Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang perananya


sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga
pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga akan tercipta
tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu
kebudayaan dimulai dari keluarga (Padila, 2012).

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks


dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan
keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Tahap dari proses
keperawatan adalah sebagai berikut: pengkajian keluarga dan individu
didalam keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan asuhan keperawatan dan evaluasi (Harmoko,
2012). Tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan
kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka
sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya (Gusti, 2013).

Kesehatan manusia dapat dilihat dalam rentang sehat sakit. Dimana


dalam rentang sehat sakit ini digunakan sebagai alat ukur dalam penilaian
status kesehatan yang dinamis dan dapat menjadi batasan oleh seorang
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang jelas. Sehat dalam
pengertian yang paling luas adalah keadaan yang sempurna baik secara
fisik, mental, sosial serta tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan akan tetapi mampu hidup produktif (Padila, 2012). Sakit
adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari baik aktifitas jasmani,
rohani, dan sosial (Sani, 2011).

Peran perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk


menyelesaikan masalah kesehatan keluarga, pelayanan kesehatan yang
ditunjukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan
keluarga yang sahat (Muhlisin, 2012). Salah satu peran perawat adalah
memberikan pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan merupakan
intervensi keperawatan mandiri yang dapat direncanakan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga yang mengalami hipertensi (Mardhiah
dkk, 2015).

Tindakan promosi kesehatan terbukti signifikan menurunkan


tekanan darah dan cocok untuk segmen populasi yang luas. Peran perawat
6

dalam promosi kesehatan tidak hanya terbukti mampu dalam


penatalaksanaan penyakit tetapi memiliki kontribusi luas untuk
pengembangan ilmu keperawatan. Promosi kesehatan yang dilakukan
perawat efektif dalam memanajemen penyakit kronis seperti hipertensi
karena perawat menggunakan pengetahuan dan skill yang dimiliki untuk
memberikan asuhan proses perawatan (Suhardi dkk, 2014).

Tindakan promosi kesehatan yang biasanya dilakukan yaitu edukasi


pada klien. Pendekatan melalui edukasi merupakan salah satu cara terbaik
untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya pada masyarakat dan
membantu individu mengembangkan kemampuan membuat keputusan dan
memberikan pencitraan pada masyarakat untuk menggali dan
mengembangkan sikap yang semestinya. Hal ini dikarenakan sikap dan
pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi perilaku kesehatan. Edukasi
kesehatan merupakan hal penting dalam meningkatkan status kesehatan.
Salah satu faktor penghambat dalam meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk mengontrol tekanan darah dan menurunkan kepatuhan penderita
meminum obat hipertensi antara lain rendahnya tingkat pengetahuan,
pengaruh budaya dan sedikitnya informasi kesehatan (Suhardi dkk, 2014).

Salah satu metode untuk mengurangi rasa nyeri kepala dengan cara
nonfarmakologi yaitu dengan metode relaksasi napas dalam. Teknik
relaksasi yang efektif dapat menurunkan denyut jantung, tekanan darah,
mengurangi tension headache, menurunkan ketegangan otot,
meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tekanan gejala pada individu
yang mengalami berbagai situasi (Mulyadi dkk, 2015).
7

Perkembangan keluarga adalah proses pertumbuhan yang terjadi


pada sistem keluarga meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan
antara anggotanya disepanjang waktu. Perkembangan ini terbagi menjadi
beberapa tahap atau kurun waktu tertentu. Tahap perkembangan keluarga
meliputi: tahap perkembangan keluarga pemula/ pasangan baru (beginning
family), tahap perkembangan keluarga dengan kelahiran anak pertama
(childbearing family), tahap perkembangan keluarga dengan anak usia
prasekolah (pre school family), tahap perkembangan keluarga dengan anak
usia sekolah (school family), tahap perkembangan keluarga dengan anak
remaja (teenagers family), tahap perkembangan keluarga dengan anak
dewasa (pelepasan), tahap perkembangan keluarga dengan usia
pertengahan, tahap perkembangan keluarga dengan lanjut usia (Harmoko,
2012). Pada setiap tahapnya keluarga memiliki tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses
(Muhlisin, 2012). Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk
menulis karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga
dengan Tahap Perkembangan Keluarga Dewasa yang mengalami
Hipertensi dengan Nyeri Akut di Desa Jetak Kelurahan Wonorejo
Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tahap


Perkembangan Keluarga Dewasa akhir

1.4 Tujuan Penulisan

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umumnya adalah untuk melakukan asuhan keperawatan


keluarga dengan tahap Perkembangan keluarga dewasa
pertengahan

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien perkembangan


keluarg dewasa akhir
9

2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien tahap


perkembangan keluarga dewasa akhir

3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien pada tahap


perkembangan keluarga dewasa akhir

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien pada tahap


perkembangan keluarga dewasa akhir.

5) Melakukan evaluasi pada klien perkembangan keluarga


dewasa akhir
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat, keluarga


merupakan lembaga sosial yang memiliki pengaruh paling besar
terhadap anggotanya. Unit dasar ini sangat mempengaruhi
perkembangan seorang individu, sehingga dapat menjadi penentu
keberhasilan atau kegagalan hidup seseorang (Friedman dkk,
2010). Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai
dengan perkembangan social masyarakat. Berikut ini akan
dikemukakan pengertian keluarga dari beberapa sumber:

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri


atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal satu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Padila, 2012).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam


satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau
adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Muhlisin, 2012).

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau

pengangkatan, dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,


berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Harmoko, 2012).

Dari beberapa definisi mengenai keluarga penulis


menyimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari dua atau lebih individu, yang memiliki hubungan
darah, ikatan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga dibawah asuhan seorang kepala rumah
tangga, saling berinteraksi dan bergantung satu sama lain dan
setiap anggota keluarga menjalankan perannya masing-masing
untuk menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

2.1.2 Struktur Keluarga


Struktur keluarga terdiri atas bermacam-macam,
diantaranya adalah:

1) Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak


saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur ayah.

2) Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak


saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur ibu.

3) Matrilokal

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal


bersama keluarga sedarah istri.

4) Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama


keluarga sedarah suami.

5) Keluarga kawinan

Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai


dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara
yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami istri (Harmoko, 2012).

Struktur keluarga oleh Friedman digambarkan sebagai


berikut :

a) Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila


dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik
selesai, dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi
pengirim yakin, mengemukakan pesan secara jelas dan
berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik.
Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan
balik dan valid.

Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi


apabila tertutup, adanya isi atau berita negatif, tidak berfokus
pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri.

Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi


perasaan tidak jelas, dan komunikasi tidak sesuai. Pengirim
pesan gagal mendengarkan, diskualifikasi, ofensif (bersifat
negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
b) Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan


sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran
bisa bersifat formal atau informal. Posisi/ status adalah posisi
individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/ suami.

c) Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk


mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang
lain.

d) Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat


anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma
adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial
tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat
sekitar keluarga (Friedman dkk, 2010).

2.1.3 Tipe keluarga

Keluarga yang mengeluarkan pelayanan kesehatan berasal


dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan
perkembanagn sosial maka tipe keluarga berkembang

mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga


dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu
mengetahui berbagai tipe keluarga. yaitu tipe keluarga tradisional
dan tipe keluarga non tradisional.

1) Tipe keluarga tradisional, terdiri dari:

a) The nuclear family (keluarga inti)

Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri


dan anak (kandung atau angkat).

b) The extended family (keluarga besar)

Yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang


mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman, bibi, atau keluarga yang terdiri dari tiga generasi
yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear
family disertai paman, tante, orang tua (kakek-nenek),
keponakan.

c) The dyad family (keluarga “dyad”)


Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak)
yang hidup bersama dalam satu rumah.

d) Single parent (orang tua tunggal)

Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang


tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.

e) The single adult living alone/ single adult family


Yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
dari

seorang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau


perpisahan (perceraian atau ditinggal kematian).

f) Blended family

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah


kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.

g) Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah


atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-
barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar
mandi, televisi, dan lain-lain).

h) Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok


umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

i) Commuter family

Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi


salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang
tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat weekend.

j) Keluarga usila
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut dengan anak yang sudah memisahkan diri

k) Composit family

Yaitu keluarga yang perkawinanya berpoligami dan


hidup bersama.

l) The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan


untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang
disebabkan karena mengejar karier/ pendidikan yang terjadi
pada wanita.

2) Tipe keluarga non tradisional, terdiri


dari: a. The unmarrid teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)


dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

b. Commune family

Beberapa pasangan keluarga yang tidak ada hubungan


saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok/ membebaskan anak
bersama.

c. The nonmarital heterosexsual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti

pasangan tanpa melalui pernikahan.

d. Gay and lesbian family

Dua individu yang sejenis atau yang mempunyai


persamaan sex hidup bersama dalam satu rumah tangga
sebagaimana “marital pathners”.

e. Cohabitating couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan


pernikahan karena beberapa alasan tertentu.

f. Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat


rumah tangga bersama, yang saling merasa telah menikah
satu dengan yang lainnya, berbagai sesuatu termasuk
sexsual dan membesarkan anak.

g. Group network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/ nilai-nilai,


hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan
barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya.

h. Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan


keluarga/ saudara didalam waktu sementara, pada saat
orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

i. Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai


perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental (Muhlisin, 2012).

2.1.4 Tahap Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan

Miller adalah:

a. Tahap keluarga pemula/ pasangan baru (beginning family)

b. Tahap keluarga kelahiran anak pertama (childbearing family)

c. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah (pre school


family)

d. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (school family)

e. Tahap keluarga dengan anak remaja (teenagers family)

f. Tahap keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

g. Tahap keluarga usia pertengahan

h. Tahap keluarga lanjut usia (Harmoko, 2012).

2.1.5 Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Keluarga Dewasa Pertengahan

1. Pengertian

Dewasa pertengahan merupakan usia sekitar 35-40 tahun & berakhir


sekitar 60-65 tahun (Schaie dan Willis,1996 dlm Psikologi Perkembangan).
Dewasa Pertengahan adalah masa – menyesuaikan diri & kesedaran bahawa ia
bukan lagi muda & masa depannya tidak lagi dipenuhi dengan kemungkinan-
kemungkinan yg tidak terhadapi, hasilnya membawa satu masa krisis, (Craig,
1976). Usia dewasa tengah (Middle adulthood) disebut sebagai periode
perkembangan yang dimulai kira-kira 35-45 tahun hingga memasuki usia 60an
tahun. (Santrock, 1995)

dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental (Muhlisin,
2012).
2.1.4 Tahap Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan

Miller adalah:

a. Tahap keluarga pemula/ pasangan baru (beginning family)

b. Tahap keluarga kelahiran anak pertama (childbearing family)

c. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah (pre school


family)

d. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (school family)

e. Tahap keluarga dengan anak remaja (teenagers family)

f. Tahap keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

g. Tahap keluarga usia pertengahan

h. Tahap keluarga lanjut usia (Harmoko, 2012).

2.1.5 Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Keluarga Dewasa Pertengahan

1. Pengertian

Dewasa pertengahan merupakan usia sekitar 35-40 tahun & berakhir


sekitar 60-65 tahun (Schaie dan Willis,1996 dlm Psikologi Perkembangan).
Dewasa Pertengahan adalah masa – menyesuaikan diri & kesedaran bahawa ia
bukan lagi muda & masa depannya tidak lagi dipenuhi dengan kemungkinan-
kemungkinan yg tidak terhadapi, hasilnya membawa satu masa krisis, (Craig,
1976). Usia dewasa tengah (Middle adulthood) disebut sebagai periode
perkembangan yang dimulai kira-kira 35-45 tahun hingga memasuki usia 60an
tahun. (Santrock, 1995).
Keluarga dewasa pertengahan merupakan salah satu tahap usia
pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini
biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir
pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-18 tahun kemudian.
Biasanya pasangan suami istri dalam usia pertengahan merupakan sebuah
keluarga inti meskipun
masih berinteraksi dengan orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota
keluarga lain dari keluarga asal mereka dan juga anggota keluarga dari hasil
perkawinan keturunannya.
Pasangan Postparental (pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan
rumah) biasanya tidak terisolasi lagi saat ini, semakin banyak pasangan usia
pertengahan hidup hingga menghabiskan seluruh masa hidupnya dan
menghabiskan sebagian masa hidupnya dalam fase postparental, dengan
hubungan ikatan keluarga hingga empat generasi, yang merupakan hal yang
biasa(Troll, 1971, dalam Friedman, 1988, hal 130).
Dari definisi tentang keluarga usia dewasa pertengahan diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa keluarga usia dewasa pertengahan adalah keluarga yang
usianya 40-60 tahun, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan didalam keluarga.
2. Karakteristik keluarga dewasa pertengahan

Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada penyesuaian


perkawinan (seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan antara suami dan
istri (lebih merata), dan pada peran (diferensi peran perkawinan meningkat)
(Leslie dan Korman, 1989, dalam Friedman 1988, hal 130).

Pada tahun-tahun ini umumnya sulit dan berat, karena masalah-masalah


penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam diri mereka bahwa
mereka gagal menjadi membesarkan anak dan usaha kerja. Selanjutnya, tidak jelas
apa yang terjadi dengan kepuasan perkawinan dan keluarga melewati siklus-siklus
kehidupan berkeluarga. Beberapa studi tentang kepuasan perkawinan
memperlihatkan bahwa kepuasan perkawinan menurun tajam setelah perkawinan
berlangsung dan terus menurun hingga tahun pertengahan (Leslie dan Korman,
1989, dalam Friedman 1988, hal 130).
3. Masalah yang biasa ditemukan oleh keluarga dewasa pertengahan

Menurut fridman (1998, hal 132) pada fase ini, masalah kesehatan yang
dapat terjadi pada keluarga dewasa pertengahan yaitu :

a. Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang tidak cukup, kegiatan waktu


luang dan tidur yang kurang, nutrisi yang tidak baik, program olahraga yang tidak
teratur, pengurangan berat badan hingga berat badan yang optimum, berhenti
merokok, berhenti atau mengurangi penggunaan alkohol, pemeriksaan skrining
kesehatan preventif.
b. Masalah-masalah hubungan perkawinan.

c. Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, dan cucu, dan orang tua
yang berusian lanjut.
d. Masalah yang berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orang
tua yang lanjut

e. usia atau tidak mampu merawat diri.

4. Tugas Perkembangan

Usia dewasa pertengahan yang merupakan usia rata-rata dimana para


orang tua melepaskan anak mereka yang terakhir ditandai sebagai masa kehidupan
yang “terperangkap” yaitu terperangkap antara tuntutan kaum kaum muda dan
terperangkap antara dunia kerja dan tuntutan yang bersaing dan keterlibatan
keluarga, dimana seringkali tampaknya tidak mungkin memenuhi tuntutan-
tuntutan dari kedua bidang tersebut.
Tugas perkembangan keluarga dewasa menurut Fridman (1998, hal 131) yang
penting pada fase ini adalah :
a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.

Dalam masa ini upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat menjadi lebih
menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataanya bahwa mungkin mereka telah
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak diri selama 45-64 tahun.
Meskipun dapat dianjurkan sekarang, karena “lebih baik sekarang dari pada tidak
pernah” adalah selalu benar, agaknya terlalu terlambat untuk mengembalikan
begitu banyak perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi, seperti tekanan
darah tinggi akibat kurangnya olahraga, stress yang berkepanjangan, menurunnya
kapasitas vital akibat merokok.

Motivasi utama orang usia pertengahan untuk memperbaiki gaya hidup


mereka adalah karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit yang
dibangkitkan bila seorang teman atau anggota keluarga mengalami serangan
jantung, stroke, atau kanker. Selain takut, keyakinan bahwa pemeriksaan yang
teratur dan kebiasaan hidup yang sehat merupakan cara-cara yang efektif untuk
mengurangi kerentanan terhadap berbagai penyakit juga merupakan kekuatan
pendorong yang ampuh. Penyakit hati, kanker dan stroke merupakan dua pertiga
dari semua penyebab kematian antara usia 46 hingga 64 tahun dan sebagai
penyebab kamatian urutan ke empat.

b. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti


dengan para orangtua lansia dan anak-anak.

Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka kedalam keluarga


dan meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan ini
mendatangkan penghargaan yang tinggi (Duvall, 1977 dalam friedman , 1988, hal
131). Tugas perkembangan ini memungkinkan pasangan usia pertengahan terus
merasa seperti sebuah keluarga dan mendatangkan kebahagiaan yang berasal dari
posisi sebagai kakek-nenek tanpa tanggung jawab sebagai orang tua selama 24
jam. Karena umur harapan hidup meningkat, menjadi seorang kakek-nenek secara
khusus terjadi pada tahap siklus kehidupan ini (Sprey dan Matthews, 1982, dalam
Friedman, 1988, hal 132). Kakek nenek memberikan dukungan besar kepada anak
dan cucu mereka pada saat-saat krisis dan membantu anak-anak mereka melalui
pemberian dorongan dan dukungan(Bengston dan Robertson, 1985, dalam
Friendman, 1988, hal 132).

Peran yang lebih probelamatik adalah yang berhubungan dengan dan


membantu orang tua lansia dan kadang-kadang anggota keluarga besar lain yang
lebih tua. Delapan puluh enam persen
pasangan usia pertengahan minimal memiliki satu orang tua masih
hidup(hagestad, 1988, dalam Friedman, 1988, hal 132). Jadi, tanggung jawab
memberi perawatan bagi orang tua lansia yang lemah dan sakit-sakitan
merupakan pengalaman yang tidak asing. Banyak wanita yang merasa berada
dalam “himpitan generasi” dalam upaya mereka mengimbangi kebutuhan-
kebutuhan orang tua mereka yang berusia lanju, anak-anak, dan cucu-cucu
mereka. Berbagai peran antar generasi kelihatannya lebih bersifat ekslusif
dikalangan minoritas seperti keluarga-keluarga Asia dan Amerika Latin.
c. Memperkokoh hubungan perkawinan

Sekarang perkembangan tersebut benar-benar sendirian setelah bertahun-


bertahun dikelilingi oleh anggota keluarga dan hubungan-hubungan. Meskipun
muncul sebagai sambutan kelegahan, bagi kebanyak pasangan merupakan
pengalaman yang menyulitkan untuk berhubungan satu sama lain sebagai
pasangan menikah dari pada sebagai orang tua. Wright dan Leahey (1984, dalam
Friedman, 1988, hal 132) melukiskan tugas perkembangan ini sebagai “reinvestasi
identitas pasangan dengan perkembangan keinginan independen yang terjadi
secara bersamaan. Keseimbangan dependensi-indepedensi antara pasangan perlu
diuji kembali, seperti keinginan independen lebih besar dan juga perhatian satu
sama lain yang penuh arti.

Bagi pasangan yang mengalami masalah, tekanan hidup yang menurun


dalam tahun-tahun postparental tidak mendatangkan kebahagiaan perkawinan,
melainkan menimbulkan “kebohongan”. Menurut Kerckhoff (1976, dalam
Friedman, 1988, hal 132), para konselor perkawinan telah lama mengamati bahwa
ketika timbul perselisihan dalam perkawinan selama tahun-tahun pertengahan,
seringkali berkaitan dengan jemunya ikatan, bukan karena kualitas traumatiknya.
Karakteristik umum dari masa ini, berkaitan dengan kepuasan diri sendiri dan
berada dalam kebahagiaan yang membosankan.

d. Memantapkan pengalaman nilai-nilai agama


e. Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga Negara
f. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan yan
g. terjadi pada aspek fisik (penurunan kemampuan atau fungsi)
h. Memantapkan keharmonisan hidup berkeluarga
i. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan
j. Memantapkan peran perannya sebagai orang dewasa
Tugas – tugas perkembagan itu tadi pada dasarnya merupakan tuntutan
atau harapan sosio – kultural dimana manusia itu hidup dalam masyarakat kita
sejak dulu hingga kini tetap memiliki harapan sesuai diatas bagian penentu
sebagai orang dewasa pertengahan. Khusus mengenai hidup berkeluarga dalam
masa dewasa pertengahan terdapat dua hal pokok yang mendorong terciptanya
hubungan hidup berkeluarga. kebutuhan individu pada suatu pihak dan tugas
perkembangan pada lain pihak. Pemanduan antara keduanya menimbulkan energi
yang membangkitkan gerak bagi individu orang dewasa untuk bersatu dalam satu
jalinan hubungan berkeluarga.

Anda mungkin juga menyukai