Di susun oleh :
2019
1. Anatomi Fisiologi sistem gastrointestinal dan sertakan gambar !
Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, antara lain adalah:
Proses pencernaan di mulai dari mulut, waktu kita mengunyah, akanan dipotong-potong
oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Sementara makanan bercampur dengan
cairan ludah untuk memudahkan proses menelan. Proses mengunyah disebut mastikasi.
Cairan ludah dapat membantu melarutkan makanan sehingga kita dapat merasakan,
sehingga partikel dalam larutan dapat bereaksi dengan kemoreseptor dalam mulut, ketika
terstimulasi indera pengecap dapat mendeteksi satu atau empat dasar sensasi rasa:
manis,asam,pahit,dan asin Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Lidah yang kita gunakan bukan hanya untuk merasakan makanan saja, tetapi juga untuk
memindahkan makanan-makanan didalam rongga mulut,tetapi juga membantu
mengunyah dan menelan. Ketika menelan makanan melewati epligotis, suatu katup yang
mencegah makanan masuk trakea ke paru-paru. Proses menelan makanan disebut bolus.
2. Kerongkongan (esophagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan
dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6
tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan
otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
Esophagus orang dewasa diperkirakan panjangnya 25 cm dan memanjang dari poester
orophariynx setinggi cartilage cricoid sampai hiatus diaframgatikus dimana akan
memasuki lambung pada esophagogastric junction. Mukosa esophagus dilapisi oleh epitel
bertingkat skuamosa dengan keratininasi belum lengkap dan tebal yang memberikan
perlindungan terhadap abrasi selama bolus makanan yang ditelan melintas, dan juga
terhadap relfluks asam lambung.
3. Faring
Fungsi Faring
- Swallowing, fase involutari dari menelan menggerakkan bolus dari mulut ke esofagus.
Makanan dicegah agar tidak masuk ke dalam nasal cavity oleh soft palate dan
mencegah masuk ke dalam sistem pernafasan bagian bawah (Mc Graw Hill, 2004).
- Breathing, udara masuk melalui hidung atau mulut melewati faring menuju ke saluran
pernafasan bawah.
- Protection, mukus menyediakan lubrikasi.
a. Bagian-bagian Faring
Faring terdiri dari tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Secara
normal, makanan dapat masuk melalui orofaring dan laringofaring. Nasofaring
berfungsi sebagai saluran dalam masuknya udara selama bernafas dan berhubungan
dengan fungsi pendengaran. Orofaring berada dibagain posterior mulut, sebagai saluran
masuknya mulut dan menuju ke lambung dan juga berfungsi sebagai saluran udara
untuk pernafasan. Laringofaring berada di bawah orofaring, memanjang dari epiglotis
ke bagian bawah kartilago kortikoid dari laring dan memiliki fungsi yang sama dengan
orofaring.
4. Lambung (Ventrikulus)
Organ yang menyerupai kantung yang terletak antara esophagus dan usus halus.
Fungsinya adalah menyimpan, melarutkan, dan mencerna makromolekul makanan dan
mengatur pengosongan lambung menuju usus halus.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida
(HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel –
sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida menciptakan suasana
yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman
lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri
Lambung menghasilkan getah lambung yang terdiri atas:
a. air dan lendir;
b. ion-ion organik,
c. asam lambung (HCl), dan
d. enzim – enzim pencernaan (Pepsin, Renin dan Lipase).
5. Pankreas
Pankreas juga merupakan organ tambahan pada sistem pencernaan. Pankreas memiliki
panjang kurang dari 12 cm dan tebal 2,5 cm. pankreas terbagi atas tiga bagian, yaitu
bagian kepala yang melekat pada duodenum, bagian badan yang merupakan bagian
tengah pankreas, dan bagian ekor yang merupakan bagian yang memanjang ke arah ujung
kiri atas. Pankreas terletak di bawah lambung dan mempunyai dua saluran yaitu: saluran
(ductus) wirsungi dan saluran (ductus) sastorini yang berfungsi mengalirkan getah yang
disekresikan pankreas ke duodenum.
Pankreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Di dalam getah pankreas terdapat
enzim-enzim pencernaan, yaitu:
a) Tripsinogen berupa proenzim suatu protease yang belum aktif.
Tripsinogen akan diaktifkan oleh enterokinase yang dihasilkan usus halus menjadi
tripsin. Tripsin berfungsi memecah protein menjadi Pepton,
b) Kimotripsinogen merupakan proenzim yang akan diaktifkan oleh tripsin menjadi
kimotripsin yang berfungsi mengubah protein dan proteosa menjadi pepton, perptida dan
asam amino, c) Lipase Pankreas( steapsin) merupakan enzim yang memecah emulsi
lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
d) Amilopepsin (amylase pankreas) meruupakan enzim yang memecah amilum dan
dekstrin menjadi maltose dan glukosa.
e) Ribonuklease dan deoksiribonuklease, merupakan enzim yang mencerna DNA/RNA
menjadi nukleotida.
Sebagai kelenjar endoktrin, Pankreas menghasilkan beberapa jenis hormon, yaitu: a)
Sekretin, hormon yang berfungsi merangsang sel-sel pankreas untuk mensekresikan getah
pankreas, HCO3 dan juga mengurangi sekresi getah lambung. b) Koleisistokinin, hormon
yang berfungsi merangsang sel-sel pancreas mensekresikan getah pankreas vang kaya
enzim dan menyebabkan kontraksi pada kandung empedu.
f) Insulin, hormon yang sangat penting dalam mensintesis glikogen dari glukosa.
Kekurangan produksi hormon insulin akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus (DM
).
1. Sindrom Zollinger-Ellison: Ini adalah penyakit langka, di mana tumor terbentuk di dalam
usus, yang menyebabkan produksi sejumlah besar asam dalam perut. Tumor disebut
gastrinomas, dan mereka bisa kanker (ganas) serta non-kanker (jinak).
Alasan perlu perawatan kritis : untuk mengurangi jumlah produksi hormone gastrin dalam
jumlah besar yang menyebabkan produksi asam lambung meningkat. Dapat meneybabkan
tukak lambung ,diare,serta penyakit pencernaan lainnya.
2. Dispepsia : Definisi dispepsia sampai saat ini disepakati oleh para pakar dibidang
gastroenterologi adalah kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) rasa tidak nyaman atau
nyeri yang dirasakan di daerah abdomen bagian atas yang disertai dengan keluhan lain
yaitu perasaan panas di dada dan perut, regurgitas, kembung, perut terasa penuh, cepat
kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah dan banyak mengeluarkan gas asam dari
mulut.
Alasan perlu perawatan kritis :
3. Ulkus Peptikum: borok atau luka yang terbentuk pada lapisan lambung. Ulkus peptikum
dikategorikan ke dalam jenis yang berbeda, yaitu, ulkus esofagus, ulkus duodenum, ulkus
lambung.
4. Hernia inguinalis: Hal ini terjadi ketika bagian dari rongga perut menonjol melalui kanalis
inguinalis. Hal ini menyebabkan tonjolan di daerah yang bisa menyakitkan.
5. Abses Hati: Ini adalah pembentukan nanah di dalam hati. Ini bisa menjadi kondisi yang
berpotensi mengancam nyawa.
Dapat mengganggu dalam produksi empedu dan enzim dalam membantu pencernaan
makanan, serta menghilangkan racun pada tubuh
6. Gastritis: Gastritis adalah inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.
Inflamasi ini kadang-kadang terjadi superficial atau di permukaan mukosa lambung saja
sehingga tidak begitu nyeri, jadi tadak begitu mengganggu. Akan tetapi, bila inflamasi
telah mengenai samapi kedalam mukosa lambung, maka akan timbul nyeri di daerah
epigastrum. gastritis bisa pula menjadi sangat akut dan berat dengan ekskoriasi ulseratif
(luka bertukak) mukosa lambung yang disebabkan oleh aktifitas sekresi sel peptik dari
lambung sendiri, yaitu berupa enzim pepsin (Herman, 2004).
7. Apendisitis: Ini adalah peradangan usus buntu. Ini adalah kondisi serius yang memerlukan
operasi pengangkatan segera usus buntu.
Alasan perlu perawatan kritis : Keadaan darurat medis membutuhkan operasi yang cepat.
Tanpasdiobati usus buntu ang meradang akirnya akan meledak/perforasi. Jika tidak segera
ditangani akan meradang dan membetuk jaringan parut dan abses
8. Kanker Lambung : Tumor jinak di lambung agaknya tidak menimbulkan gejala atau
masalah medis. Tetapi kadangkadang, beberapa mengalami perdarahan atau berkembang
menjadi kanker.
Alasan perlu perawatan kritis : Gejala kanker lambung bisa dikelirukan dengan tukak
lambung. Bila gejala tidak hilang setelah penderita minum obat untuk ulkus atau bila
gejalanya meliputi penurunan berat badan, maka dicurigai suatu kanker lambung.
Pemeriksaan rontgen yang menggunakan barium untuk menandai perubahan di permukaan
lambung sering dilakukan, tetapi jarang bisa menemukan kanker lambung yang kecil dan
dalam stadium awal.
9. Infeksi lambung adalah penyakit yang ditandai dengan rasa sakit dan juga terasa panas di
lambung dalam jangka waktu yang lama, menyerang kalangan dalam berbagai usia.
Alasan perlu perawatan kritis : Infeksi lambung disebabkan oleh kuman ataupun bakteri
Helicobakter Pylori (H. Pylori) yang tumbuh di permukaan dinding lambung kemudian
menghasilkan enzim yang bias merusak lapisan mukosa lambung.
10. Diare, gangguan ini terjadi karena terganggunya penyerapan air pada usus besar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bakteri atau infeksi kuman.
11. Maag, gangguan ini dapat terjadi karena produksi asam lambung berlebih. Gejala dari
gangguan ini, yaitu terasa mual dan perih pada lambung. Untuk menghindari gangguan
tersebut, dapat dilakukan dengan pola makan yang teratur dan tepat waktu.
12. Paroti-tis (gondong), yaitu gangguan pada kelenjar parotid yang membengkak.
Gangguan ini disebut juga penyakit gondong.
13. Gastroparesis: Hal ini disebabkan karena fungsi yang tidak tepat dari otot-otot perut,
yang menyebabkan ketidakmampuan lambung untuk dikosongkan dengan benar. Merasa
cepat kenyang, kehilangan nafsu makan, muntah, mual, dll, adalah beberapa gejala.
Penyebab dari penyakit tukak pada lambung ini adalah karena adanya luka pada lambung
sejenis lubang (erosi) didalam beberapa bagian dari dalam saluran pencernaan. Jenis Tukak
pada lambung yaitu tukak gatrik dan peptic (gastric ulcer), namun jenis yang paling umum
adalah jenis tukak duodenum. Tukak duodenum yaitu suatu tanda yang terdapat pada usus
duodenum yang ± 12 inchi jaraknya dari lambung.
15. Barret esofagus: Ini adalah komplikasi GERD. Orang yang menderita Barrett Esophagus
berada pada risiko tinggi menderita kanker esofagus.
16. Penyakit Seliak: Ini adalah gangguan autoimun, mempengaruhi usus halus. Orang akan
mengalami efek samping yang parah saat mengkonsumsi makanan yang mengandung
gluten.
17. Crohn: Ini adalah penyakit inflamasi usus (IBD), ditandai dengan peradangan pada
lapisan saluran usus. Fungsi yang tidak tepat dari sistem kekebalan tubuh dan gangguan
genetika diyakini sebagai penyebab yang mungkin.
Sumber :
Anonim, 2008, ISO FARMAKOTERAPI, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, PT ISFI
Penerbitan, Jakarta
Aridha, N. 2007. Gambaran strain helicobacter pilory pada penderita gastritis kronis dan
ulkus lambung, Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP M.Djamil / Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia, Padang.
Asminarsih, Z.P. 2009, Pengaruh Tekhnik relaksasi progresif terhadap respon nyeri, Tesis
Fakultas Ilmu Keperarawatan Universitas Indonesia. Jakarta.
Diyono, Sri Mulyanti. 2013. Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Pencernaan. Jakarta :
KENCANA
Dermawan deden & Tutik Rahayuningsih.2010. Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Pencernaan. Yogyakarta : Gosyen publishing
1. Antasida Oral
1. Indikasi :
2. Efek Samping :
3. Alkalinisasi urin dapat menjadi predisposisi infeksi saluran kencing; apabila kronik,
urolitiasis dapat terjadi.
4. Peningkatan pH urin yang bertahan hingga >24 jam setelah pemberian antasida, dapat
memengaruhi kemampuan ginjal dalam mengeliminasi obat-obatan.
3. Kontra Indikasi :
1. Pasien dengan hipertensi atau penyakit jantung kemungkinan tidak dapat mentoleransi
peningkatan sodium yang berhubungan dengan penggunaan antasida jangka panjang.
3. Gagal ginjal.
4. Cara Pemberian
Antasida obat sediaan tablet di konsumsi secara oral dikunyah terlebih dahulu sebelum
ditelan, sedangkan yang cair dikocok dulu sebelum diminum
5. Tindakan Keperawatan
2. Metronidazole
Obat antimokroba untuk mengatasi infeksi pada bagian tubuh seperti rongga perut,rongga
panggul, dan gusi
1. Indikasi
Pengobatan infeksi karena bakteri anaerob, Amubiasis, giardiais.
2. Efek Samping
Mual, muntah, gangguan daya pengecap, lidah berbulu, ruam kulit, urine waran gelap,
konstipasi.
3. Kontra Indikasi
1. Hipersensitif. Hamil trimester ke-1.
2. Gangguan ginjal
3. Gangguan hati
4.Gangguan saraf
5. Epilepsi
6. Laktasi
4. Cara Pemberian
5. Tindakan Keperawatan
3. Omeprazole
Obat yang digunakan untuk refluks gastroesofagus, ulkus peptikum, dan sidnrom zollinger-
Ellison
1. Indikasi
Terapi jangka pendek usus 12 jari dan tukak lambung. Refluks esofagitis erosif atau
ulseratif. Terapi jangka panjang untuk sindroma Zollinger-Ellison.
2. Efek Samping
Pengunaan dosis besar dan lama dapat menstimulasi pertumbuhan sel ECL
(enterochromalfin-likecells). Pertumbuhan berlebihan dari dalam sel GI (pada
penggunaan jangka lama).
3. Kontra Indikasi
Omeprazole tergolong dalam obat golongan proton pump inhibitors (PPIs). Pemberian
PPI secara intravena sekali sehari (dalam dosis yang sama seperti yang digunakan
secara oral) kemungkinan sudah mencukupi untuk mencapai tingkat HCl yang
diinginkan. selain intravena tersedia omeprazole tablet.
4. Ranitidin
1. Indikasi
Ranitidi digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan deudenum akut, refluk
esofagitis, keadaan hipersekresi asam lambung patologis seperti pada sindroma
ZollingerEllison. Hipersekresi pasca bedah.
2. Efek Samping
a. Kadang-kadang terjadi nyeri kepala, malaise, mialgia, mual dan pruritus.
5. Pantoprazole
Benzimidazole tersubtitusi yang menghambat sekresi asam klorida di dalam lambung oleh
kerja spesifik pompa proton dari sel parietal. Pantoprazole dikonversi menjadi bentuk aktif
di lingkungan asam dalam sel-sel parietal dengan cara menghambat enzim H+, K+ – ATP-
ase, yang merupakan tahap akhir pada produksi asam klorida di dalam lambung.
1. Indikasi
Untuk pengobatan kondisi hipersekresi patologis yang berhubungan dengan Sindroma
Zollinger-Ellison atau kondisi-neoplastik lainnya, ulkus duodenum, ulkus lambung,
kasuskasus sedang dan berat pada inflamasi esofagus (esophagitis refluks).
2. Efek samping
Diare, sakit kepala. Jarang terjadi: mual, nyeri perut bagian atas, perut kembung, ruam,
pruritus atau pusing, sembelit, gangguan dalam penglihatan (kabur), arthralgia,
leukopenia,
trombositopenia, tromboflebitis di tempat suntikan, edema perifer, kerusakan
hepatoseluler
berat menyebabkan penyakit kuning dengan atau tanpa kegagalan hati, reaksi
anafilaksis
termasuk syok anafilaktik, myalgia, depresi mental, nefritis interstisial, urtikaria,
angioedema, reaksi kulit yang parah seperti sindroma Steven – Johnson, Eritema
multiforme, Lyell -Sindrom, fotosensitifitas.
3. Kontra Indikasi
Kerusakan hati, kehamilan. PANTOPRAZOLE i.v. tidak boleh digunakan pada kasus-
kasus dengan hipersensitivitas terhadap konstituen.
4. Cara Pemberian
1. Pemberian secara intravena PANTOPRAZOLE i.v. dianjurkan jika tidak dapat
diberikan secara oral
2. Pembuatan larutan siap-pakai dipersiapkan dengan cara menyuntikkan 10 ml larutan
NaCl 0,9% ke dalam botol yang berisi serbuk zat aktif kering. Larutan ini dapat
diberikan langsung atau bisa diberikan setelah dicampur dengan 100 ml larutan NaCl
0,9% atau glukosa 5%.
3. Larutan yang sudah dipersiapkan tersebut harus digunakan dalam waktu 8 jam. Dari
pertimbangan mikrobiologi, produk harus digunakan segera. Jika tidak langsung
digunakan, waktu penyimpanan dan kondisi sebelum digunakan adalah tanggung
jawab pelaksana dan biasanya tidak lebih dari 8 jam pada suhu kurang dari 25°C.
4. PANTOPRAZOLE i.v. tidak boleh dibuat atau dicampur dengan pelarut lain selain
yang telah disebutkan.
5. Obat ini harus diberikan secara intravena selama 2-15 menit.
6. Segera setelah pemberian secara oral memungkinkan, pengobatan dengan
PANTOPRAZOLE i.v. harus dihentikan dan 40 mg pantoprazole per oral harus
diberikan sebagai penggantinya.
7. Bila ada yang tersisa dalam wadah atau penampilan visualnya telah berubah
(misalnya menjadi berkabut atau ada endapan), larutan ini
5. Tindakan Keperawatan
Perawat memberikan obat secara iv maupun oral tergantung obat yang dianjurkan oleh
dokter
6. ANTIEMETIK
Obat antiemetik digunakan untuk mengobati atau mencegah mual (sensasi lambung
menyenangkan biasanya sebelumnya muntah) atau muntah (pengusiran paksa isi lambung
melalui mulut). Individu mungkin mengalami mual karena mabuk atau kondisi yang disebut
vertigo (sensasi berputar atau gerak rotasi-type).
1. Indikasi
Antiemetik digunakan untuk mengobati mual dan muntah, biasanya dengan pemberian
preventif (pencegahan):
- Sebelum operasi untuk mencegah muntah selama operasi
- Segera setelah operasi ketika pasien pulih dari anestesi
- Sebelum, selama, dan setelah pemberian antineoplastik obat yang menginduksi tingkat
tinggi mual dan muntah
- Selama terapi radiasi ketika saluran GI adalah dalam pengobatan bidang
Antiemetik juga digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan virus dan reaksi obat
yang merugikan.
2. Efek samping
Efek samping yang paling umum yang dihasilkan dari obat berbagai tingkat kantuk
3.Kontraindikasi
Obat anti muntah kontraindikasi pada pasien dengan dikenal hipersensitivitas terhadap
obat ini atau dengan depresi SSP berat. Antagonis reseptor 5-HT3 tidak boleh digunakan
oleh pasien dengan blok jantung atau interval QT berkepanjangan. Secara umum, obat ini
tidak dianjurkan selama kehamilan dan menyusui, atau untuk muntah tanpa komplikasi
pada anak-anak. Proklorperazin merupakan kontraindikasi pada pasien dengan sumsum
depresi tulang, diskrasia darah, Parkinson'sdisease, atau hati berat atau penyakit
kardiovaskular. Thiethylperazine adalah obat kategori kehamilan X dan merupakan
kontraindikasi selama masa kehamilan.
4. Interaksi
Interaksi berikut dapat terjadi ketika sebuah antiemetik adalah diberikan dengan agen
lain:
Interaksi Obat Penggunaan umum Pengaruh interaksi
depresan SSP Manajemen alergi Peningkatan risiko
dan gangguan sedasi
pernapasan
Antihistamin Manajemen lambung peningkatan
kesulitan merugikan
blocking
kolinergik
efek
Antasida TB / manusia penyerapan menurun
immunodeficiency dari antiemetik
rifampisin dengan infeksi virus Efektivitas menurun
reseptor 5-HT3 pengelolaan 5-HT3 receptor
antagonis antagonis
lithium dengan Manajemen bipolar Peningkatan risiko
proklorperazin kekacauan efek
ekstrapiramidal
5. Proses Keperawatan
Pasien menerima obat untuk mengobati kondisi gastrointestinal
Penilaian Preadministration
Informasi tentang jenis dan intensitas gejala (misalnya, nyeri, ketidaknyamanan, mual,
muntah) untuk memberikan dasar dalam mengevaluasi efektivitas terapi obat. Perawat
mendokumentasikan jumlah muntah, TTV, dan menilai tanda-tanda ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit.
Penilaian berkelanjutan
` Perawat memonitor pasien sering untuk lanjutan keluhan nyeri, rasa asam, atau produksi
berdarah atau kopi-tanah emesis. Jika muntah parah, perawat mengamati pasien untuk
tanda-tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit dan memonitor tekanan darah,
denyut nadi, dan pernapasan menilai setiap 2 sampai 4 jam atau seperti yang
diperintahkan oleh primer penyedia layanan kesehatan. Perawat mengukur asupan dan
output (urine, emesis) sampai muntah berhenti, dan pasien dapat mengambil cairan mulut
dalam jumlah yang cukup. Perawat membuat grafik setiap kali pasien muntah. Perawat
juga dapat perlu untuk mengukur berat badan pasien setiap hari untuk mingguan.
Sumber :
Kajinami. K, Mabuchi, H. 1994. Omeprazhole and Diminished Antianginal Drug
Delivery. Ann Intern Med 121:385-6
Diyono, Sri Mulyanti. 2013. Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Pencernaan. Jakarta :
KENCANA
Dermawan deden & Tutik Rahayuningsih.2010. Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Pencernaan. Yogyakarta : Gosyen publishing
P., Rathmell, JP., Shafer, S. 2015. STOELTING’S Pharmacology and Physiology in
Anesthetic Practice Fifth Edition. United States of America : Library of Congress Cataloging.
Morton, Patricia Gonce, Dkk. (2013). Keperawatan Kritis:Pendekatan Asuhan Holistik.
Edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC.
Sutrisno. (2013). Keperawatan Kegawat Daruratan. Jakarta:Media Aesculapins.
Terry, Cynthia Lee & Weaver, Aurora. 2013. Keperawatan Kritis Demystified.
Yogyakarta: Rapha Publishing.