PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan dari WHO mengenai studi populasi DM di indonesia pada tahun 2000 adalah
8,4juta orang jumlah tersebut menempati urutan ke 4 setelah India (31,7juta), China
(20,8juta), dan Amerika Serikat (17,7juta). Diperkirakan prefalensi tersebut akan terus
meningkat pada tahun 2030, India (79,4juta), China ( 42,3juta), Amerika Serikat (30,3juta),
dan Indonesia (21,3juta).
1
OGTT,gula darah individu diukur setelah puasa dan dua jam setelah minum minuman manis.
OGTT 2 jam antara 140 dan 199 mg/dL mengiindikasikan para diabetes; kadar 200 mg/dL
atau lebih mengindikasikan diabetes. Intervensi dini sangat dipentingkan,pada saat di
diagnosis diabetes tipe II,20% pasien sudah mengalami kerusakan retina,8% mengalami
disfusi ginjal dan 9% mengalami neorologik.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana patofisisologi dari diabetes melitus
2) Bagaimana faramakologi dari diabetes melitus
3) Bagaimana terapi diet dari diabetes melitus
C. Tujuan
Untuk mengetahui patofisiologi,farmakologi dan terapi diet dari penyakit diabetes
melitus (DM).
2
BAB II
PEMBAHASAN
Diabetes melitus berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Melitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu.penyakit diabetes melitus dapat diartikan bahwa volume glukosa banyak terkandung di
dalam urin.diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemi yang ditandai dengan ketiadaan
absolut insulin atau penurunan relatif insensivitas sel terhadap insulin.( J.elizabeth corwin
2009)
Penyebabnya
3
Penyebab diabetes melitus tipe II biasanya disebabkan oleh kegemukan. Selain
itu, cenderung pengaruh pada genetik, yang menentukan kemungkinan individu
mengidap penyakit ini, cukup kuat. Diperkirakan terjadi sifat genetik yang belum
teridentifikasi yang menyebabkan pankreas mengeluarkan insuli berbeda, atau
menyebabkan reseptor insulin atau perantaraan kedua tidak dapat berespon secara
adekuat terhadap insulin.
C. Gambaran Klinis
a. Poliruria (peningkatan pengeluaran urine) karena air mengikuti glukosa
yang keluar melalui urin.
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangangat
besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstra sel .
c. Rasa lelah da n kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan
ketidak mampuan sebagia sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
Aliran darah yang buruk pada pasien diabetes kronis juga berperan
menyebabkan kelelahan.
d. Pilifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pscaabsortiptif yang
kronis, katabolisme protein dan lemak dan kelaparan relatif sel. Sering
terjadi penurunan berat badan tanpa terapi.
e. Diabetes tiepe I mungkin disertai mual dan muntah yang parah.
4
D. Patofiologi Diabetes Melitus
Penyakit diabetes melitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat
menahan hiperglikemi ini,karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg%
sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan
mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang
menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut
glukasoria. Bersamaan dengan keadaan glukasoria maka sejumlah air hilang dalam
urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler,hal ini
akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport
glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel menjadi menipis. Karena digunakan untuk
melakukan pembakaran dalam tubuh,maka klien akan merasa lapar sehingga
menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang
dibakar maka akan terrjadi penumpukkan asetat dalam darah yang menyebabkan
keasamanan darah meningkat atau osidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu
banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya
bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buaha. Keadaan asidosis
ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik.
5
DM tipe I DM tipe II
Defisiensi i insulin
Penurunan BB
Glukosaria (sekresi Glukoneogenesis polipegia
glukosa kedalam meningkat selera makan
urin)
6
ketoasidosis ketonuria
polidipsi hiporosmolaritas
koma
7
5) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.
6) Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas
7) Asupan serat dianjurkan 25 gr perhari dengan mengutamakan serat
larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah.
8) Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan
mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang
sehat,300 mg perhari.
9) Cukup vitamin dan mineral apabila asupan dari makanan
cukup,penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak
diperbolehkan.
c) Jenis diet dan indikasi pemberian
Diet yang digunakan sebagi bagian dari penatalaksanaan diabetes melitus
dikontrol berdasarkan kandungan energi,protein,lemak,dan karbohidrat.
Penetapan diet ditentukan oleh keadaan pasien,jenis diabetes melitus,dan
program pengobatan secara keseluruhan.
Jenis diet diabetes melitus menurut kandungan energi, protein, lemak, dan
karbohidrat.
8
2) Sumber protein rendah lemak seperti ikan,ayam tanpa kulit,susu
skim,tempe,tahu,dan kacangan-kacangan.
3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang
mudah dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang,
kukus, disetup, direbus dan dibakar.
