Anda di halaman 1dari 18

Asteoporosis

Randi
18112165

DIII KEPERAWATAN
Pengertian
• Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya m
assa tulang secara nyata yang berakibat pada renda
hnya kepadatan tulang, sehingga tulang menjadi ke
ropos dan rapuh. “Osto” berarti tulang, sedangkan
“porosis” berarti keropos. Tulang yang mudah pata
h akibat Osteoporosis adalah tulang belakang, tulan
g paha, dan tulang pergelangan tangan (Endang Pur
woastuti : 2009).
Etiologi
• Osteoporosis postmenopouse terjadi karena kekura
ngan estrogen (hormon utama pada wanita), yang
membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dala
m tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada
wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bi
sa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.
Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untu
k menderita osteoporosis postmenopouse, pada wa
nita kulit putih dan daerah timur lebih mudah mend
erita penyakit ini daripada wanita kulit hitam (Lukm
an, Nurma Ningsih : 2009).
Manifestasi klinis
• Kepadatan tulang berkurang secara perlahan, sehin
gga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan
gejala pada beberapa penderita. Jika kepadatan tul
ang sangat berkurang yang menyebabkan tulang m
enjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri t
ulang dan kelainan bentuk. Tulang-tulang yang teru
tama terpengaruh pada osteoporosis adalah radius
distal, korpus vertebra terutama mengenai T8-L4, d
an kollum femoris (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Anatomi dan fisiologi tulang
Fisiologi tulang
• Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
• Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentu
k tubuh.
• Melindungi organ tubuh (misalnya jantu
• ng, otak dan paru-paru) dan jaringan lunak.
• Memberikan pergerakan (otot atau berhubungan d
engan kontraksi dan pergerakan).
• Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum
tulang belakang (hema topoiesis).
Patofisiologi
• Genetik, nutrisi, gaya hidup (misal merokok, konsu
msi kafein, dan alkohol), dan aktivitas mempengaru
hi puncak massa tulang. Kehilangan masa tulang m
ulai terjadi setelah tercaipainya puncak massa tulan
g. Pada pria massa tulang lebih besar dan tidak men
galami perubahan hormonal mendadak. Sedangkan
pada perempuan, hilangnya estrogen pada saat me
nopouse dan pada ooforektomi mengakibatkan per
cepatan resorpsi tulang dan berlangsung terus sela
ma tahun-tahun pasca menopouse (Lukman, Nurm
a Ningsih : 2009).
Klasifikasi
• Klasifikasi osteoporosis dibagi ke dalam dua kelompok ya
itu osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Oste
oporosis primer terdapat pada wanita postmenopause (p
ostmenopause osteoporosis) dan pada laki-laki lanjut usi
a (senile osteoporosis). Penyebab osteoporosis belum dik
etahui dengan pasti. Sedangkan osteoporosis sekunder d
isebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan Kelai
nan endokrin misalnya Chusing’s disease, hipertiriodisme
, hiperparatiriodisme, hipogonadisme, kelainan hepar, ga
gal ginjal kronis, kurang gerak, kebiasaan minum alcohol,
pemakaian obat-obatan/kortikosteroid, kelebihan kafein,
dan merokok (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Woc
Penatalaksanaan
Terapi medis.
Sebenarnya belum ada terapi yang secara khusus dapat mengembalikan efek dari
osteoporosis. Hal yang dapat dilakukan adalah upaya-upaya untuk menekan atau
memperlambat menurunnya massa tulang serta mengurangi rasa sakit.
Obat pereda sakit
Pada tahap awal setelah terjadinya patah tulang, biasanya diperlukan obat pereda
sakit yang kuat, seperti turunan morfin. Namun, obat tersebut memberikan efek
samping seperti mengantuk, sembelit dan linglung.
Terapi hormone pada wanita
Osteoporosis memang tidak dapat disembuhkan, semua upaya pengobatan hanya
dimaksudkan untuk mencegah kehilangan massa tulang yang lebih besar.
Terapi alamiah
Terapi alamiah adalah terapi yang diterapkan untuk mengobati osteoporosis tanpa
menggunakan obat-obatan atau hormone. Terapi ini berhubungan dengan gaya
hidup dan pola konsumsi. Beberapa pencegahan yang dapat diberikan yaitu dengan
berolahraga secara teratur, hindari merokok, hindari minuman beralkohol dan
menjaga pola makan yang baik.
Komplikasi
Patah tulang
Area tulang yang kehilangan kepadatan mineralnya lama-
lama akan patah secara bertahap. Tulang belakang, tulang
pinggul, dan pergelangan tangan merupakan area tulang
yang paling sering patah ketika terkena osteoporosis.
Depresi
Depresi merupakan gangguan kejiwaan yang bisa muncul
sebagai akibat dari osteoporosis yang sudah lanjut.
Pasalnya, orang yang pengeroposan tulangnya sudah tak
terkendali sering kali sulit untuk bergerak.
 Rheumatoid Arthrit
is
Pengertian
• Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit siste
matik yang bersifat progresif, yang cenderung menj
adi kronis dan menyerang sendi serta jaringan lunak
. Karakteristik artritis rheumatoid adalah radang cai
ran sendi ( sinovitis inflamatoir ) yang persisten, bia
sanya menyerang sendi-sendi perifer dengan penye
baran yang simetris (Junaidi, 2013
Etiologi
• 1.Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus
non hemolitikus
• 2.Endokrin
• 3 Autoimun
• 4.Metabolic
• 5.Faktor genetik serta faktor pemicu( lukman 2009)
Manifestasi klinis
• Gejala utama rematik biasa terjadi pada otot dan tu
lang, termasuk di dalamnya sendi dan otot sendi. G
angguan nyeri yang terus berlangsung menyebabka
n aktivitas sehari-hari terhambat (Purwoastuti, 200
9).
• Menurut Lukman (2009), ada beberapa manifestasi
klinis yang lazim ditemukan pada klien artritis reum
atoid. Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus p
ada saat yang bersamaan.
Patofisiologi
• Pada penyakit rematik inflamatori, inflamasi adalah proses primer dan degenerasi yan
g terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (prolif
erasi jaringan sinovial). Inflamasi tersebut merupakan akibat dari respon imun terseb
ut.
• Sebaliknya, pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sek
under sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif, d
an lebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit lanjut. Pelepasan proteo
glikan tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler yang mengalami degenerasi da
pat berhubungan dengan sinovitis kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat
(Smeltzer dan Bare, 2002).
• Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada  jaringan sinovial. Pros
es fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan me
mecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya m
embentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi t
ulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak send
i. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif d
engan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Lukman, 2009).
Klasifikasi
• Kriteria
• Definisi
• 1Kekakuan  pagi hari
• Kekakuan pagi hari pada sendi atau disekitar sendi, lamanya setidaknya 1 jam
• 2Artritis pada tiga atau lebih area sendi
• Setidaknya tiga area sendi secara bersama-sama dengan peradangan pada jaringan lunak atau cairan sendi. 14 kemungkinan area ya
ng terkena, kanan maupun kiri proksimal interfalangs (PIP), metakarpofalangs (MCP), pergelangan tangan, siku, lutut, pergelangan k
aki, dan sendi metatarsofalangs (MTP)
• 3Artritis pada sendi tangan
• Setidaknya satu sendi bengkak pada pergelangan tangan, sendi MCP atau sendi PIP
• 4Artritis simetris
• Secara bersama-sama terjadi pada area sendi yang sama pada kedua bagian tubuh
• 5Nodul-nodul rheumatoid
• Adanya nodul subkutaneus melewati tulang atau permukaan regio ekstensor atau regio juksta-artikular
• 6Serum faktor rheumatoid
• Menunjukkan adanya jumlah abnormal pada serum faktor reumatoid dengan berbagai metode yang mana hasilnya positif jika < 5%
pada subyek kontrol yang normal
• 7Perubahan radiografik
• Perubahan radiografik tipikal pada artritis reumatoid pada radiografik tangan dan pergelangan tangan posteroanterior, dimana term
asuk erosi atau dekalsifikasi terlokalisasi yang tegas pada tulang.
• Untuk klasifikasi, pasien dikatakan menderita atrtritis reumatoid jika pasien memenuhi setidaknya 4 dari 7 kriteria diatas. Kriteria 1 -
4 harus sudah berlangsung sekurang-kurangnya 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis klinis, tidak dikeluarkan pada kriteria ini. 
Komplikasi
• Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain s
eperti adanya proses granulasi di bawah kulit yang
disebut subcutan nodule.
• Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granula
si jaringan otot.
• Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
• Terjadi splenomegali

Anda mungkin juga menyukai