Anda di halaman 1dari 31

COVER

KEPERAWATAN HIV-AIDS
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN HIV

Fasilitator :
Dr. Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep

Kelompok 2
AJ 2 – B23
1. Melya Azizah 132011123058
2. Irma Gina Apriyani 132011123059
3. Ni Ketut Sumiati 132011123060
4. Ida Azizah 132011123061
5. Desti Candraning Indah 132011123062
6. Nadia Rahmawati 132011123063
7. Anita Rahmawati 132011123064
8. Siti Sochifah 132011123065
9. Robby Bagus Prasetya 132011123066
10. Zalsah Adelia Eka Pratiwi 132011123067
11. Wulandari 132011123068
12. Makkatul Hikmah 132011123069
13. Aisyah Dewi Fortuna 132011123070
14. Sindy Milyana Khadaryati 132011123071
15. Aprilias Filantika Rofi 132011123072
16. Hidayatul Aulia 132011123073
17. Lailatul Fajriyah 132011123074
18. Muhammad Zahid Syam 132011123075
19. Trianaka Ficta Rochmah Annisya 132011123076

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
“Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan HIV” sebagai tugas mata kuliah
Keperawatan HIV-AIDS sesuai waktu yang ditentukan. Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis berharap kepada semua
pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang membangun, baik dalam
hal penulisan atau apapun kekurangan dari makalah ini.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya makalah ini tidak terlepas dari
dukungan banyak pihak. Kepada pihak yang telah membantu, penulis ucapkan
terimakasih. Penulis sangat berharap semoga malalah ini dapat diterima dan
dijadikan dasar untuk meningkatkan keilmuan yang lebih baik, bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi perkembangan dunia keperawatan umumnya.

Surabaya, Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan umum .................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan khusus ................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 Konsep Dasar HIV/AIDS pada Ibu Hamil ............................................... 3
2.1.1 Definisi HIV/AIDS ........................................................................... 3
2.1.2 Etiologi .............................................................................................. 3
2.1.3 Patofisiologis ..................................................................................... 4
2.1.4 Stadium HIV ..................................................................................... 5
2.1.5 Gejala Berdasarkan Stadium ............................................................. 5
2.1.6 Resiko Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak ......................................... 6
2.1.7 Penatalaksanaan ................................................................................ 9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Ibu dengan HIV........................................ 9
2.2.1 Pengkajian ......................................................................................... 9
2.2.2 Diagnosa.......................................................................................... 11
2.2.3 Intervensi ......................................................................................... 12
2.2.4 Implementasi……………………………………………………….13

2.2.5 Evaluasi…………………………...……………………………….13

BAB 3 ................................................................................................................... 14
Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS ..................................... 14
3.1. Pengkajian .............................................................................................. 14
3.2 Analisa data ............................................................................................ 19
iii
3.3 Diagnosa keperawatan ............................................................................ 19
3.4 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 20
3.5 Implementasi dan Evaluasi ..................................................................... 23
BAB 4 ................................................................................................................... 26
PENUTUP ............................................................................................................. 26
4.1 Simpulan ................................................................................................. 26
4.1 Saran ....................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) yang disingkat HIV/AIDS mengingat di Indonesia
penularan HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan
salah satu penyakit menular yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan
anak. Prevalensi kasus HIV di dunia populasi terinfeksi HIV terbesar di dunia
adalah di benua Afrika (25,7 juta orang), kemudian di Asia Tenggara (3,8
juta), dan di Amerika (3,5 juta). (UNAIDS, 2019) Tingginya populasi orang
terinfeksi HIV di Asia Tenggara mengharuskan Indonesia untuk lebih
waspada terhadap penyebaran dan penularan virus ini.
Di Indonesia, kasus HIV/AIDS mencapai puncaknya pada tahun 2019,
yaitu sebanyak 50.282 kasus, lima provinsi dengan jumlah kasus HIV
terbanyak adalah Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Papua, dimana pada tahun 2017 kasus HIV terbanyak juga dimiliki oleh
kelima provinsi tersebut (KEMENKES RI, 2020) Prevalensi HIV di
Indonesia masih didominasi oleh kelompok usia produktif (25 – 49 tahun)
dengan jumlah 7.843 kasus HIV dengan jumlah penderita perempuan HIV
sejumlah 3.866 orang per April 2019. (Kementerian RI, 2019).
Situasi kasus di Jawa Timur desember 2019 jumlah kasus AIDS yang
dilaporkan adalah 1.254 orang, dan 9.981 kasus HIV. Berdasarkan jenis
kelamin kasus AIDS pada tahun 2019 kelompok laki-laki sebesar 853 (68%)
dan perempuan sebesar 401 kasus (32%). Namun proporsi perempuan
cenderung mengalami peningkatan secara tajam dari tahun ke tahun. Dan dari
segi kelompok umur, maka kasus AIDS didominasi oleh kelompok umur
seksual aktif, yang tertinggi adalah kelompok usia 30-39 tahun sebanyak 430
(34,3%) kasus. Pada periode 2017 ibu hamil dengan HIV ditemukan 3.873
sedangkan pada tahun 2020 ditemukan ibu hamil dengan postif HIV sebanyak
6.094. Pada periode Januari – Maret 2021 ditemukan sebanyak 1.590 orang
ibu positif HIV dan 395 orang ibu hamil postif HIV mendapatkan ART
(Dinkes Jawa Timur, 2020).

1
Mengingat tingginya kasus ibu hamil dengan HIV seperti yang telah di
paparkan diatas, maka dapat meningkatkan risiko peningkatan angka
penderita HIV baru. Hal ini disebabkan karena penularan HIV dapat terjadi
melalui perinatal atau Mother to Child HIV Transmission (MTCT) yang
terjadi selama periode kehamilan dengan tingkat transmisi sebesar 13%
sampai 40% dengan rata – rata tingkat transmisi adalah 25%. HIV dapat
menular melalui kontak darah, namun disini kami akan mencoba
membahas bagaiamana HIV AIDS yang dialami ibu hamil dan
bagaimana melakukan sebuah proses keperawatan pada ibu hamil dengan
HIV AIDS.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana proses asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan HIV AIDS?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan HIV
AIDS.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui pengertian HIV/AIDS
2. Mengetahui etiologi HIV
3. Mengetahui macam – macam infeksi HIV
4. Mengetahui patofisiologi HIV
5. Mengetahui periode penularan HIV pada ibu hamil
6. Mengetahui gejala HIV
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik HIV
8. Mengetahui pengobatan HIV
1.4 Manfaat
Sebagai sumber refrensi bagi teman-teman mahasiswa dan menambah
keilmuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan
HIV AIDS.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar HIV/AIDS pada Ibu Hamil


2.1.1 Definisi HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus golongan
RNA yang spesifik menyerang sistem imun / kekebalan tubuh manusia.
Penurunan sistem kekebalan tubuh pada orang yang terinfeksi HIV
memudahkan berbagai infeksi, sehingga dapat menyebabkan timbulnya
AIDS.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Sindrom) adalah sekumpulan
gejala dan tanda klinis pada pengidap HIV akibat infeksi tumpangan
(oportunistik) karena penurunan sistem imun. Dengan demikian orang
yang terinfeksi HIV secara alamiah tanpa pengobatan mudah
mengalami infeksi tumpangan akan berlanjut menjadi AIDS. Orang
dengan HIV AIDS sering disebut ODHA. ODHA mudah terinfeksi
berbeagai penyakit karena imunitas tubuh yang sangat lemah, sehingga
tubuh gagal melawan kuman yang biasanya tidak menimbulkan
penyakit (Kemenkes RI, 2019).
2.1.2 Etiologi
Asal usul virus HIV belum diketahui secara pasti.Mula-mula
dinamakan Lymphadenopathy Assoiated Virus (LAV).Virus ini terdiri
dari HIV-1 dan HIV-2. virus HIV-2 kurang virulen bila dibandingkan
virus HIV-1 tetapi disebutkan 70% individu yang terinfeksi virus HIV-2
akan terinfeksi oleh virus HIV-1. HIV adalah retrovirus yang mampu
mengkode enzim khusus, reserve trancriptase, yang memungkina DNA
ditranskripsi dari RNA, sehingga HIV dapat menggandakan gen mereka
sendiri, sebagai DNA di dalam sel inang (hospes = host) seperti limfosit
helper CD4. DNA virus bergabung dengan gen limfosit dan hal ini
adalah dasar dari infeksi kronis HIV. Penggabungan gen virus HIV
pada sel inang ini merupakan rintangan untuk pengembangan antivirus
terhadap HIV. Bervariasinya gen HIV dan kegagalan manusia untuk
3
mengeluarkan antibodi terhadap virus menyebabkan sulitnya
pengembangan vaksinasi yang efektif terhadap HIV (Murtiastutik,
2008).
2.1.3 Patofisiologis
HIV merupakan etiologi dari infeksi HIV/AIDS. Penderita AIDS
adalah individu yang terinfeksi HIV dengan jumlah CD4 < 200µL
meskipun tanpa ada gejala yang terlihat atau tanpa infeksi oportunistik.
HIV ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah yang terinfeksi
atau sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu yang terinfeksi kepada
janinnya atau melalui laktasi. Molekul reseptor membran CD4 pada sel
sasaran akan diikat oleh HIV dalam tahap infeksi. HIV terutama akan
menyerang limfosit CD4. Limfosit CD4 berikatan kuat dengan gp120
HIV sehingga gp41 dapat memerantarai fusi membrane virus ke
membran sel. Dua ko-reseptor permukaan sel, CCR5 dan CXCR4
diperlukan, agar glikoprotein gp120 dan gp41 dapat berikatan dengan
reseptor CD4. Koreseptor menyebabkan perubahan konformasi
sehingga gp41 dapat masuk ke membran sel sasaran. Selain limfosit,
monosit dan makrofag juga rentan terhadap infeksi HIV. Monosit dan
makrofag yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai reservoir untuk HIV
tetapi tidak dihancurkan oleh virus. HIV bersifat politronik dan dapat
menginfeksi beragam sel manusia, seperti sel Natural Killer (NK),
limfosit B, sel endotel, sel epitel, sel langerhans, sel dendritik, sel
mikroglia dan berbagai jaringan tubuh. Setelah virus berfusi dengan
limfosit CD4, maka berlangsung serangkaian proses kompleks
kemudian terbentuk partikel-partikel virus baru dari yang terinfeksi.
Limfosit CD4 yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan
provirus atau mungkin mengalami siklus-siklus replikasi sehingga
menghasikan banyak virus. Infeksi pada limfosit CD4 juga dapat
menimbulkan sitopatogenitas melalui beragam mekanisme termasuk
apoptosis (kematian sel terprogram) anergi (pencegahan fusi sel lebih
lanjut), atau pembentukan sinsitium (fusi sel) ((Murtiastutik, 2008).

4
2.1.4 Stadium HIV
Perjalanan Alamiah dan Stadium Infeksi HIV Terdapat tiga fase
perjalanan alamiah infeksi HIV sebagai berikut :
1. Fase I : masa jendela (window period) – tubuh sudah terinfeksi HIV,
namun pada pemeriksaan darahnya masih belum ditemukan antibodi
anti-HIV. Pada masa jendela yang biasanya berlangsung sekitar dua
minggu sampai tiga bulan sejak infeksi awal ini, penderita sangat
mudah menularkan HIV kepada orang lain. Sekitar 30-50% orang
mengalami gejala infeksi akut berupa demam, nyeri tenggorokan,
pembesaran kelenjar getah bening, ruam kulit, nyeri sendi, sakit
kepala, bisa disertai batuk seperti gejala flu pada umumnya yang
akan mereda dan sembuh dengan atau tanpa pengobatan. Fase "flu-
like syndrome" ini terjadi akibat serokonversi dalam darah, saat
replikasi virus terjadi sangat hebat pada infeksi primer HIV.
2. Fase Il : masa laten yang bisa tanpa gejala/tanda (asimtomatik)
hingga gejala ringan. Tes darah terhadap HIV menunjukkan hasil
yang positif, walaupun gejala penyakit belum timbul. Penderita pada
fase ini penderita tetap dapat menularkan HIV kepada orang lain.
Masa tanpa gejala rata-rata berlangsung selama 2-3 tahun;
sedangkan masa dengan gejala ringan dapat berlangsung selama 5-8
tahun.
3. Fase III : masa AIDS merupakan fase terminal infeksi HIV dengan
kekebalan tubuh yang telah menurun drastis sehingga
mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi oportunistik, berupa
peradangan berbagai mukosa, misalnya infeksi jamur di mulut.
2.1.5 Gejala Berdasarkan Stadium
HIV Menurut Kemenkes RI (2015) sesudah dinyatakan HIV
positif, dilakukan pemeriksaan untuk mendiagnosis adanya penyakit
penyerta serta infeksi oportunistik, dan pemeriksaan laboratorium.
Stadium Gejala
Stadium 1 1. Asimtomatik
2. Tidak ada penurunan berat badan
3. Tidak ada gejala atau hanya limfadenopati

