Oleh:
Wahyu Trijoko
NIM. 19650111
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Konsep Penyakit Tuberculosis pada anak ?
2. Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan Tuberculosis pada anak ?
3. Bagaimanakah penerapan sesuai dengan Jurnal ?
BAB 2
KONSEP PENYAKIT TUBERCULOSIS PADA ANAK
A. Definisi
Tuberculosis Paru merupakan penyakit infeksi menular pada sistem
pernapasan yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberkulosa yang dapat
mengenai bagian paru. Tuberculosis, yang disingkat TBC atau TB adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut dengan
Pulmonary TB. (Maryunani Anik 2010).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis yaitu suatu tahan asam.Penyakit Tuberculosis
Paru dapat diderita oleh siapa saja, orang dewasa atau anak-anak dan dapat
mengenai seluruh organ tubuh kita manapun, walaupun yang terbanyak
adalah organ paru.(Suriadi dan Rita Yuliani 2010).
B. Etiologi
Tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.Kuman
TB berbentuk batang dan memiliki sifat khusus, yaitu tahan terhadap asam
pada penaaran, sehingga sering disebut juga sebagai Basil atau Bakteri Tahan
Asam (BTA).Bakteri ini cepat mati bila terkena sinar mathari langsung.Tetapi
dalam tempat lembab, gelap, dan pada suhu kamar, kuman dapat bertahan
hidup selama beberapa jam.Dlam tubuh, kuma ini dapat tidur lama (dorman)
selama beberapa tahun. (Anik Marunani 2010).
C. Gejala Klinis
Gejala TB anak adalah sebagai berikut:
a. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik
dengan adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya
perbaikan gizi yang baik.
b. Demam lama (≥2 minggu) atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan
demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam
umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan merupakan gejala
spesifik TB pada anak apabila tidak disertai dengan gejala-gejala sistemik
atau umum lain.
c. Batuk lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda
atau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah
dapat disingkirkan.
d. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh
(failure to thrive).
e. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
f. Diare persisten atau menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan
pengobatan baku diare. (KEMENKES 2013).
D. Klasifikasi
a. TB dengan konfirmasi bakteriologis
Pada anak kuman TB sangat sulit ditemukan disamping karena
sulitnya mendapatkan spesimen pemeriksaan, TB anak bersifat
paucibacillary (kuman sedikit).Sehingga tidak ditemukannya kuman TB
pada pemeriksaan dahak tidak menyingkirkan diagnosis TB anak.
TB dengan konfirmasi bakteriologis terdiri dari hasil positif baik
dengan pemeriksaan BTA, biakan maupun tes cepat.TB anak yang sudah
mengalami perjalanan penyakit post primer, dapat ditemukan hasil BTA
positif pada pemeriksaan dahak, sama dengan pada dewasa. Hal ini biasa
terjadi pada anak usia remaja awal. Anak dengan BTA positif ini memiliki
potensi untuk menularkan kuman M tuberculosis kepada orang lain di
sekitarnya.
b. Tuberkulosis Meningitis
Tuberkulosis meningitis, merupakan salah satu bentuk TB pada
Sistem Saraf Pusat yang sering ditemukan pada anak, dan merupakan TB
dengan gejala klinis berat yang dapat mengancam nyawa, atau
meninggalkan gejala sisa pada anak. Anak biasanya datang dengan
keluhan awal demam lama, sakit kepala, diikuti kejang berulang dan
kesadaran menurun khususnya jika terdapat bukti bahwa anak telah kontak
dengan pasien TB dewasa BTA positif.Apabila ditemukan gejala-gejala
tersebut, harus segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.
c. TB Milier
Tuberkulosis milier termasuk salah satu bentuk TB dengan gejala
klinis berat dan merupakan 3 –7% dari seluruh kasus TB, dengan angka
kematian yang tinggi (dapat mencapai 25% pada bayi).TB milier terjadi
oleh karena adanya penyebaran secara hematogen dan diseminata, bisa ke
seluruh organ, tetapi gambaran milier hanya dapat dilihat secara kasat
mata pada foto torak. Terjadinya TB milier dipengaruhi oleh 3 faktor,
yaitu:
1) Kuman M. tuberculosis(jumlah dan virulensi).
2) Status imunologis pasien (nonspesifik dan spesifik), seperti infeksi
3) HIV, malnutrisi, infeksi campak, pertusis, diabetes melitus, gagal
ginjal, keganasan, dan penggunaan kortikosteroid jangka lama.
4) faktor lingkungan (kurangnya paparan sinar matahari, perumahan yang
padat, polusi udara, merokok, penggunaan alkohol, obat bius, serta
sosioekonomi).
d. Tuberkulosis Tulang atau Sendi
Tuberkulosis tulang atau sendi merupakan suatu bentuk infeksi TB
ekstrapulmonal yang mengenai tulang atau sendi.Insidens TB sendi
berkisar 1 –7% dari seluruh TB. Tulang yang sering terkena adalah: tulang
belakang (spondilitis TB), sendi panggul (koksitis), dan sendi lutut
(gonitis). Gejala dan tanda spesifik spesifik berupa bengkak, kaku,
kemerahan, dan nyeri pada pergerakan dan sering ditemukan setelah
trauma. Bisa ditemukan gibbus yaitu benjolan pada tulang belakang yang
umumnya seperti abses tetapi tidak .menunjukkan tanda-tanda peradangan.
Warna benjolan sama dengan sekitarnya, tidak nyeri tekan, dan
menimbulkan abses dingin.
Kelainan neurologis terjadi pada keadaan spondilitis yang
berlanjut, membutuhkan oprasi bedah sebagai tatalaksanya kelainan pada
sendi panggul dapat dicurigai jika pasien berjalan pincang dan kesulitan
berdiri.Pada pemeriksaan terdapat pembengkakan di daerah lutut, anak
sulit berdiri dan berjalan, dan kadang-kadang ditemukan atrofi otot paha
dan betis.Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah foto radiologi,
CT scan dan MRI.Prognosis TB tulang atau sendi sangat bergantung pada
derajat kerusakan sendi atau tulangnya.Pada kelainan minimal umumnya
dapat kembali normal, tetapi pada kelainan yang sudah lanjut dapat
menimbulkan sekuele (cacat) sehingga mengganggu mobilitas pasien.
e. Tuberkulosis Kelenjar
Infeksi TB pada kelenjar limfe superfisial, yang disebut dengan
skrofula, merupakan bentuk TB ekstrapulmonal pada anak yang paling
sering terjadi, dan terbanyak pada kelenjar limfe leher.Kebanyakan kasus
timbul 6 –9 bulan setelah infeksi awal M. tuberculosis, tetapi beberapa
kasus dapat timbul bertahun-tahun kemudian.Lokasi pembesaran kelenjar
limfe yang sering adalah di servikal anterior, submandibula,
supraklavikula, kelenjar limfe inguinal, epitroklear, atau daerah
aksila.Kelenjar limfe biasanya membesar perlahan-lahan pada stadium
awal penyakit.Pembesaran kelenjar limfe bersifat kenyal, tidak keras,
diskrete, dan tidak nyeri.Pada perabaan, kelenjar sering terfiksasi pada
jaringan di bawah atau di atasnya.Limfadenitis ini paling sering terjadi
unilateral, tetapi infeksi bilateral dapat terjadi karena pembuluh limfatik di
daerah dada dan leher-bawah saling bersilangan.
f. Tuberkulosis Pleura
Efusi pleura adalah penumpukan abnormal cairan dalam rongga
pleura.Salah satu etiologi yang perlu dipikirkan bila menjumpai kasus
efusi pleura di Indonesia adalah TB. Efusi pleura TB bisa ditemukan
dalam 2 bentuk, yaitu (1) cairan serosa, bentuk ini yang paling banyak
dijumpai (2) empiema TB, yang merupakan efusi pleura TB primer yang
gagal mengalami resolusi dan berlanjut ke proses supuratif kronik.
Gejala dan tanda awal meliputi demam akut yang disertai
batuknonproduktif (94%), nyeri dada (78%), biasanya unilateral
(95%).Pasien juga sering datang dalam keadaan sesak nafas yang
hebat.Pemeriksaan foto toraks dijumpai kelainan parenkim paru. Efusi
pleura hampir selalu terjadi di sisi yang sama dengan kelainan parenkim
parunya.
g. Tuberkulosis Kulit
Skrofuloderma merupakan manifestasi TB kulit yang paling khas
dan paling sering dijumpai pada anak.Skrofuloderma terjadi akibat
penjalaran perkontinuitatum dari kelenjar limfe yang terkena
TB.Skrofuloderma biasanya ditemukan di leher dan wajah, dan di tempat
yang mempunyai kelompok kelenjar limfe, misalnya di daerah parotis,
submandibula, supraklavikula, dan daerah lateral leher.Selain itu,
skrofuloderma dapat timbul di ekstremitas atau trunkus tubuh, yang
disebabkan oleh TB tulang dan sendi.Lesi awal skrofuloderma berupa
nodul subkutan atau infiltrat subkutan dalam yang keras (firm), berwarna
merah kebiruan, dan tidak menimbulkan keluhan (asimtomatik). Infiltrat
kemudian meluas atau membesar dan menjadi padat kenyal (matted and
doughy). Selanjutnya mengalami pencairan, fluktuatif, lalu pecah
(terbuka ke permukaan kulit), membentuk ulkus berbentuk linear atau
serpiginosa, dasar yang bergranulasi dan tidak beraturan, dengan tepi
bergaung (inverted), berwarna kebiruan, disertai fistula dan nodul
granulomatosa yang sedikit lebih keras. Kemudian terbentuk jaringan
parut atau sikatriks berupa pita atau benang fibrosa padat, yang
membentuk jembatan di antara ulkus-ulkus atau daerah kulit yang
normal. Pada pemeriksaan, didapatkan berbagai bentuk lesi, yaitu plak
dengan fibrosis padat, sinusyang mengeluarkan cairan, serta massa yang
fluktuatif.
Diagnosis definitif adalah biopsi aspirasi jarum halus atau BAJAH
atau fine needle aspiration biopsy=FNAB,) ataupun secara biopsi terbuka
(open biopsy). Pada pemeriksaan tersebut dicari adanya M.
Tuberculosisdengan cara biakan dan pemeriksaan histopatologis jaringan.
Hasil Padapat berupa granuloma dengan nekrotik di bagian tengahnya,
terdapat sel datia langhans, sel epiteloid, limfosit, serta BTA.
Tatalaksana pasien dengan TB kulit adalah dengan OAT dan
tatalaksana lokal atau topikal dengan kompres atau higiene yang baik.
h. Tuberkulosis Abdomen
TB abdomen mencakup lesi granulomatosa yang bisa ditemukan di
peritoneum (TB peritonitis), usus, omentum, mesenterium, dan hepar.M
tuberculosissampai keorgan tersebut secara hematogen ataupun penjalaran
langsung.Peritonitis TB merupakan bentuk TB anak yang jarang dijumpai,
yaitu sekitar 1 –5% dari kasus TB anak.Umumnya terjadi pada dewasa
dengan perbandingan perempuan lebih sering dari laki-laki (2:1).
i. Tuberkulosis Mata
Tuberkulosis pada mata umumnya mengenai konjungtiva dan
kornea, sehingga sering disebut sebagai keratokonjungtivitis fliktenularis
(KF). Keratokonjungtivitis fliktenularis adalah penyakit pada konjungtiva
dan kornea yang ditandai oleh terbentuknya satu atau lebih nodul inflamasi
yang disebut flikten pada daerah limbus, disertai hiperemis di sekitarnya.
Umumnya ditemukan pada anak usia 3 –15 tahun dengan faktor risiko
berupa kemiskinan, kepadatan penduduk, sanitasi buruk, dan malnutrisi.
Manifestasi klinis KF dapat berupa iritasi, nyeri, lakrimasi,
fotofobia, dan dapat mengeluarkan sekret mata, disertai gejala umum
TB.Untuk menyingkirkan penyebab stafilokokus, perlu dilakukan usap
konjungtiva.
j. Tuberkulosis Ginjal
Tuberkulosis ginjal pada anak jarang karena masa inkubasinya
bertahun-tahun.TB ginjal merupakan hasil penyebaran hematogen.Fokus
perkijuan kecil berkembang di parenkim ginjal dan melepaskan kuman TB
ke dalam tubulus. Massa yang besar akan terbentuk dekat dengan korteks
ginjal, yang mengeluarkan kuman melalui fistula ke dalam pelvis
ginjal. Infeksi kemudian menyebar secara lokal ke ureter, prostat, atau
epididimis.
Tuberkulosis ginjal seringkali secara klinis tenang pada fase awal,
hanya ditandai piuria yang steril dan hematuria mikroskopis.Disuria, nyeri
pinggang atau nyeri abdomen dan hematuria makroskopis dapat terjadi
sesuai dengan berkembangnya penyakit.
