Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HASIL DISKUSI

PERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM GASTROINTESTINAL


KRITIS

Di susun oleh :

1. Edi Saputra (15631469)

2. Dedy Ekva .M. (15631476)

3. Anita Dwi .F. (15631482)

4. Mirandika Maya .A.(15631513)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2019
1. Anatomi Fisiologi sistem gastrointestinal dan sertakan gambar !

- Anatomi sistem gastrointestinal

Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, antara lain adalah:

- Fisiologi sistem pencernaan yang spesifik antara lain :


1. Mulut

Proses pencernaan di mulai dari mulut, waktu kita mengunyah, akanan dipotong-potong
oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Sementara makanan bercampur dengan
cairan ludah untuk memudahkan proses menelan. Proses mengunyah disebut mastikasi.
Cairan ludah dapat membantu melarutkan makanan sehingga kita dapat merasakan,
sehingga partikel dalam larutan dapat bereaksi dengan kemoreseptor dalam mulut, ketika
terstimulasi indera pengecap dapat mendeteksi satu atau empat dasar sensasi rasa:
manis,asam,pahit,dan asin Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Lidah yang kita gunakan bukan hanya untuk merasakan makanan saja, tetapi juga untuk
memindahkan makanan-makanan didalam rongga mulut,tetapi juga membantu
mengunyah dan menelan. Ketika menelan makanan melewati epligotis, suatu katup yang
mencegah makanan masuk trakea ke paru-paru. Proses menelan makanan disebut bolus.
2. Kerongkongan (esophagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan
dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6
tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan
otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
Esophagus orang dewasa diperkirakan panjangnya 25 cm dan memanjang dari poester
orophariynx setinggi cartilage cricoid sampai hiatus diaframgatikus dimana akan
memasuki lambung pada esophagogastric junction. Mukosa esophagus dilapisi oleh epitel
bertingkat skuamosa dengan keratininasi belum lengkap dan tebal yang memberikan
perlindungan terhadap abrasi selama bolus makanan yang ditelan melintas, dan juga
terhadap relfluks asam lambung.
3. Faring

Fungsi Faring

- Swallowing, fase involutari dari menelan menggerakkan bolus dari mulut ke esofagus.
Makanan dicegah agar tidak masuk ke dalam nasal cavity oleh soft palate dan
mencegah masuk ke dalam sistem pernafasan bagian bawah (Mc Graw Hill, 2004).
- Breathing, udara masuk melalui hidung atau mulut melewati faring menuju ke saluran
pernafasan bawah.
- Protection, mukus menyediakan lubrikasi.
a. Bagian-bagian Faring
Faring terdiri dari tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Secara
normal, makanan dapat masuk melalui orofaring dan laringofaring. Nasofaring
berfungsi sebagai saluran dalam masuknya udara selama bernafas dan berhubungan
dengan fungsi pendengaran. Orofaring berada dibagain posterior mulut, sebagai saluran
masuknya mulut dan menuju ke lambung dan juga berfungsi sebagai saluran udara
untuk pernafasan. Laringofaring berada di bawah orofaring, memanjang dari epiglotis
ke bagian bawah kartilago kortikoid dari laring dan memiliki fungsi yang sama dengan
orofaring.

4. Lambung (Ventrikulus)

Organ yang menyerupai kantung yang terletak antara esophagus dan usus halus.
Fungsinya adalah menyimpan, melarutkan, dan mencerna makromolekul makanan dan
mengatur pengosongan lambung menuju usus halus.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida
(HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel –
sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida menciptakan suasana
yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman
lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri
Lambung menghasilkan getah lambung yang terdiri atas:
a. air dan lendir;
b. ion-ion organik,
c. asam lambung (HCl), dan
d. enzim – enzim pencernaan (Pepsin, Renin dan Lipase).

