Anda di halaman 1dari 5

PROTOKOL KESEHATAN 6M

SE No. 16/2021 menyebutkan, setiap individu yang melaksanakan perjalanan wajib


menerapakan dan mematuhi protokol kesehatan 6M:

1. Memakai masker
2. Mencuci tangan dengan sabun di air mengalir
3. Menjaga jarak
4. Menjauhi kerumunan
5. Mengurangi mobilitas
6. Menghindari makan bersama

1. Memakai Masker
Penggunaan masker efektif dalam mengurangi jumlah penularan virus COVID-19
(Eikenberry et al., 2020). Masker mempunyai standard dan jenis yang berbeda-beda untuk
tenaga medis dan masyarakat (Howard et al., 2020). Menurut Herman (2020), jenis
masker yang memiliki efficacy yang baik diantaranya N95 respirator, sugical,
polypropylene, dan masker berbahan katun.

1. Respirator N95 diberi nama karena memiliki kemampuan untuk menyaring 95% atau
lebih partikel kecil berukuran 0.3μm sehingga mampu melindungi pemakaiannya dari
patogen di udara (airborne). Masker N95 terbuat atas beberapa lapisan dimana lapisan
tengah filter terbuah dari polypropylene elektrostatis. Muatan elektrostasis pada masker
N95 meningkatkan efisiensi penyaringan mekanis sebesar 10-20 kali (Juang & Tsai,
2020). menurunkan risiko infeksi sebanyak 85% serta tingkat ke-efektifan yang lebih
tinggi bila digunakan pada fasilitas kesehatan.
2. Masker surgical berbeda dengan respirator N95 karena masker surgical dirancang lebih
longgar. Masker surgical merupakan pembatas fisik antara hidung dan mulut pemakai
masker dengan kontaminan yang ada di lingkungan. masker surgical memiliki tingkat
ketebalan dan kemampuan melindungi yang berbeda. Masker surgical efektif dalam
memblokir percikan dan partikel droplet besar namun tidak efektif dalam menyaring
partikel kecil di udara yang ditransmisikan melalui batuk. bersin atau prosedur medis.
Masker surgical dan N95 memiliki beberapa persamaan yaitu kedua jenis masker hanya
digunakan untuk satu kali pakai. Selain itu, kedua masker tersebut telah melalui uji
fluid resistance, efikasi penyaringan, uji mudah terbakar dan biokompatibilitas (FDA,
2020). Masker surgical yang lebih efektif mampu memberikan 85% atau 99%
perlindungan untuk mencegah penularan penyakit menular. Efikasi penyaringan yang
tinggi pada surgical mask dibentuk dari lapisan filter serat tekstil pada kedua sisi yang
disertai dengan kain non woven (Chellamani et al., 2013). jika dibandingkan dengan
penggunaan respirator N95 yang tepat, masker surgical belum mampu memberikan
proteksi dari partikel aerosol sebaik respirator N95. Tetapi, penggunaan masker
surgical lebih baik dari pada tidak menggunakan masker sama sekali dan setara dengan
penggunaan masker N95 dalam mencegah infeksi virus pernafasan tertentu yang
ditransmisikan melalui droplet (Chao et al., 2020).

3. Masker kain (non medis) terdiri dari berbagai jenis kain tenun dan tanpa tenun, salah
satunya adalah polipropilena. Kemampuan filtrasi dan kemudahan bernapas pada setiap
masker berbeda-beda tergantun pada kombinasi kain dan bahan yang digunakan dalam
proses pembuatan masker. Masker non medis bukanlah alat kesehatan maupun alat
pelindung diri. WHO (2020) menyarakan penggunaan masker kain sebaiknya hanya
menjadi pertimbangan dengan tujuan pengendalian sumber di masyarakat, bukan
dengan tujuan pencegahan. Hal ini dikarenakan masker kain memiliki persyaratan
standar filtrasi dan kemudahan bernapas yang lebih rendah serta perkiraan kinerja
keseluruhan yang lebih rendah. Oleh sebab itu, penggunaan masker kain (non medis)
harus dibarengi dengan sering mencuci tangan dan penjagaan jarak fisik (WHO, 2020).
Menurut WHO (2020), efisiensi filtrasi masker bergantung pada diameter serat atau
benang, keketatan tenunan dan proses pembuatan (spunbond, meltblown, muatan
elektrostatis). Masker dan kain memiliki filtrasi yang beragam mulai dari 0.7% sampai
60% (Jung et al., 2020). Terdapat korelasi postitif dimana semakin tinggi efisiensi
filtrasi, semakin besar hambatan yang diberikan oleh kain. Selain efisiensi filtrasi, jenis
bahan masker kain juga mempengaruhi kemudahan bernapas yang berarti seberapa
mudah pemakai bernapas menembus bahas masker. Jenis kain yang digunakan dapat
bersifat menguntungkan atau merugikan pada efisiensi filtrasi dan tingkat kemudahan
bernafas sebuah masker kain. Menurut Jang & Kim (2020), bernafas dengan masker
kain katun komersial pada umumnya sangat mudah tetapi filtrasi masker jenis ini lebih
rendah.

2. Mencuci Tangan
Satu kunci keberhasilan dalam upaya pencegahan penularan virus Covid-19 adalah
dengan mencuci tangan secara konsisten sebelum dan sesudah melakukan aktifitas. Namun
sayangnya tidak banyak masyarakat yang mengetahui prosedur mencuci tangan yang benar.
Menurut WHO dalam Kusumawati (2018) cuci tangan adalah suatu prosedur/ tindakan
membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir atau Hand rub
dengan antiseptik (berbasis alkohol). Sedangkan menurut James (2008), mencuci tangan
merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi
(Kusumawati, 2018).
Menurut Susiati dalam Kusumawati (2018), tujuan dilakukan cuci tangan yaitu
untuk menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan, mencegah infeksi silang (cross
infection), menjaga kondisi steril, melindungi diri dari infeksi, dan memberikan perasaan
segar dan bersih.
Indikasi Cuci Tangan bagi masyarakat
Adapun waktu penting untuk mencuci tangan bagi masyarakat adalah sebagai berikut
(Kemenkes RI, 2020) :
a) Sebelum Makan
b) Setelah BAB
c) Sebelum Menjamah Makanan
d) Sebelum Menyusui
e) Setelah Beraktifitas
Prosedur Enam Langkah Cuci Tangan
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap wastafel
dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai sesuai standar rumah sakit (misalnya kran air
bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersih. Prosedur enam langkah cuci tangan adalah
sebagai berikut:
a) melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam
tangan. b) membuka kran air dan membaahi tangan.
c) menuangkan sabun cair ke telapak tangan secukupnya.
d) melakukan gerakan tangan, mulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak tangan.
e) kedua punggung telapak tangan saling menumpuk secara bergantian.
f) bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan menyilang.
g) membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.
h) membersihkan ibu jari secara bergantian.
i) posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar kedalam beralaskan telapak tangan secara
bergantian.
j) bilas tangan dengan air yang mengalir.
k) keringkan tangan dengan tisu sekali pakai.
l) menutup kran air menggunakan siku atau siku, bukan dengan jari karena jari yang telah
selesai kita cuci pada prinsipnya bersih. Lakukan semua prosedur diatas selama 40 – 60 detik
(Kusumawati, 2018).

3. Menjaga Jarak

Menjaga jarak (Social distancing) merupakan salah satu intervensi yang efektif dalam
pencegahan penularan virus COVID-19 (Lewnard & Lo, 2020). Peraturan dan intervensi
dari pemerintah dalam menetapkan kebijakan pembatasan mobilitas efektif dalam
mencegah semakin masifnya penularan dan persebaran COVID-19 (Abouk & Heydari,
2021). Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena
droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari kerumunan,
keramaian, dan berdesakan. Jika tidak memungkinkan melakukan jaga jarak maka dapat
dilakukan berbagai rekayasa administrasi dapat berupa pembatasan jumlah orang,
pengaturan jadwal, dan sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis antara lain dapat berupa
pembuatan partisi, pengaturan jalur masuk dan keluar, dan lain sebagainya.

Sumber:
Dwirusman, C.G. 2020. Peran Dan Efektivitas Masker Dalam Pencegahan Penularan Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19). Jurnal Medika Hutama Vol 02 No 01, Oktober 2020
Purba., E.I., et al. 2021. Enam Langkah Mencuci Tangan yang Benar dalam Pencegahan
Penularan Covid-19. Jurnal Abdimas Mutiara Volume 2, Nomor: 2, Agustus 2021
Sari, D.P., et al. 2021. Sosialisasi Kepatuhan Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan
Penularan Covid-19. Jurnal Masyarakat Mandiri Vol. 5, No. 3, Juni 2021, Hal. 828-
835

Anda mungkin juga menyukai