Pengobatan TB ginjal bersifat holistik, yaitu selain pemberian
OAT juga dilakukan penanganan terhadap kelainan ginjal yang
terjadi.Apabila diperlukan tindakan bedah, dapat dilakukan setelah
pemberian OAT selama 4 –6 minggu.
k. Tuberkulosis Jantung
Tuberkulosis yang lebih umum terjadi pada jantung adalah
perikarditis TB, tetapi hanya 0,5–4% dari TB anak. Perikarditis TB
biasanya terjadi akibat invasi kuman secara langsung atau drainase
limfatik dari kelenjar limfe subkarinal.
Gejalanya tidak khas, yaitu demam subfebris, lesu, dan BB
turun.Nyeri dada jarang timbul pada anak. Dapat ditemukan friction rub
dan suara jantung melemah dengan pulsus paradoksus. Terdapat cairan
perikardium yang khas, yaitu serofibrinosa atau hemoragik. Basil
Tahan Asam jarang ditemukan pada cairan perikardium, tetapi kulturdapat
positif pada 30 –70% kasus. Hasil kultur positif dari biopsi perikardium
yang tinggi dan adanya granuloma sering menyokong diagnosis TB
jantung. Selain OAT diberikan kortikosteroid,Perikardiotomi parsial atau
komplit dapat diperlukan jika terjadi penyempitan perikard (KESMAS
2013).
E. Patofisiologi
↓ ↓ ↓
Otak Ginjal Tulang
F. Komplikasi
a. Kerusakan paru
b. Kerusakan tulang
c. Meningitis
d. Spondilitis
e. Pleuritis
f. Bronkopneumoni
g. Atelektasis
G. Pencengahan
Penularan perlu diwaspadai dengan mengambil tindakan–tindakan
pencegahan selayaknya untuk menghindarkan droplet infectiondari penderita
ke orang lain. Salah satu cara adalah batuk dan bersin sambil menutup mulut
atau hidung dengan sapu tangan atau kertas tissue untuk kemudian
didesinfeksi dengan Lysol atau dibakar. Bila penderita berbicara dianjurkan
untuk tidak terlalu dekat dengan lawan bicaranya.Ventilasi yang baik dari
ruangan juga memperkecil bahaya penularan. (Ikn’s 2006)
H. Pemeriksaanpenunjang
TB merupakan salah satu penyakit menular dengan angka kejadian yang
cukup tinggi di Indonesia.Diagnosis pasti TB seperti lazimnya penyakit
menular yang lain adalah dengan menemukan kuman penyebab TB yaitu
kuman Mycobacterium tuberculosispada pemeriksaan sputum, bilas lambung,
cairan serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi jaringan.
Diagnosis pasti TB ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi
yang terdiri dari beberapa cara, yaitu pemeriksaan mikroskopis apusan
langsung atau biopsi jaringan untuk menemukan BTA dan pemeriksaan
biakan kuman TB. Pada anak dengan gejala TB, dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan mikrobiologi. Pemeriksaan serologi yang sering digunakan tidak
direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan sebagai sarana diagnostik TB
dan Direktur Jenderal BUK Kemenkes telah menerbitkan Surat Edaran pada
bulan Februari 2013 tentang larangan penggunaan metode serologi untuk
penegakan diagnosis TB.
Pemeriksaan mikrobiologik sulit dilakukan pada anak karena sulitnya
mendapatkan spesimen.Spesimen dapat berupa sputum, induksi sputum atau
pemeriksaan bilas lambung selama 3 hari berturut-turut, apabila fasilitas
tersedia. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan histopatologi (PA atau Patologi Anatomi) yang dapat
memberikan gambaran yang khas. Pemeriksaan PA akan menunjukkan
gambaran granuloma dengan nekrosis perkijuan ditengahnya dan dapat pula
di temukan gambaran sel datia langhans atau kuman TB (KEMENKES
2013).
Perkembangan Terkini Diagnosis TB
Cara Mendapatkan sampel pada Anak
a. Berdahak
Pada anak lebih dari 5 tahun dengan gejala TB paru, dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan dahak mikrokopis, terutama bagi anak yang
mampu mengeluarkan dahak.Kemungkinan mendapatkan hasil positif
lebih tinggi pada anak >5 tahun.
b. Bilas lambung
Bilas lambung dengan NGT (Naso Gastric Tube) dapat dilakukan pada
anak yang tidak dapat mengeluarkan dahak.Dianjurkan spesimen
dikumpulkan selama 3 hari berturut-turut pada pagi hari.
c. Induksi Sputum
Induksi sputum relatif aman dan efektif untuk dikerjakan pada anak semua
umur, dengan hasil yang lebih baik dari aspirasi lambung, terutama apabila
menggunakan lebih dari 1 sampel.Metode ini bisa dikerjakan secara rawat
jalan, tetapi diperlukan pelatihan dan peralatan yang memadai untuk
melaksanakan metode ini.
Pemeriksaan penunjang lain yang cukup penting adalah pemeriksaan foto
toraks. Namun gambaran foto toraks pada TB tidak khas karena juga dapat
dijumpai pada penyakit lain. Dengan demikian pemeriksaan foto toraks
saja tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis TB, kecuali gambaran TB
milier. Secara umum, gambaran radiologis yang menunjang TB adalah
sebagai berikut:
a. Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau tanpa
infiltrat (visualisasinya selain dengan foto toraks AP, harus disertai
foto toraks lateral)
b. Konsolidasi segmental atau lobar
c. Efusi pleura
d. Milier
e. Atelektasis
f. Kavitas
g. Kalsifikasi dengan infiltrate
h. Tuberkuloma
J. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
napas
b. Ketidak seimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi
c. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
proses Penyakit
K. Intervensi Keperawatan
3. Defisiensi Pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan (5602) Teaching : Disease Process
kurang informasi tentang proses selama …. x 24 jam klien akan: Aktivitas keperawatan:
penyakit (1803) Kowledge : disease process
1. Berikan penilaian tentang tingkat
Definisi : (1805) Kowledge : health behavior, yang pengetahuan pasien tentang proses penyakit
Ketiadaan atau defisiensi informasi dibuktikan dengan indikator sebagai
kognitif yang berkaitan dengan berikut:
yang spesifik
topik tertentu. (1-5 = tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, atau selalu) 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : bagaimana hal ini berhubungan dengan
Perilaku hiperbola 1. Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat.
Ketidakdaruratan mengikuti menyatakan pemahaman
perintah tentang penyakit, kondisi, 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
Ketidakdaruratan melakukan tes prognosis dan program muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
Perilaku tidak tepat (mis ; pengobatan
histeria, bermusuhan, agitasi, 1. Pasien dan keluarga 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara
apatis) mampu melaksanakan yang tepat
Pengungkapan masalah prosedur yang dijelaskan secara benar
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna
2. Pasien dan keluarga cara yang tepat
Faktor yang berhubungan : mampu menjelaskan
Keterbatasan kognitif kembali apa yang 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
Salah interpretasi informasi dijelaskan perawat/tim
Kurang pajanan kesehatan lainnya 7. Hindari harapan yang Kosong
Kurang minat dalam belajar
8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang
Kurang dapat mengingat
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
Tidak familiar dengan sumber
informasi 9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan penyakit
1. Judul Jurnal
Studi kasus pemenuhan bersihan jalan nafas pada pasien tb paru di rumah sakit
tk ii putri hijau medan tahun 2018
2. Pengarang/Jenis Jurnal
Deni Susyanti, Mompang Tua Parlagutan, Susiana Marbun/Jurnal Riset Hesti
Medan, Vol. 4, No. 1, Juni 2019
3. Intervensi
Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan tindakan keseluruhan
yang ada untuk penanganan pasien Tuberculosis paru karena untuk pemenuhan
bersihan jalan nafas dan memerlukan asuhan keperawatan yang komprensif.
Pasien TB (tuberculosis) mempunyai tindakan keperawatan dengan rencana
tindakan keperawatan diruang isolasi. Tindakan keperawatan yang sama
dengan rencana di Deonges (2012). Tindakan keperawatan yang dilakukan
untuk responden sesuai dengan rencana tindakan di Rumah Sakit yaitu
mengkaji frekuensi pernafasan, kedalam pernafasan, kecepatan pernafasan,
irama dan kedalaman, mencatat penggunaan otot aksesori, tinggikan kepala
tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas,
dorong pengeluaran sputum, catat jumlah sputum dan adanya hemoptisis,
auskultasi bunyi napas, pertahankan masukan cairan, mengawasi tanda vital
dan irama jantung, memberikan oksigen tambahan terhadap pasien. Adapun
yang membedakan tindakan di Rumah Sakit dengan teori menurut Dongoes
(2012) yaitu dalam indikasi membersihkan sekret dari mulut dan trakea
menggunakan suction, apabila tidak mampu mengeluarkan sekret secara
mandiri.
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan