ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN. E.C DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR CAIRAN
DIAGNOSA MEDIS DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
DI RSUA IRNA LANTAI 4 SURABAYA
Oleh :
Kelompok 9
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KASUS SEMINAR
DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
Oleh :
Kelompok 9
2021
Oleh Pembimbing:
NIP. 198611242018032001
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah seminar kasus
profesi ners “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar
Gangguan Cairan dengan Diagnosa Medis Dengue Haemoragic Fever (DHF) Di RSUA
Lantai 4 Surabaya” ini tepat waktu. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam
proses pengerjaannya.
Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah seminar
kasus profesi ners ini, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Praba Diyan Rachmawati, S,Kep., Ns., M.Kep. selaku PJMK Stase Profesi
Keperawatan Dasar di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, yang
memberikan bimbingan dan saran.
2. Arina Qonaah, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing akademik kelompok 9 stase
Profesi Keperawatan Dasar atas asistensi, masukan, bimbingan, dan arahannya.
3. Teman-teman anggota kelompok 9 Stase Keperawatan Dasar Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga, yang memberikan kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan sangat kami
butuhkan demi penyempurnaan makalah ini. Kami berharap agar makalah ini dapat menjadi
sesuatu yang bermanfaat bagi kita semua. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Hal ini masi dikategorikan tinggi sehingga perlu adanya kewaspadaan terhadap
lonjakan kasus dan angka kematian harus tetap ditingkatkan (Dinkes, 2017).
Faktor lingkungan dan perilaku manusia merupakan faktor penyebab umum
pada DHF. Contohnya perilaku membiarkan genangan air di sekitar tempat
tinggal, perilaku tidak menguras bak dan ketika memasuki musim hujan yang
menjadi potensi tinggi penyebaran DHF (Wang et al., 2020). Pada penelitian yang
sama menyebutkan bahwa penderita DHF mengalami penurunan jumlah
trombosit secara drastis yang dapat membahayakan jiwa. Kondisi ini tentu bisa
parah bila pasien terlambat dirujuk dan tidak dapat tertangani dengan cepat.
Penderita DHF yang terlambat akan menyebabkan dengue Syok Syndrome (DSS)
yang menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien mengalami hipovolemi
atau defisit volume cairan akibat meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh
darah sehingga darah menuju luar pembuluh (Ngastiyah, 2005). Tingginya kasus
maka berpeluang tingginya angka kematian penderita DHF dan tidak hanya pada
anak, tetapi kasus DHF juga ditemukan pada remaja dan juga dewasa (Pare et al.,
2020).
Pengetahuan, sikap dan tindakan merupakan faktor perilaku yang sangat
berperan dalam penularan DHF selain faktor lingkungan dan vektor atau
keberadaan jentik (Asri et al., 2017). Namun, faktanya sekarang ini masih ada
anggapan di masyarakat yang menunjukan perilaku tidak sesuai seperti anggapan
bahwa DHF hanya terjadi di daerah kumuh dan pencegahan demam berdarah
hanya dapat dilakukan dengan pengasapan atau fogging. Padahal pemerintah telah
melakukan banyak program selain dengan pengasapan dan yang paling efektif
dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan cara 3M Plus (Kemenkes RI, 2019). Program kegiatan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus diperlukan peran perawat sebagai
edukator untuk melakukan upaya tersebut melalui upaya promotif dan perawat
harus memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang cukup dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan DHF di rumah sakit. Ketrampilan yang
sangat dibutuhkan adalah kemampuan untuk mengidentifikasi tanda-tanda syok
2
dan kecepatan dalam menangani pasien yang mengalami DSS. Selain itu
ditambah dengan perilaku hidup bersih dan sehat, memberantas jentik nyamuk di
rumah dan sebisa mungkin menghindari gigitan nyamuk seperti tidur dengan
memasang kelambu, menggunakan lotion pengusir nyamuk, dan menanam
tanaman pengusir nyamuk (Kemenkes RI 2018).
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. Konsep DHF
2.1 Definisi DHF
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue
(dengue shock syndrome) adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).
Penyakit DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang
merupakan Arbovirus (arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ) nyamuk aedes aegepty.
4
Menurut [ CITATION Can19 \l 1033 ] salah satu penyebab penyakit ini
termasuk kedalam arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat
tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3, dan 4. Keempat virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serolis
virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40
nanometer, dapat berkembang biak dengan baik yang berasal pada berbagai
kultur jaringan dapat berkembang biak dengan baik yang berasal dari sel-sel
mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel-sel arthopoda
misalnya sel aedes.
2. Vektor
Menurut [ CITATION Can19 \l 1033 ] nyamuk aedes aegepti maupun aedes
albopictutus merupakan vector penularan virus dengue dari penderita kepada
orang lainnya melalui gigitannya, nyamuk aedes aegepti merupakan vector
penting di daerah perkotaan, sedangkan di daerah pedesaan kedua nyamuk
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk aedes aegepti berkembang biak
pada genangan air bersih yang terdapat bejana-bejana yang terdapat di dalam
rumah (aedes aegepti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang-lubang
pohon, di dalam potongan bambu, di lipatan daun dan genangan air bersih
lainnya. Selain itu nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya
pada siang hari terutama pada waktu pagi dan senja hari.
Ciri-ciri nyamuk aedes aegepti menurut [ CITATION Can19 \l 1033 ]. antara lain :
a. Badannya kecil.
b. Warnanya hitam dan belang-belang.
c. Mengigit pada siang hari.
d. Badannya mendatar saat hinggap.
e. Gemar hidup di tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari).
5
histamine) terjadinya : peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan
pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan
plasma dari intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hypovolemia.
Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai
reaksi dari antibodi melawan virus.
6
menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan yang buruk bahkan bias
mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik.
Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh, nyamuk
tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Ditubuh manusia,
virus memerlukan waktu masa tunas 4 – 6 hari (intrinsic incubation period)
sebelum menimbulkan penyakit (Hadinegoro, dalam Soewarno & Kusumawati,
2015).
7
ini sekarang tidak terduga dan seringkali disepelekan oleh masyarakat awam.
Manifestasi kliinik dari penyakit Dengue Haemorhagic Fever sebagai berikut:
1. Mendadak demam tinggi (lebih dari 38˚C) yang berlangsung secara terus
menerus selama 2 sampai 7 hari
2. Terdapat bintik-bintik merah pada kulit
3. Terasa mual, muntah dan kepala pusing
4. Trombosit yang turun terus menerus
Menurut [ CITATION Nis13 \l 1033 ] indeks primer pada demam dengue dan
penyakit mirip dengue biasanya ringan dan dapat sembuh sendirinya. Kehilangan
cairan dan elektrolit, hiperpireksia, dan kejang demam adalah komplikasi paling
sering pada bayi dan anak-anak. Epistaksis, petekie, dan lesi purpura tidak umum
tetapi dapat terjadi pada derajat manapun. Keluarnya darah dari epistaksis, muntah
atau keluar dari rectum, dapat member kesan keliru perdarahan gas introintestinal.
Pada dewasa dan mungkin pada anak-anak, keadaan yang mendasari dapat berakibat
pada perdarahan signifikan. Kejang dapat terjadi saat temperature tinggi, khusunya
pada demam chikungunya. Lebih jarang lagi, setelah fase fibril, asthenia
berkepanjangan, depresi mental, bradikardia, dan ekstrasistol ventricular yang terjadi.
Komplikasi akibat pelayanan yang tidak baik selama rawatan inap juga dapat terjadi
berupa kelebihancairan (fluid overload), hiperglikemia dan hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, infeksi nosocomial, serta praktik klinis
yang buruk.
8
1. Penurunan suhu tubuh
Terapi penggunaan obat penurun panas (antipiretik). Terapi fisik
(nonfarmakologi) seperti istirahat baring, kompres hangat, dan banyak minum.
Tujuan penurunan suhu tubuh yaitu aktivitas dan kesiagaan anak membaik,
perbaikan suasana hati (mood) dan nafsu makan membaik. Pemberian terapi
antipiretik dapat menggunakan obat golongan asetaminofendan ibuprofen
dimana pada golongan ibuprofen terdapat efek samping, seperti hepatotoksisitas
dan gangguan proses pembekuan darah yang memicu perdarahan saluran cerna.
2. Terapi analgetik
Analgetik (penghilang rasa sakit). Menurut panduan, pilihan terapi lebih
direkomendasikan menggunakan asetaminofen (parasetamol) karena tergolong
aman untuk anak-anak dan memiliki aktivitas antipiretik dan analgetik.
3. Pemberian cairan
Terjadinya kehilangan cairan plasma adalah akibat dari peningkatan
permeabilitas kapiler dan perdarahan sehingga pemberian cairan mutlak
diperlukan pada pasien DBD. Cairan yang diindikasikan untuk penderita DBD
adalah cairan kristaloid isotonis dengan rekomendasi berupa ringer laktat/asetat.
Pemberian cairan didasarkan pada derajat dehidrasi dan kondisi klinis pasien,
namun secara umum untuk kasus DBD cairan yang diberikan mengikuti aturan
pemberian cairan pada kondisi dehidrasi sedang (defisit 5-8% cairan) selain
mempertimbangkan berat badan penderita.
9
a. Hemoglobin
Pemeriksaan DHF akan terjadi peningkatan kadar hemoglobin dikarenakan
kebocoran atau perembesan pembuluh darah sehingga cairan plasmanya
akan keluar dan menyebabkan hemokonsentrasi. Kadar hemoglobin normal
adalah 11,7-15,5 g/Dl.
b. Hematokrit
Peningkatan kadar hematrokrit menggambarkan terjadinya
hemokonsentrasi, yang merupakan indikator terjadinya pembesaran plasma.
Nilai normal dari hematokrit adalah 35-47%.
c. Trombosit
Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali saat pasien
didiagnosa sebagai pasien DHF. Pemeriksaan trombosit pada klien dengan
DHF akan didapatkan hasil penurunan jumlah trombosit normal. Jumlah
trombosit normal yaitu 150-440 dalam satuan 103/uL.
d. Leukosit
Rentang leukosit normal 3,6-11,0 dalam satuan 103/uL.
3. Uji serologi
a. Tes IgG dan IgM Dengue
Hasil positif pada IgG menandakan adanya infeksi sekunder dengue dan
IgM positif menandakan infeksi primer.
b. NS1 (Non Struktural Antigen 1)
Antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai hari
kedelapan. Sensitifitas antigen NS1 berkisar 63-93,4% dengan spesifitas
100% sama tingginya dengan spesifitas gold standar kultur virus.
10
BAB 3
WOC
Invasi virus/viremia
DH
F
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Trombositopenia
IL 1 masuk ke Asites Kelemahan otot
Volume hipotalamus
Kapiler rusak Darah lolos dari
plasma ⬇
Kelainan proses filtrasi
Organ pencernaan
fungsi
Kebocoran plasma Induksi terdesak, perut MK: Intoleransi
koagulasi Hemo-
ke ekstravaskuler pembentukan terasa penuh Aktivitas
konsentrasi
prostaglandin Hipovolemia
MK:
Resiko
Ekspansi paru tidak
Hipovelem
maksimal
i
ASUHAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
AIRLANGGA
IDENTITAS
1. Inisial Pasien : An. E.C
2. Umur : 9 thn
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Suku/ Bangsa : Jawa / Indonesia
5. Agama : Kristen
6. Pendidikan : SD
7. Pekerjaan :-
8. Alamat : Surabaya
9. Sumber Biaya : Mandiri
KELUHAN UTAMA
1. Keluhan utama: Sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan
5. Lain-lain:
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali kecil, sekitar rumah
terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang belum dipakai, bak mandi dikuras setiap
seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga gang yang menderita DHF, tetapi
sekarang sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum pernah disemprot.
9
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ya tidak
Jenis : …………………........................................................................
I. Respirasi
RR : 25 x/menit
Pola nafas: Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
Suara napas: vesikular
Paru kanan Paru Kiri
II. Sirkulasi
TD: 100/60mmHg N: 98 x/menit S: 38 oC CRT: ≤2 detik >2 detik
Akral: dingin SpO2: 98% Sianosis: Ya Tidak:
Perdarahan: Ya Tidak: Lokasi: keluar dari hidung Jumlah perdarahan: 5 mL
Lain-lain:
Tidak ada
V. Aktivitas
Pergerakan sendi: Bebas Terbatas
5 5
5 5
Kekuatan otot:
Penggunaan spalk/gips: Ya Tidak:
Lain-lain:
Tidak ada
VI. Istirahat
Jumlah jam tidur: 9 Jam/hari
Gangguan tidur: Insomnia Sering mimpi buruk Sulilt memulai tidur Hypersomnia
Mendengkur Sleep walking Sleep apnea
Lain-lain:
Tidak ada
Inte VIII. Tr
grit e
11 Jenis
cairan
Klien menangis: Ya Tidak:
Kontak mata dengan pemeriksa: Ya Tidak: Keterangan: …….
Klien sulit berkonsentrasi: Ya Tidak:
Lain-lain:
Tidak ada
X. Pembelajaran
Kooperatif terhadap rencana perawatan: Ya Tidak: Keterangan: …… Mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang kasus penyakitnya: Ya Tidak:
Keterangan terkait pengetahuan klien: pengetahuan klien didapat melalui orang tua
Terlibat aktif dalam penyuluhan kesehatan selama perawatan: Ya Tidak:
Lain-lain:
Tidak ada
2 Diagnosis lain 0
Tidak = 0 Ya = 15
3 Bantuan berjalan
Tidak ada, tirah baring, di kursi roda, bantuan perawat = 0
0
Tongkat ketiak (crutch), tongkat (cane), alat bantu berjalan (walker) = 15
Furnitur= 30
4 IV/heparin lock 0
Tidak = 0 Ya = 20
5 Cara berjalan/berpindah
Normal, tirah baring, tidak bergerak = 0
0
Lemah = 10
Terganggu = 20
6 Status mental
Mengetahui kemampuan diri = 0 0
Lupa keterbatasan = 15
10
XIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG , dll)
XIV. TERAPI
(Kelompok 9)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ANALISIS DATA
Hipertermia
Defisit Nutrisi
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1. Hipertermia b.d proses inflamasi infeksi virus dengue d.d suhu tubuh 38,6o (D.0130)
2. Defisit nutrisi b.d penurunan nafsu makan d.d KU lemah (D.0019)
3. Hipovolemia b.d pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler d.d nadi 98x/mnt, TD
100/70 mmHg (D.0023)
RENCANA INTERVENSI
Rabu, 08 10.00 WIB Defisit nutrisi b.d penurunan nafsu Manajemen Nutrisi (I.03119) - Menentukan intervensi
September makan d.d KU lemah (D.0019) Observasi selanjutnya
2021 Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi status nutrisi - Memberikan makan
keperawatan 1x24 jam diharapkan - Identifikasi alergi dan intoleransi porsi kecil tapi sering
nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil: makanan untuk menghindari mual
Status Nutrisi (L.03030) - Monitor asupan makanan dan muntah
1. Frekuensi makan meningkat - Monitor berat badan - Mencegah terjadinya
2. Nafsu makan meningkat Terapeutik BAB cair secara terus
3. Berat badan normal - Berikan makanan tinggi serat menerus
Edukasi - Memberikan nutrisi
- Ajarkan diet yang diprogramkan makanan yang cukup
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang diperlukan
Rabu, 08 12.00 WIB Hipovolemia b.d pindahnya cairan Manajemen Hipovolemia (I.03116) - Menentukan intervensi
September intravaskuler ke ekstravaskuler d.d Observasi selanjutnya
2021 nadi 98x/mnt, TD 100/70 mmHg - Periksa tanda dan gejala hipovolemia - Asupan cairan oral untuk
(D.0023) - Monitor intake dan output cairan pemenuhan kebutuhan
Setelah dilakukan tindakan Terapeutik cairan tubuh
keperawatan 1x24 jam diharapkan - Hitung kebutuhan cairan - Meningkatkan jumlah
tidak terjadi syok hipovolemik dengan - Berikan asupan cairan oral cairan tubuh untuk
kriteria hasil: Edukasi mencegah terjadinya
Status Cairan (L.03028) - Anjurkan memperbanyak asupan cairan syok hipovolemik
1. Tekanan darah normal oral
2. Membran mukosa tidak kering Kolaborasi
3. Frekuensi nadi normal - Kolaborasi pemberian cairan intravena
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/shift No DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Rabu/08 D.0130 08.00 WIB • Mengidentifikasi penyebab hipertermia dan 14.00 WIB S: Klien mengatakan demam
September monitor suhu tubuh. Dari hasil pengkajian berkurang
2021/Shift 1 didapatkan suhu: 38,6o , nadi: 98 x/mnt, TD: O: Suhu klien berkurang menjadi 37oc
100/60 mmHg, RR: 25x/mnt A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
• Memberikan kompres dingin untuk
mengurangi demam
• Melonggarkan pakaian yang dikenakan klien
• Kolaborasi pemberian cairan intravena
S: Klien mengatakan nafsu makan
D.0019 10.00 WIB • Mengidentifikasi status nutrisi klien 14.00 WIB bertambah dan mual berkurang
• Mengidentifikasi adanya alergi dan O: Porsi makan klien habis
intoleransi makanan A: Masalah teratasi
• Monitor asupan makanan P: Intervensi dihentikan
• Monitor berat badan
• Memberikan makanan porsi kecil tapi sering
• Memberikan makanan yang mudah ditelan
dan dicerna
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan klien
S: Klien mengatakan badannya tidak
lemas lagi
D.0023 12.00 WIB • Periksa tanda dan gejala hypovolemia. Nadi: 14.00 WIB
O: KU normal, turgor kulit baik, nadi:
98x/mnt, TD: 100/60 mmHg, turgor kulit 80x/mnt, TD: 120/80 mmHg
baik, membran mukosa kering, KU lemah, A: Masalah teratasi
sering minum) P: Intervensi dihentikan
• Memberikan asupan cairan oral 1500-2000
mL
• Mengobservasi intake dan output cairan klien
• Kolaborasi pemberian cairan intravena
BAB 5
KESIMPULAN
Dengue haemoragic fever (DHF) atau demam berdarah merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh infeksi virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamu aedes
aegypty dan aedes albopictus. Tanda dan gejala yang dialami oleh pasien DHF yaitu
mendadak demam tinggi (lebih dari 380C), terdapat bintik-bintik merah pada kulit, mual,
muntah dan kepala pusing serta trombosit yang turun secara terus menerus. Masalah
keperawatan yang muncul pada pasien dengan DHF adalah defisit nutrisi, hipertermi, risiko
hipovolemi, risiko perdarahan, intoleransi aktivitas, pola nafas tidak efektif, gangguan
eliminasi urin. Intervensi keperawatan disesuaikan dengan masalah keperawatan yang
dialami oleh pasien sehingga masalah tersebut dapat teratasi.
Setelah mengetahui penyebab dan cara merawat pasien dengan penyakit DHF, kita
dapat melakukan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia secara holistik
dengan melakukan pengkajian secara jeli dan mendalam terkait kasus yang ditemuai, mampu
menentukan maslaah keperawatan sesuai prioritas berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
pengkajian, mampu menyusun rencana keperawatan dan mampu melakukan implementasi
yang sesuai serta mampu melakukan evaluasi terhadao masalah berdasarkan implementasi
yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Asri, Nuntaboot, K., & Festi Wiliyanarti, P. (2017). Community social capital on fighting
dengue fever in suburban Surabaya, Indonesia: A qualitative study. International
Journal of Nursing Sciences, 4(4), 374–377. https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2017.10.003
Candra, A. (2019). Asupan Gizi Dan Penyakit Demam Berdarah/Dengue Hemoragic Fever
(DHF). Journal of Nutrition and Health, 7(2), 23
Hadinegoro. 2011. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Data-
dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Situasi Penyakit Demam Berdarah Di Indonesia 2017. In
Journal of Vector Ecology (Vol. 31, Issue 1, pp. 71–78).
https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-
Situasi-Demam-Berdarah-Dengue.pdf
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. EGC.
Nisa, W. D., Notoatmojo, H., & Rohman, A. (2013). Karateristik Demam Berdarah Dengue
pada Anak di Rumah Sakit Roemani Semarang. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah,
1(2), 96.
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Yogyakarta :
Mediaction Jogja.
Pare, G., Neupane, B., Eskandarian, S., Harris, E., Halstead, S., Gresh, L., Kuan, G.,
Balmaseda, A., Villar, L., Rojas, E., Osorio, J. E., Anh, D. D., De Silva, A. D.,
Premawansa, S., Premawansa, G., Wijewickrama, A., Lorenzana, I., Parham, L.,
Rodriguez, C., … Loeb, M. (2020). Genetic risk for dengue hemorrhagic fever and
dengue fever in multiple ancestries. EBioMedicine, 51, 102584.
https://doi.org/10.1016/j.ebiom.2019.11.045
Pranata, I. A., & Artini, I. A. (2017). Ganbarana Pola Penatalaksanaan Demam Berdarah
Dengue (DBD) pada anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten Buleleng. E-
Journal Medika, Vol 6 No 5, 21-27
Wang, W. H., Urbina, A. N., Chang, M. R., Assavalapsakul, W., Lu, P. L., Chen, Y. H., &
Wang, S. F. (2020). Dengue hemorrhagic fever – A systemic literature review of current
perspectives on pathogenesis, prevention and control. Journal of Microbiology,
Immunology and Infection, 53(6), 963–978. https://doi.org/10.1016/j.jmii.2020.03.007
WHO. 2015. Dengue and Severe Dengue.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/