DIABETES MELLITUS
Disusun oleh :
Mia Sabrina
19650124
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan dengan judul “Diabetes Mellitus”. Penyusunan
makalah ini dapat memenuhui tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis yang
dibina Lina Ema Purwanti, S.Kep.Ns.,M.Kep.
Penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
pihak-pihak lain. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
berikut ini :
1. Sulistyo Andarmoyo, S.Kep., Ners., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Unmuh Ponorogo
2. Hery Ernawati, S.Kep., M.Kep., selaku Kaprodi Profesi Ners
3. Lina Ema Purwanti, S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku dosen pembimbing, serta
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih banyak
kekurangan didalamnya. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya kritik dan saran dari
pembaca. Semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Diabetes Mellitus (DM) berdasarkan American Diabetes Association (ADA) tahun
2011 merupakan sekumpulan penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
akibat kegagalan dalam sekresi insulin, aksi insulin, atau keadaannya. Hiperglikemia
kronik berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi organ, terutama mata,
ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh darah. Diabetes mellitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Henderina, 2010)..
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan defisiensi atau
resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan ganguan metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2011).
B. ETIOLOGI
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes insulin pada diabetes mellitus tipe 2 masih belum diketahui. Faktor
Berikut penyebab dan faktor faktor risiko tertentu yang diperkirakan berhubungan
1. Genetik
penyakit ini. Bila terjadi mutasi gen yang menyebabkan kekacauan metabolisme yang
berujung pada timbulnya diabetes mellitus tipe 2 (Kaban, 2007). Risiko seorang anak
mendapat DM tipe 2 adalah 15% bila salah satu orang tuanya menderita DM. Jika
kedua orang tua memiliki DM maka risiko untuk anak menderita DM akan meningkat
hingga 75%. Orang yang memiliki ibu dengan DM memiliki risiko 10-30% lebih
besar daripada orang yang memiliki ayah dengan DM. hal ini dikarenakan penurunan
gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung penderita
DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita
2. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun sesuai dengan hasil
penelitian di negara maju menunjukkan bahwa kelompok umur yang berisiko terkena
DM tipe 2 adalah usia 65 tahun keatas. Di negara berkembang kelompok umur yang
berisiko untuk menderita DM tipe 2 ialah usia 46-64 tahun karena pada usia tersebut
terjadi intoleransi gula atau TGT. Proses penuaan menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan sel beta pankreas dalam memproduksi insulin (Budhiarta dalam Sanjaya,
2009).
3. Gaya Hidup
gaya hidup yang dapat berdampak pada terjadinya DM khususnya yang tipe 2 adalah
gaya hidup yang kurang gerak, konsumsi makanan yang tinggi lemak, karbohidrat dan
rendah serat dengan kata lain kesalahan pada pola makan sehingga berdampak
4. Obesitas
Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Penentu yang digunakan
adalah indeks masa tubuh (IMT). Sedangkan Overweight ialah tahap sebelum
dikatakan obesitas secara klinis (Guyton, 2007). Obesitas dikatakan terjadi kalau
terdapat berat badan lebih dari 20% karena lemak pada pria dan 25% pada wanita
(Ganong,2002). Kelebihn lemak tubuh dapat berpengaruh pada sensitivitas insulin
terhadap jaringan yang berdampak jangka panjang pada penumpukan dalam darah
dapat terjadi hiperglikemia atau gula darah tinggi (Smeltzer & Bare, 2002)
C. MANIFESTASI KLINIS
Ketoasidosis atau serangan diam- diam pada tipe 1
Yang Paling sering terjadi adalah keletihan akibat defisiensi eneri dan keadaan
katabolis
Kadang kadang tidak ada gejala (pada diabetes tipe 2)
Dieuretik ostomotik yan disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput lendir, dan
kekencangan kulit buruk
Pada Ketoasidosi dan keadaan non-ketotik hipermosmolar hiperglikemik, dehidrasi
berpotensi menyebabkan hipovolemia dan syok
Jika diabetes tipe 1 tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat badan dan
selalu lapar, padahal ia sudah makan sangat banyak, (Paramita, 2011)
Gejala klasik :
Poliuri
Polidipsi
Polifagi
Penurunan Berat Badan
Lemah
Kesemutan, rasa baal
Bisul / luka yang lama tidak sembuh
Keluhan impotensi pada laki-laki
Keputihan
Infeksi saluran kemih, (Suyono, et al 2001).
D. PENATALAKSANAAN
hidup dari pasien dengan diabetes (PERKENI, 2011). Tujuan penatalaksanaan pada DM
ialah membuat aktifitas insulin dan kadar gula darah dalam rentang normal dan
mengurangi terjadinya komplikasi yang dapat terjadi baik komplikasi vaskuler atauapun
neuropatik. Penatalaksanaan pada Diabetes Mellitus meliputi 5 hal yaitu (1) diet; (2)
olahraga; (3) pemantauan; (4) terapi, dan (5) pendidkan (Smeltzer & Bare, 2001).
Berdasarkan konsesus PerkeniI (2011) terdapat empat pilar penatalaksan DM tipe 2, yaitu:
1. Edukasi
Diabetes dan pola hidup memiliki yang sangat erat, terutama pada DM tipe 2.
keluarga ataupun masyarakat. Partisisipasi aktif tersebut akan dapat dilakukan dengan
adanya perubahan perilaku, sehingga diperlukan adanya edukasi atau pendidikan yang
Terapi gizi dan diet merupakan sala satu kunci dasar dari penatalaksanaan DM.
Prinsip pengaturan gizi dan nutrisi pada pasien DM tipe 2yaitu makanan yang seimbang
dan kebutuhan kalori serta zat gizi disesuaikan pada masing-masing individu.
Penatalaksanaan gizi tersebut mempunyai tujuan, yaitu (a) memenuhi unsur makanan
esensial; (b) memperoleh berat badan yang sesuai dan mempertahankan berat badan
ideal; (c) memenuhi kebutuhan energi; (d) memeperoleh serta memepertahankan kadar
glukosa darah dalam keadaan rentan normal dan mencegah kenaikan kadar gula darah;
dan (e) menurunkan kadar lemak darah (Zmeltzer & Bare, 2002).
3. Latihan jasmani
Latihan jasmani atau latihan fisik adalah salah satu pilar yang perlu dilaksanakan
secara teratur. Kegiatan latihan fisik ini dapat menjaga kebugaran serta dapat
darah. Latihan jasmani ini dapat dilakukan dengan berjalan kaki, berenang, atau
aktivitas fisik yang tidak terlalu berat. Pelaksanaan aktivitas jasmani ini dapat
disesuaikan dengan kemampuan klien dan dapat ditingatkan sesuai dengan
4. Intervensi Farmakologis
Resiko infeksi
Poliuri
Sklerosis mikrovaskuler
1. Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien, umur, pekerjaan orang
tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat. Dalam identitas data/ petunjuk yang dapat
kita prediksikan adalah Umur, karena seseorang memiliki resiko tinggi untuk terkena diabetes
mellitus tipe II pada umur diatas 40 tahun.
2. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus datang kerumah sakit dengan keluhan utama yang berbeda-beda.
Pada umumnya seseorang datang kerumah sakit dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria,
polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi apakah terdapat
factor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus misalnya riwayat obesitas, hipertensi, atau
juga aterosclerosis
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM, penyebab terjadinya
DM serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini berhubungan dengan
proses genetik dimana orang tua dengan diabetes mellitus berpeluang untuk menurunkan
penyakit tersebut kepada anaknya.
4. Pola Aktivitas
a. Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah
tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan,
banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita.
b. Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan
pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada
eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan
istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita
d. Pola Aktivitas
Adanya kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan penderita tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga ( self esteem ).
f. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada kaki
sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
g. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi
dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
h. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya
karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
5. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda –
tanda vital.
b. Head to Toe
1) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi, kaji pula
adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah
sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis, kaji juga
adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini berhubungan erat dengan adanya
komplikasi kronis pada makrovaskuler
5) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa otot,berubah.
Pasien juga cepat lelah, lemah.
7) Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis pasien sering
mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya, tes ini
dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi
stress.
b. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidak adekuatan
kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis
B. Diagnosa keperawatan
C. Intervensi
2. Nutritional Monitoring
- Pantau berat badan pasien
- Pantau pertumbuhan dan
perkembangan
Hemodialysis therapy
1. Ambil sampel darah dan
meninjau kimia darah
(misalnya BUN, kreatinin,
natrium, pottasium, tingkat
phospor) sebelum perawatan
untuk mengevaluasi respon
thdp terapi.
2. Rekam tanda vital: berat
badan, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan darah
untuk mengevaluasi respon
terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi
untuk menghilangkan jumlah
yang tepat dari cairan berlebih
di tubuh klien.
Bekerja secara kolaboratif
dengan pasien untuk
menyesuaikan panjang dialisis,
peraturan diet, keterbatasan
cairan dan obat-obatan untuk
mengatur cairan dan elektrolit
pergeseran antara pengobatan
4 Gangguan Rasa NOC : NIC :
Nyaman (Nyeri a. Pain level a. Lakukan pengkajian nyeri
Akut ) b. Pain control secara komprehensif termasuk
c. Comfort level lokasi, karakteristik, furasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
Setelah dilakukan tindakan presipitasi
keperawatan selama ... x 24 b. Observasi reaksi nonverbal
jam. Pasien tidak dari ketidaknyamanan
mengalami nyeri, dengan : c. Bantu pasien dan keluarga
untuk mrncari dan menemukan
dukungan
Kriteria Hasil
d. Kontrol lingkungan yang dapat
a. Mampu mengontrol mempengaruhi nyeri seperti
nyeri (tahu penyebab suhu rungan, pencahayaan dan
nyer, mampu kebisingan
menggunakan teknik e. Kurangi faktor presipitasi
nonfarmakologi untuk nyeri
mengurangi nyeri, f. Kaji tipe dan sumber nyeri
mencari bantuan) untuk menentukan intervensi
b. Melaporkan bahwa g. Ajarkan tentang teknik non
nyeri berkurang dnegan farmakologi : napas dalam,
menggunakan relaksasi, distraksi, kompres
manajemen nyeri hangat/dingin
c. Mampu mengenali nyeri h. Berikan informasi tentang
(skala, intensitas, nyeri seperti penyebab nyeri,
frekuensi dan tanda berapa lama nyeri akan
nyeri) berkurang dan antisipasi
d. Menyatakan rasa ketidaknyamanan dari
nyaman setelah nyeri prosedur
berkurang i. Monitor vital sign sebelum
e. Tanda vital dalam dan sesudah pemberian
rentang normal analgesik
f. Tidak mengalami
gangguan tidur
E. Evaluasi
1. Proses (sumatif)
Fokus tiopeini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan sesudah perencanaan
keperawatan, dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
2. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir tindakan keperawatan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth , 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Terjemahan Suzanne C.
Smeltzer. Edisi 8. Vol 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M., Wagner, Sheryl M. 2013.
Nursing Intervension Classification (NIC) Sixth Edition. St Louis Missouri : Elsevier Mosby
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, Meridean L., Swanson, Elizabeth. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Measurement of Health Outcomes Fifth Edition. St Louis
Missouri : Elsevier Mosby
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC NOC (Indonesian Version) Jilid 3. Yogyakarta : Mediaction
Mansjoer, Arif, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC:
Jakarta