dikeluarkan dari tubuh
pada satu waktu karena dapat secara terus menerus memutar plasma.
• Filtrasi plasma : digunakan 2 kateter vena. Plasma difiltrasi
menggunakan peralatan hemodialisa standard. Proses ini
membutuhkan kurang dari 100 ml darah untuk dikeluarkan tubuh pada
satu waktu.
Comparation : Menurut penelitian masyrifah Pemberian terapi imunoglobulin
intravena pada pasien GBS sebaiknya ditentukan berdasarkan kondisi
klinis dari pasien serta dengan mempertimbangkan berbagai faktor
terkait terapi seperti efek samping, ketepatan waktu pemberian, cara
pemberian dan lama pemberian, karena apabila berbagai faktor
tersebut diperhatikan dengan baik maka akan diperoleh respon
efektifitas yang baik dari terapi imunoglobulin pada pasien GBS.
Outcame : Plasma exchange memperbaiki prognosis pada pasien dengan GBS
secara dramatis. Gagal nafas merupakan komplikasi GBS yang dapat
mengancam kehidupan, sebanyak 10-30% pasien GBS membutuhkan
ventilasi mekanik. Terapi segera menggunakan plasma exchange,
bersamaan dengan perawatan suportif umumnya akan sembuh
sempurna. GBS mempunyai prognosis yang secara umum baik jika
komplikasi dapat diterapi segera.
V. Kesimpulan
Guillain Barré Syndrome (GBS) atau bisa juga disebut sebagai Acute
Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy (AIDP) adalah suatu penyakit pada
susunan saraf yang terjadi secara akut dan menyeluruh, terutama mengenai radiks dan
saraf tepi, yang didahului oleh suatu infeksi (Bahrudin, 2013). Manajemen GBS
meliputi perawatan suportif dari komplikasi yang menyertai, terutama gagal nafas dan
disfungsi otonom. Gagal nafas merupakan komplikasi GBS yang dapat mengancam
kehidupan, sebanyak 10-30% pasien GBS membutuhkan ventilasi mekanik sehingga
sangat penting penggunaan ventilator untuk perawatan suportif.