Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS

Disusun Untuk Tugas Minggu Keempat


Departemen Keperawatan Gadar dan Kritis

Disusun oleh :
Mia Sabrina
19650124

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
April 2020
1. KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan dengan judul “Diabetes Mellitus”. Penyusunan
makalah ini dapat memenuhui tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis yang
dibina Lina Ema Purwanti, S.Kep.Ns.,M.Kep.
Penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
pihak-pihak lain. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
berikut ini :
1. Sulistyo Andarmoyo, S.Kep., Ners., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Unmuh Ponorogo
2. Hery Ernawati, S.Kep., M.Kep., selaku Kaprodi Profesi Ners
3. Lina Ema Purwanti, S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku dosen pembimbing, serta
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih banyak
kekurangan didalamnya. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya kritik dan saran dari
pembaca. Semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Ponorogo, April 2020

Penulis
KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Diabetes Mellitus (DM) berdasarkan American Diabetes Association (ADA) tahun
2011 merupakan sekumpulan penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
akibat kegagalan dalam sekresi insulin, aksi insulin, atau keadaannya. Hiperglikemia
kronik berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi organ, terutama mata,
ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh darah. Diabetes mellitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Henderina, 2010)..
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan defisiensi atau
resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan ganguan metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2011).
B. ETIOLOGI
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi

insulin pada diabetes insulin pada diabetes mellitus tipe 2 masih belum diketahui. Faktor

genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Berikut penyebab dan faktor faktor risiko tertentu yang diperkirakan berhubungan

dengan proses terjadinya diabetes mellitus tipe 2 :

1. Genetik

Faktor keturunan atau genetik memang memegang peranan penting terhadap

penyakit ini. Bila terjadi mutasi gen yang menyebabkan kekacauan metabolisme yang

berujung pada timbulnya diabetes mellitus tipe 2 (Kaban, 2007). Risiko seorang anak

mendapat DM tipe 2 adalah 15% bila salah satu orang tuanya menderita DM. Jika

kedua orang tua memiliki DM maka risiko untuk anak menderita DM akan meningkat

hingga 75%. Orang yang memiliki ibu dengan DM memiliki risiko 10-30% lebih

besar daripada orang yang memiliki ayah dengan DM. hal ini dikarenakan penurunan

gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung penderita
DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita

adalah saudara kembar identik (Diabetes UK, 2010).

2. Usia

Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun sesuai dengan hasil

penelitian di negara maju menunjukkan bahwa kelompok umur yang berisiko terkena

DM tipe 2 adalah usia 65 tahun keatas. Di negara berkembang kelompok umur yang

berisiko untuk menderita DM tipe 2 ialah usia 46-64 tahun karena pada usia tersebut

terjadi intoleransi gula atau TGT. Proses penuaan menyebabkan terjadinya penurunan

kemampuan sel beta pankreas dalam memproduksi insulin (Budhiarta dalam Sanjaya,

2009).

3. Gaya Hidup

gaya hidup yang dapat berdampak pada terjadinya DM khususnya yang tipe 2 adalah

gaya hidup yang kurang gerak, konsumsi makanan yang tinggi lemak, karbohidrat dan

rendah serat dengan kata lain kesalahan pada pola makan sehingga berdampak

kegemukan, bahkan obesitas selanjutnya mengurangi sensitivitas jaringan terhadap

insulin (Nadia, 2012).

4. Obesitas

Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Penentu yang digunakan
adalah indeks masa tubuh (IMT). Sedangkan Overweight ialah tahap sebelum
dikatakan obesitas secara klinis (Guyton, 2007). Obesitas dikatakan terjadi kalau
terdapat berat badan lebih dari 20% karena lemak pada pria dan 25% pada wanita
(Ganong,2002). Kelebihn lemak tubuh dapat berpengaruh pada sensitivitas insulin
terhadap jaringan yang berdampak jangka panjang pada penumpukan dalam darah
dapat terjadi hiperglikemia atau gula darah tinggi (Smeltzer & Bare, 2002)
C. MANIFESTASI KLINIS
 Ketoasidosis atau serangan diam- diam pada tipe 1
 Yang Paling sering terjadi adalah keletihan akibat defisiensi eneri dan keadaan
katabolis
 Kadang kadang tidak ada gejala (pada diabetes tipe 2)
 Dieuretik ostomotik yan disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput lendir, dan
kekencangan kulit buruk
 Pada Ketoasidosi dan keadaan non-ketotik hipermosmolar hiperglikemik, dehidrasi
berpotensi menyebabkan hipovolemia dan syok
 Jika diabetes tipe 1 tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat badan dan
selalu lapar, padahal ia sudah makan sangat banyak, (Paramita, 2011)
 Gejala klasik :
 Poliuri
 Polidipsi
 Polifagi
 Penurunan Berat Badan
 Lemah
 Kesemutan, rasa baal
 Bisul / luka yang lama tidak sembuh
 Keluhan impotensi pada laki-laki
 Keputihan
 Infeksi saluran kemih, (Suyono, et al 2001).

D. PENATALAKSANAAN

Tujuan umum penatalaksanaan Diabetes Mellitus adalah meningkatkan kualitas

hidup dari pasien dengan diabetes (PERKENI, 2011). Tujuan penatalaksanaan pada DM

ialah membuat aktifitas insulin dan kadar gula darah dalam rentang normal dan

mengurangi terjadinya komplikasi yang dapat terjadi baik komplikasi vaskuler atauapun
neuropatik. Penatalaksanaan pada Diabetes Mellitus meliputi 5 hal yaitu (1) diet; (2)

olahraga; (3) pemantauan; (4) terapi, dan (5) pendidkan (Smeltzer & Bare, 2001).

Berdasarkan konsesus PerkeniI (2011) terdapat empat pilar penatalaksan DM tipe 2, yaitu:

1. Edukasi

Diabetes dan pola hidup memiliki yang sangat erat, terutama pada DM tipe 2.

Penatalaksanaan pada klien dengan DM memerlukan partisipasi aktif dari klien,

keluarga ataupun masyarakat. Partisisipasi aktif tersebut akan dapat dilakukan dengan

adanya perubahan perilaku, sehingga diperlukan adanya edukasi atau pendidikan yang

diberikan pada klien dan keluarga (PERKENI, 2011).

2. Terapi gizi Medis

Terapi gizi dan diet merupakan sala satu kunci dasar dari penatalaksanaan DM.

Prinsip pengaturan gizi dan nutrisi pada pasien DM tipe 2yaitu makanan yang seimbang

dan kebutuhan kalori serta zat gizi disesuaikan pada masing-masing individu.

Penatalaksanaan gizi tersebut mempunyai tujuan, yaitu (a) memenuhi unsur makanan

esensial; (b) memperoleh berat badan yang sesuai dan mempertahankan berat badan

ideal; (c) memenuhi kebutuhan energi; (d) memeperoleh serta memepertahankan kadar

glukosa darah dalam keadaan rentan normal dan mencegah kenaikan kadar gula darah;

dan (e) menurunkan kadar lemak darah (Zmeltzer & Bare, 2002).

3. Latihan jasmani

Latihan jasmani atau latihan fisik adalah salah satu pilar yang perlu dilaksanakan

secara teratur. Kegiatan latihan fisik ini dapat menjaga kebugaran serta dapat

memberikan dampak penurunan berat badan serta memperbaiki sensitivitas insulin.

Hal tersebut akan memeberikan dampak pada perbaikanpengendalian glukosa dalam

darah. Latihan jasmani ini dapat dilakukan dengan berjalan kaki, berenang, atau

aktivitas fisik yang tidak terlalu berat. Pelaksanaan aktivitas jasmani ini dapat
disesuaikan dengan kemampuan klien dan dapat ditingatkan sesuai dengan

perkembangan yang ada (PERKENI, 2011).

4. Intervensi Farmakologis

Terapi farmakologi dilakukan seiringan dan diimbangi dengan pelaksanaan


pengaturan diet dan latihan jasmani. Terapi farmakologi yang dapat diberikan terdiri
dari obat hipoglikemi oral dan terapi insulin (PERKENI, 2011). Ada dua jenis obat
hipoglikemi oral yaitu pemicu sekresi insulin dan penambah sensitivitas terhadap
insulin. Obat yang termasuk dalam pemicu sekresi insulin yaitu sulfonylurea dan glinid,
sedangkan yang termasuk dalam golongan obat penambah sensitivitas terhadap insulin
yaitu biguanid, tiazolididion, penghambat glukosidase alfa dan inkretin mimetik (Yusra,
2010). Terapi farmakologi lain yang dapat dilakukan selain obat hipoglikemik oral
adalah dengan terapi insulin. Berdasarkan PERKENI (2011) insulin dibagi menjadi
lima jenis adalah (a) insulin kerja cepat (rapid acting insulin); (b) insulin kerja pendek
(short acting insulin); (c) insulin kerja menengah (intermediate acting insulin); (d)
insulin kerja panjang (long acting insulin); (e) insulin campuran tetap, kerja pendek dan
menengah (premixed insulin).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan kadar serum glukosa


a) Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
b) Gula darah 2 jam pp : 200 mg / dl
c) Gula darah sewaktu : lebih dari 200 mg / dl
2. Tes toleransi glukosa
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta satu nilai lain lebih
dari 200 mg/ dlsetelah beban glukosa 75 gr
3. HbA1C
8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol
4. Pemeriksaan kadar glukosa urin
Pemeriksaan reduksi urin dengan cara Benedic atau menggunakan enzim glukosa.
Pemeriksaan reduksi urin positif jika didapatkan glukosa dalam urin. (Carpenito, 2011).
F. PATOFISIOLOGI DAN PATWAYS
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa / produksi glukosa
yang melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan
sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemia ( kadar glukosa darah > 110
mg / dl ). Jika terdapat defisit insulin, empat perubahan metabolic terjadi menimbulkan
hiperglikemi.
Empat perubahan itu adalah :
a. Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang
b. Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah
c. Glikolisis meningkat sehingga dadangan glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke
dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
d. Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke dalam darah
dari pemecahan asam amino dan lemak, (Long ,1996).
Pada DM tipe 1 terdapat ketidak mampuan menghasikan insulin karena sel-sel beta
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat produksi glukosa tidak terukur oleh hati,
maka terjadi hiperglikemia. Jika konsentrasi klokosa dalam darah tinggi, ginjal tidak
dapat menyerap semua glukosa, akibatnya glukosa muncul dalam urine (glukosuria).
Ketika glukosa berlebihan diekskresikan dalam urine disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit (diuresis osmotik). Akibat kehilangan cairan berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan berkemih (poli uri) dan rasa haus (polidipsi). Defisiensi insulin
juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat
badan . pasien juga mengalami peningkatan selera makan (polifagi) akibat penurunan
simpanan kalori.gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan
Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu
resistensi insulin dan ganguan sekresi insulin. Resistensi insulin ini disertai dengan
penurunan reaksi intra sel sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Pada gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa
darah meningkat. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif
maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejala yang dialami sering
bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi)
( Smeltzer and Bare, 2000).
Lingkungan, Genetik , Imunologi,Obesitas, Usia

Penurunan kadar insulin

Penggunaan glukosa sel menurun, glukagon meningkat Rendahnya informasi

Hiperglikemia Kurang pengetahuan

Resiko infeksi

Sel kelaparan Mual muntah, anoreksia Diuresis osmotik


Mikroangiopati

Poliuri
Sklerosis mikrovaskuler

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


Kekurangan volume cairan Neuron

Sel saraf sensori iskemik


Mata
Parestesi, kebas, kesemutan
Penurunan perfusi retina, pengendapan sorbitol (lensa keruh)

Perubahan persepsi sensori perabaan


Gangguan fungsi penglihatan

Perubahan persepsi sensori penglihatan


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien, umur, pekerjaan orang
tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat. Dalam identitas data/ petunjuk yang dapat
kita prediksikan adalah Umur, karena seseorang memiliki resiko tinggi untuk terkena diabetes
mellitus tipe II pada umur diatas 40 tahun.
2. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus datang kerumah sakit dengan keluhan utama yang berbeda-beda.
Pada umumnya seseorang datang kerumah sakit dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria,
polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi apakah terdapat
factor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus misalnya riwayat obesitas, hipertensi, atau
juga aterosclerosis
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM, penyebab terjadinya
DM serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini berhubungan dengan
proses genetik dimana orang tua dengan diabetes mellitus berpeluang untuk menurunkan
penyakit tersebut kepada anaknya.

4. Pola Aktivitas
a. Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah
tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan,
banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita.
b. Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan
pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada
eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan
istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita
d. Pola Aktivitas
Adanya kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan penderita tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga ( self esteem ).
f. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada kaki
sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
g. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi
dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
h. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya
karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
5. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda –
tanda vital.
b. Head to Toe
1) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi, kaji pula
adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah
sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis, kaji juga
adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini berhubungan erat dengan adanya
komplikasi kronis pada makrovaskuler
5) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa otot,berubah.
Pasien juga cepat lelah, lemah.
7) Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis pasien sering
mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya, tes ini
dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi
stress.
b. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidak adekuatan
kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis
B. Diagnosa keperawatan

1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah


2. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
3. Kelebihan volume cairaN
4. Nyeri akut
5. Ansietas

C. Intervensi

NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1 Risiko Setelah diberikan asuhan  NIC Label :
Ketidakstabilan keperawatan selama .... x 24 1. Hyperglycemia Management
Kadar jam diharpakan : - Pantaukadarguladarah
GlukosaDarah  NOC Label : - Pantautanda dan gejala dari
1. Blood Glucose Level hiperglikemia : polyuria,
- Guladarah polydipsia, polyphagia,
- Gula urine kelemahan, letargi, malaise,
- Keton urine kekaburan penglihatan,
ket : atausakitkepala
skala 1 = penyimpangan - Pantau keton dalam urine
parah - Pantau tekanan darah
skala2 = penyimpangan ortostatik dan nadi
substansial - Kelola insulin (seperti
skala 3 = penyimpangan ketentuan)
sedang - Pastikan intake cairan oral
skala 4 = penyimpangan - Pantau status cairan (input
ringan dan output)
skala 5 = tidak ada - Pertahankanakses IV
penyimpangan - Identifikasi penyebab pasti
2. Hyperglycemia hiperglikemia
Severity - Antisipasi kondisi ketika
- Peningkatanpengeluar kebutuhan insulin
an urine bertambah
- Peningkatan rasa haus - Kurangi latihan ketika kadar
- Kelaparan yang gula darah melebihi 250
berlebih mg/dLatauter dapat
- Malaise ketondalam urine
- Rasa tidakenak - Instruksikan pasien
- Kekaburan mengenai pencegahan dan
pengelihatan manajemen untuk
- Kehilangan berat hiperglikemia
badan tanpa alas an - Pertahankan pemantauan
- Kehilangan nafsu kadargula darah secara
makan mandiri
- Mual - Ajarkan pasien untuk
- Mukosa bibir kering menafsirkan kadar glukosa
- Konsentrasi darahnya
bercabang - Ulas catatan gula darah
- Perubahan status bersama pasien dan keluarga
mental - Instruksikan untuk
- Kadar melakukan test keton dalam
glukosadarahtinggi urine
Ket : - Anjurkan pasien dan
skala 1 = penyimpangan keluarga tentang manajemen
parah diabetes selama sakit,
skala 2 = penyimpangan termasuk penggunaan
substansial insulin dan / atau agen oral,
skala 3 = penyimpangan pemantauan asupan cairan,
sedang penggantian karbohidrat,
skala 4 = penyimpangan dan kapan harus mencari
ringan bantuan profesional
skala 5 = tidak ada kesehatan, yang sesuai
penyimpangan - Fasilitasi ketaatan diet dan
latihan
- Lakukan tes kadar glukosa
pada anggota keluarga

2. Nutritional Monitoring
- Pantau berat badan pasien
- Pantau pertumbuhan dan
perkembangan

2 Ketidakseimbanga Setelah diberikan asuhan  NIC Label :


n Nutrisi Kurang keperawatan selama .... x 24 1. Nutritional Monitoring
dari Kebutuhan jam diharpakan : - Pantau berat badan pasien
Tubuh - Pantau pertumbuhan dan
 NOC Label :
perkembangan
1. Nutritional status
- Pantau turgor kulit
- Intake nutrient
- Identifikasi abnormalitas
- Intake makanan
kulit (perdarahan, terlalu
- Intake cairan
banyak memar,
- Tenaga
penyembuhan luka yang
- Rasioberatbadandanti
buruk)
nggibadan
- Identifikasi abnormalitas
- Hidrasi
rambut (kering, rapuh,
Ket :
rontok)
skala 1 = penyimpangan - Identifikasi abnormalitas
parah kuku (bentuk sendok, rapuh,
berpuncak runcing)
skala 2 = penyimpangan - Pantau mual dan muntah
substansial - Pantau intake dan diet kalori
skala 3 = penyimpangan - Tentukan rekomendasi
sedang sumber energy (diet yang
diperbolehkan, tergantung
skala 4 = penyimpangan kondisi pasien : usia, berat
ringan badan, jenis kelamin,
aktivitas fisik)
skala 5 = tidak ada
- Identifikasi perubahan
penyimpangan
aktivitas akibat kelelahan
2. Nutritional Status : - Pantau tipe dan jumlah
Nutrient Intake latihan biasa
- Intake kalori - Pantau status mental
- Intake protein (bingung, depresi, cemas)
- Intake karbohidrat - Mulai pengobatan atau
- Intake vitamin rujukan, bila diperlukan
- Intake mineral 2. Nutrition Management
ket : - Tentukan status
nutrisipasien
skala 1 = tidakadekuat - Identifikasi alergi makanan
skala 2 = sedikitadekuat atau intoleransi
- Beritahu pasien tentang
skala 3 = cukup kebutuhan nutrisi
skala 4 = penyimpangan (diskusipanduan diet dan
ringan piramida makanan)
- Tentukan banyaknya kalori
skala 5 = adekuat dan tipe nutrisi yang
diperlukan
- Sesuaikan diet (ediakan
makanan tinggi protein,
mengurangi atau menambah
kalori, mengurangi atau
menambah vitamin, mineral,
dansuplemen)
- Rawat kebersihan mulut
pasien sebelum makan
- Kelolapengobatan/medikasis
ebelummakan
- Pantau intake dan diet kalori
- Pantau gejala kelebihan atau
kekurangan berat badan
- Instruksikan pasien untuk
memantau intake dan diet
kalori
3 Kelebihan volume NOC : Fluid Balance NIC :
cairan Fluid Management :
- Terbebas dari edema,
efusi, anasarka 1. Kaji status cairan ; timbang
- Bunyi nafas bersih,tidak berat badan,keseimbangan
adanya dipsnea masukan dan haluaran, turgor
- Memilihara tekanan kulit dan adanya edema
vena sentral, tekanan 2. Batasi masukan cairan
kapiler paru, output 3. Identifikasi sumber potensial
jantung dan vital sign cairan
normal. 4. Jelaskan pada pasien dan
keluarga rasional pembatasan
cairan
5. Kolaborasi pemberian cairan
sesuai terapi.

Hemodialysis therapy
1. Ambil sampel darah dan
meninjau kimia darah
(misalnya BUN, kreatinin,
natrium, pottasium, tingkat
phospor) sebelum perawatan
untuk mengevaluasi respon
thdp terapi.
2. Rekam tanda vital: berat
badan, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan darah
untuk mengevaluasi respon
terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi
untuk menghilangkan jumlah
yang tepat dari cairan berlebih
di tubuh klien.
Bekerja secara kolaboratif
dengan pasien untuk
menyesuaikan panjang dialisis,
peraturan diet, keterbatasan
cairan dan obat-obatan untuk
mengatur cairan dan elektrolit
pergeseran antara pengobatan
4 Gangguan Rasa NOC : NIC :
Nyaman (Nyeri a. Pain level a. Lakukan pengkajian nyeri
Akut ) b. Pain control secara komprehensif termasuk
c. Comfort level lokasi, karakteristik, furasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
Setelah dilakukan tindakan presipitasi
keperawatan selama ... x 24 b. Observasi reaksi nonverbal
jam. Pasien tidak dari ketidaknyamanan
mengalami nyeri, dengan : c. Bantu pasien dan keluarga
untuk mrncari dan menemukan
dukungan
Kriteria Hasil
d. Kontrol lingkungan yang dapat
a. Mampu mengontrol mempengaruhi nyeri seperti
nyeri (tahu penyebab suhu rungan, pencahayaan dan
nyer, mampu kebisingan
menggunakan teknik e. Kurangi faktor presipitasi
nonfarmakologi untuk nyeri
mengurangi nyeri, f. Kaji tipe dan sumber nyeri
mencari bantuan) untuk menentukan intervensi
b. Melaporkan bahwa g. Ajarkan tentang teknik non
nyeri berkurang dnegan farmakologi : napas dalam,
menggunakan relaksasi, distraksi, kompres
manajemen nyeri hangat/dingin
c. Mampu mengenali nyeri h. Berikan informasi tentang
(skala, intensitas, nyeri seperti penyebab nyeri,
frekuensi dan tanda berapa lama nyeri akan
nyeri) berkurang dan antisipasi
d. Menyatakan rasa ketidaknyamanan dari
nyaman setelah nyeri prosedur
berkurang i. Monitor vital sign sebelum
e. Tanda vital dalam dan sesudah pemberian
rentang normal analgesik
f. Tidak mengalami
gangguan tidur

5 Ansietas NOC NIC


 Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan
 Anxiety level kecemasan)
 Coping
a. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Setelah melakukan asuhan
b. Jelaskan semua prosedur dan
keperawatan 3x24 jam
apa yang dirasakan selama
diharapkan rasa cemas
prosedur
pasien berkurang dengan
c. Pahami prespektif pasien
Kriteria Hasil :
terhadap situasi stress
1 Klien mampu d. Temani pasien untuk
mengidentifikasi dan memberikan keamanan dan
mengungkapkan gejala mengurangi takut
cemas e. Dorong keluarga untuk
2 Mengidentifikasi, menemani pasien
mengungkapkan dan f. Dengarkan dengan penuh
menunjukkan tehnik perhatian
untuk mengontrol cemas g. Identifikasi tingkat kecemasan
3 Vital sign dalam batas h. Bantu pasien mengenal situasi
normal yang menimbulkan kecemasan
4 Postur tubuh, ekspresi i. Dorong pasien untuk
wajah, bahasa tubuh dan mengungkapkan perasaan,
tingkat aktivitas ketakutan, persepsi
menunjukkan j. Instruksikan pasien
berkurangnya menggunakan teknik relaksasi
kecemasan
D. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap


pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan
diantaranya : Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ;
ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi
intervensi dan respon pasien. Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara
kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan pasien atau
kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi merupakan proses yang
interaktif dan kontinu karena setiap tindakan keperawatan dilakukan, respon klien dicatat
dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang yang diharapkan. Kemudian
berdasarkan respon klien, direvisi intervensi keperawatan atau hasil yang diperlukan. Ada 2
komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan computer keperawatan, yaitu :

1. Proses (sumatif)
Fokus tiopeini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan sesudah perencanaan
keperawatan, dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
2. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir tindakan keperawatan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth , 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Terjemahan Suzanne C.
Smeltzer. Edisi 8. Vol 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M., Wagner, Sheryl M. 2013.
Nursing Intervension Classification (NIC) Sixth Edition. St Louis Missouri : Elsevier Mosby

Lynda Juall Carpenito. 2001.Handbook Of Nursing Diagnosis.Edisi 8. Jakarta : EGC.

Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, Meridean L., Swanson, Elizabeth. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Measurement of Health Outcomes Fifth Edition. St Louis
Missouri : Elsevier Mosby

Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC NOC (Indonesian Version) Jilid 3. Yogyakarta : Mediaction

Mansjoer, Arif, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius

Price, SA. 2000. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih


Bahasa Peter. Jakarta : EGC

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC:
Jakarta

Wijaya &Putri . 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai