Anda di halaman 1dari 35

MALAKAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR: RHD (Reumatoid
Heart Disease)

Disusun oleh kelompok 4


1. Febry Andika NIM : 111711008
2. Naulita Wulandari NIM : 111711021
3. Ristina Agustin NIM : 111711029
4. Zulaihatin NIM : 111711038

Dosen Pembimbing:
Komalasari, S. Kep, Ns, M. Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH
TANJUNGPINANG
TA 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular:
RHD(Reumatoid Heart Disease)” sebagai tugas di mata kuliah keperawatan
anak dua.
Selama proses penyusunan makalah ini, kelompok mengalami berbagai
kendala, namun berkat bantuan dari beberapa pihak, maka makalah ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu kelompok ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Heri Priatna,, SSt. FT,SKM,S. Sos, MM,Sp.F.OM, selaku ketua
Stikes Hangtuah Tanjungpinang.
2. Yusnaini Siagian, S. Kep, Ns,. M. Kep, selaku waket satu Stikes
Hang tuah Tanjungpinang.
3. Zakiah Rahman, S. Kep, Ns,. M. Kep, selaku Ka. Prodi Stikes Hang
tuah Tanjungpinang
4. Wasis Pujiati, S. Kep, Ns, M. Kep , selaku koordinator mata kuliah
keperawatan anak.
5. Komalasari, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku dosen pembimbing.

Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Tanjungpinang, 10 Agustus 2019

Kelompok empat

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan ............................................................................ 2
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
1. Kosep Dasar Medik
A. Definisi .................................................................................................. 4
B. Anatomi Fisiologi .................................................................................. 4
C. Klasifikasi ............................................................................................. 6
D. Etiologi ................................................................................................. 7
E. Manifestasi Klinis ................................................................................. 9
F. Patofisiologi ........................................................................................ 11
G. Pathway ............................................................................................... 13
H. Komplikasi .......................................................................................... 14
I. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 14
J. Penatalaksanaan .................................................................................. 15
2. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian ............................................................................................ 19
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 20
C. Intervensi Keperawatan ....................................................................... 21
D. Implementasi Keperawatan.................................................................. 23
E. Evaluasi................................................................................................ 23
BAB III : TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................................. 25

iii
B. Diangnosa Keperawatan ........................................................................ 29
C. Intervensi Keperawatan ......................................................................... 30
D. Implementasi Keperawatan ................................................................... 30
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................................... 30
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 34
B. Saran .................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 35

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
RHD atau yang lebih dikenal dengan Reumatik Heart Disease terdapat
diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa
setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung
terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi
kebersihan dan gizinya kurang memadai. Sementara Penyakit jantung rematik
menyebabkan setidaknya 200.000-250.000 kematian bayi premature setiap
tahun dan penyebab umum kematian akibat penyakit jantung pada anak-
anak dan remaja di negara berkembang. (Marijon, 2012)
Dalam laporan WHO Expert Consultation Geneva, 29 Oktober–1
November 2001 yang diterbitkan tahun 2004 angka mortalitas untuk PJR
0,5 per 100.000 penduduk di Negara maju hingga 8,2 per 100.000 penduduk
di negara berkembang di daerah Asia Tenggara diperkirakan 7,6 per
100.000 penduduk. Diperkirakan sekitar 2.000-332.000 penduduk yang
meninggal diseluruh dunia akibat penyakit tersebut. (WHO, 2010)
Prevalensi demam rematik di Indonesia belum diketahui secara
pasti, meskipun beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan
bahwa prevalensi penyakit jantung rematik berkisar antara 0,3 sampai 0,8 per
1.000 anak sekolah. (WHO, 2010)

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu, “Bagaimana Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular: RHD(Reumatoid
Heart Disease) ?”

1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memahami tentang Asuhan
Keperawatan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular: RHD(Reumatoid Heart Disease).
2. Tujuan khusus.
a. Memahami Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskular: RHD(Reumatoid Heart
Disease)mulai dari definisi sampai dengan pencegahan.
b. Memahami Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular: RHD(Reumatoid Heart Disease)

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Kelompok
Sebagai tamabahan referensi dan bahan pustaka bagi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hangtuah Tanjungpinang mengenai Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular: RHD(Reumatoid Heart
Disease)
2. Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan dan memberikan informasi kepada mahasiswa
lain dan kepada masyarakat tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular: RHD(Reumatoid Heart
Disease)

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 4 Bab, yaitu BAB I Pendahuluan, BAB II Tinjauan
Teoritis, BAB III Tinjauan Kasus, BAB IV Penutup. Masing-masing bab
memiliki subbab dengan garis besar isinya sebagai berikut,yaitu :
BAB I Pendahuluan. Pada bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan dan
Sistematika penulisan.

2
BAB II Tinjauan Teoritis. Pada bab ini berisi, Definisi, Anatomi, Klasifikasi,
Etiologi, Manifestasi, Patofisiologi, Pathway,
Pemeriksaan Penunjang, Farmakologi, Pencegahan.
BAB III Tinjauan Kasus
BAB IV Penutup. Pada bab ini berisi Kesimpulan dan Saran

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan
penyakit jantung didapat yang sering ditemukan pada anak. Penyakit
jantung reumatik merupakan kelainan katup jantung yang menetap
akibat demam reumatik akut sebelumnya, terutama mengenai katup
mitral (75%), aorta (25%), jarang mengenai katup trikuspid, dan tidak
pernah menyerang katup pulmonal. Penyakit jantung reumatik dapat
menimbulkan stenosis atau insufisiensi atau keduanya.
Demam Rheumatik merupakan suatu penyakit radang yang terjadi setelah
adanya infeksi streptokokus golongan beta hemolitik A, yang dapat
menyebabkan lesi patologis di daerah jantung, pembuluh darah, sendi, dan
jaringan subkutan. ( Alimul Aziz, 2006 )
Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung
dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-β grup A
(Sunoto Pratanu, 2009).
Demam rematik biasanya terjadi pada anak-anak usia antara 6 dan 15
tahun, dengan puncak insidensi pada usia 8 tahun. Terjadi lebih sering pada
akhir musim dingin dan awal musim semi saat infeksi streptokokus paling
sering terjadi. (Mery, 2013)
B. Anatomi Fisiologi

Jantung terletak di rongga


toraks sekitar garis tengah antara sternum di sebelah anterior dan vertebra di

4
sebelah posterior. Jantung memiliki pangkal lebar disebelah atas dan
meruncing membentuk ujung yang disebut apeks. Sewaktu jantung berdenyut
(kontraksi) secara kuat, apeks membentur bagian dalam dinding dada di sisi
kiri. Kenyataan bahwa jantung terletak antara dua struktur tulang, sternum
dan vertebra digunakan sebagai bagian dari resusitasi jantung paru pada
tindakan penyelamatan.
Jantung dibagi menjadi saperuh kanan dan kiri, yaitu atria(atrium, tunggal)
menerima darah yang kembali ke jantung dan memindahkannya ke ventrikel
yang memompa darag dari jantung ke seluruh tubuh. Pembuluh yang
mengembalikan darah dari jaringan ke atria adalah vena (vena kava), dna
pembuluh yang mengangkut dari menjauhi ventrikel menuju jairngan adalah
arteri (aorta abdominalis). Kedua belah jantung dipisahkan oleh septum, otot
kontinyu yang mencegah pencampuran darah dari kedua sisi jantung.
Ada empat katup jantung memastikan darah mengalir satu arah. Empat
katup jantung terdiri dari katup atrioventrikuler (AV) kanan dan kiri. Katup
AV kanan disebut juga katup trikuspid karena memiliki tiga buah katup dan
katup AV kiri terdiri dari dua buah katup disebutjuga katup bikuspid atau
katup mitral. Dua katup lainnya, katup aorta dan katup pulmonalis. Tepi-tepi
katup AV diikat oleh tali fibrosa yang disebut korda tendinae. Tali-tali ini
melekat ke otot papilaris. Letak katup trikuspid letaknya setinggi ICS IV
parastemal kiri, katup bikuspid atau mitral letaknya setinggi ICS V
medioklavikularis kiri, katup aorta letaknya setinggi ICS II parastenal kanan
dan katup pulmonal letaknya ICS II parsternal kiri.

Fisiologi
Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui
vena-vena besar yang dikenal dengan vena kava. Darah yang masuk ke
atrium kanan kembali dari jaringan tubuh kaya karbondioksida. Darah
tersebut mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan dan memompanya
keluar melalui arteri pulmonalis ke paru. Di dalam paru CO2 O2 dan
dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Darah dari atrium kiri

5
mengalir ke dalam ventrikel kiri dan memompa ke semua sistem tubuh
kecuali paru. Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri
adalah aorta abdominalis.
Sirkulasi paru adala sistem yang memiliki tekanan dan resistensi yang
rendah, sedangkan sirkulasi sistemik adalah sistem dengan tekanan dan
resistensi yang tinggi. Walaupun sisi kiri dan kanan jantung memompa darah
jumlah yang sama, sisi kiri melakukan kerja yang lebih besar karena harus
memompa dalam resistensi yang tinggi. Dengan demikian otot jantung
sebelah kiri jau lebih tebal dari pada oto jantung sebelah kanan.
Katup jantung membuka dan menutup secara pasif karena adanya
perbedaan tekanan. Katup-katup ini terbuka ketika tiap-tiap tekanan ventrikel
kanan dan kiri melebihi tekanan di aorta dan arteri pulmonalis, selama
ventrikel berkontraksi dan mengosongkan sisinya. Katup tertutup apabila
ventrikel melemas dna tekanan ventrikel turun di bawah tekanan aorta dan
arteri pulmonalis. Ketika ventrikel berkontraksi, otot papilaris juga
berkontrkasi, menarik ke bawah korda tendinae. Tarikan ini menimbulkan
ketegangan didaun katup AV yang tertutup, sehingga daun katup dapat
tertahan dalam posisinya dan tetap menutup rapat walaupun terdapat gradien
yang besar kearah belakang.

C. Klasifikasi
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik atau penyakit jantung reumatik
dapat dibagi dalam 4 stadium menurut Ngastiyah, 2010 adalah :
1. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus
Hemolyticus Group A. Keluhan : demam, batuk, rasa sakit waktu
menelan, muntah, diare.
2. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi
streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya
periode ini berlangsung 1-3 minggu.

6
3. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium 3 ini ialah fase akut demam reumatik,
saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik atau
penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan
dalam gejala peradangan umum dan manifestasi spesifik demam
reumatik atau penyakit jantung reumatik. Gejala peradangan umum :
demam yang tinggi, lesu, anoreksia, lekas tersinggung, berat badan
menurun, kelihatan pucat, rasa sakit disekitar sendi.
4. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik
tanpa kelainan jantung atau penderita jantung reumatik tanpa gejala sisa
katup tidak menunjukkan gejala apa-apa. Pada penderita jantung
reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul
sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pada fase ini baik penderita
demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu
dapat mengalami reaktivitas penyakitnya

D. Etiologi
Etiologi terpenting dari penyakit jantung reumatik adalah demam
reumatik. Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen
multisistem yang terjadi setelah infeksi Streptococcus grup A pada
individu yang mempunyai faktor predisposisi. Keterlibatan
kardiovaskuler pada penyakit ini ditandai oleh inflamasi endokardium dan
miokardium melalui suatu proses ’autoimunne’ yang menyebabkan kerusakan
jaringan. Inflamasi yang berat dapat melibatkan perikardium. Valvulitis
merupakan tanda utama reumatik karditis yang paling banyak mengenai katup
mitral (76%), katup aorta (13%) dan katup mitral dan katup aorta (97%).
Insidens tertinggi ditemukan pada anak berumur 5-15 tahun.
Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok selalu
mendahului terjadinya demam rematik, baik pada serangan pertama maupun
serangan ulang.

7
Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat beberapa
predisposisi antara lain :
1. Faktor genetik
Banyak penyakit jantung reumatik yang terjadi pada satu keluarga
maupun pada anak-anak kembar, meskipun pengetahuan tentang faktor
genetik pada penyakit jantung, namun pada umumnya disetujui bahwa
ada faktor keturunan pada penyakit jantung reumatik.
2. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan
dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak
ada perbedaan jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin
lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.
3. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada
timbulnya demam reumatik atau penyakit jantung reumatik. Penyakit
ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan
puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara
umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau
setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens
infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz
menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka
yang berumur 2-6 tahun.
4. Keadaan gizi
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat
ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya
demam reumatik.
5. Serangan demam reumatik sebelumnya
Serangan ulang demam rematik sesudah adanya reinfeksi dengan
Streptococcus beta-hemolyticus grup A adalah sering pada anak yang
sebelumnya pernah mendapat demam rematik.
6. Keadaan sosial ekonomi yang buruk

8
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai
predisposisi untuk terjadinya demam reumatik. Insidens demam
reumatik di negara-negara yang sudah maju, jelas menurun sebelum
era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk
sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat,
rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobati
anak yang menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah
sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain.
Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya
demam reumatik.

E. Manifestasi Klinis
Untuk diagnosis rheumatic fever digunakan kriteria Jones yang pertama
kali diperkenalkan pada tahun 1944, dan kemudian dimodifikasi beberapa
kali. Kriteria ini membagi gambaran klinis menjadi dua, yaitu manifestasi
mayor dan minor.
1. Kriteria mayor
a. Carditis : Karditis adalah komplikasi yang paling serius dan
paling sering terjadi setelah poliartritis. Pankarditis meliputi
endokarditis, miokarditis dan perikarditis. Pada stadium lanjut,
pasien mungkin mengalami dipsnea ringan-sedang, rasa tak nyaman
di dada atau nyeripada dada pleuritik, edema, batuk dan ortopnea.
Pada pemeriksaan fisik, karditis paling sering ditandai dengan murmur
dan takikardia yang tidak sesuai dengan tingginya demam.
b. Poliarthritis : Gejala ini muncul 30 hari setelah infeksi
Streptococcus yakni saat antibodi mencapai puncak. Radang sendi
aktif ditandai dengan nyeri hebat, bengkak, eritema pada beberapa
sendi. Nyeri saat istirahat yang semakin hebat pada gerakan aktif dan
pasif merupakan tanda khas. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi-sendi besar seperti sendi lutut, pergelangan kaki, siku, dan
pergelangan tangan. Gejala ini bersifat asimetris dan berpindah-

9
pindah (poliartritis migrans). Peradangan sendi ini dapat sembuh
spontan beberapa jam sesudah serangan namun muncul pada sendi
yang lain.
c. Khorea Syndendham : gerakan yang tidak disengaja atau gerakan
abnormal sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat.
Gejala awal biasanya emosi yang lebih labil dan iritabilitas.
Kemudian diikuti dengan gerakan yang tidak disengaja, tidak
bertujuan, dan inkoordinasi muskular. Semua bagian otot dapat
terkena, namun otot ekstremitas dan wajah adalah yang paling
mencolok. Gejala ini semakin diperberat dengan adanya stress dan
kelelahan, namun menghilang saat beristirahat.
d. Eritema marginatum : tanda kemerahan pada batang tubuh dan
telapak tangan yang tidak gatal. Ruam berbentuk anular berwarna
kemerahan yang kemudian ditengah nya memudar pucat, dan
tepinya berwarna merah berkelok-kelok seperti ular. Umumnya
ditemukan ditubuh (dada atau punggung) dan ekstremitas.
e. Nodul subkutan : terletak pada permukaan ekstensor sendi
terutama siku, ruas jari, lutut, persendian kaki; tidak nyeri dan dapat
bebas digerakkan. Nodulus terletak pada permukaan ekstensor sendi,
terutama pada siku, ruas jari, lutut, dan persendian kaki. Kadang juga
ditemukan di kulit kepala bagian oksipital dan di atas kolumn
avertebralis. Nodul berupa benjolan berwarna terang keras, tidak
nyeri, tidak gatal, mobile, dengan diameter 0,2-2 cm.

2. Kriteria minor
a. Demam biasanya tinggi sekitar 39oC dan biasa kembali normal
dalam waktu 2-3 minggu, walau tanpa pengobatan. Artralgia, yakni
nyeri sendi tanpa disertai tanda-tanda objektif (misalnya bengkak,
merah, hangat) juga sering dijumpai. Artralgia biasa melibatkan
sendi-sendi yang besar. Penanda peradangan akut pada
pemeriksaan darah umumnya tidak spesifik, yaitu LED dan

10
CRP umumnya meningkat pada rheumatic fever. Pemeriksaan
dapat digunakan untuk menilai perkembangan penyakit.

F. Patofisiologi
Penyakit Jantung Reumatik (PJR) adalah kelainan jantung yang terjadi
akibat demam reumatik, atau kelainan karditis reumatik. Penyakit ini
disebabkan karena infeksi bakteri streptokokus beta hemolitikus Grup A.
Bakteri ini akan menginfeksi saluran pernapasan atas yaitu tenggorokan yang
nantinya akan menyebabkan peradangan dan infeksi pada tenggorokan
sehingga menyebabkan terjadinya faringitis dan tonsillitis. Akibat peradangan
atau infeksi ini, merangsang terbentuknya antibodi sehingga bereaksi dengan
antigen streptokokus yang mengakibatkan terjadinya reaksi antigen-antibodi.
Akibat terjadinya reaksi imunologis ini menyebabkan terjadinya demam
reumatik. Demam reumatik bisa bersifat menetap dan reversible. Reversible
terjadi jika pasien dengan demam reumatik memilki sistem imun yang baik
sehingga dapat disembuhkan. Sebaliknya, bila sistem imun pasien ini
menurun, maka demam reumatik ini bisa berlanjut (berulang-ulang) dalam
jangka waktu yang lama. Demam reumatik dapat mengakibatkan gejala sisa
(sequele), sehingga dalam serum penderita terdapat antibodi anti otot jantung.
Antibody ini mengakibatkan terjadinya respon autoimun dimana
antibody ini dianggap sebagai antigen (antigen pada katup jantung) sehingga
terjadi reaksi perlawanan antara antibodi yang dihasilkan dalam tubuh dengan
antigen streptokokus dan antigen katup jantung. Hal ini menyebabkan
terjadinya peradangan pada katup jantung dan dapat pula disertai dengan
gejala –gejala seperti karditis (kriteria mayor dan kriteria minor). Bila
terdapat 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor disertai dengan 2 kriteria
minor akan mengakibatkan terjadinya penyakit jantung reumatik (RHD).
Penyakit jantung rematik ini juga dapat menyerang kulit, sistem saraf
pusat, dan persendian. Jika menyerang bagian kulit akan menyebabkan
peradangan kulit dan jaringan subcutan akan timbul bercak merah atau
eritema marginatum. Sedangkan pada bagian persendian penyakit ini akan

11
menyebabkan peradangan pada membran sinovial maka pasien akan
merasakan nyeri di bagian persendian atau atralgia. Pada sistem saraf pusat
pasien akan mengalami mudah merasa lelah dan gerakan infolunter.

12
G. Pathway
Streptococcus group A Tubuh mengeluarkan
(melepaskan Faringitis dan antibody berlebihan dan
endotoksin di faring tonsilitis tidak dapat membedakan
dan tonsil) antibody dan antigen

RHD Respon imunologi


abnormal

SSP Kulit Persendian Jantung

Gerakan Peradangan kulit Peradangan Peradangan katub


involunter, cepat dan jaringan pada membran mitral
dan kelemahan subcutan sinovia
oto atau khorea M.K :
Bercak merah Polyartritis Hipertermia
M.K : Resiko cidera atau eritema l atau atralgia
Intoleransi marginatum
aktivitas Peningkatan sel
M.K : Nyeri
retikuloendotelial,
M.K : akut
sel plasma dan
Kerusakan limfosit
integritas kulit

Jaringan parut

Stenosis katub
M.K : Penurunan
mitral
curah jantung

13
H. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung Reumatik (PJR)
diantaranya adalah gagal jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan di
seluruh bagian jantung), pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau
sumbatan pada paru, kelainan katup jantung, dan infark (kematian sel
jantung).
1. Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan
terdapatnya sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi
keperluan metabolic termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena
kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena kelainan struktur
jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau
gabungan kedua faktor tersebut.

I. Pemeriksaan Penunjang
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan
untuk mendukung diagnosis dari rheumatic feverdan rheumatic heart disease
adalah:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Reaktan Fase Akut
Merupakan uji yang menggambarkan radang jantung
ringan. Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat ditemukan
leukosistosis terutama pada fase akut atau aktif, namun sifatnya
tidak spesifik. Marker inflamasi akut berupa C-reactive protein
(CRP) dan laju endap darah (LED). Peningkatan laju endap darah
merupakan bukti non spesifik untuk penyakit yang aktif.
Pada rheumatic fever terjadi peningkatan LED, namun normal pada
pasien dengan congestive failure atau meningkat pada anemia.

14
b. Rapid Test Antigen Streptococcus
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi antigen bakteri
Streptococcusgrup A secara tepat dengan spesifisitas 95 % dan
sensitivitas 60-90 %.
c. Kultur tenggorok
Pemeriksaan kultur tenggorokan untuk mengetahui ada
tidaknya streptococcus beta hemolitikus grup A. Pemeriksaan ini
sebaiknya dilakukan sebelum pemberian antibiotik.
3. Pemeriksaan Ekokardiografi
Pada pasien RHD, pemeriksaan ekokardiografi bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menilai derajat insufisiensi atau stenosis katup,
efusi perikardium, dan disfungsi ventrikel. Pada pasien rheumatic fever
dengan karditis ringan, regurgitasi mitral akan menghilang beberapa
bulan. EKG dapat menyatakan interval PR memanjang yang bersifat
tidak spesifik. Nilai normal batas atas interval PR uuntuk usia 3-12 tahun
= 0,16 detik, 12-14 tahun = 0,18 detik , dan > 17 tahun = 0,20 detik.
4. Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi dapat mendeteksi adanya
kardiomegali dan kongesti pulmonal sebagai tanda adanya gagal
jantung kronik pada karditis. Pemeriksaan ini dapat menyatakan
pembesaran jantung.

J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan rheumatic heart disease secara garis
besar bertujuan untuk mengeradikasi bakteri Streptococcus beta hemolyticus
grup A, menekan inflamasi dari respon autoimun, dan memberikan terapi
suportif untuk gagal jantung kongestif. Setelah lewat fase akut, terapi
bertujuan untuk mencegah rheumatic heart disease berulang pada anak-anak
dan memantau komplikasi serta gejala sisa dari rheumatic heart disease
kronis pada saat dewasa.
1. Terapi antibiotik

15
Pemilihan regimen terapi sebaiknya mempertimbangkan aspek
bakteriologi dan efektifitas antibiotik, kemudahan pasien untuk
mematuhi regimen yang ditentukan (frekuensi, durasi, dan
kemampuan pasien meminum obat), harga, dan juga efek samping.
Penisilin G Benzathine IM, penisilin V pottasium oral, dan
amoxicilin oral adalah obat pilihan untuk terapi Streptococcus beta
hemolyticus grup A faring pada pasien tanpa riwayat alergi terhadap
penisilin.
Agen Dosis
Amoxicillin 50 mg/kgBB (maksimal, 1 g) oral
satu kali sehari selama 10 hari
Penicillin G benzathine Pasien berat < 27 kg (60 lb):
600,000unit IM sekali
Penicillin V potassium Pasien dengan BB <27 kg
diberikan 250 mg oral 2-3x sehari
selama 10 hari

2. Terapi anti inflamasi


Manifestasi dari rheumatic fever (termasuk karditis) biasanya
merespon cepat terhadap terapi anti inflamasi. Anti inflamasi yang
menjadi lini utama adalah aspirin. Untuk pasien dengan karditis
yang burukatau dengan gagal jantung dan kardiomegali, obat yang
dipilih adalah kortikosteroid.
Penggunaan kortikosteroid dan aspirin sebaiknya menunggu
sampai diagnosis rheumatic fever ditegakan. Pada anak-anak dosis
aspirin adalah 100-125 mg/kg/hari, setelah mencapai konsentrasi stabil
selama 2 minggu, dosis dapat diturunkan menjadi 60-70 mg/kg/hari
untuk 3-6 minggu. Pada pasien yang alergi terhadap aspirin bisa
digunakan naproxen 10-20 mg/kg/hari.

16
3. Terapi gagal jantung
Gagal jantung pada rheumatic fever umumnya merespon baik terhadap
tirah baring, restriksi cairan,dan terapi kortikosteroid, namun pada
beberapa pasien dengan gejala yang berat, terapi diuterik, ACE-
inhibitor, dan digoxin bisa digunakan.
Obat Dosis
Digoxin 30 mcg/kg dosis total
digitalisasi, 7,5 mcg/kg/hari
dosis pemeliharaan
Diuretik: 0,5 –2 mg/kg/hari, 0,2 –0,4
- Furosemide mg/kg/hari
- Metolazone

4. Diet dan aktivitas


Diet pasien rheumatic heart disease harus bernutrisi dan tanpa
restriksi kecuali pada pasien gagal jantung. Pada pasien tersebut,
cairan dan natrium harus dikurangi. Suplemen kalium diperlukan
apabila pasien diberikan kortikosteroid atau diuretik.
Tirah baring yang dianjurkan pada rheumatic fever
Tanpa karditis Tirah baring selama 2 minggu,
mobilisasi bertahap selama 2
minggu
Karditis, tanpa kardiomegali Tirah baring selama 4 minggu,
mobilisasi bertahap selama 4
minggu
Karditis, dengan kardiomegali Tirah baring selama 6 minggu,
mobilisasi bertahap selama 6
minggu
Karditis dengan kardiomegali dan Tirah baring selama gagal
gagal jantung jantung, mobilisasi bertahap

17
selama 3 bulan

5. Terapi operatif
Pada pasien dengan gagal jantung yang persisten atau terus
mengalami perburukanmeskipun telah mendapat terapi medis yang
agresif untuk penanganan rheumatic heart disease, operasi untuk
mengurangi defisiensi katup mungkin bisa menjadi pilihan untuk
menyelamatkan nyawa pasien.

18
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien : meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan,
alamat.
b. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
2. Keluhan utama
Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39oc namun
tidak terpola, Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada
berdebar-debar, nyeri abdomen, mual, anoreksia dan penurunan
hemoglobin, arthralgia, gangguan fungsi sendi, kelemahan otot.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Pada anak demam reumatik biasanya demam ringan memuncak pada
sore, nyeri abdomen, atralgia tanpa perubahan artritis, kelemahan,
pucat, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pernah terkena penyakit demam rematik sebelumnya atau
terkena penyakti radang tenggorokan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita dema rematik atau penyakit
jantung rematik.
4. Pemeriksaan umum
Keadaan umum lemah, suhu 38-39oc , nadi cepat dan lemah, berat badan
menurun, TD.
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
b. Nadi perkusi redup, suara napas, ruang interiostae dari nosostae
takipnos serta takikardi.

19
c. Abdomen pembesaran hati, mual, muntah
d. Auskultasi jantung; bunyi jantung melemah dengan irama derap
diastole, denjut jantung di atas normal
e. sendi : poliartritis. Pada inspeksi terlihat bengkak dan merah pada
sendi. Pada palpasi teraba hangat.
f. korea
inspeksi : gerakan yang tidak disadari
palpasi : kelemahan otot, ketidak mampuan memegang atau
menggapai tangan
g. Eritema Marginatum
inspeksi : ada atau tidaknya kemerahan yang ditengahnya pucat,
makular
palpasi : kemerahan akan menghilang pada penekanan
h. Nodul subkutan
inspeksi : ada atau tidak adanya massa
palpasi : tidak nyeri, mudah digerakkan dari dasarnya
6. Pemeriksaan penunjang
a. Protein reaktif –C (CRP) meningkat
b. Titer reaktan fase akut (peningkatan antistreptolisin-O ASLO, ASO,)
ditunjukkan dengan paling sedikit dua uji, meningkat >33 unit Todd
mengindikasikan infeksi streptokokus pada anak-anak)
c. LED (laju endapan darah meningkat)
d. HDL akan menyatakan anemia transien dan peningkatan hitung sel
darah putih (SDP)
e. Pemeriksaan EKG
f. Pemeriksan hapus tenggorokan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia b.d proses penyakit, peradangan pada sendi

20
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot
3. Resiko cidera b.d disfungsi integratif (gerakan involunter)
4. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi kulit (peradangan)
5. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar kapiler

C. Intervensi Keperawatan
1. Dx. Keperawatan
Hipertermia b.d proses penyakit, peradangan pada sendi
Definisi Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh 1. Suhu tubuh dalam Fever treatment
di atas kisaran normal rentang normal 1. Monitor suhu sesering
Batasan karakteristik : 2. Nadi dan RR dalam mungkin
- Konvulsi rentang normal 2. Monitor IWL
- Kulit kemerahan 3. Tidak ada perubahan 3. Monitor warna dan
- Kejang warna kulit dan tidak suhu kulit
- Takikardi ada pusing 4. Monitor tekana darah,
- Takipnea nadi, dan RR
- Kulit terasa 5. Monitor intake dan
hangat output
Faktor yang 6. Berikan pengobatan
berhubungan : untuk mengatasi
- Dehidrasi penyebab demam
- Penyakit 7. Kompres pasien pada
- Medikasi lipatan paha dan aksila
- Trauma Temperatur regulation
- Aktivitas 1. Monitor suhu minimal
berlebihan tiap 2 jam
- Pemakaian 2. Rencanakan
pakaian yang monitoring suhu
tidak sesuai secara kontinyu
dengan suhu 3. Monitor tanda

21
lingkungan hipertermi dan
hipotermi
4. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
5. Berikan anti piretik
bila perlu
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, RR, dan
suhu sebelum dan
setelah beraktivitas
2. Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
3. Monitor suara paru
4. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)

2. Dx. Keperawatan
Resiko cidera b.d disfungsi integrative (gerakan infolunter)
Definisi Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Beresiko mengalami 1. Klien terbebas dari Manajemen lingkungan
cedera sebagai akibat cedera 1. Sediakan lingkungan
kondisi lingkungan yang 2. Klien mampu yang aman untuk
berinteraksi dengan menjelaskan cara pasien
sumber adaptif dan atau metode untuk 2. Identifikasi kebutuhan
sumber defensif individu mencegah injury keamanan pasien,
Faktor resiko : atau cedera sesuai dengan kondisi

22
a. Eksternal 3. Klien mampu fisik dan fungsi
- Biologis (mis, menjelaskan faktor kognitif pasien dari
tingkat imunisasi resiko dari riwayat penyakit
komunitas, lingkungan atau terdahulu pasien
mikrooragnisme) perilaku personal 3. Menghindari
- Zat kimia(mis, 4. Mampu lingkungan yang
racun, polutan) memodifikasi gaya berbahaya(misalnya,
- Manusia (spt, hidup untuk memindahkan
agens mencegah injury perabotan)
nosokomial, pola 5. Menggunakan 4. Memasang side rail
ketegangan, atau fasilitas kesehatan tempat tidur
faktor kognitif, yang ada 5. Menyediakan tempat
afektif, dan 6. Mampu mengenali tidur yang nyaman dan
psikomotor) perubahan status bersih
b. Internal kesehatan 6. Membatasi pengunjung
- Disfungsi 7. Mengontrol lingkungan
biokimia dari kebisingan
- Usia 8. Memindahkan barang-
perkembangan barang yang dapat
- Disfungsi efektor membahayakan
- Disfungsi imun- 9. Menganjurkan keluarga
autoimun untuk menemani pasien
- Malnutrisi
- Hipoksia jaringan

D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai
hasil efektif. Dalam pelaksanaan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan
harus dimiliki oleh setiap perawat supaya memberikan pelayanan yang
bermutu. Dengan demikian tujuan dapat tercapai.

23
E. Evaluasi Keperawatan
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Terjadi penurunan episode dyspnea, angina.
3. Mulai dapat beraktifitas secara mandiri
4. Nyeri hilang/ terkontrol, klien tampak tenang
5. Berat badan dalam batas normal
6. Klien dapat beraktifitas secara mandiri.

24
BAB III
TINJUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas diri klien
a. Nama : an. W
b. Tempat/tanggal lahir : lubuk pakan,23 september 2008
c. Jenis kelamin : laki laki
d. Alamat : Dusun 1 desa. Baru batang kuis
e. Status perkawinan :-
f. Agama : Kristen
g. Suku : batak
h. Pendidikan : sekolah dasar
i. Tanggal masuk RS : 01 November 2016
2. Status kesehatan klien saat ini
a. Keluhan utama : Demam dan nyeri sendi ± 3 hari ini
b. Factor pencetus : radang tenggorokan ± 1 minggu yang lalu
c. Factor yang memperberat keluhan : mudah lelah saat bermain
d. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : kompres
e. Diagnosa medik : Rheumatic Heart Desease/ penyakit jantung
rematik
3. Riwayat kesehatan yang lalu
a. Riwayat penyakit yang pernah di alami : Faringitis
b. Riwayat pengobatan : -
c. Riwayat operasi : -
d. Riwayat kecelakaan : -
e. Riwayat hospitalisasi : -
f. Reaksi alergi : tidak ada riwayat alergi makanan/ obat
g. Riwayat imunisasi : Imunisasi lengkap
4. Pola kebiasaan sehari hari
a. Pola nutrisi
Klien mengatakan tidak selera makan

25
b. Pola eliminasi
Tidak ada perubahan eliminasi BAK dan BAB
c. Pola aktivitas
Kelelahan, malaise
d. Pola istirahat
Klien sulit tidur
e. Pola konsep diri dan persepsi diri
Klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah
f. Pola keyakinan nilai
Orangtua klien mengajarkan anaknya untuk banyak berdoa
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : klien tampak lemah
- BB : 30 kg - TB : 120 cm
b. Tanda tanda vital
- Kes : Composmetis - TD : 90/60 mmHg
- HR : 110x/i - RR : 26x/i
- T : 37,8oC
c. Kepala : bentuk simetris, rambut hitam, kepala bersih
d. Mata : pupil isokor, konjungtiva (-) anemis
e. Hidung : simetris, (-) pembesaran polip ataupun sinus
f. Mulut : mukosa bibir kering
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
h. S. pernapasan : pernapasan vesikuler
i. Sirkulasi : Takikardi 110x/i
j. Abdomen : (-) nyeri tekan
k. Anogenetal : tidak dikaji
l. Neurologis : kesadaran composmentis
m. Integument : turgor kulit baik
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
- Hb : 10 gr/dl - HMT : 45%

26
- Leukosit : 12.000 gr/dl - Trombosit : 120.000
- Eritrosit : 4,6 juta - ASTO : 400
b. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran
pada jantung
c. Hapusan tenggorokan
Ditemukan streptococcus hemolitikus b grup A

27
ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Masalah
keperawatan
1. DS : Toxin beredar
- klien mengatakan sakit pada melalui aliran darah
Nyeri
sendi → poliartritis →
DO : nyeri
- klien meringis kesakitan
- Skala nyeri 6
2. DS : Aktivasi antigen atau Hipertermi
- Orang tua klien mengatakan antibodi → inflamasi
anaknya demam → impuls
DO : disampaikan ke
- klien tampak gelisah, suhu hipotalamus →
tubuh klien di atas batas peningkatan suhu
normal tubuh
- TTV
TD : 90/60 mmHg
HR : 110x/i
RR : 26x/i
T : 37,8oC
3. DS : Katup jantung Intoleransi Aktifitas
- klien mengatakan cepat mengalami gangguan
lelah → peningkatan
DO : tekanan vena dan
- klien tampak lemah, klien arteri pulmonalis →
tampak berbaring di tempat kelemahan fisik →
tidur intoleransi aktifitas

28
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d poliartritis d/d klien mengatakan nyeri pada sendi, klien
tampakmeringis
2. Hipertermi b.d proses inflamasi d/d ibu klien mengatakan
anaknya demam, suhu tubuh diatas batas normal
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik d/d klien mengatakan cepat lelah,
klien tampak lemah dan berbaring di tempat tidur

29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian jantung
dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolytic-b group A,
mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan gejala
sisa pada jantung khusunya katub. Demam reumatik akut biasanya didahului
oleh radang saluran nafas bagian atas yang di sebabkan oleh infeksi
streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga kuman termasuk
dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
B. Saran
1. Saran bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa disarankan dengan adanya makalah ini dapat
meningkatkan kembali pengetahuan terkait Reumatic Heart Disease dan
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular : RHD(Reumatoid Heart Disease.
2. Saran bagi Perguruan Tinggi
Bagi perguruan tinggi disarankan untuk menjadikan makalah ini sebagai
bahan ajar dalam meningkatkan pengetahuan terkait materi di atas.
3. Saran bagi Pasien dan Perawat
a. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana meningkatkan
pengetahuan pasien mengenai demam rematik dan Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular : RHD(Reumatoid Heart Disease.
b. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskular: RHD(Reumatoid Heart Disease)”.

34
DAFTAR PUSTAKA
Chakko S, Bisno AL. Acute Rheumatic Fever. In: Fuster V, Alexander RW,
O’Rourke et al. Hurst The Heart; vol.II; 10th ed. Mc Graw-Hill :
NewYork, 2001; p. 1657 –65.2.

Marijon E, Mirabel M, ,et al. Rheumatic fever. Paris: Lancet 2012; 379: 953–
643.World Health Organization. Rheumatic fever and rheumatic
heart disease

WHO Technical report series 923. Report of a WHO Expert Consultation


Geneva, 29October–1 November 2010.

Ninditasari, Ghina. 2016. https://www.slideshare.net/GhinaNinditasari/referat-


penyakit-jantung-rematik-pada-anak. Diakses pada tanggal 06 September
2019 pada jam 10.00

Ngastiyah. 2007. Perawatan Anak Sakit, Edisi III EGC: Jakarta.

Premana, Pande. 2018.


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/4cfc4cc71e834014
18ccef06f5fe587e.pdf. Diakses pada tanggal 06 September 2019 pada jam
09.12

Rahayu, Sri. 2011. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-


content/uploads/2013/12/Pustaka_Unpad_Demam_Rematik_Akut.pdf.
Diakses pada tanggal 06 September 2019 pada jam 09.30

35

Anda mungkin juga menyukai