DIABETES MELITUS
Disusun guna memenuhi tugas praktik klinik Keperawatan Medikal Bedah II
Disusun Oleh :
Fairus Aulia Rahma
P1337420221127
Pengertian
Diabetes Militus adalah kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif (Dr. Sunita
Almatsier, 2021).
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Glukosa secara normalbersirkulasi dalam jumlah tertentudalam darah,
glukosa dibentuk di hati dan makanan yang dikonsumsi. Insulin yaitu
suatuhormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa
dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. (Suzanne C,
smeltzer brenda G. Bare. 2022).
B. Etiologi
1. Diabetes tipe I
Ada beberapa faktor yang menyebabkan DM tipe I ini adalah : (Brunner
dan Suddarth, 2022).
a. Faktor-faktor Genetik
b. Faktor-faktor Imunologi
2. Diabets Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum di
ketahui.Selain itu terdapat pula faktor resiko tertentu yang berhubungan
dengan proses terjadinya diabetes tipe II faktor ini adalah :
a. Usia
b. Insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
c. Obesitas
d. Riwayat keluarga
e. Kelompok etnik
Menurut Black (2009) Penyebab penyakit ini belum di ketahui
secara lengkap dan kemungkinan faktor penyebab dan faktor penyakit
diabetes militus diantaranya:
a. Riwayat keturunan dengan diabetes, misalnya dengan DM tipe I
diturunkan sebagai sifat heterogen, mutigenik. Kembar identik
mempunyai resiko 25% - 50%, sementara saudara kandung berisiko
6 % dan anak berisiko 5 %.
b. Lingkungan seperti virus (cytomegalivirus, mumps, rubella) yang
dapat memicu terjadinya autoimun dan dapat menghancurkan sel-sel
beta pankreas, obat-obatan dan zat kimia seperti aloxan,
stereptozotocin, pentamidine.
a. Usia diatas 45 tahun
b. Obesitas, berat badan lebih dari atau sama dengan 20 %
berat badan ideal.
c. Etnik, banyak terjadi pada orang amerika keturunan afrika,
Asia.
d. Hipertensi tekanan darah lebih dari atau sama dengan
140/90 mmHg.
e. HDR kolestrol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau
trigesirida lebih dari 250 mg/dl.
f. Riwayat gesttasional DM
g. Kebiasaan diet
h. Kurang olah raga
i. Wanita dengan hirtutisme atau penyakit policistik ovari.
Tipe DM
Ada beberapa tipe diabetes yang berbeda, penyaki ini dibedakan
berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya klasifikasi diabetas
yang utama menurut Brunner dan Suddarth, 2002 adalah :
C. Patofisiologi
Tipe I, atau IDDM akibat kekurangan insulin karena kerusakan
dari sel beta pankreas, sebagian besar individu dengan IDDM biasanya
dengan berat badan normal atau di bawah normal, gejala klasik IDDM
yang tidak diobati adalah poliuria, polidipsia, polifagia (peningkatan
makan) dan kehilangan berat badan.
Tipe II, atau NIDDM ditandai dengan kerusakan fungsi sel beta
pankreas dan resisten insulin atau oleh menurunnya pengambilan glukosa
oleh jaringan sebagai respons terhadap insulin. Kadar insulin dapat normal,
turun atau meningkat tapi sekresi insulin tergantung dalam hubungannya
dengan tingkat hiperglikemia, ini biasanya di diagnosa setelah berusia 30
tahun dan 75% dari individu dengan tipe II adalah obesitas atau dengan
riwayat obesitas.
A. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirsakan pasien untuk mencari
bantuan.
5) Riwayat nyeri
a. Pemeriksaan darah
1) Glukosa darah puasa ( GDP ) : lebih dari 120 mg/dl
2) Glukosa darah 2 jam PP ( post prandial ) : lebih dari 200
mg/dl
3) Glukosa darah acak : lebih dari 200 mg/dl
b. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 x sehari dilakukan 30 menit
sebelum makan, dapat juga 4 x sehari, tapi lebih lazim
dilakukan 3 x sehari.
Urine reduksi normal umumnya biru bila terdapat glukosa
dalam urine
1) Warna hijau ( + )
2) Warna kuning ( ++ )
3) Warna merah bata ( +++ )
4) Warna coklat ( ++++ )
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fehling
benedict dan ansipatik ( paper strip ).
C. Penatalaksanaan
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap
tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
2. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
D. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologis -00132
b. Insomnia b.d ketidaknyamanan fisik -00095
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan diit
kurang -00002
E. Perencanaan
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
selama 2x24 jam diharapkan kondisi (1400)
pasien membaik dengan kriteria hasil : - Untuk
a. Lakukan
Tingkat Nyeri (2102) mengkaji nyeri
pengkajian nyeri
yang dirasakan
Indicator Awa Tujua komprehensif yang
pasien
l n meliputi lokasi,
- Menentukan
karakteristik,
21020 Nyeri 1 5 faktor
onset/durasi,
1 yang penyebab nyeri
frekuensi, kualitas,
dilaporkan yan dirasakan
intensitas, atau
pasien
21020 Panjangny 2 5 beratnya nyeri dan
- Untuk
4 a episode factor pencetus
menemukan
nyeri b. Tentukan akibat
cara
nyeri dari
menurunkan
21021 Ekpresi 2 5 pengalaman nyeri
nyeri pasien
7 nyeri terhadap kualitas
- Mengurangi
wajah hidup pasien
nyeri yang
(misalnya, tidur,
20020 Tidak bisa 2 5 dirasakan
nafsu mkaan,
8 beristiraha pengertian, pasien
t perasaan, - Untuk
hubungan, mengetahui
21020 Mengeran 3 5
performa kerja dan barangkali ada
6 g dan
tanggung jawab faktor
menangis
peran) lingkungan
1: sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu
F. Implementasi
Pada proses ini perawat merealisasikan tindakan untuk mencapai tujuan.
Kegiatan dalam implementasi meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
observasi respon pasien, serta menilai data baru.Selain itu, perawat harus
mendokumentasikan setiap tindakan yang telah diberikan kepada pasien
(Kozier B, 2010).
G. Evaluasi
Pada proses ini, intervensi keperawatan harus ditentukan apakah
intervensi tersebut harus diakhiri, dilanjutkan, dimodifikasi, ataupun
dirubah. Evaluasi dilakukan secara continue dimana evaluasi dilakukan
segera setelah implementasi dilaksanakan sehingga memungkinkan
perawat untuk segera merubah atau memodifikasi intervensi
keperawatannya. Evaluasi tidak hanya dilaksanakan segera setelah
implementasi dilakukan, namun juga dilaksanakan pada interval tertentu
48 untuk melihat perkembangan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan (Kozier B, 2010).Setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan program yang sudah ditentukan pada setiap masalah keperawatan
yang terdapat pada pasien, maka dilakukan evaluasi pada setiap tindakan
keperawatan mengacu pada tujuan yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2022. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol
3. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 20021. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC