Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA

GASTRITIS AKUT DI RUANG CAMAR

RUMAH SAKIT DAERAH IDAMAN BANJARBARU

Oleh:

Nama: Arsiah

NPM: 1614401110009

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN REGULER


TAHUN AKADEMIK 2017/2018

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS AKUT

A. Konsep Penyakit
1. Anatomi fisiologi

Lambung atau ventrikulus berupa suatu kantong yang terletak di bawah sekat rongga
badan. Fungsi lambung secara umum adalah tempat di mana makanan dicerna dan
sejumlah kecil sari-sari makanan diserap. Lambung dapat dibagi menjadi tiga daerah,
yaitu daerah kardia, fundus, dan pilorus. Dinding lambung tersusun menjadi empat
lapisan, yakni mucosa, submucosa, muscularis, dan serosa.
Secara umum gaster memiliki fungsi motorik dan fungsi pencernaan dan sekresi,
berikut fungsi lambung:
1. Fungsi motorik
Fungsi reservoir, menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi
sedikit dicernakan dan bergerak ke saluran pencernaan. Menyesuaikan peningkatan
volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi reseprif otot polos yang
diperantai oleh saraf vagus dan dirangsang oleh gastrin.
Fungsi mencampur, memcahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan
mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi
lambung.
Fungsi pengosongan lambung, diatur oleh pembukaan sfingter pylorus yang
dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmotis, keadaan fisik,
emosi, obat-obatan dan kerja. Pengosongan lambung diatur oleh saraf dan
hormonal.
2. Fungsi pencernaan dan sekresi
1) Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL
2) Sintesis dan pelepasan gastrin. Dipengaruhi oleh protein yang dimakan,
peregangan antrum, rangsangan vagus
3) Sekresi faktor intrinsik. Memungkinkan aborpsi vitamin B12 dari usus
halus bagian distal
4) Sekresi mucus. Membentuk selubung yang melindungi lambung sera
berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah untuk diangkut

Enzim dan Hormon yang berperan dalam pencernaan di Lambung


Hormon Gastrin, memiliki beberapa fungsi yaitu:
1. Merangsang sekresi asam dan pepsin yang dapat mempermudah pencernaan
2. Merangsang sekresi faktor intrimsic yang dapat mempermudah absorpsi
dalam usus
3. Merangsang enzim pancreas yang mempermudah pencernaan
4. Merangsang peningkatan aliran empedu hati yang mempermudah
pencernaan
5. Merangsang pengeluaran insulin yang mempermudah metabolisme glukosa
6. Merangsang pergerakan lambung dan usus yang mempermudah
pemcampuran
7. Mempermudah relaksasi reseptif lambung yang membantu agar lambung
dapat dengan mudah meningkatkan volume, tanpa meningkatkan tekanan
8. Meningkatkan tonus istirahat sehingga mencegah refluks lambung waktu
pemcampuran dan pengadukan
9. Menghambat pengosongan lambung yang memungkinkan pemcampuran
seluruh isi lambung sebelum diteruskan ke usus

Enzim pepsin: mengubah protein menjadi pepton

Enzim renin: mengendapkan kasein dalam susu

Enzim lipase: memecah lemah menjadi asam lemak

HCL: membunuh kuman dan mengasamkan makanan

Pada lambung terdapat kelenjar oksintik (oxyintic gland) yang memproduksi hormon
GHS. Hormon lain yang disekresi antara lain adalah GHIH. (Anatomi dan fisiologi:
2016)
Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak diantara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap kehati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir ( yang
melumasi isis usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan
yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejimlah kecil enam yang mencerna
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah kanan), lapisan
otot melingkar (muskulus sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus longtidinal) dan
lapisan serosa (sebelah luar).

Panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter dimana 1-2 meter adalah jejenum. Usus
halus membentuk lapisan sirkuler yang disebut plica circularis kerckringi dengan lebar
sekitar 8 mm. Juga terdapat kelenjar pada usus halus yaitu kelenjar lieberkuhni. Pada
usus halus banyak mengandung jaringan limfoid yang disebut plague pyeri (Anatomi
dan fisiologi tubuh manusia, 2014)
Selain itu terdapat sel Globet yang menghasilkan mucus (lender). Enzim pencernaan
yang diproduksi jejenum dan ileum yaitu enzim amino peptidase yang memecah
peptide menjadi glukosa :
a. Enzim meltase: mengeuhah maltose glukosa
b. Enzim lactase: mengubah lactosa menjadi glukosa
c. Enzim sucrase: mengubah sucrase menjadi glukosa

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), jejenum dan
ileum.

Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat dan energi, menyerap zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam
aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaa, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu.

a. Mulut
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan
dan manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
dari awal sistem pencernaan lengkap yang berakhir dianus. Mulut merupakan jalan
masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat dipermukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan
penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius dihidung dan terdiri dari berbagai
macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigeraham menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah
juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein
dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan
berlanjut secara otomatis (Williams dan Wilkins, 2008).
b. Tenggorokan (Faring)
Tenggorokan adalah penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal
dari bahasa yunani Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari,
bagian superior=bagian yang tinggi dengan hidung, bagian media=bagian yang
sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior=bagian yang sama tinggi dengan
laring (William dan Wilkins, 2008).
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut kedalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses paristaltik. Sering juga disebut
esofagus. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi esofagus dibagi menjadi tiga bagian : bagian superior (sebagian
besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus),
serta bagian interior (William dan Wilkins, 2008)
d. Lambung
Lambung adalah organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandung
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu Kardia, fondus antrum makanan masuk ke
dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang
bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi
masuknya kembali isis lambung kedalam kerongkongan. Lambung berfungsi
sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim (William dan Wilkins, 2008)
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
menyangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim
yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa
(sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sikuler), lapisan otot memanjang (M
longitidinal) dan lapisan serosa (William dan Wilkins, 2008).

f. Usus besar (kolon)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara buntu dan rektum.
Fungsi organ ini adalah menyerap air dari fases. Usus besar terdiri dari kolon
asendon (kanan), kolon desendon (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan
rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar antara usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri
didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K
(William dan Wilkins, 2008)
g. Rektum dan anus
Rektum (bahasa latin : regere “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan
yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rectum
ini kosong karena tinja disimpan ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk kedalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (William dan Wilkins, 2008)

2. Definisi penyakit
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi
adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik kronis. (Price&Wilson: 2006)
3. Pathway

Obat-obatan (NISAD, aspirin H. phylori Kafein


sulfanomidasteroid, digitalis)
Melekat pada epitel Me produksi bikarbonat
lambung terhadap asam
Menganggu pembentukan
sawat mukosa lambung
Mengahncurkan lapisan Me kemampuan protek
mukosa lambung terhadap memapuan

Me baarrier lambung Menyebabkan difusi


terhadap asam dan pepsin kembali asam
lambung&pepsin
Kekurangan volume cairan

7
inflamasi Erosi mukosa lambung perdarahn

Nyeri epigastrium
Me tonus dan paristaltik Mukosa lambung
lambung kehilangan integritas
jaringan
Me sensori untuk makan Refluk isi duodenum
kelambung
Anoreksia

Mual Dorongan ekspulsi isi


lambung kemulut
Nyeri akut Ketidakseimbangan nutrisi Muntah
kurang dari kebutuhan tubuh

Kekurangan volume cairan

Gambar Nanda Nic-Noc, 2015

4. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah. Tes ini digunaka untuk memeriksa adanya antibodi H.
Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukan bahwa pasien pernah
kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung
akibat gastritis.
2. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi
oleh bakteri H. Pylori atau tidak.
3. Pemeriksaan feses. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat
dari sinar X
5. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda
gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan
cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen. (NANDA
nic noc: 2015)

5. Penatalaksanaan
1. Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan
porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditunjukkan untuk mengatur sekresi asam
lambung berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik
dan antasid juga ditunjukkan sebagai sifoprotektor berupa sukralfat dan
prostaglandin. Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap pasien
dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan
menghentikan obat yang dapat menjadi penyebab, serta dengan pengobatan
suportif. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan antagonis
H2 sehingga mencapai PH lambung 4. Meskipun hasilnya masih jadi
perdebatan tetapi pada umumnya tetap dianjurkan. Pencegahan ini terutama
bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat. Untuk
pengguna aspirin atau anti inflamasi nonstreroid pencegahan yang terbaik
adalah dengan misaprostol, atau Derivat Prostaglandin. Penatalaksanaan
medikal untuk gastritris akut dilakukan dengan menghindari alkohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila gejala menetap, diperlukan cairan
intravena. Bila terdapat perdarahan , pentalaksanaan serupa dengan pada
hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis terjadi karena alkali kuat,
gunakan jus karena adanya bahaya perforasi. (Nanda Nic-Noc, 2015)

2. Gastritis kronis
Faktor utama ditandai oleh kondisi progesif epitel kelenjar disertai sel pariental
dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai
permukaan yang rata, gastritis kronis ini digolongkan menjadi dua kategori
Tipe A (Altrofk atau Fundal) dan tipe B (Antral). Gastritis kronis tipe A disebut
juga gastritis altrofik atau fundal, karena gastritis terjadi pada bagian fundus
lambung. Gastritis kronis tipe A merupakan suatu penyakit auotoimun yang
disebabkan oleh adnya autoantibodi terhadap sel parienteral kelenjar lambung
dan faktor intrinsik. Tidak adanya sel pariental dan Chief Cell dapat
menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin. Gastritis
kronis tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena umumnya mengenai
daerah antrium lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan Gastritis
kronis Tipe A. Penyebab utama gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol
yang berlebihan, merokok, dan refluksi yang dapat mencetuskan terjadinya
ulkus peptikum dan karsinoma. Pengobatan gastritis kronis bervariasi,
tergantung pada penyakit yang dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat
diberikan antibiotik untuk membatasi helicobacter pylory. Namun demikian
lesi tidak selalu muncul. Dengan gastritis kronis. Alkohol dan obat yang
diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi anemia defisiensi
besi (yang disebabkan oleh pendarhan kronis), maka penyakit ini harus dobati.
Pada anemia pernisiosa harus diberi pengobatan vitamin B12 dan terapi yang
sesuai. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan meningkatkan
istirahat serta memulai farmokoterapi. Helicobacter pylary dapat diatasi dengan
antibiotik (seperti tetrasiklin atau Amoxicillin) dan garam bismuth (Pepto
bismol). Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami malabsorbsi
vitamin B12. (NANDA nic noc: 2015)

B. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama: Pasien mengatakan merasa nyeri perut, demam, dan
mual-mual.
2) Riwayat kesehatan/penyakit sekarang: Pasien datang ke rumah
sakit pada tanggal 28 Januari 2018 dengan diantar keluarganya. Pasien
tidak dibawa ke pelayanan kesehatan lain sampai dibawa ke rumah
sakit dan menjalani perawatan
3) Riwayat kesehatan/penyakit dahulu: Pasien mengatakan punya
riwayat penyakit magh sejak tahun 2010 tapi hanya meminum obat
bodrex dan obat dari puskesmas
4) Riwayat kesehatan/penyakit keluarga: Pasien mengatakan anak
pasien mengalami keluhan yang sama. Pasien tidak mempunyai
penyakit menurun
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum sadar, GCS=E4V5M6, TD=140/80, N=80×/menit,
R=24×/menit, S=37°c
c. Pemeriksaan penunjang
a) pemeriksaan ini digunaka untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukan bahwa pasien pernah
kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
b) PemeriksaanPemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah
pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak.
c) PemeriksaanPemeriksaan feses. Tes ini memeriksa apakah terdapat H.
Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan
terjadinya infeksi
d) Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin
tidak terlihat dari sinar X
e) Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-
tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen.
Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas
ketika di ronsen. (NANDA nic noc: 2015)

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Demam berhubungan dengan dengan hipertermia
3. Mual berhubungan dengan gangguan rasa nyaman

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Tujuan: Pasien menyatakan nyeri hilang dan mampu untuk melakukan istirahat dengan
tenang
Intervensi:
 Kaji nyeri, lokasi, dan intesitas
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
 Pilih dan lakukan penangan nyeri (farmakologi, non farmakologi, dan inter
personal)

Diagnosa 2: Demam berhubungan dengan hipertermia


Tujuan: Suhu tubuh dalam rentang normal, nadi dan RR dalam rentang normal, dan
tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi:
 Monitor suhu sesering mungkin
 Monitor IWL
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tekanan darah, nadi, dan RR
 Monitor penurunan tingkat kesadaran
Diagnosa 3: Mual berhubungan dengan gangguan rasa nyaman
Tujuan: Mengontrol nyeri, agresi pengendalian diri, dan respon terhadap pengobatan
Intervensi:
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
 Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
 Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma (2015) APLIKASI : Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction

Dr. Rusbandi Sarpini (2014). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Edisi
Revisi. Jakarta : IN MEDIA

William & Wilkins (2008). APLIKASI : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Diagnosa Medis
Gangguan Gastrointestinal. Jakarta Barat : INDEKS

Rudy Haryono (2012) APLIKASI : Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta
: Gosyen Publising

Anda mungkin juga menyukai