5
generalisata persisten
Satdium 2 1. Sakit ringan
2. Penurunan berat badan 5-10%
3. ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis
4. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
5. Luka di sekitar bibir (keilitis angularis)
6. Ulkus mulut beruang
7. Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo-
PPE)
8. Dermatitis seboroik
9. Infeksi jamur kuku
Stadium 3 1. Sakit sedang
2. Penurunan berat badan > 10%
3. Diare, demam yang tidak diketahui
penyebabnya
4. lebih dari 1 bulan
5. Kandidosis oral atau vaginal
6. Oral hairy leukoplakia
7. TB Paru dalam 1 tahun terakhir
8. Infeksi bakterial yang berat (pneumoni,
piomiositis
9. dll)
10. TB limfedonopati
11. Gingivitis atau periodontitis ulseratif
nekrotikan akut
12. Anemia (Hb <8g%), netropenia (<5000/ml),
13. trombositopeni kronis (< 50.000/ ml)
Stadium 4 1. sakit berat (AIDS)
2. Sindroma wasting HIV
3. Pneumonia pnemosistis, Pneumoni bakteri
berulang
4. Herpes simpleks ulseratif lebih dari satu bulan
5. Kandidosis esophageal
6. TB extraparu
7. Sarkoma kaposi
8. Retinitis CMV
9. Abses otak toksoplasmosis
10. Encefalopati HIV
11. Meningitis kriptokokus
12. Infeksi mikobakteria non TB meluas
Sumber : Kemenkes RI (2015)
2.1.6 Resiko Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak
Risiko penularan HIV dari ibu ke anak tanpa upaya pencegahan
atau intervensi berkisar antara 20-50%. Dengan pelayanan pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak yang baik, risiko penularan dapat

6
diturunkan menjadi kurang dari 2%. Pada masa kehamilan, plasenta
melindungi janin dari infeksi HIV; namun bila terjadi peradangan,
infeksi atau kerusakan barier plasenta, HIV bisa menembus plasenta,
sehingga terjadi penularan dari ibu ke anak. Penularan HIV dari ibu ke
anak lebih sering terjadi pada saat persalinan dan masa menyusui.
Ada tiga faktor risiko penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu
sebagai berikut :
1. Faktor Ibu
a. Jumlah virus HIV dalam darah ibu (viral toad) : merupakan
faktor yang paling utama terjadinya penularan HIV dari ibu ke
anak: semakin tinggi jumlahnya, semakin besar kemungkinan
penularannya, khususnya pada saat/menjelang persalinan dan
masa menyusui bayi.
b. Hitung CD4 : ibu dengan hitung CD4 yang rendah, khususnya
bila jumlah sel CD4 di bawah 350 /uL, menunjukkan daya tahan
tubuh yang rendah karena banyak sel limfosit yang pecah/rusak.
Hitung CD4 tidak selalu berbanding terbalik dengan viral load.
Pada fase awal keduanya bisa tinggi, sedangkan pada fase lanjut
keduanya bisa rendah kalau penderitanya mendapat terapi anti-
retrovirus (ARV).
c. Status gizi selama kehamilan : berat badan yang rendah serta
kekurangan zat gizi terutama protein, vitamin dan mineral
selama kehamilan meningkatkan risiko ibu untuk mengalami
penyakit infeksi yang dapat meningkatkan kadar HIV dalam
darah ibu, sehingga menambah risiko penularan ke bayi.
d. Penyakit infeksi selama kehamilan : IMS, misalnya Sifilis;
infeksi organ reproduksi, malaria dan tuberkulosis berisiko
meningkatkan kadar HIV pada darah ibu, sehingga risiko
penularan HIV kepada bayi semakin besar.
e. Masalah pada payudara : misalnya puting lecet, mastitis dan
abses pada payudara akan meningkatkan risiko penularan HIV
melalui pemberian ASI.

7
2. Faktor Bayi
a. Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir : bayi prematur
atau bayi dengan berat lahir rendah lebih rentan tertular HIV
karena sistem organ dan kekebalan tubuh belum berkembang
baik.
b. Periode pemberian ASI : risiko penularan melalui pemberian
ASI bila tanpa pengobatan berkisar antara 5-20%.
c. Adanya luka di mulut bayi : risiko penularan lebih besar ketika
bayi diberi ASI.
3. Faktor Tindakan Obstetrik
Risiko terbesar penularan HIV dari ibu ke anak terjadi pada
saat persalinan, karena tekanan pada plasenta meningkat sehingga
bisa menyebabkan terjadinya hubungan antara darah ibu dan darah
bayi. Selain itu, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari
ibu ke anak selama persalinan adalah sebagai berikut.
a. Jenis persalinan : risiko penularan pada persalinan per vaginam
lebih besar daripada persalinan seksio, karena bayi akan
terkena darah dan cairan vagina ketika melewati jalan lahir
sebagai cara virus HIV dari ibu masuk ke dalam tubuhnya;
namun seksio sesaria memberikan banyak risiko lainnya untuk
ibu.
b. Lama persalinan : semakin lama proses persalinan, risiko
penularan HIV dari ibu ke anak juga semakin tinggi, karena
kontak antara bayi dengan darah/lendir ibu semakin lama.
c. Ketuban pecah lebih dari empat jam sebelum persalinan
meningkatkan risiko penularan hingga dua kali dibandingkan
jika ketuban pecah kurang dari empat jam.
d. Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forsep
meningkatkan risiko penularan HIV (Kemenkes RI, 2019).

8
2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddarth (2013) upaya penanganan medis
meliputi beberapa cara pendekatan yang mencakup penanganan infeksi
yang berhubungan dengan HIV serta malignasi, penghentian replikasi
virus HIV lewat preparat antivirus, dan penguatan serta pemulihan
sistem imun melaluui penggunaan preparat immunomodulator.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Ibu dengan HIV
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Identitas Ibu hamil dengan HIV meliputi nama, alamat, umur,
pekerjaan, pendidikan terakhir.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang muncul pada ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah
lemah, anoreksia, stomatitis, BB menurun, mual, muntah, dan
demam (Padila, 2014).
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala yang dialami ibu hamil dengan HIV/AIDS seperti flu,
demam, menggigil, stomatitis, BB menurun, mual, muntah, dan
demam (Haryono, 2019) dan (Prawirohardjo & Sarwono,
2009).
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kondisi kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit
ginjal bisa berakibat buruk pada kehamilan. Penyakit pada masa
kanak-kanak dan imunisasi. Penyakit sebelumnya seperti
hepatitis, penyakit menular seksual (HIV/AIDS), dan
tuberculosis (Mitayani, 2011).
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Memberikan informasi tentang kesehatan keluarga yang
menderita HIV/AIDS yang perlu dikumpulkan (Mitayani, 2011).
d. Riwayat Kehamilan

9
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnya agar perawat dapat menentukan kemungkinan
masalah pada kehamilan sekarang. Riwayat kehamilan meliputi
Gravida, para-abortus, anak hidup; berat badan bayi waktu lahir
dan usia gestasi; pengalaman persalinan; jenis persalinan; tepat
persalinan dan penolong persalinan; jenis anestesi dan kesulitan
persalinan; komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi,
infeksi dan perdarahan; komplikasi pada bayi; rencana menyusui
bayi (Mitayani, 2011).
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah lemah,
pucat, BB menurun, anoreksia dan demam (Padila, 2014).
b. TB dan BB
BB pada ibu hamil dengan HIV/AIDS cenderung mengalami
penurunan (Padila, 2014).
c. Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan Darah
Tekanan darah pada ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah
hipotensi (Padila, 2014).
2) Nadi
Nadi pada ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah takipnea
(Padila, 2014).
3) Pernapasan
Frekuensi nafas pada ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah
takipnea (Padila, 2014).
4) Suhu
Suhu pada ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah hipertermi
(Padila, 2014).
d. Head To toe
1) Kepala dan Rambut

10
Kepala simetris, tidak ada benjolan, rambut kusam dan
kering.
2) Konjungtiva dan kelopak mata
Konjungtiva sedikit anemis, ada atau tidaknya
pembengkakan pada kelopak mata.
3) Hidung
Tidak ada polip/benjolan, tidak ada secret
4) Bibir dan gigi
Bibir kering, terdapat stomatitis, terdapat karies gigi
5) Telinga
Tidak ada secret
6) Pembesaran Kelenjar Getah Bening, Thyroid Terdapat
pembesaran kelenjar limfe
7) Payudara
Payudara simetris, aerola mamae menghitam, puting susu
menonjol keluar.
8) Abdomen
Abdomen simetris, periksa leopold dan DJJ
9) Perineum
Perineum kotor, terdapat jamur pada perineum
10) Vagina
Adanya lesi, apakah ada varises pada vagina/vulva, apakah
ada keputihan, luka parut, dan massa
11) Ekstremitas Bawah
Adanya edema, ada atau tidaknya varises pada kaki atau
belakang lutut ibu, reflek patella bernilai positif/baik artinya
system syaraf di area ekstremitas bawah termasuk baik. Jika
hasilnya negative kemungkinan ibu hamil kekurangan
vitamin B1 juga menunjukan adanya masalah di syaraf
tulang belakang.
2.2.2 Diagnosa
1. Ansietas b.d kurang terpapar informasi (D.0080)

11
2. Risiko infeksi b.d imunosupresi (D.0142)
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)
(Green & Wilkinson, 2012)
2.2.3 Intervensi
1. Diagnosa : Ansietas b.d kurang terpapar informasi (D.0080)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam diharapkan tingkat ansietas menurun
Kriteria hasil : Verbalisasi kebingungan menurun, verbalisasi
khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun, Perilaku gelisah
menurun
Intervensi :
a) Monitor tanda-tanda ansietas
b) Informasikan terkait apa yang dicemaskan
c) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
d) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
e) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
2. Diagnosa : Risiko infeksi b.d imunosupresi (D.0142)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan tingkat infeksi menurun
Kriteria hasil : Demam menurun, kadar sel darah putih membaik
Intervensi :
a) Monitor tanda dan gejala infeksi
b) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
c) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
d) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
e) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3. Diagnosa : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam diharapkan toleransi aktivitas meningkat
Kriteria hasil : keluhan kelelahan menurun, dyspnea saat aktivitas
menurun

12
Intervensi :
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
b) Monitor kelelahan fisik dan emosional
c) Monitor pola dan jam tidur
d) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
e) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
f) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
2.2.4 Evaluasi
Perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu
dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi. Disamping itu,
perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian ulang
seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai (Mitayani, 2011).

13
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIV/AIDS

3.1. Pengkajian
1. Prenatal History
Tanggal pengkajian : 16 Okotober 2021
Tempat pengkajian : Poli Kandungan RSUD Dr. R Koesma Tuban
Nama : Ny.E Pendidikan : SMA
Tanggal lahir : 11/10/1991 Agama : Islam
Umur : 29 thn Ras/suku : Jawa
Alamat : Singgahan Nama suami : Tn.A
Pekerjaan : Tidak bekerja Umur : 25 th
Perkawinan : Kawin Pekerjaan : pemborong
Berapa kali : 2 kali Alamat : Lamongan
Lama kawin : pertama : 7 th Ras/suku : Jawa
Kedua : 1 th
Diagnosa medis: B20
Keluhan utama : klien merasakan khawatir dengan kehamilan yang
kedua ini karena penyakit yang diderita saat ini, klien
merasakan gusi bengkak dan sering sariawan, klien
mengatakan sering mual muntah.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan saat ini
klien mengatakan mengetahui penyakit yang dideritanya pada saat
awal kehamilan kedua saat ini. Klien menghindari kontak mata saat
ditanya tentang penyakitnya.
Riwayat penyakit dahulu
klien mengatakan pernah dirawat di RS pada tahun 2015 karena
sakit thypus
Riwayat Kesehatan keluarga
klien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita
HIV/AIDS.

14
Riwayat psikososial
klien terlihat gelisah saat ditanya tentang penyakitnya yang
dideritanya. Klien menghindari kontak mata saat ditanya tentang
penyakitnya. Klien tidak mau menyebutkan penyakitnya, klien
mengatakan merasa senang dengan kehamilan ini, tetapi juga khawatir
dengan dampak dari penyakitnya.
Dukungan keluarga
keluarga sangat mendukung kehamilan klien dengan menemani
klien saat control rutin.
Respon suami terhadap kehamilan : klien mengatakan suami sangat
mendukung kehamilan ini karena memang sudah direncanakan.
Kebiasaan (habit) : klien mengatakan jarang olahraga
Aktivitas sehari-hari : klien mengatakan pusing dan mudah Lelah saat
mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci. Klien mengatakan
sengaja berhenti kerja karena mudah Lelah. Pekerjaan sebelum hamil
adalah menjaga warung kopi.
3. Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 15 th
Siklus menstruasi : 28 hari
4. Riwayat konstrasepsi : klien mengatakan menggunakan KB implant
selama 3 tahun

15
5. Riwayat kehamilan

Hamil Umur hamil Masalah Tempat Penolong Jenis Lama Komplikasi Usia
waktu selama persalinan persalinan persalinan persalinan yang anak
melahirkan hamil timbul sekarang
37-38 Mual, puskesmas Bidan spontan 9 jam - 7 th
minggu muntah
dan
pusing
23-24 Mual - - - - - -
minggu dan
pusing
Saat ini
Tanggal periksa : 23 maret 2020
Keluhan : mual dan pusing
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Berat badan : 59 kg
Usia kehamilan : 23-24 minggu
Fundus uteri : 19 cm
Terapi : zidovudine 2x300 mg
Lamivudin 2x 150 mg
Promavit 1x sehari
Fe 1x60 mg
Current pregnancy : G2P1A0
Last menstruasi period: 29 September 2019
(LMP=HPHT)
HTP : 05 JULI 2020
Keluhan : klien mengatakan tidak mengalami sesak nafas,
kadang-kadang mengalami nyeri pungung, sering
kencing -+ 7 kali sehari. Tidak ada konstipasi dan
tidak mengalami kontraksi.

16
6. Pemeriksaan fisik
Kesadaran umum : baik
Postur tubuh : lordosis
Kesadaran : compos mentis
TTV : TD : 90/60 mmhg N: 88x/mnt RR : 19x/mnt
S: 36,5 C
Tinggi badan : 151 cm
BB sebelum hamil : 53 kg BB saat pengkajian : 59 kg
Head to toe :
1) Kepala : klien mengatakan rambutnya rontok.
2) Mata : normal, sklera putih, pupil isokor, konjungtiva
merah muda
3) Wajah : tidak ada kloasma gravidarum, tidak pucat dan
tidak edema
4) Hidung : tidak ada polip, tidak ada perdarahan hidung.
5) Telinga : bersih dan tidak ada gangguan pendengaran
6) Mulut : bibik klien pecah-pecah, ada stomatitis di mulut
klien
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid
8) Dada : S1 S2 tunggal, tidak ada suara nafas tambahan,
bentuk dada simetris
9) Payudara : simetris, bersih, kolostrum belum keluar
10) Perut : perut membesar sesuai usia kandungan, terdapat
hiperpigmentasi linea nigra/linea alba, strie
gravidarum, tidak ada benjolan, tidak ada
kontraksi, adanya pergerakan janin sejak usia 5
bulan,
✓ Leopold 1 : TFU : 19 cm (2 jari diatas pusat)
✓ Leopold 2 : punggung janin sebelah kiri ibu, DJJ : 132x/mnt
(11,12,10)
✓ Leopold 3 : tidak terkaji

17
11) Ekstermitas : tidak ada edema, LILA : 27 cm (status gizi baik).
Reflek patella
12) Genetalia : klien mengatakan mengalami keputihan,
pengeluaran kental, warna putih
7. Pemeriksaan penunjang:
CD4 : 170 sel/ul pemeriksaan sifilis : negative
HbsAg : non reaktif Hb: 12,3 Anti HIV: REAKTIF

18
3.2 Analisa data
Data Etiologi Masalah
DS : Virus HIV
• Klien merasakan khawatir masuk
dengan kehamilan yang kedua.
• Klien mengatakan merasa senang
dengan kehamilan ini, tetapi juga Menyerang CD
khawatir dengan dampak dari 4 dan Sel T
penyakitnya. helper
DO
• Klien terlihat gelisah saat ditanya Ansietas
tentang penyakitnya yang Immunosupresi
dideritanya
• Klien menghindari kontak mata
saat ditanya tentang penyakitnya. perubahan status
Kesehatan

Ansietas
DS : Virus HIV Resiko
• klien merasakan gusi bengkak masuk infeksi
dan sering sariawan
• klien mengatakan sering mual
muntah. Menyerang CD
DO : 4 dan Sel T
• bibik klien pecah-pecah, helper
• ada stomatitis di mulut klien
• TD : 90/60 mmhg
N: 88x/mnt Sytem imun ibu
RR : 19x/mnt terganggu
S: 36,5 C
• Current pregnancy : G2P1A0
Resiko Infeksi
• Usia kehamilan : 23-24 minggu
• Anti HIV: reaktif
• HbsAg : non reaktif
• Spypilis : non reaktif

3.3 Diagnosa keperawatan


1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional d.d klien tampak
gelisah dan merasa khawatir dengan kondisi kondisi yang di hadapi.
2. Resiko infeksi dibuktikan dengan ketidak adekuatan pertahanan tubuh
sekunder (penurunan immuno supresi).

19
3.4 Intervensi Keperawatan
Tgl Dx Tujuan dan Kriterian hasil Intervensi
14-7- 1 Tingkat Ansietas (L.09093) REDUKSI ANXIETAS
19 Kriteria Hasil: (I.09314)
Setelah dilakukan Tindakan Observasi:
keperawatan di harapkan: a. Identifikasi saat
- Tingkat Ansietas menurun tingkat anxietas
berubah (mis. Kondisi,
waktu, stressor)
b. Identifikasi
kemampuan
mengambil keputusan
c. Monitor tanda anxietas
(verbal dan non
verbal)

Terapeutik:
a. Ciptakan
suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
b. Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan , jika
memungkinkan
c. Pahami situasi yang
membuat anxietas
d. Dengarkan dengan
penuh perhatian
e. Gunakan pedekatan
yang tenang dan
meyakinkan
f. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
g. Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
a. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
b. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama

20
pasien, jika perlu
c. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
d. Latih kegiatan
pengalihan, untuk
mengurangi
ketegangan
e. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
obat anti anxietas, jika
perlu

14-7- 2 Tingkat infeksi menurun (l. PENCEGAHAN


19 14137) INFEKSI (I.14539)
Kriteria hasil: Observasi
Setelah dilakukan Tindakan a. Identifikasi riwayat
keperawatan, di harapkan: kesehatan dan riwayat
- Tingkat inteksi menurun alergi
b. Identifikasi
kontraindikasi
pemberian imunisasi
c. Identifikasi status
imunisasi setiap
kunjungan ke
pelayanan kesehatan
Terapeutik
a. Berikan suntikan pada
pada bayi dibagian
paha anterolateral
b. Dokumentasikan
informasi vaksinasi
c. Jadwalkan imunisasi
pada interval waktu
yang tepat
Edukasi
a. Jelaskan tujuan,
manfaat, resiko yang
terjadi, jadwal dan
efek samping
b. Informasikan
imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
c. Informasikan
imunisasi yang
melindungi terhadap
penyakit namun saat
21
ini tidak diwajibkan
pemerintah
d. Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
e. Informasikan
penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal
imunisasi Kembali
f. Informasikan penyedia
layanan pekan
imunisasi nasional
yang menyediakan
vaksin gratis

22
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tgl Dx Implementasi Evaluasi
Keperawatan
14- Anxietas Jam 10.00 S: Pasien mengatakan anxietas
7-19 (D.0080) • Mengidentifikasi menurun
saat tingkat
anxietas berubah O:
(mis. Kondisi, -Pasien sudah lebih tenang
waktu, stressor) -Pasien sudah tidak gelisah
• Mengidentifikasi
kemampuan A: Ansietas berhubungan
mengambil dengan krisis situasional
keputusan teratasi
• Memonitor tanda
anxietas (verbal P: Intervensi dihentikan
dan non verbal)

Jam 10.30
• Menciptakan
suasana terapeutik
untuk
menumbuhkan
kepercayaan
• Menemani pasien
untuk mengurangi
kecemasan , jika
memungkinkan
• Memahami situasi
yang membuat
anxietas
• Mendengarkan
dengan penuh
perhatian
• Menggunakan
pedekatan yang
tenang dan
meyakinkan
• Memotivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu kecemasan
• Mendiskusikan
perencanaan realis
tis tentang
peristiwa yang
akan datang

23
Jam 12.00
• Menginformasikan
secara factual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
• Menganjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien, jika perlu
• Menganjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
• Melatih kegiatan
pengalihan, untuk
mengurangi
ketegangan
• Melatih teknik
relaksasi

Jam 12.30
• Berkolaborasi
pemberian obat
anti anxietas
14- RISIKO Jam 08.00 S: Keadaan umum pasien
7-19 INFEKSI (D. • Mengidentifikasi tampak membaik
0142) riwayat kesehatan
dan riwayat alergi O:
- hasil CD4 membaik
Jam 09.00
• Menjelaskan
tujuan, manfaat, A: Resiko infeksi dibuktikan
resiko yang terjadi, dengan ketidak adekuatan
jadwal dan efek pertahanan tubuh sekunder
samping (penurunan immuno supresi)
• memberikan obat teratasi
antibiotik dan
evaluasi ke P: Intervensi dihentikan
efektifannya
• menjamin
pemasukan cairan
paling sedikit 2-3
liter sehari
• memelihara
kenyamanan suhu

24
kamar. Jaga
kebersihan dan
keringnya kulit
• memantau hasil
JDL dan CD4

25
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada
manusia yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam
jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Penyebab
infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency
virus (HIV). Cara penularan HIVmelakukan penetrasi seks, melalui darah
yang terinfeksi, dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat
bius dengan seseorang yang telah terinfeksi, wanita hamil. Penularan
secara perinatal terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada
saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi
sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.
Pada masa kehamilan, plasenta melindungi janin dari infeksi HIV;
namun bila terjadi peradangan, infeksi atau kerusakan barier plasenta, HIV
bisa menembus plasenta, sehingga terjadi penularan dari ibu ke anak.
Penularan HIV dari ibu ke anak lebih sering terjadi pada saat persalinan
dan masa menyusui.
4.1 Saran
Dengan dibuatnya makalah HIV pada ibu hamil ini, diharapkan
nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama
pemahaman yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah
proses asuhan keperawatan maternitas terutama pada ibu hamil yang juga
menderita HIV

26
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes Jawa Timur. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2019. Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 1–123. www.dinkesjatengprov.go.id

Green, C. J., & Wilkinson, J. M. (2012). Rencana Asuhan Keperwatan: Maternal


& Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.

KEMENKES RI. (2020). Infodatin HIV AIDS. Kesehatan, 1–8.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin
AIDS.pdf

Haryono, R. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogjakarta: Pustaka Baru


Press.

Mitayani. (2011). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Padila. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Prawirohardjo, & Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.

27

Anda mungkin juga menyukai