5. Pankreas
Pankreas juga merupakan organ tambahan pada sistem pencernaan. Pankreas memiliki
panjang kurang dari 12 cm dan tebal 2,5 cm. pankreas terbagi atas tiga bagian, yaitu
bagian kepala yang melekat pada duodenum, bagian badan yang merupakan bagian
tengah pankreas, dan bagian ekor yang merupakan bagian yang memanjang ke arah ujung
kiri atas. Pankreas terletak di bawah lambung dan mempunyai dua saluran yaitu: saluran
(ductus) wirsungi dan saluran (ductus) sastorini yang berfungsi mengalirkan getah yang
disekresikan pankreas ke duodenum.
Pankreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Di dalam getah pankreas terdapat
enzim-enzim pencernaan, yaitu:
a) Tripsinogen berupa proenzim suatu protease yang belum aktif.
Tripsinogen akan diaktifkan oleh enterokinase yang dihasilkan usus halus menjadi
tripsin. Tripsin berfungsi memecah protein menjadi Pepton,
b) Kimotripsinogen merupakan proenzim yang akan diaktifkan oleh tripsin menjadi
kimotripsin yang berfungsi mengubah protein dan proteosa menjadi pepton, perptida dan
asam amino, c) Lipase Pankreas( steapsin) merupakan enzim yang memecah emulsi
lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
d) Amilopepsin (amylase pankreas) meruupakan enzim yang memecah amilum dan
dekstrin menjadi maltose dan glukosa.
e) Ribonuklease dan deoksiribonuklease, merupakan enzim yang mencerna DNA/RNA
menjadi nukleotida.
Sebagai kelenjar endoktrin, Pankreas menghasilkan beberapa jenis hormon, yaitu: a)
Sekretin, hormon yang berfungsi merangsang sel-sel pankreas untuk mensekresikan getah
pankreas, HCO3 dan juga mengurangi sekresi getah lambung. b) Koleisistokinin, hormon
yang berfungsi merangsang sel-sel pancreas mensekresikan getah pankreas vang kaya
enzim dan menyebabkan kontraksi pada kandung empedu.

f) Insulin, hormon yang sangat penting dalam mensintesis glikogen dari glukosa.
Kekurangan produksi hormon insulin akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus (DM
).

6. Hati dan Kandungan empedu


a. Hati terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri. Struktur mikroskopik organ ini terdiri atas
lobulus – lobulus berbentuk segi enam yang terdiri atas sel –sel hati , antara lain: a.
Menghasilkan protein plasma seperti heparin, fibrinogen dan protrombin
b. pusat metabolisme protein, lemak dan karbohidrat,
c. menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh (defoksifikasi),
d. tempat menyimpan cadangan makanan seperti glikogen, dan
e. menghasilkan cairan empedu.
Setelah diserap oleh usus, sari-sari makanan dibawa oleh darah menuju ke hati dan
seluruh tubuh. Pada hati bermuara dua pembuluh darah, yaitu: vena porta hepatica
yang berasal dari Iambung dan usus yang mengandung darah miskin oksigen, tetapi
kaya nutrisi (sari makanan)( dan arteri hepatica yang merupakan cabang arteri coeliaca
(arteri yang mengalirkan darah ke saluran cerna) yang kaya oksigen.
7. Usus Halus (Intenstinum Tenue)
Usus halus merupakan saluran pencernaan terpanjang yang panjangnya lebih kurang 7
meter dengan diameter 2,5 cm. Fungsi usus halus adalah mencerna makanan dan
mengabsorpsi sari makanan. Penyerapan sari-sari makanan kedalam dinding usus melalui
berbagai cara, yaitu secara : difusi, osmosis, difusi difasilitas, endositosis, dan transport
aktif.
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-
zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein,
gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang dan lapisan serosa.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Getah usus mengandung:
a) Peptidase, merupakan kelompok enzim yang memecah polipeptida menjadi asam
amino.
b) Maltase, laktase, dan sukrase merupakan enzim yang memecah disakarida (maltosa,
laktosa, dan sukrosa) menjadi monosakarida enzim-enzim tersebut disebut juga disakase
c) Lipase usus, merupakan enzim yang memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol,
d) Erepsinogen, merupakan proenzim yang diaktifkan oleh enterokinase menjadi erepsin
yang mengubah pepton menjadi asam amino.
e) Enterokinase, merupakan enzim yang mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin dan
erepsinogen menjadi erepsin.
8. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama
organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan),
kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan
membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat
zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air, dan terjadilah diare.
9. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang
merupakan fungsi utama anus (Pearce, 1999).
Sumber :
Almatsier, S. 2004. Pencernaan, Absorpsi, dan Transportasi. Dalam Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta : Gramedia PustakaUtama.
Guyton, A. & Hall, J. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, E/9. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokanson. (2005). Medical Surgical Nursing: Clinical
Management for Positive Outcomes. Philadelphia: Elsevier Sounders.
Potter, P.A., dan Perry, A.G. (1999). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. 4th Ed. (Terj. Renata Komalasari). Jakarta: EGC.

