Anda di halaman 1dari 87

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan

pembuluh darah. Diabetes mellitus klinis adalah sindroma gangguan

metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat

suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari

insulin atau keduanya (M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019).

2.1.2 Etiologi Diabetes Mellitus

Etiologi diabetes mellitus menurut M. Clevo Rendy dan Margareth Th,

2019 yaitu:

1) Diabetes mellitus tergantung insulin (DM tipe I)

1. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah

terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada

individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)

tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas

antigen transplantasi oleh proses imun lainnya.

1
2. Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.

Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

3. Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta pankreas

sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin

tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan

destruksi sel beta pankreas.

Faktor lingkungan diyakini memicu perkembangan DM tipe I.

Pemicu tersebut dapat berupa infeksi virus (campak, rubela, atau

koksakievirus B4) atau bahkan kimia beracun, misalnya yang dijumpai

di daging asap dan awetan. Akibat pajanan terhadap virus atau bahan

kimia, respon autoimun tidak normal terjadi ketika antibody merespon

sel beta islet normal seakan-akan zat asing sehingga akan

menghancurkannya (Priscilla LeMone, dkk, 2016).

2) Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DM tipe II)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor

genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya

resistensi insulin. Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan, tidak

beraktivitas, penyakit, obat-obatan dan pertambahan usia. Pada

kegemukan, insulin mengalami penurunan kemampuan untuk

mempengaruhi absorpsi dan metabolisme glukosa oleh hati, otot

2
rangka, dan jaringan adiposa. DM tipe II yang baru didiagnosis sudah

mengalami komplikasi.

Menurut Priscilla LeMone, dkk, 2016 adapun faktor-faktor resiko

DM tipe II yaitu:

1. Riwayat DM pada orang tua dan saudara kandung. Meski tidak ada

kaitan HLA yang terindentifikasi, anak dari penyandang DM tipe II

memiliki peningkatan resiko dua hingga empat kali menyandang DM

tipe II dan 30% resiko mengalami, intoleransi aktivitas

(ketidakmampuan memetabolisme karbihodrat secara normal).

2. Kegemukan, didefinisikan kelebihan berat badan minimal 20% lebih

dari berat badan yang diharapkan atau memiliki indeks massa tubuh

(IMT) minimal 27 kg/m. Kegemukan, khususnya viseral (lemak

abdomen ) dikaitkan dengan peningkatan resistensi insulin.

3. Tidak ada aktivitas fisik.

4. Ras/etnis.

5. Pada wanita, riwayat DM gestasional, sindrom ovarium polikistik atau

melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg.

6. Hipertensi (≥ 130/85 pada dewasa), kolesterol HDL ≥ 35 mg/dl dan

atau kadar trigliserida ≥ 250 mg/dl.

2.1.3 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila

menderita dua dari tiga gejala yaitu:

a. Keluhan TRIAS: banyak minum, banyak kencing, dan penurunan

berat badan.

3
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.

c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl

Keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah

poliuria, polidipsi, polifagia, berat badan menurun, lemah,

kesemutan gatal, visus menurun, bisul/luka, keputihan (M. Clevo

Rendy dan Margareth Th, 2019).

Adapun manifestasi klinis DM menurut Priscilla LeMone, dkk

2016 yaitu:

1. Manifestasi klinis DM tipe I

Manifestasi DM tipe I terjadi akibat kekurangan insulin untuk

menghantarkan glukosa menembus membran sel ke dalam sel.

Molekul glukosa menumpuk dalam peredaran darah

mengakibatkan hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan

hiperosmolaritas serum, yang menarik air dari ruangan intra seluler

ke dalam sirkulasi umum. Peningkatan volume darah

meningkatkan aliran darah ginjal dan hiperglikemia bertindak

sebagai diuretik osmosis. Diuretik osmosis yang dihasilkan

meningkatkan haluaran urin. Kondisi ini disebut poliuria. Ketika

kadar glukosa darah melebihi ambang batas glukosa biasanya

sekitar 180 mg/dL, glukosa dieksresikan ke dalam urin, suatu yang

disebut glukosuria. Penurunan volume intraseluer dan peningkatan

haluaran urine yang menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering

dan sensor haus diaktifkan yang menyebabkan orang tersebut

minum jumlah air yang banyak (polidipsia).

4
Karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel tanpa insulin,

produksi energi menurun. Penurunan energi sel menstimulasi rasa

lapar dan orang makan lebih banyak (polifagia). Meski asupan

makanan meningkat, berat badan orang tersebut turun saat tubuh

kehilangan air dan memecah protein dan lemak sebagai upaya

memulihkan sumber energi. Malaise dan keletihan menyertai

penurunan energi. Penglihatan yang buram juga umum terjadi

akibat pengaruh osmotik yang menyebabkan pembengkakan lensa

mata.

Oleh sebab itu, manifestasi klasik meliputi poliuria, polidipsi,

dan polifagia disertai dengan penurunan berat badan, malaise, dan

keletihan. Bergantung pada tingkat kekurangan insulin,

manifestasinya bervariasi dari ringan sampai berat. Orang dengan

DM tipe I membutuhkan sumber insulin untuk mempertahankann

hidup

2. Manifestasi klinis DM tipe II

Penyandang DM tipe II mengalami awitan, manifetasi yang

lambat dan sering kali tidak menyadari penyakit sampai mencari

perawatan kesehatan untuk beberapa masalah lain. Polifagia jarang

dijumpain dan penurunan berat badan tidak terjadi. Manifestasi

lain juga akibat hiperglikemi, penglihatan buram, keletihan,

paratesia, dan infeksi kulit.

5
2.1.4 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi diabetes mellitus dari National Diabetes Data Group

Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other

Categories of Glucosa Intolerance.

1. Klasifikasi klinis

a) Diabetes Mellitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), tipe I
2) Tipe tidak tergantung insulin (DMTTI), tipe II
a. DMTTI yang tidak mengalami obesitas

b. DMTTI dengan obesitas

b) Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)

c) Diabetes Kehamilan (GDM)

2. Klasifikasi risiko statistik

a) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa

b) Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa

Pada Diabetes mellitus tipe I sel-sel beta pankreas yang secara normal

menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai

akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar

glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan mendadak

yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi

akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau

akibat penurunan jumlah produksi insulin.

6
2.1.5 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Patofisiologi diabetes mellitus (Brunner &Suddarth, 2013)

a. DM tipe I

Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas menghasilkan

insulin karena hancurnya sel-sel beta pankreas telah dihancurkan dengan

proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).

Jika konsenterasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa

tersebut muncul dalam urin (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan

diekskresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan

elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.

Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, klien akan

mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus

(polidipsia).

Defisiensi insulin juga menganggu metabolisme protein dan lemak

yang menyebabkan penurunan berat badan. Klien dapat mengalami

peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.

Gejala lainnya mencakup kelemahan dan kelelahan.

Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenelisis

(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukosaneogenesis (pembentukan

glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain), namun pada

7
penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan

lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Di samping itu akan terjadi

pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton

yang merupakan produksi samping pemecahan lemak.

b. DM tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan

sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi

suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi

insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.

Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa

dalam darah, harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada

penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi

insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada

tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel

beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka

kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas

diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin yang mencegah pemecahan

lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu,

ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.

8
2.1.6 Pathway Diabetes Mellitus Tipe II

Skema 2.1 Pathway penyakit DM Tipe II

Reaksi autoimun Genetik, gaya hidup, obesitas

Kerusakan sel beta pankreas Resistensi insulin

Ketidakstabilan
Defisiensi Insulin kadar glukosa darah

Glukagon Penurunan pemakaian glukosa oleh sel

Glukoneogenesis Hiperglikemia

Glycosuria

Lemak Protein Osmotic Diuresis

Ketogenesis Blood Urea Nitrogen Dehidrasi


Kekur-
Ketonemia Nitrogen urin angan-
volume
Mual Hemokonsterasi pH Trombosis cairan
muntah Asidosis Ateosklerosis
a. Koma
Resiko Komplikasi
b. Kematian
Nutrisi kurang dari
Makrovaskuler Mikrovaskuler
kebutuhan

Retina
Ginjal
Miokard Infark Serebral Retinopati Ekstremit
Nefropati

Stroke Ganggren Ggn penglihatan


Nyeri akut

Kerusakan integritas kulit


Resiko injuri
Sumber: Padila (2019)

9
2.1.7 Komplikasi Diabetes Mellitus

Menurut Priscilla LeMone, dkk, 2016 penyandang DM apapun

tipenya, berisiko tinggi mengalami komplikasi yang melibatkan

banyak sistem tubuh yang berbeda. Perubahan kadar glukosa darah,

perubahan sistem kardiovaskuler, neuropati, peningkatan kerentanan

terhadap infeksi, dan penyakit peridontal umum terjadi. Selain itu,

interaksi dari beberapa komplikasi dapat menyebabkan masalah kaki.

Pembahasan tiap komplikasi adalah sebagai berikut:

A. Komplikasi akut: perubahan kadar glukosa darah

1. Hiperglikemia

Masalah utama akibat hiperglikemia pada penyandang DM

adalah DKA dan HHS. Dua masalah lain adalah fenomena fajar

dan fenomena somogy.

Fenomena fajar adalah kenaikan glukosa darah jam 4 pagi dan

jam 8 pagi yang bukan merupakan respon terhadap hipoglikemia.

Kondisi ini terjadi pada penyandang DM baik tipe I maupun tipe II.

Fenomena somogy adalah kombinasi hipoglikemia selama malam

hari dengan pantulan kenaikan glukosa darah di pagi hari terhadap

kadar hiperglikemia. Hiperglikemia menstimulasi hormon

kontraregulator, yang menstimulasi glukoneogenesis dan

glikogenolisis dan juga menghambat pemakaian glukosa perifer.

Ini dapat menyebabkan resistensi insulin selama 12-48 jam.

10
2. Ketoasidosis diabetik

Ketika patofisiologi DM tipe I yang tidak diobati berlanjut,

kekurangan insulin menyebabkan cadangan lemak dipecah untuk

menyediakan energi, yang menghasilkan hiperglikemia

berkelanjutan dan mobilisasi asam lemak dengan ketosis bertahap.

Ketoasidosis diabetik (DKA) terjadi bila terdapat kekurangan

insulin mutlak dan peningkatan hormon kontraregulaor terstimulasi

(kortisol). Produksi glukosa oleh hati meningkat, pemakaian

glukosa perifer berkurang, mobilisasi lemak meningkat, dan

ketogenesis (pembentukan keton) dirangsang. Peningkatan kadar

glukagon mengaktifkan jalur glukoneogenesis.

Pada keadaan kekurangan insulin, produksi berlebihan beta-

hidroksibutirat dan asam asetoasetat (badan keton) oleh hati

menyebabkan peningkatan konsenterasi keton dan peningkatan

asam lemak bebas. Sebagai akibat dari kehilangan bikarbonat

(yang terjadi bila terbentuk keton), penyangga bikarbonat tidak

terjadi, dan terjadi asidosis metabolik, disebut DKA. Depresi

sistem saraf pusat (SSP) akibat penumpukan keton dan asidosis

yang terjadi dapat menyebabkan koma dan kematian jika tidak

ditangani.

DKA juga dapat terjadi pada orang yang terdiagnosis DM saat

kebutuhan tenaga meningkat selama stress fisik atau emosi.

Keadaan stres memicu pelepasan hormon glukoneogenik, yang

menghasilkan pembentukan karbohidrat dari protein atau lemak.

11
Orang yang sakit menderita infeksi (penyebab tersering DKA),

atau yang mengurangi atau melewatkan dosis insulin sangat

beresiko mengalami DKA.

DKA melibatkan empat masalah metabolik

1) Hiperosmolaritas akibat hiperglikemia dan dehidrasi.

2) Asidosis metabolik akibat penumpukan asam ketoat.

3) Penurunan volume ektraseluler akibat diuresis osmotik.

4) Ketidakseimbangan elektrolit (misalnya kehilangan kalium dan

natrium) akibat diuresis osmotik.

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah (kadar glukosa rendah) umum terjadi pada

penyandang DM tipe I dan terkadang terjadi pada penyandang DM

tipe II yang diobati dengan agens hipoglikemik tertentu. Kondisi

ini sering kali disebut syok insulin, reaksi insulin, atau penurunan

pada pasien DM tipe I. Hipoglikemia terutama disebabkan oleh

ketidaksesuaian antara asupan insulin (mis, kesalahan dosis

insulin), aktivitas fisik, dan kurang tersedianya karbohidrat (mis,

melewatkan makanan). Asupan alkohol dan obat-obatan seperti

kloramfenikol (Chloromycetin), Coumadin, Inhibitor monoamin

oksidase (MAO), probenesid (Benemid), salisilat dan sulfonamid

juga dapat menyebabkan hipoglikemia.

Manifestasi hipoglikemia terjadi akibat respons kompensatorik

sistem saraf otonom (SSO), dan akibat kerusakan fungsi serebral

akibat penurunan ketersediaan glukosa yang dapat dipakai oleh

12
otak. Manifetasi berbeda-beda, khususnya pada lansia. Awitannya

mendadak dan glukosa darah biasanya kurang dari 45-60 mg/dl.

Hipoglikemia berat dapat menyebabkan kematian.

Penyandang DM tipe 1 selama 4-5 tahun gagal menyekresikan

glukagon sebagai respon terhadap penurunan glukosa darah.

Mereka bergantung pada epineprin yang berfungsi sebagai respon

kontaregulator terhadap hipoglikemia. Namun respons

kompensatorik ini dapat menghilang atau tumpul. Orang tersebut

kemudian mengalami sindrom yang disebut ketidaksadaran akan

hipoglikemia.

B. Komplikasi kronik

1. Perubahan pada sistem kardiovaskuler

Makrosirkulasi (pembuluh darah besar) pada penyandang DM

mengalami perubahan akibat aterosklerosis, trombosit, sel darah

merah dan faktor pembekuan yang tidak normal, serta perubahan

dinding arteri. Telah ditetapkan bahwa aterosklerosis mengalami

peningkatan insidensi dan usia awitan penyandang DM menjadi

lebih dini. Faktor resiko lain yang menimbulkan perkembangan

penyakit markovaskuler pada DM adalah hipertensi,

hiperlipidemia, merokok dan kegemukan. Perubahan sistem

vaskular meningkatkan resiko komplikasi jangka panjang penyakit

arteri koroner, penyakit arteri koroner, penyakit vaskular serebral,

dan penyakit vaskular perifer.

13
Perubahan mikrosirkulasi pada penyandang DM melibatkan

kelainan struktur di membran basalis pembuluh darah kecil dan

kapiler. Kelainan ini menyebakan membran basalis kapiler

menebal, akhirnya mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.

Efek perubahan pada mikrosirkulasi mempengaruhi semua jaringan

tubuh tetapi paling utama dijumpai pada mata dan ginjal.

2. Penyakit arteri koroner

Merupakan faktor resiko utama terjadinya infark miokard pada

penyandang DM, khususnya pada penyandang DM tipe II usia

paruh baya hingga lansia. Penyakit arteri koroner merupakan

penyebab terbanyak kematian pada penyandang DM tipe II.

Penyandang DM yang mengalami infark miokard lebih rentan

terhadap terjadinya gagal jantung kongestif sebagai komplikasi

infark dan juga cenderung bertahan hidup pada periode segera

setelah mengalami infark.

3. Hipertensi

Hipertensi merupakan komplikasi umum pada DM. Ini

menyerang 75% penyandang DM dan merupakan faktor resiko

utama pada penyakit kardiovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler

seperti retinopati dan nefropati.

4. Stroke (cedera serebrovaskular)

Penyandang DM, khususnya lansia dengan DM tipe II, dua

hingga empat kali lebih sering mengalami stroke. Meskipun

hubungan pasti antara DM dan penyakit vaskular serebral tidak

14
diketahui, hipertensi (salah satu faktor resiko stroke) merupakan

masalah kesehatan umum yang terjadi pada penyandang DM.

Selain itu, aterosklerosis pembuluh darah serebral terjadi pada usia

lebih dini dan semakin ekstensif pada penyandang DM.

5. Penyakit vaskular perifer

Penyakit vaskular perifer di ekstremitas bawah menyertai kedua

tipe DM, tetapi insidennya lebih besar pada penyandang DM tipe

II. Aterosklerosis pembuluh darah tungkai pada penyandang DM

mulai pada usia dini, berkembang dengan cepat dan frekuensinya

sama pada pria dan wanita. Kerusakan sirkulasi vaskular perifer

menyebabkan insufisiensi vaskular perifer dengan klaudikasi

(nyeri) intermiten di tungkai bawah dan ulkus pada kaki.

6. Retinopati diabetik

Adalah nama untuk perubahan di retina yang terjadi pada

penyandang DM. Struktur kapiler retina mengalami perubahan

aliran darah, yang menyebabkan iskemia retina dan kerusakan

retina-darah. Retinopati diabetik merupakan penyebab terbanyak

kebutaan pada orang yang berusia 20 dan 74 tahun.

7. Perubahan pada sistem saraf perifer dan otonom

Neuropati perifer dan viseral adalah penyakit pada saraf perifer

dan sistem saraf otonom. Pada penyandang DM, penyakit sering

kali disebut neuropati diabetik. Etiologi neuropati diabetik

mencakup (1) penebalan dinding pembuluh darah yang memasok

saraf, yang menyebabkan penurunan nutrien; (2) demielinasi sel-

15
sel schwann yang mengelilingi dan menyekat saraf, yang

memperlambat hantaran saraf; dan (3) pembentukan dan

penumpukan sorbitol dalam sel-sel schwan yang merusak hantaran

saraf.

Neuropati perifer (juga disebut neuropati somatik) mencakup

polineuropati dan mononeuropati. Polineuropati, tipe terbanyak

neuropati yang dikaitkan dengan DM merupakan gangguan

sensorik bilateral. Manifestasi pertama kali terlihat pada jari kaki

dan kaki yang bergerak ke atas. Jari tangan dan tangan juga dapat

terkena, tetapi biasanya hanya pada stadium lanjut DM.

Manifestasi polineuropati bergantung pada serabut saraf yang

terkena. Kurangnya sensasi mencegah kewaspadaan akan cedera

dan untuk alasan ini, penderita diabetes harus diberitahu untuk

memeriksa kaki dan tungkai mereka setiap hari, melihat tanda-

tanda cedera.

8. Neuropati viseral

1) Juga disebut gangguan berkeringat, dengan tidak ada

keringat (anhidrosis) di telapak tangan dan telapak kaki

dan peningkatan keringat di wajah dan batang tubuh.

2) Fungsi pupil tidak nornal, yang paling banyak

ditemukan adalah pupil mengecil yang membesar

secara perlahan di dalam gelap neuropati otonom

menyebabkan berbagai manifestasi tergantung pada

SSO yang terkena.

16
9. Perubahan mood

Penyandang DM, baik tipe I maupun tipe II, menjalani

ketegangan kronik hidup dengan perawatan diri kompleks dan

beresiko tinggi mengalami depresi dan distres emosional spesifik

karena DM. Depresi mayor dan gejala depresi mempengaruhi 20%

penyandang DM yang membuatnya menjadi dua kali sering terjadi

di kalangan penyandang DM dibanding populasi umum.

10. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi

Penyandang DM mengalami peningkatan resiko terhadap

infeksi, hubungan pasti antara infeksi dan DM tidak jelas, tetapi

banyak gangguan yang terjadi akibat komplikasi diabetik memicu

seseorang mengalami infeksi. Kerusakan vaskuler dan neurologis,

hiperglikemia dan perubahan fungsi neutrofil dipercaya menjadi

penyebabnya. Penyandang DM dapat mengalami penurunan

sensorik yang mengakibatkan tidak menyadari adanya trauma dan

penurunan vaskular yang mengurangi vaskular yang mengalami

sirkulasi ke daerah yang cedera, akibatnya respon inflamasi normal

berkurang dan penyembuhan lambat.

11. Penyakit periodontal

Meskipun penyakit periodontal tidak terjadi lebih sering pada

penyandang DM, tetapi dapat memburuk dengan cepat, khususnya

jika DM tidak dikontrol dengan baik. Dipercayai bahwa penyakit

ini disebabkan oleh mikroangiopati dengan perubahan pada

vaskularisasi gusi.

17
12. Komplikasi yang mengenai kaki

Tingginya insiden baik amputasi maupun masalah kaki pada

pasien DM merupakan akibat angiopati, neuropati dan infeksi.

Penyandang DM beresiko tinggi mengalami amputasi di

ekstremitas bawah, dengan peningkatan risiko pada mereka yang

sudah menyandang DM lebih dari 10 tahun, jenis kelamin pria,

memiliki kontrol glukosa yang buruk, atau mengalami komplikasi

kardiovaskuler, retina, atau ginjal.

Perubahan vaskular di ektremitas bawah pada penyandang DM

mengakibatkan arteriosklerosis. Arteriosklerosis yang diinduksi

DM cenderung terjadi pada usia yang lebih muda, kejadiannya

hampir sama pada pria dan wanita, biasanya bilateral, dan

berkembang dengan cepat. Pembuluh darah yang sering kali

terkena terletak di bawah lutut. