Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Definisi
Terapi oksigen hiperbarik adalah pengobatan dimana pasien secara intermitten
menghirup oksigen 100% di dalam ruangan (Chamber) dengan tekanan lebih dari 1
atmosfer absolute (ATA).
Terapi oksigen hiperbarik adalah terapi medis dimana pasien dalam suatu rungan
menghirup oksigen murni 100% bertekanan tinggi (hyperbaric chamber) antara 18 22 psi
(kalo kemaren 2,4 bar) tergantung kebutuhan, semula terapi ini dikhususkan untuk
penyelam yang mengalami kelainan atau penyakit akibat penyelaman. Tapi kemudian
dikembangkan untuk terapi penyakit klinis serta dapat meningkatkan kebugaran, dan
secara klinis telah terbukti.

1.2

Profil
Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo Jakarta berlokasi di Jalan Bendungan Hilir
No. 17 Pejompongan Jakarta Pusat yang dibangun di atas lahan seluas 42.586 m 2. Cikal
bakal rumah sakit ini bermula dari sebuah kegiatan pelayanan kesehatan berupa tempat
perawatan pasien dan klinik bersalin yang kesemuanya di kelola oleh Dinas Kesehatan
Komando Daerah Maritim Djakarta (KDMD). Kemudian pada tahun 1957 dengan
berkembangnya TNI-AL dan tuntutan kebutuhan pelayanan dan perawatan kesehatan
dibangun suatu rumah sakit dengan nama Rumah Sakit Angkatan Laut Djakarta
(RSALD) dan diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1957. Pada tanggal 15 Mei 1974
RSALD berganti nama menjadi RSAL Dr. Mintohardjo.

1.2.1

Hyperbaric Center
Indonesia baru memulai kesehatan udara bertekanan tinggi atau hiperbarik tahun
1970 dan di RSAL Dr.Mintohardjo dimulai pada tahun 1981. Untuk meningkatkan dan
mengembangkan kesehatan udara bertekanan tinggi (Hiperbarik) maka dibangun
Hyperbaric Center wilayah barat tahun 1998 di rumah sakit ini.

Sistem kerja terapi oksigen Hyperbaric pada tubuh kita, pasien dimasukkan dalam
ruangan dengan tekanan satu atm, setelah mencapai kedalaman tertentu diberikan oksigen
murni. Kadar oksigen tersebut akan meningkat 2-3 kali. Oksigen akan larut dalam cairan
tubuh dan sebagian lagi diikat oleh sel darah merah. Oksigen ini berguna untuk
mengurangi volume gelembung gas pada penyakit dekompresi, meningkatkan penyaluran
oksigen pada jaringan yang kekurangan oksigen, mendorong/merangsang pembentukan
pembuluh darah baru, menekan pertumbuhan kuman, mendorong pembentukan jaringan
dan meningkatkan daya butuh kuman oleh sel darah putih dan mengeliminasi dan
menurunkan zat beracun.
Terapi oksigen hyperbaric berguna untuk pengobatan penyakit antara lain:
a. Terapi Primer
Penyakit Dekompresi, emboli gas, keracunan gas (CO, HCN, H2S, CCl4),
gangrene dan steoradionerosis.
b. Terapi Sekunder
Kerusakan jaringan akibat radiasi, akut ischemia dan crush injuries, luka bakar,
anemia akut, luka bakar yang sukar sembuh, cangkokan kulit, osteomielitis,
ulkus/ganggren DM, tuli mendadak, patah tulang, rehabilitasi pasca stroke, alergi,
meningkatkan motilitas sperma pada infertilitas, kebugaran dan estetika.
1.2.1 Fasilitas hyperbaric chamber
Khusus untuk di RS TNI AL Dr. Mintoharjo ada 5 buah chamber yang berasal dari 5
negara yaitu :
a. Jepang
Merupakan monoplace chamber pertama yang bernama Limoto, dengan udara
bertekanan tinggi tanpa disertai oksigen murni. Dan chamber ini sudah tidak digunakan
lagi saat ini.
b. Inggris
Merupakan chamber multiplace ke-2 yang berbentuk horizontal dan hanya
mempunyai dua ruangan. Satu ruangan mempunyai 8 kursi dan yang ruang yang ke-2
terdapat 2 kursi dengan satu kursi tambahan. Sistem komunikasi di chamber ini sudah
mulai membaik yaitu dengan microphone dan terdapat TV diluar chamber untuk
memantau keadaan didalam.

c. Inggris
Chamber kedua dari Inggris ini berbentuk monoplace yang mempunyai satu ruangan
dengan junlah kursi yaitu 4 kursi. Alat penunjang lain sama dengan chamber multiplace.

d.
Perancis
Chamber ini berbentuk multiplcae dengan dua ruangan, ruangan pertama 10 kursi dan
ruangan kedua 4 kursi. Alat penunjang lain sama dengan chamber multiplace.

e.
Spanyol

Merupakan chamber multiplace ke-3 yang berbentuk vertikal dan mempunyai dua
ruangan. Satu ruangan mempunyai 16 kursi dan yang ruang yang ke-2 terdapat 8 kursi.
Chamber ini adalah chamber yang paling terbaru karena telah dilengkapi oleh system
computer dan ada TV di dalam .

I.3

Aspek Fisiologi

I.3.1

Hukum-hukum Fisika
Dasar dari terapi hiperbarik adalah sedikit banyak mengandung prinsip fisika. Untuk

menentukan tekanan udara 1 atm

adalah 760 mmHg berdasarkan Teori Toricelli yang

menjelaskan tekanan udara tersebut dalam komposisi unsur-unsur udara yang terkandung di
dalamnya mengandung Nitrogen (N2) 79 % dan Oksigen (O2) 21%. Dalam sistem pernafasn pun
demikian. Pada terapi hiperbarik oksigen ruangan yang tersedia mengandung Oksigen (O 2)
100%. Terapi hiperbarik juga berdasarkan teori fisika dasar dari hukum-hukum Dalton, Boyle,
Charles dan Henry.
1.

Hukum Boyle
Hukum boyle menyatakan bahwa volume gas berbanding dengan tekanan apabila

temperature dipertahankan dengan konstan. Volume gas akan turun

dengan

naiknya tekanan dan volume akan naik dengan turunya tekanan. Dalam

proses

hiperbarik akan terjadi fenomena seguezee karena terjadi peningkatan

temperature

ruangan atau chamber. Ketika Tuba Eustachii tersumbat, maka

mengganggu

proses

keseimbangan tekanan gas yang mengakibatkan rasa nyeri dan menekan pada middle
ear / (telinga tengah).
2. Hukum Charles

Apabila tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan,
maka volum gas sebanding dengan suhu mutlaknya. Hal ini menjelaskan apabila
pembuluh darah tertekan, maka suhu akan meningkat dan apabila suhu menurun
3.

maka tekanan dalam pembuluh darah akan menurun


Hukum Dalton
Hukum Dalton menyatakan bahwa campuran total (total pressure) dua gas
atau lebih yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan jumlah tekanan gas
(partial pressure) masing-masing yang ada di ruangan tersebut. Udara yang dihirup
pada keadaan 1 Atm terdiri dari 80% Nitrogen dari 1 atm sama dengan 0,8 atm dan
Oksigen 20% dari atm sama dengan

0,2 atm. Maka tekanan

parsial dalam

kedalaman dari permukaan antara lain : 10 meter adalah 2 atm terdiri dari 1,6 atm N 2
ditambah 0,4 atm O2 ; 30 meter adalah 3 atm teridri dari 3,2 atm N 2 ditambah 0,8
atm O2 dan seterusnya. Artinya bahwa tekanan tersebut sama seperti menghirup
4.

100% Oksigen di permukaan air.


Hukum Henry
Hukum Henry menyatakan bahwa banyaknya gas yang larut dalam cairan
atau jaringan berbanding lurus dengan tekanan gas dan koefisien kelarutan gas
tersebut. Hukum ini adalah basis dari peningkatan tekanan oksigen dalam
jaringan dengan penggunaan terapi hiperbarik. Hukum ini dapat menjelaskan bahwa
dipermukaan laut, larutan Nitrogen dalam tubuh sebesar 1 Liter, 10 meter

maka

terdapat tekanan parsial dari Nitrogen yang dihirup sebesar 2 Liter.


Apabila tubuh berada di bawah permukaan laut, yang terjadi adalah tekanan
atmosfir akan meningkat karena tekanan atmosfir dan udara lebih berat daripada
tubuh seseorang. menurut hukum Pascal, maka tekanan akan meningkat sebesar 760
mmHg atau 1 atm untuk kedalaman setiap 10 meter. Menurut masing-masing
kedalaman memiliki tekanan absolut sebagai berikut : di permukaan memiliki 1 ATA,
10 meter memiliki 2 ATA, 20 meter memiliki 3 ATA, 30 meter memiliki 4 ATA.
I.3.2

Tekanan pada Rongga Tubuh

1.3.2.1 Sewaktu Turun

sumber : Materi matra laut Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Hang Tuah Surabaya
2012

1.3.2.2 Sewaktu Naik

sumber : Materi matra laut Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Hang Tuah Surabaya
2012

1.3.2.3

sumber : Materi matra laut Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Hang Tuah Surabaya
2012

Telinga secara anatomis terbagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam.
Telinga luar dan tengah berperan dalam transmisi suara melalui udara menuju telinga bagian
dalam yang terisi cairan. Pada telinga dalam ini, terjadi amplifikasi energi suara.

Membran timpani berada pada perbatasan telinga luar dan tengah. Area tekanan tinggi da
rendah pada gelombang suara akan menyebabkan membran timpani bergetar ke dalam dan ke
luar. agar membran tersebut dapat secara bebas bergerak kedua arah, tekanan udara istirahat pada
kedua sisi membran timpani harus sama. Membran sebelah luar terkekspos pada tekanan
atmosfer yang melewati meatus akustikus eksterna sedangkan bagian dalam menghadapi tekanan
atmosfer dari tuba eustachius yang menghubungkan telinga tengah ke faring. Secara normal, tuba
ini tertutup tetapi dapat dibuka dengan gerakan menguap, mengunyah dan menelan.
Saat membran timpani bergetar, tulang-tulang tersebut bergerak dengan frekuensi yang
sama , mentransmisikan frekuensi tersebut dari menuju oval window. Selanjutnya, tiap-tiap
getaran menghasilkan pergerakan seperti gelombang pada cairan di telinga dalam dengan
frekuensi yang sama dengan gelombang suara aslinya. Sementara itu, diskriminasi kebisingan
atau kenyaringan tergantung dari amplitudonya. Gelombang suara yang berasal dari sumber yang
lebih keras akan menghantam gendang telinga (membran timpani) sehingga bergetar dengan
lebih bertenaga meskipun frekuensinya tetap sama. Osilasi pada membran basilaris yang lebih
besar akan diinterpretasikan sebagai suara yang lebih keras oleh sistem saraf pusat.
1.3.2.4 Ekualisasi

sumber : Materi matra laut Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Hang Tuah Surabaya
2012

1.3.3 Mekanisme HBOT

Terdapat dua jenis dari terapi hiperbarik, efek mekanik dan fisiologis. Efek fisiologis
dapat dijelaskan melalui mekanisme oksigen yang terlarut plasma. Pengangkutan oksigen ke
jaringan meningkat seiring dengan peningkatan oksigen terlarut dalam plasma.
HBOT memiliki mekanisme dengan memodulasi nitritokside (NO) pada sel endotel. Pada
sel endotel ini HBOT juga meningkatkan intermediet vaskuler endotel growth factor (VEGF).
Melalui siklus Krebs terjadi peningkatan NADH yang memicu peningkatan fibroblast. Fibroblast
yang diperlukan untuk sintesis proteoglikan dan bersama dengan VEGF akan memacu kolagen
sintesis

pada

proses

remodeling,

salah

satu

tahapan

dalam

penyembuhan

luka.

Mekanisme di atas berhubungan dengan salah satu manfaat utama HBOT yaitu untuk
wound healing. Pada bagian luka terdapat bagian tubuh yang mengalami edema dan infeksi. Di
bagian edema ini terdapat radikal bebas dalam jumlah yang besar. Daerah edema ini mengalami
kondisi hipo-oksigen karena hipoperfusi. Peningkatan fibroblast sebagaimana telah disinggung
sebelumnya akan mendorong terjadinya vasodilatasi pada daerah edema tersebut. Jadilah kondisi
daerah luka tersebut menjadi hipervaskular, hiperseluler dan hiperoksia. Dengan pemaparan
oksigen tekanan tinggi, terjadi peningkatan IFN-, i-NOS dan VEGF. IFN- menyebabkan TH-1
meningkat yang berpengaruh pada B-cell sehingga terjadi pengingkatan Ig-G. Dengan
meningkatnya Ig-G, efek fagositosis leukosit juga akan meningkat. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa

pada

luka,

Adapun cara

HBOT

berfungsi

menurunkan

infeksi

dan

edema..

HBOT pada prinsipnya adalah diawali dengan pemberian O 2 100%,

tekanan 2 3 Atm . Tahap selanjutnya dilanjutkan dengan pengobatan decompresion sickness.


Maka akan terjadi kerusakan jaringan, penyembuhan luka, hipoksia sekitar luka. Kondisi ini
akan memicu meningkatnya fibroblast, sintesa kolagen, rasio RNA/DNA, peningkatan leukosit
killing, serta angiogenesis yang menyebabkan neovaskularisasi jaringan luka. Kemudian akan
terjadi peningkatan dan perbaikan aliran darah mikrovaskular. Densitas kapiler meningkat
sehingga daerah yang mengalami iskemia akan mengalami reperfusi.
1.3.3.1 Cara Kerja Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi oksigen Hiperbarik ini memiliki mekanisme yang telah diidentifikasikan
manfaatnya dalam mempercepat penyembuhan dengan cara:
(1) Hiperoksigenasi
Peningkatan tekanan (1,5 3,0 atmosfer) akan meningkatkan jumlah oksigendalam
aliran darah dan jaringan sebanyak 10 13 kali dari kondisi normal. Terapi oksigen
Hiperbarik memberi dukungan seketika terhadap wilayah jaringan yang terganggu, dimana

aliran darahnya menjadi berkurang. Peningkatan derajat oksigen juga bisa mengusir racun
(termasuk karbon monoksida) keluar dari tubuh.
(2) Tekanan Langsung
Terapi oksigen Hiperbarik memperkecil ukuran gelembung gas sehingga bisa
diabsorbsi kembali. Terapi ini sangat diandalkan dalam penanganan emfolisme gas dalam
pembuluh darah, dan sakit akibat dekompresi.
(3) Vasokontriksi
Peningkatan oksigen menyebabkan vasokontriksi yang berakibat penurunan aliran
darah tanpa mengurangi oksigenasi jaringan secara berarti. Terapi oksigen Hiperbarik
digunakan untuk mengendalikan tekanan-tekanan kompartemen pada kasus kecelakaan dan
menangani luka bakar.
(4)

Angiogensis dan Neovaskularisasi


Terapi oksigen Hiperbarik mempercepat pertumbuhan pembuluh-pembuluh darah

yang baru dan memperkaya wilayah yang cedera dengan darah yang bermuatan oksigen.
Meskipun pengurangan tekanan oksigen akan merangsang angiogensis, namun agar benarbenar efektif harus ada kolagen sebagai pendukungnya. Karena itu secara keseluruhan
hiperoksigenasi merangsang timbulnya angiogensis yang berguna.
1.4

Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik


1) Meningkatkan konsentrasi oksigen pada seluruh jaringan tubuh, bahkan pada aliran
darah yang berkurang.
2) Merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru untuk meningkatkan aliran darah pada
sirkulasi yang berkurang.
3) Mampu membunuh bakteri, terutama bakteri anaerob seperti Closteridium perfingens
(penyebab penyakit gas gangren).
4) Mampu menghentikan aktivitas bakteri (bakteriostatik) antara lain bakteri E. coli dan
Pseudomonas sp. yang umumnya ditemukan pada luka-luka mengganas.
5) Mampu menghambat produksi racun alfa toksin.
6) Meningkatkan viabilitas sel atau kemampuan sel untuk bertahan hidup.
7) Menurunkan waktu paruh karboksihemoglobin dari 5 jam menjadi 20 menit pada
penyakit keracunan gas CO.
8) Dapat mempercepat proses penyembuhan pada pengobatan medis konvensional.
9) Meningkatkan produksi antioksidan tubuh tertentu.
10) Memperbaiki fungsi ereksi pada pria penderita diabetes (laporan para ahli hiperbarik di
Amerika Serikat pada tahun 1960).
11) Meningkatkan sensitivitas sel terhadap radiasi.

12) Menahan proses penuaan dengan cara pembentukan kolagen yang menjaga elastisitas
kulit.
13) Tubuh menjadi lebih segar, badan tidak mudah lelah, gairah hidup meningkat, tidur lebih
enak dan pulas.

BAB II
ALAT DAN PROSEDUR

2.1

Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

Kelainan yang merupakan indikasi terapi oksigen hiperbarik dikelompokkan menurut


kategmengorisasi yang dibuat oleh Committee of Hyperbaric Oxygenation of the Undersea and
Hyperbaric Medical Society yang telah mengalami revisi pada tahun 1986 dan 1988
(LAKESLA, 2009).
Penyakit-penyakit yang termasuk kategori yang diterima adalah sebagai berikut:
1. Emboli udara
2. Anemia karena kehilangan banyak darah
3. Insufisiensi arteri perifer akut
4. Infeksi bakteri
5. Keracunan CO
6. Keracunan sianida
7. Penyakit dekompresi
8. Gas gangrene
9. Infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan anaerob
10. Osteoradinekrosis
11. Osteomielitis
12. Ulkus diabetic
13. Luka tidak sembuh akibat hipoperfusi dan trauma lama
14. Inhalasi asap
15. Luka bakar
2.2

Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

1) Kontraindikasi Absolut
Kontraindikasi absolut adalah pneumothorax yang belum dirawat, kecuali bila
sebelum pemberian oksigen hiperbarik dapat dikerjakan tindakan bedah untuk mengatasi
pneumothorax tersebut (LAKESLA, 2009).
Keganasan yang belum diobati atau keganasan metastatik akan menjadi lebih
buruk pada pemakaian oksigen hiperbarik untuk pengobatan dan termasuk kontraindikasi
absolut, itulah anggapan orang-orang selama bertahun-tahun. Namun penelitianpenelitian yang dikerjakan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sel-sel ganas tidak tumbuh
lebih cepat dalam suasana oksigen hiperbarik. Penderita keganasan yang diobati dengan
oksigen hiperbarik biasanya secara bersama-sama juga menerima terapi radiasi atau
kemoterapi (LAKESLA, 2009).
Kehamilan juga merupakan kontraindikasi absolut karena tekanan parsial oksigen
yang tinggi berhubungan dengan penutupan patent ductus arteriosus, sehingga secara
teoritis pada bayi prematur dapat terjadi fibroplasia retrolental. Namun pada penelitian
lebih lanjut menunjukkan bahwa komplikasi ini nampaknya tidak terjadi (LAKESLA,
2009).
2) Kontraindikasi Relatif
Beberapa kondisi yang memerlukan perhatian jika akan melakukan terapi hiperbarik
Tetapi bukan merupakan kontraindikasi absolut adalah:

Infeksi saluran napas bagian atas

Sinusitis kronis

Penyakit kejang

Emfisema yang disertai retensi CO2

Panas tinggi yang tidak terkontrol

Riwayat pneumothorax spontan

Riwayat operasi dada

Riwayat operasi telinga

Infeksi virus (LAKESLA, 2009).

2.3

Prosedur

(1)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
4)

1)
Terapi oksigen hiperbarik (HBOT) adalah terapi medis dimana pasien dalam suatu
ruangan menghisap oksigen tekanan tinggi (100%) atau pada tekanan barometer tinggi
(hyperbaric chamber).
2)
Sebelum masuk mesin HBOT pasien bisa konsultasi dokter terkait keluhan dan
untuk mendapatkan penjelasan tentang manfaat HBOT. Pasien akan melakukan
pemeriksaan oleh dokter berupa riwayat pnemothorak spontan, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan telinga untuk menjamin kondisi pasien dalam keadaan sehat sebelum
mengikuti terapi.
3)
Prosedur sebelum memasukin Chamber :
Medik
(a) Thorax foto
(b) Tidak sedang flu dan demam
(c) Pemeriksaan laboratorium bila ada penyakit tertentu (missal Diabetes Mellitus)
Sarapan pagi
Berpakaian berbahan katun dan disarankan agar bercelana panjang
Tidak membawa barang elektronika, barang yang mengandung alcohol, telepon
genggam, remote control , minyak angin dan minyak wangi
Tidak menggunakan jam tangan, perhiasan lainnya, gigi palsu, lensa kontak . hearing aids
Melakukan Equalisasi, yaitu upaya untuk menyamakan tekanan telinga bagian tengah dan
bagian luar. Hal ini perlu dilakukan pada saat anda masuk dalam hyperbaric Chamber .
Penggunaan tabel
Tabel klinis

Sumber : (Avongsa,2015) Sehat dan Bugar dengan Terapi Oksigen Hiperbarik. Rumah
Sakit AL Mintohardjo
http://www.rsalmintohardjo.com/wp-content/uploads/2015/10/Materi-4.-dr.
Merlin TOHB_Harkesal_20151.pdf
Penjelasan :
a) Probandus dimasukkan kedalam ruang chamber dengan bantuan perawat
b) Pintu ruangan chamber ditutup rapat

c) Diberikan tekanan menggunakan udara tekan sedikit demi sedikit sambil


memperhatikan keadaan umum pasien melalui celah kaca pada alat atau dengan
berkomunikasi melalui radio sampai tekanan mencapai 2,4 ATA
d) Probandus diminta untuk mulai memasang masker dan menghirup oksigen murni
selama 30 menit pertama dengan nafas yang teratur
e) Probandus diminta untuk istirahat selama 5 menit dengan melepas masker oksigen
yang dipakai dan bernafas secara teratur.
5) Prosedur saat didalam chamber :
Pada saat didalam ruangan, melakukan ekualisasi karena telinga terasa penuh, pasien
diharapkan melakukan intervensi seperti valsava dengan cara hidung dan mulut di tutup,
kemudian mencoba membuang udara.

Referensi :
Avongsa, Merlin. 2015. Sehat dan Bugar dengan Terapi Oksigen Hiperbarik. Rumah
Sakit AL Mintohardjo.
http://www.rsalmintohardjo.com/wp-content/uploads/2015/10/Materi-4.-dr.-Merlin
TOHB_Harkesal_20151.pdf
Roses,Anisa. 2012. Materi Matra Laut dan Udara. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang
Tuah.
https://www.scribd.com/doc/94954566/16/Keracunan-oksigen
Hariyanto, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Lembaga Kesehatan
Kelautan (LAKESLA).
Zaetun, dkk. 2015. Pengaruh Terapi Oksigen Terhadap kadar gula darah pasien diabetes
mellitus di instalasi kesehatan penyelaman dan hiperbarik kantor kesehatan pelabuhan kelas II
Mataram. Media Bina Ilmiah. Vol.9. No.2. April 2015.
Biomedical Engineering. 2012. Terapi HBOT (Hyperbaric Oxygen Therapy).
http://elektromedik.blogspot.co.id/2012/11/terapi-hbot-hiperbaric-oxygen-theraphy.html
RS AL Mintohardjo. Sejarah RS AL Mintohardjo.
http://www.rsalmintohardjo.com/sejarah
RS AL Mintohardjo. Hiperbarik Center.
http://www.rsalmintohardjo.com/hiperbarik-center

Anda mungkin juga menyukai