Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS
Disusun guna memenuhi tugas praktik klinik Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun Oleh :
Fairus Aulia Rahma
P1337420221127

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO
PROGRAM DIPLOMA III
2023
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

A. KONSEP DASAR DIABETES MELITUS

Pengertian
Diabetes Militus adalah kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif (Dr. Sunita
Almatsier, 2021).
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Glukosa secara normalbersirkulasi dalam jumlah tertentudalam darah,
glukosa dibentuk di hati dan makanan yang dikonsumsi. Insulin yaitu
suatuhormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa
dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. (Suzanne C,
smeltzer brenda G. Bare. 2022).

B. Etiologi
1. Diabetes tipe I
Ada beberapa faktor yang menyebabkan DM tipe I ini adalah : (Brunner
dan Suddarth, 2022).

a. Faktor-faktor Genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri. Tetapi


mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM Tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertenty, yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya.

b. Faktor-faktor Imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun,


respon ini merupakan respon abnormal di mana antibodi terarah
pada jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
benda asing.
c. Faktor-faktor Lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor
eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta.

2. Diabets Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum di
ketahui.Selain itu terdapat pula faktor resiko tertentu yang berhubungan
dengan proses terjadinya diabetes tipe II faktor ini adalah :
a. Usia
b. Insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
c. Obesitas
d. Riwayat keluarga
e. Kelompok etnik
Menurut Black (2009) Penyebab penyakit ini belum di ketahui
secara lengkap dan kemungkinan faktor penyebab dan faktor penyakit
diabetes militus diantaranya:
a. Riwayat keturunan dengan diabetes, misalnya dengan DM tipe I
diturunkan sebagai sifat heterogen, mutigenik. Kembar identik
mempunyai resiko 25% - 50%, sementara saudara kandung berisiko
6 % dan anak berisiko 5 %.
b. Lingkungan seperti virus (cytomegalivirus, mumps, rubella) yang
dapat memicu terjadinya autoimun dan dapat menghancurkan sel-sel
beta pankreas, obat-obatan dan zat kimia seperti aloxan,
stereptozotocin, pentamidine.
a. Usia diatas 45 tahun
b. Obesitas, berat badan lebih dari atau sama dengan 20 %
berat badan ideal.
c. Etnik, banyak terjadi pada orang amerika keturunan afrika,
Asia.
d. Hipertensi tekanan darah lebih dari atau sama dengan
140/90 mmHg.
e. HDR kolestrol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau
trigesirida lebih dari 250 mg/dl.
f. Riwayat gesttasional DM
g. Kebiasaan diet
h. Kurang olah raga
i. Wanita dengan hirtutisme atau penyakit policistik ovari.
Tipe DM
Ada beberapa tipe diabetes yang berbeda, penyaki ini dibedakan
berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya klasifikasi diabetas
yang utama menurut Brunner dan Suddarth, 2002 adalah :

1. Diabetes tipe I : Diabetes militus tergantung insulin (insulin


dependent diabetes militus [IDDM])
2. Diabetes tipe II : Diabetes militus tidak tergantung insulin (Non
insulin dependent diabetes militus [NIDDM])
3. Diabetes Militus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya.
4. Diabetes militus gestasional (gestational diabetes militus [GDM]).
Kurang lebih 5% hingga 10% penderita mengalami diabetes tipe I,
yaitu diabets yang tergantung insulin dan kurang lebih 90% hingga
95% penderita mengalami diabetes tipe II, yaitu diabetes yang
tergantung insulin.

C. Patofisiologi
Tipe I, atau IDDM akibat kekurangan insulin karena kerusakan
dari sel beta pankreas, sebagian besar individu dengan IDDM biasanya
dengan berat badan normal atau di bawah normal, gejala klasik IDDM
yang tidak diobati adalah poliuria, polidipsia, polifagia (peningkatan
makan) dan kehilangan berat badan.
Tipe II, atau NIDDM ditandai dengan kerusakan fungsi sel beta
pankreas dan resisten insulin atau oleh menurunnya pengambilan glukosa
oleh jaringan sebagai respons terhadap insulin. Kadar insulin dapat normal,
turun atau meningkat tapi sekresi insulin tergantung dalam hubungannya
dengan tingkat hiperglikemia, ini biasanya di diagnosa setelah berusia 30
tahun dan 75% dari individu dengan tipe II adalah obesitas atau dengan
riwayat obesitas.

DM berhubungan dengan berbagai komplikasi, komplikasi kronik


utama yaitu mempercepat terjadinya penyakit makro-vaskuler (penyakit
jantung koroner, pembuluh darah kapiler (serebrovaskuler), retinopati,
netropati, dan neuropati.Termasuk diabetik ketoasidosis (KAD). KAD
adalah akibat defisiensi insulin, dosis terlalu kecil, kelalaian 1 dosis atau
beberapa hormon yang mengatur balik antagonis insulin (glukagon,
katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan) ini dapat terjadi selama
infeksi atau trauma. Tanda-tanda metabolik dari KAD meliputi
hiperglikemia, diuresis osmotik dan gehidrasi hiperlipidemia disebabkan
oleh peningkatan lipofisis danasidosis akibat dari naiknya produksi dari
asam lemak.

Tanpa atau dengan ketosis ringan, kenaikan osmolaritas serum dan


dehidrasi.
I. Pathway

D. Tanda dan Gejala


Dari sudut pasien diabetes militus sendiri, hal yang sering
menyebabkan pasien datang berobat ke dokter dan kemudian di diagnosis
sebagai diabetes militus adalah keluhan.

1. Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul


2. Kelainan ginekologis : keputihan
3. Kesemutan, rasa baal
4. Kelemahan tubuh
5. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
6. Infeksi saluran kemih.
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital
ataupun daerah lipatan kulit lain seperti di ketiak dan di bawah payudara
biasanya akibat tumbuhnya jamur, sering pula dikeluhkan timbul bisul-
bisul atau luka yang lama tidak mau sembuh.

Rasa baal dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati,


merupakan keluhan pasien di samping keluhan lemah dan merasa lelah,
pada pasien laki-laki terkadang keluhan impotensi menyebabkan ia datang
berobat ke dokter. (Waspadji, 2020).

Menurut Tarwoto (2022) tanda dan gejala meliputi :


1. Sering kencing/miksi atau menigkatnya frekuensi buang air kecil
(poliauria). Adanya hiperglekimia menyebabkan sebagian glukosa
dikeluarkan oleh ginjal bersama urine karna keterbatasan
kemampuan filtrasi ginjal dan kemampuan reabsorps dari tubulus
ginja. Untuk mempermudah pengeluaran glukosa maka diperlukan
banyak air, sehingga frekuensi miksi meningkat.
2. Meningkatnya rasa haus (polidipsia). Banyaknya miksi
menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi), hal ini
merangsang pusat haus, yang mengakibatkan peningkatan rasa haus.
3. Minangkatkan rasa lapar (polipagia). Meningkatkan untuk
matabolisme, pemecahan glikoge untuk energi menyebabkan
cadangan energi berkurang keadaan ini menstimulasi pusat lapar.
4. Penurunan berat badan. Penurunan berat badan disebabkan karena
banyaknya kehilngan cairan, glikogen dan cadangan triglesirida
serta massa otot.
5. Kelainan pada mata, mata kabur. Pada kondisi kronis, keadaan
hiperglikemia menyebabkan aliran darah menjadi lambat, sirkulasi
ke vaskuler menjadi tidak lancar, termasuk pada mata yang merusak
retinaserta kekeruhan pada lensa.
6. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal disekitar penis dan vagina
peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan gula pada
kulit sehingga menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang
kulit
7. Ketonuria. Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka
digunakan asam lemak untuk energi, asam lemak akan di pecah
menjadi keton yang kemudian berada dalam darah dan dikeluarakan
melalui ginjal.
8. Kelemahan dan keletihan. Kurangnya cadangan energi, adnya
kelaparan sel, kehilangan potassium menjadi akibat pasien menjadi
mudah lemah dan letih.
9. Terkadang tanpa kejala.Pada keadaan tertentu, tubuh mudah
beradaptasi dengan peningkatan glukosa darah.
II. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.

1. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi


koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.
2. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular.
3. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi
serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
4. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
5. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Identitas

Mendapatkan data identitas pasien nama, jenis kelamin,


umur, tanggal lahir, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,
status, informan, no registrasi, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirsakan pasien untuk mencari
bantuan.

2) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk


rumah sakit dan yang dirasakan sekarang.

3) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien saat dulu,


apakah pasien sudah pernah sakit seperti ini atau belum.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Adakah riwayat penyakit yang sama, meliputi penyakit


turun temurun atau penyakit tidak menular.

5) Riwayat nyeri

Keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri,


kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat
dilakukan dengan cara PQRST.

c. Pengkajian Pola Fungsional Gordon


1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien
Gejalanya adalah pasien mengungkapkan kalau dirinya saat ini
sedang sakit parah.Pasien juga mengungkapkan telah
menghindari larangan dari dokter.Tandanya adalah pasien
terlihat lesu dan khawatir, pasien terlihat bingung kenapa
kondisinya seprti ini meski segala hal yang telah dilarang telah
dihindari.
2) Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB
dalam kurun waktu 6 bulan.Tandanya adalah anoreksia, mual,
muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
3) Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan
input. Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi
konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau
tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
4) Pola aktifitas dan latian.
Gejalanya adalah pasien mengatakan lemas dan tampak lemah,
serta pasien tidak dapat menolong diri sendiri.Tandanya adalah
aktifitas dibantu.
5) Pola istirahat dan tidur.
Gejalanya adalah pasien terliat mengantuk, letih dan terdapat
kantung mata.Tandanya adalah pasien terliat sering menguap.
6) Pola persepsi dan kognitif.
Gejalanya penurunan sensori dan rangsang. Tandanya adalah
penurunan kesadaran seperti ngomong nglantur dan tidak dapat
berkomunikasi dengan jelas.
7) Pola konsep diri dan persepsi diri
Gejalanya konsep diri pasien tidak terpenuhi.Tandanya kaki
menjadi edema, citra diri jauh dari keinginan, terjadinya
perubahan fisik, perubahan peran, dan percaya diri.
8) Pola hubungan dan peran
Gejalanya pasien sering menghindari pergaulan, penurunan
harga diri sampai terjadinya HDR (Harga Diri
Rendah).Tandanya lebih menyendiri, tertutup, komunikasi
tidak jelas.
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Apakah pasien masih produktif, mempunyai keturunan atau
tidak.
10) Pola mekanisme koping.
Gejalanya emosi pasien labil. Tandanya tidak dapat mengambil
keputusan dengan tepat, mudah terpancing emosi.
11) Pola kepercayaan.
Gejalanya pasien tampak gelisah, pasien mengatakan merasa
bersalah meninggalkan perintah agama.Tandanya pasien tidak
dapat melakukan kegiatan agama seperti biasanya.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan kesadaran umum
2) Tanda-tanda vital
3) Kepala
4) Mata
5) Leher
6) Dada
7) Perut
8) Ekstremitas
B. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Smeltzer, 2001 adapun pemeriksaan penunjang pada penyakit
Diabetes Melitus, yaitu sebagai berikut ;

a. Pemeriksaan darah
1) Glukosa darah puasa ( GDP ) : lebih dari 120 mg/dl
2) Glukosa darah 2 jam PP ( post prandial ) : lebih dari 200
mg/dl
3) Glukosa darah acak : lebih dari 200 mg/dl
b. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 x sehari dilakukan 30 menit
sebelum makan, dapat juga 4 x sehari, tapi lebih lazim
dilakukan 3 x sehari.
Urine reduksi normal umumnya biru bila terdapat glukosa
dalam urine
1) Warna hijau ( + )
2) Warna kuning ( ++ )
3) Warna merah bata ( +++ )
4) Warna coklat ( ++++ )
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fehling
benedict dan ansipatik ( paper strip ).

C. Penatalaksanaan
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap
tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
2. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :

a. Memperbaiki kesehatan umum penderita


b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :

a. Jumlah sesuai kebutuhan


b. Jadwal diet ketat
c. Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:

a. jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau


ditambah
b. jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c. jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh
status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan
menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan
normal) dengan rumus :

1. Kurus (underweight) BBR < 90 %


2. Normal (ideal) BBR 90% - 110%
3. Gemuk (overweight) BBR > 110%
4. Obesitas apabila BBR > 120%
5. Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
6. Obesitas sedang BBR 130% - 140%
7. Obesitas berat BBR 140% - 200%
8. Morbid BBR >200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk
penderita DM yang bekerja biasa adalah :

1) Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari


2) Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari
3. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,
adalah :
a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap
1 1/2 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin
resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah
jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin
dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan
akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
4. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
5. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan
insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi
insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan
pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa
dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
3) Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas
insulin, yaitu :
Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin
Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler
b. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat
dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
k) DM dan penyakit Graves
c. Beberapa cara pemberian insulin
1) Suntikan insulin subkutan
Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam,
sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat
suntikan tergantung pada beberapa faktor antara lain :
2) Cangkok pancreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari
donor hidup saudara kembar identik.

D. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologis -00132
b. Insomnia b.d ketidaknyamanan fisik -00095
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan diit
kurang -00002
E. Perencanaan
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
selama 2x24 jam diharapkan kondisi (1400)
pasien membaik dengan kriteria hasil : - Untuk
a. Lakukan
Tingkat Nyeri (2102) mengkaji nyeri
pengkajian nyeri
yang dirasakan
Indicator Awa Tujua komprehensif yang
pasien
l n meliputi lokasi,
- Menentukan
karakteristik,
21020 Nyeri 1 5 faktor
onset/durasi,
1 yang penyebab nyeri
frekuensi, kualitas,
dilaporkan yan dirasakan
intensitas, atau
pasien
21020 Panjangny 2 5 beratnya nyeri dan
- Untuk
4 a episode factor pencetus
menemukan
nyeri b. Tentukan akibat
cara
nyeri dari
menurunkan
21021 Ekpresi 2 5 pengalaman nyeri
nyeri pasien
7 nyeri terhadap kualitas
- Mengurangi
wajah hidup pasien
nyeri yang
(misalnya, tidur,
20020 Tidak bisa 2 5 dirasakan
nafsu mkaan,
8 beristiraha pengertian, pasien
t perasaan, - Untuk
hubungan, mengetahui
21020 Mengeran 3 5
performa kerja dan barangkali ada
6 g dan
tanggung jawab faktor
menangis
peran) lingkungan

Keterangan : c. Gali bersama yang


pasien faktor - berpengaruh
1 : berat faktor yang dapat
menurunkan atau
2 : cukup berat
memperberat nyeri
3 : sedang d. Bantu pasien
mengontrol nyeri
4 : ringan
dengan
5 : tidak ada nonfarmakologi
untuk
meningkatkan rasa
nyaman
e. Kendalikan factor
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
ketidaknyamanan
pasien

2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 Peningkatan Tidur - Untuk


x 24jam pasien diharapkan dapat (1850) mengetahui
memenuhi kebutuhan istirahat dan pola tidur
1. Tentukan pola
tidurnya, dengan kriteria hasil : pasien
tidur / aktivitas
- Untuk
Tidur (0004) pasien
mengetahui
2. Monitor pola tidur
Indicator Awal Tujuan kondisi fisik
pasien, dan catat
yang dapat
kondisi fisik
mempengaruhi
00040 Jam tidur 1 5 (misalnya apnea pola tidur
1 tidur, pasien
nyeri/ketidaknyam - Agar pasien
00040 Kualitas 1 5
anan) dapat
4 tidur
3. Anjurkan pasien memantau

00040 Pola 1 5 untuk memantau sendiri

3 tidur pola tidur - Mendukung


4. Anjurkan pasien pola tidur
00042 Kesulita 1 5 dan orang terdekat pasien agar
1 n pasien mengenai normal lagi
memulai faktor yang
tidur berkontribusi
terjadinya
00042 Nyeri 2 5
gangguan pola
3
tidur
Keterangan :

1: sangat terganggu

2 : banyak terganggu

3 : cukup terganggu

4 : sedikit terganggu

5 : tidak terganggu

F. Implementasi
Pada proses ini perawat merealisasikan tindakan untuk mencapai tujuan.
Kegiatan dalam implementasi meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
observasi respon pasien, serta menilai data baru.Selain itu, perawat harus
mendokumentasikan setiap tindakan yang telah diberikan kepada pasien
(Kozier B, 2010).
G. Evaluasi
Pada proses ini, intervensi keperawatan harus ditentukan apakah
intervensi tersebut harus diakhiri, dilanjutkan, dimodifikasi, ataupun
dirubah. Evaluasi dilakukan secara continue dimana evaluasi dilakukan
segera setelah implementasi dilaksanakan sehingga memungkinkan
perawat untuk segera merubah atau memodifikasi intervensi
keperawatannya. Evaluasi tidak hanya dilaksanakan segera setelah
implementasi dilakukan, namun juga dilaksanakan pada interval tertentu
48 untuk melihat perkembangan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan (Kozier B, 2010).Setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan program yang sudah ditentukan pada setiap masalah keperawatan
yang terdapat pada pasien, maka dilakukan evaluasi pada setiap tindakan
keperawatan mengacu pada tujuan yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2022. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol
3. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2020. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis,


edisi 6. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 20021. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Indriastuti, Na. 2021. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan


Efusi Pleura dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Johnson, M., et all. 2020. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2022. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:


Media Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 2022. Nursing Interventions Classification


(NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Rab, T. 2018. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit


PT Alumni

Santosa, Budi. 2019. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai