Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Disusun Untuk Tugas Minggu Keenam


Departemen Keperawatan Gadar dan Kritis

Disusun oleh :
Mia Sabrina
19650124

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
April 2020
KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration
rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai
kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan
samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan,
dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2010).

B. ETIOLOGI

Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal.
Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
1. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteri renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli arteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubuler
ginjal.
6. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8. Nefropati obstruktif                           
a. Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
b. Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali congenital
pada leher kandung kemih dan uretra
C. MANIFESTASI KLINIS

1. Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia

a. Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa sal.cerna, gangguan
pembekuan, masa hidup eritrosit memendek, bilirubuin serum meningkat/normal, uji
comb’s negative dan jumlah retikulosit normal.
b. Defisiensi hormone eritropoetin

Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) → def. H eritropoetin → Depresi


sumsum tulang → sumsum tulang tidak mampu bereaksi terhadap proses
hemolisis/perdarahan → anemia normokrom normositer.
2. Kelainan Saluran cerna
a. Mual, muntah, hicthcup
dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia (NH3) → iritasi/rangsang mukosa
lambung dan usus.
b Stomatitis uremia

Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak mengandung urea
dan kurang menjaga kebersihan mulut.

c  Pankreatitis

Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.

3. Kelainan mata

4. Kardiovaskuler :

a. Hipertensi
b. Pitting edema
c. Edema periorbital
d. Pembesaran vena leher
e. Friction Rub Pericardial

5. Kelainan kulit

a. Gatal

Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:

1). Toksik uremia yang kurang terdialisis

2). Peningkatan kadar kalium phosphor

3). Alergi bahan-bahan dalam proses HD


b. Kering bersisik

Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea di bawah kulit.

c. Kulit mudah memar

d. Kulit kering dan bersisik

e. Rambut tipis dan kasar

5.  Neuropsikiatri

6.  Kelainan selaput serosa

7.  Neurologi :

a. Kelemahan dan keletihan


b. Konfusi
c. Disorientasi
d. Kejang
e. Kelemahan pada tungkai
f. Rasa panas pada telapak kaki
g. Perubahan Perilaku

8.  Kardiomegali.
Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi ginjal yang serupa
yang disebabkan oleh desstruksi nefron progresif. Rangkaian perubahan tersebut biasanya
menimbulkan efek berikut pada pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan
terus mendekati nol, maka pasien menderita apa yang disebut Sindrom Uremik

Terdapat dua kelompok gejala klinis :

a. Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan dan elektrolit,
ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen dan metabolit lainnya, serta
anemia akibat defisiensi sekresi ginjal.
b. Gangguan kelainan CV, neuromuscular, saluran cerna dan kelainan lainnya.
D. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal
yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau mengobati
komplikasi (Smeltzer, 2009; Rubenstain dkk, 2014). Terapi konservatif tidak dapat mengobati
GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang dibutuhkan adalah
terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses
penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan) dan
mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-hari dengan
nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori nonprotein yang adekuat
untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan hematologi,
penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap atau
transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan bila :
 Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Overload cairan (edema paru)
 Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
 Efusi perikardial
 Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.

Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
a. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa
kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
b. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
c. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
d. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
2. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
3. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada usia
lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
4. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises, dan
ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter
proksimal, kandung kemih dan prostat.
5. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal
6. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
7. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
8. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
10. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
11. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu untuk
mengetahui etiologinya.
12. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
a. Laju endap darah
b. Urin
1) Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
2) Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
1. bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna
kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
3) Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
1. ginjal berat).
4) Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio
1. urine / ureum sering 1:1.
c. Ureum dan Kreatinin
1) Ureum:
2) Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
2. tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
d. Hiponatremia
e. Hiperkalemia
f. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
g. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
h. Gula darah tinggi
i. Hipertrigliserida
j. Asidosis metabolik
F. PATWAYS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. BIODATA
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami CKD
dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan,
penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan
lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan
kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup
air minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat..
B. KELUHAN UTAMA
Badan lemah, cepat lelah, nampak sakit, pucat keabu-abuan, kadang-kadang disertai udema
ekstremitas, napas terengah-engah
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari compos
mentis sampai coma.
2. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
3. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
4. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor
dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut
pucat dan lidah kotor.
5. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
6. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas,
pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah),
terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
7. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit. Biasanya asites,
perut berbentuk cembung mengkilat. Nyeri tekan pada ulu hati jika ditekan.
8. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.

9. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary
Refill lebih dari 1 detik.
10. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan
terjadi perikarditis. Terjadi pruritis.
D. DIAGNOSA/ MASALAH KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi cairan
dan natrium.
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual muntah.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan
sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialysis.
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus sekunder terhadap
adanya edema pulmoner.
7. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan
frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan elektrolit).

E. RENCANA INTERVENSI
Diagnosa INTERVENSI
No
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan
1. Kelebihan volume NOC : Fluid Management :
cairan b.d penurunan Tujuan:
1. Kaji status cairan ; timbang berat
haluaran urin dan
Setelah dilakukan asuhan badan,keseimbangan masukan
retensi cairan dan
keperawatan selama 3x24 dan haluaran, turgor kulit dan
natrium.
jam volume cairan adanya edema
Berat badan seimbang. 2. Batasi masukan cairan
meningkat pada
waktu yang singkat 3. Identifikasi sumber potensial
Kriteria Hasil:
-          Asupan cairan
berlebihan dibanding
output NOC : Fluid Balance 4. Jelaskan pada pasien dan keluarga
-          Tekanan darah
berubah, tekanan rasional pembatasan cairan
 Terbebas dari edema,
arteri pulmonalis 5. Kolaborasi pemberian cairan
berubah, peningkatan efusi, anasarka
CVP sesuai terapi.
-          Distensi vena  Bunyi nafas
jugularis bersih,tidak adanya
-          Perubahan pada
pola nafas, dipsnea Hemodialysis therapy
dyspnoe/sesak nafas,
orthopnoe, suara  Memilihara tekanan
1. Ambil sampel darah dan meninjau
nafas abnormal vena sentral, tekanan
(Rales atau crakles), kimia darah (misalnya BUN,
kongestikemacetan kapiler paru, output
kreatinin, natrium, pottasium,
paru, pleural effusion
jantung dan vital
-          Hb dan tingkat phospor) sebelum
hematokrit menurun, sign normal.
perubahan elektrolit, perawatan untuk mengevaluasi
khususnya perubahan respon thdp terapi.
berat jenis
-          Suara jantung 2. Rekam tanda vital: berat badan,
SIII
-          Reflek denyut nadi, pernapasan, dan
hepatojugular positif tekanan darah untuk mengevaluasi
-          Oliguria,
azotemia respon terhadap terapi.
-          Perubahan status
3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk
mental, kegelisahan,
kecemasan menghilangkan jumlah yang tepat
dari cairan berlebih di tubuh klien.

2. Gangguan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan asuhan Nutritional Management
tubuh b.d anoreksia keperawatan selama 3x24 1. Monitor adanya mual dan muntah
mual muntah jam nutrisi seimbang dan 2. Monitor adanya kehilangan berat
Berat badan 20 % adekuat. badan dan perubahan status nutrisi.
atau lebih di bawah
ideal Kriteria Hasil: 3. Monitor albumin, total protein,
-    Dilaporkan adanya
intake makanan yang hemoglobin, dan hematocrit level
kurang dari RDA NOC : Nutritional Status
yang menindikasikan status nutrisi
(Recomended Daily
Allowance)  Nafsu makan meningkat dan untuk perencanaan treatment
-    Membran mukosa
 Tidak terjadi penurunan selanjutnya.
dan konjungtiva pucat
-    Kelemahan otot BB 4. Monitor intake nutrisi dan kalori
yang digunakan untuk
menelan/mengunyah  Masukan nutrisi adekuat klien.
-    Luka, inflamasi 5. Berikan makanan sedikit tapi
pada rongga mulut  Menghabiskan porsi
-    Mudah merasa makan sering
kenyang, sesaat
setelah mengunyah  Hasil lab normal 6. Berikan perawatan mulut sering
makanan
-    Dilaporkan atau (albumin, kalium) 1. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
fakta adanya pemberian diet sesuai terapi
kekurangan makanan
-    Dilaporkan adanya
perubahan sensasi
rasa
-    Perasaan
ketidakmampuan
untuk mengunyah
makanan
-    Miskonsepsi
-    Kehilangan BB
dengan makanan
cukup
-    Keengganan untuk
makan
-    Kram pada
abdomen
-    Tonus otot jelek
-    Nyeri abdominal
dengan atau tanpa
patologi
-    Kurang berminat
terhadap makanan
-    Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
-    Diare dan atau
steatorrhea
-    Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
-    Suara usus
hiperaktif
-    Kurangnya
informasi,
misinformasi

3. Perubahan pola napas NOC : NIC :


berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Respiratory Monitoring
hiperventilasi paru keperawatan selama 1x24
1. Monitor rata – rata, kedalaman,
jam pola nafas adekuat.
irama dan usaha respirasi
Kriteria Hasil: 2. Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
NOC : Respiratory Status
tambahan, retraksi otot
 Peningkatan ventilasi supraclavicular dan intercostal
dan oksigenasi yang 3. Monitor pola nafas : bradipena,
adekuat takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
 Bebas dari tanda tanda cheyne stokes
distress pernafasan 4. Auskultasi suara nafas, catat area
 Suara nafas yang bersih, penurunan / tidak adanya ventilasi
tidak ada sianosis dan dan suara tambahan
dyspneu (mampu Oxygen Therapy
mengeluarkan sputum,
1. Auskultasi bunyi nafas, catat
mampu bernafas dengan
adanya crakles
mudah, tidak ada pursed
2. Ajarkan pasien nafas dalam
lips)
3. Atur posisi senyaman mungkin
 Tanda tanda vital
4. Batasi untuk beraktivitas
dalam rentang
5. Kolaborasi pemberian oksigen
normal
4. Gangguan perfusi NOC : NIC :
jaringan berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji adanya sesak nafas dan nyeri
dengan penurunan keperawatan selama 3x24 setelah aktivitas
suplai O2 dan nutrisi jam perfusi jaringan 2. Tingkatkan level aktivitas klien
ke jaringan sekunder adekuat. sesuai kondisi
Batasan karakteristik : 3. Ciptakan lingkungan yang tenang
Renal Kriteria Hasil:
-          Perubahan da aman selama aktivitas
tekanan darah di luar NOC: Circulation Status 4. Edukasi tentang level aktivitas
batas parameter
-          Hematuria  Membran mukosa yang boleh dilakukan klien
-          Oliguri/anuria
-          Elevasi/penuruna merah muda 5. Monitor adanya kecemasan
n BUN/rasio kreatinin 6. Monitor intake nutrisi sebagai
Gastro Intestinal   Conjunctiva tidak
-          Secara usus anemis sumber energy
hipoaktif atau tidak
7. Kaji pengetahuan keluarga
ada  Akral hangat
-          Nausea tentang kelelahan
-          Distensi  TTV dalam batas
abdomen normal.
-          Nyeri abdomen
atau tidak terasa  Tidak ada edema
lunak (tenderness)
Peripheral 
-          Edema
-          Tanda Homan
positif
-          Perubahan
karakteristik kulit
(rambut, kuku,
air/kelembaban)
-          Denyut nadi
lemah atau tidak ada
-          Diskolorisasi kulit
-          Perubahan suhu
kulit
-          Perubahan
sensasi
-          Kebiru-biruan
-          Perubahan
tekanan darah di
ekstremitas
-          Bruit
-          Terlambat
sembuh
-          Pulsasi arterial
berkurang
-          Warna kulit pucat
pada elevasi, warna
tidak kembali pada
penurunan kaki
Cerebral
-          Abnormalitas
bicara
-          Kelemahan
ekstremitas atau
paralis
-          Perubahan status
mental
-          Perubahan pada
respon motorik
-          Perubahan reaksi
pupil
-          Kesulitan untuk
menelan
-          Perubahan
kebiasaan
Kardiopulmonar 
-          Perubahan
frekuensi respirasi di
luar batas parameter
-          Penggunaan otot
pernafasan tambahan
-          Balikkan kapiler >
3 detik (Capillary
refill)
-          Abnormal gas
darah arteri
-          Perasaan
”Impending Doom”
(Takdir terancam)
-          Bronkospasme
-          Dyspnea
-          Aritmia
-          Hidung
kemerahan
-          Retraksi dada
-          Nyeri dada
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Dialisis Pada Diabetes Melitus. http://internis.files.wordpress.com/2011/01/dialisis-pada-
diabetes-melitus.pdf diakses pada tanggal 23 Februari 2014
Anita dkk. Penggunaan Hemodialisis pada Bidang Kesehatan yang Memakai Prinsip Ilmu Fisika.
http://dc128.4shared.com/doc/juzmT0gk/preview.html diakses pada tanggal 23 Februari 2014
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to Understanding
and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi 8.
Jakarta : EGC. 2011
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Anda mungkin juga menyukai