Brown, Dale.2008.Human Anatomy and Physiology.Illinois State University

NIH.2010,The Digestive System and How it Works.Washington: US Government Printing

Tate, Seeley.2004.Anatomy and Physiology: Digestive System. Mc Graw Hill Companies

Open Tax College.2013.Anatomy and Physiology.Texas: Rice University

WengemAm.2010.Human Physiology: The Gastrointestinal


System.www.appendicitisreview.com. Diakses pada tanggal 03 Februari 2016

Ziser.2014.Human Anatomy & Physiology: Digestive System.Ziser Lecture Notes

2. Kondisi Gangguan Sistem Gastrointestinal yang membutuhkan perawatan kritis!


Jelaskan mengapa penyakit tersebut membutuhkan perawatan kritis !

1. Sindrom Zollinger-Ellison: Ini adalah penyakit langka, di mana tumor terbentuk di dalam
usus, yang menyebabkan produksi sejumlah besar asam dalam perut. Tumor disebut
gastrinomas, dan mereka bisa kanker (ganas) serta non-kanker (jinak).

Alasan perlu perawatan kritis : untuk mengurangi jumlah produksi hormone gastrin dalam
jumlah besar yang menyebabkan produksi asam lambung meningkat. Dapat meneybabkan
tukak lambung ,diare,serta penyakit pencernaan lainnya.

2. Dispepsia : Definisi dispepsia sampai saat ini disepakati oleh para pakar dibidang
gastroenterologi adalah kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) rasa tidak nyaman atau
nyeri yang dirasakan di daerah abdomen bagian atas yang disertai dengan keluhan lain
yaitu perasaan panas di dada dan perut, regurgitas, kembung, perut terasa penuh, cepat
kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah dan banyak mengeluarkan gas asam dari
mulut.
Alasan perlu perawatan kritis :

Untuk menghindari pengosongan lambung

3. Ulkus Peptikum: borok atau luka yang terbentuk pada lapisan lambung. Ulkus peptikum
dikategorikan ke dalam jenis yang berbeda, yaitu, ulkus esofagus, ulkus duodenum, ulkus
lambung.

Alasan perlu perawatan kritis :

Untuk mengurangi keparahan pendarahan pada lapisan lambung

4. Hernia inguinalis: Hal ini terjadi ketika bagian dari rongga perut menonjol melalui kanalis
inguinalis. Hal ini menyebabkan tonjolan di daerah yang bisa menyakitkan.

Alasan perlu perawatan kritis :

Dapat beresiko komplikasi membahayakan nyawa. Dokter menyarankan operasi untuk


mengembalikan posisi usus dan menutup celah yang menyebabkan hernia.

5. Abses Hati: Ini adalah pembentukan nanah di dalam hati. Ini bisa menjadi kondisi yang
berpotensi mengancam nyawa.

Alasan perlu perawatan kritis :

Dapat mengganggu dalam produksi empedu dan enzim dalam membantu pencernaan
makanan, serta menghilangkan racun pada tubuh

6. Gastritis: Gastritis adalah inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.
Inflamasi ini kadang-kadang terjadi superficial atau di permukaan mukosa lambung saja
sehingga tidak begitu nyeri, jadi tadak begitu mengganggu. Akan tetapi, bila inflamasi
telah mengenai samapi kedalam mukosa lambung, maka akan timbul nyeri di daerah
epigastrum. gastritis bisa pula menjadi sangat akut dan berat dengan ekskoriasi ulseratif
(luka bertukak) mukosa lambung yang disebabkan oleh aktifitas sekresi sel peptik dari
lambung sendiri, yaitu berupa enzim pepsin (Herman, 2004).

Alasan perlu perawatan kritis :

Untuk menghilangkan nyeri, menghilangkan inflamasi dan mencegah terjadinya ulkus


lambung dan komplikasi. Berdasarkan patofisiologisnya terapi farmakologi gastritis
ditujukan untuk menekan faktor agresif dan memperkuat faktor defensif.

7. Apendisitis: Ini adalah peradangan usus buntu. Ini adalah kondisi serius yang memerlukan
operasi pengangkatan segera usus buntu.

Alasan perlu perawatan kritis : Keadaan darurat medis membutuhkan operasi yang cepat.
Tanpasdiobati usus buntu ang meradang akirnya akan meledak/perforasi. Jika tidak segera
ditangani akan meradang dan membetuk jaringan parut dan abses

8. Kanker Lambung : Tumor jinak di lambung agaknya tidak menimbulkan gejala atau
masalah medis. Tetapi kadangkadang, beberapa mengalami perdarahan atau berkembang
menjadi kanker.

Alasan perlu perawatan kritis : Gejala kanker lambung bisa dikelirukan dengan tukak
lambung. Bila gejala tidak hilang setelah penderita minum obat untuk ulkus atau bila
gejalanya meliputi penurunan berat badan, maka dicurigai suatu kanker lambung.
Pemeriksaan rontgen yang menggunakan barium untuk menandai perubahan di permukaan
lambung sering dilakukan, tetapi jarang bisa menemukan kanker lambung yang kecil dan
dalam stadium awal.

9. Infeksi lambung adalah penyakit yang ditandai dengan rasa sakit dan juga terasa panas di
lambung dalam jangka waktu yang lama, menyerang kalangan dalam berbagai usia.

Alasan perlu perawatan kritis : Infeksi lambung disebabkan oleh kuman ataupun bakteri
Helicobakter Pylori (H. Pylori) yang tumbuh di permukaan dinding lambung kemudian
menghasilkan enzim yang bias merusak lapisan mukosa lambung.

10. Diare, gangguan ini terjadi karena terganggunya penyerapan air pada usus besar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bakteri atau infeksi kuman.

11. Maag, gangguan ini dapat terjadi karena produksi asam lambung berlebih. Gejala dari
gangguan ini, yaitu terasa mual dan perih pada lambung. Untuk menghindari gangguan
tersebut, dapat dilakukan dengan pola makan yang teratur dan tepat waktu.

12. Paroti-tis (gondong), yaitu gangguan pada kelenjar parotid yang membengkak.
Gangguan ini disebut juga penyakit gondong.

13. Gastroparesis: Hal ini disebabkan karena fungsi yang tidak tepat dari otot-otot perut,
yang menyebabkan ketidakmampuan lambung untuk dikosongkan dengan benar. Merasa
cepat kenyang, kehilangan nafsu makan, muntah, mual, dll, adalah beberapa gejala.

14. Penyakit Tukak Lambung

Penyebab dari penyakit tukak pada lambung ini adalah karena adanya luka pada lambung
sejenis lubang (erosi) didalam beberapa bagian dari dalam saluran pencernaan. Jenis Tukak
pada lambung yaitu tukak gatrik dan peptic (gastric ulcer), namun jenis yang paling umum
adalah jenis tukak duodenum. Tukak duodenum yaitu suatu tanda yang terdapat pada usus
duodenum yang ± 12 inchi jaraknya dari lambung.

15. Barret esofagus: Ini adalah komplikasi GERD. Orang yang menderita Barrett Esophagus
berada pada risiko tinggi menderita kanker esofagus.

16. Penyakit Seliak: Ini adalah gangguan autoimun, mempengaruhi usus halus. Orang akan
mengalami efek samping yang parah saat mengkonsumsi makanan yang mengandung
gluten.
17. Crohn: Ini adalah penyakit inflamasi usus (IBD), ditandai dengan peradangan pada
lapisan saluran usus. Fungsi yang tidak tepat dari sistem kekebalan tubuh dan gangguan
genetika diyakini sebagai penyebab yang mungkin.

Sumber :
Anonim, 2008, ISO FARMAKOTERAPI, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, PT ISFI
Penerbitan, Jakarta
Aridha, N. 2007. Gambaran strain helicobacter pilory pada penderita gastritis kronis dan
ulkus lambung, Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP M.Djamil / Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia, Padang.
Asminarsih, Z.P. 2009, Pengaruh Tekhnik relaksasi progresif terhadap respon nyeri, Tesis
Fakultas Ilmu Keperarawatan Universitas Indonesia. Jakarta.
Diyono, Sri Mulyanti. 2013. Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Pencernaan. Jakarta :
KENCANA
Dermawan deden & Tutik Rahayuningsih.2010. Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Pencernaan. Yogyakarta : Gosyen publishing

3. Sebutkan farmakologi obat-obatan kritis terkait sistem gastrointestinal


(nama,indikasi,efek samping,kontra indikasi,cara pemberian,tindakan keperawatan!

1. Antasida Oral

Antasida merupakan obat-obatan yang menetralkan (mengeliminasi ion hidrogen)


keasaman isi lambung atau menurunkan sekresi hidrogen klorida pada lambung.

1. Indikasi :

1. Meningkatkan pH lambung dapat meringankan gejala gastritis, tetapi bila pH lambung


terlalu tinggi, pencernaan makanan akan terhambat sebagaimana diketahui bahwa pH
lambung yang asam penting untuk pemecahan komponen-komponen makanan

2. Netralisasi pH cairan lambung

3. Meningkatkan motilitas lambung melalui gastrin (aluminium hidroksida merupakan


pengecualian)
4. Meningkatkan tonus sfinkter esophagus bagian bawah melalui mekanisme yang
independen dari gastrin.

2. Efek Samping :

1. Peningkatan pH urin dan cairan lambung dari penggunaan antasida

2. Alkalinisasi kronik cairan lambung berhubungan dengan pertumbuhan berlebih bakteri


pada duodenum dan usus halus.

3. Alkalinisasi urin dapat menjadi predisposisi infeksi saluran kencing; apabila kronik,
urolitiasis dapat terjadi.

4. Peningkatan pH urin yang bertahan hingga >24 jam setelah pemberian antasida, dapat
memengaruhi kemampuan ginjal dalam mengeliminasi obat-obatan.

5. Alumunium dalam produk ini dapat menyebabkan sembelit

3. Kontra Indikasi :

1. Pasien dengan hipertensi atau penyakit jantung kemungkinan tidak dapat mentoleransi
peningkatan sodium yang berhubungan dengan penggunaan antasida jangka panjang.

2. Pemberian antasida yang mengandung kalsium karbonat dapat mengakibatkan


hipofosfatemia dan meskipun dalam jumlah yang kecil

3. Gagal ginjal.

4. Ada gejala radang usus buntu

5. Pada pasien pasca operasi

4. Cara Pemberian

Antasida obat sediaan tablet di konsumsi secara oral dikunyah terlebih dahulu sebelum
ditelan, sedangkan yang cair dikocok dulu sebelum diminum

5. Tindakan Keperawatan

Perawat memberikan obat ke pasien secara oral

2. Metronidazole
Obat antimokroba untuk mengatasi infeksi pada bagian tubuh seperti rongga perut,rongga
panggul, dan gusi
1. Indikasi
Pengobatan infeksi karena bakteri anaerob, Amubiasis, giardiais.

2. Efek Samping
Mual, muntah, gangguan daya pengecap, lidah berbulu, ruam kulit, urine waran gelap,
konstipasi.
3. Kontra Indikasi
1. Hipersensitif. Hamil trimester ke-1.

2. Gangguan ginjal

3. Gangguan hati

4.Gangguan saraf

5. Epilepsi

6. Laktasi

4. Cara Pemberian

Dewasa 500 mg tiap jam. Anak 7,5 mg/kg BB tiap 8 jam.

5. Tindakan Keperawatan

Diberikan secara oral

3. Omeprazole
Obat yang digunakan untuk refluks gastroesofagus, ulkus peptikum, dan sidnrom zollinger-
Ellison
1. Indikasi
Terapi jangka pendek usus 12 jari dan tukak lambung. Refluks esofagitis erosif atau
ulseratif. Terapi jangka panjang untuk sindroma Zollinger-Ellison.
2. Efek Samping
Pengunaan dosis besar dan lama dapat menstimulasi pertumbuhan sel ECL
(enterochromalfin-likecells). Pertumbuhan berlebihan dari dalam sel GI (pada
penggunaan jangka lama).
3. Kontra Indikasi

Penggunaan jangka lama. Hamil dan laktasi

4. Dosis dan Cara Pemakaian


Dewasa 20-40 mg 1 kali/hari. Lama terapi: tukak 12 jari 2-4 minggu; tukak lambung 4-
8 minggu. Kasus berat: 40 mg 1 kali/hari selama 4 minggu (tukak usus 12 jari) atau 8
minggu (tukak lambung). Zollinger-Ellison awal 20-160 mg 1 kali/hari , dibagi dalam 2
dosis untuk dosis > 80 mg/hari. Parental IV
5. Tindakan Keperawatan

Perawat memberikan obat melalui Parental IV

Omeprazole tergolong dalam obat golongan proton pump inhibitors (PPIs). Pemberian
PPI secara intravena sekali sehari (dalam dosis yang sama seperti yang digunakan
secara oral) kemungkinan sudah mencukupi untuk mencapai tingkat HCl yang
diinginkan. selain intravena tersedia omeprazole tablet.

4. Ranitidin
1. Indikasi
Ranitidi digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan deudenum akut, refluk
esofagitis, keadaan hipersekresi asam lambung patologis seperti pada sindroma
ZollingerEllison. Hipersekresi pasca bedah.
2. Efek Samping
a. Kadang-kadang terjadi nyeri kepala, malaise, mialgia, mual dan pruritus.

b. Konstipasi, pusing,sakit perut.

c. Konfusion, hiperprolaktinemia, gangguan fungsi seksual, hepatitis (jarang).

d. Rasa sakit di daerah peyuntikan pada pemberian secara i.m.


3. Kontraindikasi
1. Hipersensitif terhadap ranitidin
2. Hindari penggunaan pada penderita yang memiliki riwayat porfiria akut.
3. Pemberian harus hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.
4. Dosis dan Cara Pemakaian
Terapi oral
Dewasa : Tukak lambung, deudenum dan refluk esofagitis, sehari 2 kali 1 tablet atau
dosis tunggal 2 tablet menjelang tidur malam, selama 4-8 minggu. Untuk hipersekresi
patologis, sehari 2-3 kali 1 tablet. Bila keadaan paah dosis dapat ditingkatkn sampai 6
tablet sehari dalam dosis terbagi. Dosis pemeliharaan sehari 1 tablet pada malam hari.
Pada penderita gangguan fungsi ginjal dan kleren kretinin kurang dari 50 mg/menit,
dosis sehari 1 tablet.
Terapi parenteral
Diberikan i.m. atau i.v. atau infus secara perlahan atau intermiten untuk penderita rawat
inap dengan kondisi hipersekretori patologi atau tukak usus duabelas jari yang tidak
sembuh-sembuh, atau bila terapi oral tidak memungkinkan.
Dosis dewasa :
Injeksi i.m. atau i.v. intermiten: 50mg setiap 6-8 jam jika diperlukan, obat dapat
diberikan lebih sering, dosis tidak boleh melebihi 400 mg sehari. Jika ranitidine
diberikan secara infus, 150mg ranitidine diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam
selama lebih dari 24 jam, pada penderita dengan sindrom Zollinger-Ellison atau kondisi
hipersekretori lain, infus selalu dilalui dengan kecepatan 1 mg/kg per jam. Jika setelah 4
jam penderita masig sakit, atau sekresi asam lambung masih besar dari 10
mEq/jam,dosis ditambah 0,5 mg/kg per jam, lalu ukur kembali sekresi asam lambung.
Pada penderita gagal ginjal dengan kliren kreatinin kurang dari 50 menit, dosis i.m. atau
i.v yang dianjurkan adalah 50 mg setiap 18-24 jam. Jika diperlukan, ubah dengan hati-
hati interval dosis dari setiap 24 jam menjadi setiap 12 jam.
5. Tindakan Keperawatan
Memberikan ranitidine 25 mg dengan Injeksi i.m. atau i.v

5. Pantoprazole
Benzimidazole tersubtitusi yang menghambat sekresi asam klorida di dalam lambung oleh
kerja spesifik pompa proton dari sel parietal. Pantoprazole dikonversi menjadi bentuk aktif
di lingkungan asam dalam sel-sel parietal dengan cara menghambat enzim H+, K+ – ATP-
ase, yang merupakan tahap akhir pada produksi asam klorida di dalam lambung.
1. Indikasi
Untuk pengobatan kondisi hipersekresi patologis yang berhubungan dengan Sindroma
Zollinger-Ellison atau kondisi-neoplastik lainnya, ulkus duodenum, ulkus lambung,
kasuskasus sedang dan berat pada inflamasi esofagus (esophagitis refluks).
2. Efek samping
Diare, sakit kepala. Jarang terjadi: mual, nyeri perut bagian atas, perut kembung, ruam,
pruritus atau pusing, sembelit, gangguan dalam penglihatan (kabur), arthralgia,
leukopenia,
trombositopenia, tromboflebitis di tempat suntikan, edema perifer, kerusakan
hepatoseluler
berat menyebabkan penyakit kuning dengan atau tanpa kegagalan hati, reaksi
anafilaksis
termasuk syok anafilaktik, myalgia, depresi mental, nefritis interstisial, urtikaria,
angioedema, reaksi kulit yang parah seperti sindroma Steven – Johnson, Eritema
multiforme, Lyell -Sindrom, fotosensitifitas.
3. Kontra Indikasi
Kerusakan hati, kehamilan. PANTOPRAZOLE i.v. tidak boleh digunakan pada kasus-
kasus dengan hipersensitivitas terhadap konstituen.
4. Cara Pemberian
1. Pemberian secara intravena PANTOPRAZOLE i.v. dianjurkan jika tidak dapat
diberikan secara oral
2. Pembuatan larutan siap-pakai dipersiapkan dengan cara menyuntikkan 10 ml larutan
NaCl 0,9% ke dalam botol yang berisi serbuk zat aktif kering. Larutan ini dapat
diberikan langsung atau bisa diberikan setelah dicampur dengan 100 ml larutan NaCl
0,9% atau glukosa 5%.
3. Larutan yang sudah dipersiapkan tersebut harus digunakan dalam waktu 8 jam. Dari
pertimbangan mikrobiologi, produk harus digunakan segera. Jika tidak langsung
digunakan, waktu penyimpanan dan kondisi sebelum digunakan adalah tanggung
jawab pelaksana dan biasanya tidak lebih dari 8 jam pada suhu kurang dari 25°C.
4. PANTOPRAZOLE i.v. tidak boleh dibuat atau dicampur dengan pelarut lain selain
yang telah disebutkan.
5. Obat ini harus diberikan secara intravena selama 2-15 menit.
6. Segera setelah pemberian secara oral memungkinkan, pengobatan dengan
PANTOPRAZOLE i.v. harus dihentikan dan 40 mg pantoprazole per oral harus
diberikan sebagai penggantinya.
7. Bila ada yang tersisa dalam wadah atau penampilan visualnya telah berubah
(misalnya menjadi berkabut atau ada endapan), larutan ini
5. Tindakan Keperawatan

Perawat memberikan obat secara iv maupun oral tergantung obat yang dianjurkan oleh
dokter

6. ANTIEMETIK
Obat antiemetik digunakan untuk mengobati atau mencegah mual (sensasi lambung
menyenangkan biasanya sebelumnya muntah) atau muntah (pengusiran paksa isi lambung
melalui mulut). Individu mungkin mengalami mual karena mabuk atau kondisi yang disebut
vertigo (sensasi berputar atau gerak rotasi-type).
1. Indikasi
Antiemetik digunakan untuk mengobati mual dan muntah, biasanya dengan pemberian
preventif (pencegahan):
-     Sebelum operasi untuk mencegah muntah selama operasi
-     Segera setelah operasi ketika pasien pulih dari anestesi
-     Sebelum, selama, dan setelah pemberian antineoplastik obat yang menginduksi tingkat
tinggi mual dan muntah
-    Selama terapi radiasi ketika saluran GI adalah dalam pengobatan bidang
Antiemetik juga digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan virus dan reaksi obat
yang merugikan.

2. Efek samping
Efek samping yang paling umum yang dihasilkan dari obat berbagai tingkat kantuk
3.Kontraindikasi
Obat anti muntah kontraindikasi pada pasien dengan dikenal hipersensitivitas terhadap
obat ini atau dengan depresi SSP berat. Antagonis reseptor 5-HT3 tidak boleh digunakan
oleh pasien dengan blok jantung atau interval QT berkepanjangan. Secara umum, obat ini
tidak dianjurkan selama kehamilan dan menyusui, atau untuk muntah tanpa komplikasi
pada anak-anak. Proklorperazin merupakan kontraindikasi pada pasien dengan sumsum
depresi tulang, diskrasia darah, Parkinson'sdisease, atau hati berat atau penyakit
kardiovaskular. Thiethylperazine adalah obat kategori kehamilan X dan merupakan
kontraindikasi selama masa kehamilan.
4. Interaksi
Interaksi berikut dapat terjadi ketika sebuah antiemetik adalah diberikan dengan agen
lain:
Interaksi Obat Penggunaan umum Pengaruh interaksi
depresan SSP Manajemen alergi Peningkatan risiko
dan gangguan sedasi
pernapasan
Antihistamin Manajemen lambung peningkatan
kesulitan merugikan
blocking
kolinergik
efek
Antasida TB / manusia penyerapan menurun
immunodeficiency dari antiemetik
rifampisin dengan infeksi virus Efektivitas menurun
reseptor 5-HT3 pengelolaan 5-HT3 receptor
antagonis antagonis
lithium dengan Manajemen bipolar Peningkatan risiko
proklorperazin kekacauan efek
ekstrapiramidal

5. Proses Keperawatan
Pasien menerima obat untuk mengobati kondisi gastrointestinal
Penilaian Preadministration
Informasi tentang jenis dan intensitas gejala (misalnya, nyeri, ketidaknyamanan, mual,
muntah) untuk memberikan dasar dalam mengevaluasi efektivitas terapi obat. Perawat
mendokumentasikan jumlah muntah, TTV, dan menilai tanda-tanda ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit.
Penilaian berkelanjutan
` Perawat memonitor pasien sering untuk lanjutan keluhan nyeri, rasa asam, atau produksi
berdarah atau kopi-tanah emesis. Jika muntah parah, perawat mengamati pasien untuk
tanda-tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit dan memonitor tekanan darah,
denyut nadi, dan pernapasan menilai setiap 2 sampai 4 jam atau seperti yang
diperintahkan oleh primer penyedia layanan kesehatan. Perawat mengukur asupan dan
output (urine, emesis) sampai muntah berhenti, dan pasien dapat mengambil cairan mulut
dalam jumlah yang cukup. Perawat membuat grafik setiap kali pasien muntah. Perawat
juga dapat perlu untuk mengukur berat badan pasien setiap hari untuk mingguan.
Sumber :
Kajinami. K, Mabuchi, H. 1994. Omeprazhole and Diminished Antianginal Drug
Delivery. Ann Intern Med 121:385-6

Diyono, Sri Mulyanti. 2013. Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Pencernaan. Jakarta :
KENCANA
Dermawan deden & Tutik Rahayuningsih.2010. Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Pencernaan. Yogyakarta : Gosyen publishing
P., Rathmell, JP., Shafer, S. 2015. STOELTING’S Pharmacology and Physiology in
Anesthetic Practice Fifth Edition. United States of America : Library of Congress Cataloging.
Morton, Patricia Gonce, Dkk. (2013). Keperawatan Kritis:Pendekatan Asuhan Holistik.
Edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC.
Sutrisno. (2013). Keperawatan Kegawat Daruratan. Jakarta:Media Aesculapins.
Terry, Cynthia Lee & Weaver, Aurora. 2013. Keperawatan Kritis Demystified.
Yogyakarta: Rapha Publishing.

Anda mungkin juga menyukai