Jumlah bahan makanan sehari menurut standar diet diabetes melitus
(dalam satuan penukaran)
9
Insulin dilepaskan dari sel-sel beta pulau langerhans dalam responnya terhadap
peningkatan glukosa darah. Pakreas secara normal mensekreasikan 40-60 unit insulin setiap
harinya. Insulin meningkatkan ambilan glukosa,asam amino,asam lemak,dan mengubahnya
menjadi bahan-bahan yang disimpan dalam sel tubuh. Glukosa diubah menjadi glikogen
untuk keperluan glukosa dimasa mendatang dalam hepar dan otot,sehingga menurunkan
kadar glukosa dalam darah.Insulin suntikan diperoleh dari pakreas babi dan sapi ketika
hewan-hewan ini disemblih. Insulin babi sangat mirip dengan insulin manusia hanya
memilikki petbedaan satu asam amino; insulin sapi memilikki 4 asam amino yang berbeda.
Insulin harus disimpan pada tempat yang sejuk atau didalam lemari es. Konstentrasi insulin
40 atau 100 U/mL (U40/mL,U100/mL) dan insulin dikemas dalam via berisi 10 mL ,spuit
insulin ditandai dalam unit sampai maksimum 100 U per 1 mL. Spuit insulin harus digunakan
untuk dosis yang akurat. Untuk mencegah kekeliruan,perawat harus memastikan bahwa
konsentrasi insulin sesuasi dengan unit kalibrasi pada spuit insulin. Sebelum dipakai,klien
atau perawat harus memilih botol insulin dan bukan mengocoknya,untuk memastikan bahwa
insulin dan segala yang terkandung di dalamnya tercampur dengan merata. Mengocok botol
insulin dapat menimbulkan gelembung-gelembung yang dapat membuat dosis menjadi tidak
akurat. Kebutuhan insulin bervariasi ; biasanya kebutuhan insulin menurun dengan latihan
fisik dan lebih banyak insulin dibutuhkan bila ada infeksi dan demam tinggi.
Farmakokinetik :
Insulin regular dan NPH diabsorpsi dengan baik pada semua cara pemberian.
Keduanya dapat diberikan secara subkutan,yeyapi hanya insulin regular yang dapat diberikan
secara intravena. Waktu paruhnya bervariasi, insulin dimetabolisme didalam hepar dan otot
dikeluarka ke dalam urin.
Farmakodinamik :
Insulin menurunkan kadar gula darah dengan mempercepat pemakain glukosa oleh
sel-sel tubuh. Insulin juga menyimpan glukosa sebagai glikogen di dalam otot. Puncak kerja
insulin adalah sangat penting karena kemungkinan terjadinya reaksi hipoglikemik (syok
insulin) selama periode tersebut. kadar maksimum untuk insulin regular dicapai dalam 2-4
jam dan 6-12 jam untuk insulin NPH. Perawat perlu menilai tanda-tanda dan gejala-gejalan
dari reaksi hipoglikemia,seperti kecemasan,bingun,berkeringat,dan meningkatnya denyut
jantung. Insulin regular dapat diberikan beberapa kali sehari.
10
Interaksi obat :
Jika insulin diberikan lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk metabolisme
glukosa,timbul reaksi hipoglikemik atau syok insulin. Penderita dapat menjadi
cemas,gemetar,dan tidak terkoordinasi, kulit dingin dan lembab,dan mungkin mengeluh sakit
kepala. Memberikan gula secara oral atau intravena meningkatkan pemakaian insulin,dan
gejala-gejala segera menghilang. Pada keadaan dimana jumlah insulin tidak cukup,gula tidak
dapat dimetabolisasikan dan terjadi ketabolisme lemak. Pemakain asam lemak(keton) untuk
energi menyebabkan ketoasidosis (asidosis diabetik atau koma diabetik).
11
Kerja sedang D:PO:0,25-1,5 10-24 jam Diabsorpsi dengan cepat
Asetoheksamid mg/hari dalam melalui saluran
(Dymelor) dosis tunggal gastrointestinal. t½:5jam.
atau dalam Efek diruetik. Kategori
dosis terbagi 2 kehamilan C.
12
Farmakokinetik :
Farmakodinamik :
Efek samping sama dengan efek samping insulin. Memakai antidiabetik tanpa
memakan makanan yang cukup menyebabkan reaksi insulin dengan tanda-tanda gejala gejala
seperti kece,asan,dan kekacauan mental. Reaksi yang merugikan adalah gangguan hematologi
: anemia aplasti,leukopeni,dan tormbositopenia.
Interaksi obat :
13
3) Gula darah puasa sama atau kurang dari 200 mg
4) Memerlukan kurang dari 40 insulin tiap hari
5) Fungsi ginjal dan hepar normal.
OBAT HIPERGLIKEMI
1) Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon hiperglikemi yang diskereskan oleh
sel-sel alfa pulay Langerhans di pankreas. Glukason meningkatkan kadar gula darah
dengan merangsang glikogenolisis(pemecahan glikogen) dihepar. Hormon ini
melindungi sel-sel tubuh terutama sel-sel diotak dan retina,dengan menyediakan
nutrein dan enersi yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan(subkutan,intramuskular,dan intravena).
Obat ini dipakai untuk mengobati hipoglikemia yang diinduksikan oleh insulin
apabila metoda lain untuk menyediakan glukosa tidak tersedia.
Indikasi :
Glukagon terutama digunakan pada pengobatan hiploglikemia yang ditimbulkan
oleh insulin. Hromon tersebut dapat diberikan secara IV,IM atau SC dengan dosis
1mg. Bila dalam 20menit setelah pemberian glukagon SC penderita koma
hipoglikemik tetap tidak sadar,maka glukosa IV harus segera diberikan karena
mungkin sekali glikogen dalam hepart telat habis atau telah terjadi kerusakan otak
yang menetap. Glukagon HCL tersedia dalam ampul berisi bubuk 1&10mg.
2) Diazoksid
Diazoksid oral (Proglycem), yang secara kimiawi berhubungan dengan diuretik
tiazid,meningkatkan gula darah dengan menghambat pelepasan insulin dari sel-sel
beta dan merangsang pelepasan epinefrin(adrenalin) dan medula adrenal. Obat ini
bukan indikasi untuk mengobati reaksi hipoglikemi;tetapi dipakai untuk mengobati
hipoglikemia kronik yang disebabkan oleh hiperinsulinisme karena kanker atau
hiperplasia sel pulau Langerhans. Diazoksid memilikki waktu paruh yang panjang dan
sangat mudah berikatan dengan protein. Sebagian obat ini disekresikan tanpa diubah
ke dalam urin.
Efek hiperglikemi diazoksid dilawan oleh obat penghambat adrenoseptorbeta.
Diazoksid dapat menimbulkan iritasi saluran cerna,trombositopeni dan netropeni.
Dosis pada orang dewasa ialah 3-8mg/kgBB/hari, sedangkan pada anak kecil 8-
12mg/kgBB/hari obat ini diberikan dalam dosis terbagi 2-3xsehari.
14
3) Sulfonilurea
Indikasi :
Memilih solfonilurea yang tepat untuk penderita tertentu sangat penting untuk
suksesnya terapi yang menentukan bukanlah umur penderita waktu terapi
dimulai,tetapi umur penderita penyakit diabetes melitus mulai timbul. Pada umumnya
hasil yang baik diperoleh pada penderita yang diabetes nya timbul pada umum diatas
40th.
Peringatan/perhatian : sulfonilurea tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada
penderita diabetes yuvenil,penderita yang kebutuhan insulinnya tidak stabil diabetes
melitus berat kehamilan dan gawat darurat.
4) Biguanid
Farmakologi : derivad biguanid mempunyai meknisme kerja yang berlainan dengan
derifed sufonilurea,obat-obat tersebut kerjanya tidak melalui perangsangan sekresi
insulin tetapi langsung terhadap organ sasaran. Pemberian biguanid pada orang non
diabetik tidak menurunkan kadar glukosa darah tetapi sediaan biguanid ternyata
menunjukkan efek potensial dengan insulin. Pemberian biguanid tidak menimbulkan
perubahan ILA(insulin-like activity) diplasma,dan secara marfologis sel pulai lenger
hans juga tidak mengalami perubahan.
Indikasi : sediaan biguanid tidak menggantikan fungsi insulin endogen,dan
digunakan pada terapi diabetes dewasa. Dieropa fenformin digantikan dengan
metformin yang kerjanya serupa fenformin tetapi diduga lebih sedkit menyebabkan
asidosis laktat. Dosis metformin ialah 1-3g sehari dibagi dalam 2/3xpemberian.
Kontraindikasi : sediaan biguanid tidak boleh diberikan pada pendertita dengan
penyakit hati berat,penyakit ginjal dengan urenia dan jantung kongestif.
15
Tolazamid. 100-250 mg,dosis 10-14 jam 100 mg,250 mg
tunggal atau dalam
beberapa dosis
Asetoheksamid 0,25-1,25 g dosis 12-24 jam 250 mg,500 mg
tunggal atau dalam
beberapa dosis
Klopropamid 100-500 mg,dosis Sampai 100mg,250 mg.
tunggal. 60 jam
Glibenklamid 5-20 mg,1-2 kali 15 jam 5mg
sehari(lebih dari
10mg,dlm 2 dosis).
Glipizid 2,5-40mg >12jam 5mg
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon yang
mengakibatkan sel-sel dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa dari darah. Penyakit ini
timbul ketika di dalam darah tidak terdapat cukup insulin atau ketika sel-sel tubuh kita dapat
bereaksi normal terhadap insulin dalam darah. Paling sedikit terdapat tiga bentuk diabetes
mellitus: tipe I, tipe II, dan diabetes gestasional.
Gejala awal dari diabetes adalah merasa lemas, tidak bertenaga, ingin sering makan,
dan sering buang air kecil. Untuk pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntukan insulin,
pendidikan dan kepatuhan terhadap diet, dan program olahraga. Diabetes mellitus dapat
terjadi komplikasi akut. Macam-macam komplikasi akut, yaitu ketoasidosis diabetes, efek
somogyi, dan fenomena fajar.
B. Saran
Tentunya dalam makalah ini,masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena
itu,kami sangat memohon kritikan dan saran dari pembaca agar pembuatan makalah di waktu
selanjutnya bisa dibuat menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah yang dibuat ini,bisa
berguna dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
17
A.silvia perice&lorraine M.wilson 2006.patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit.jakarta: EGC
18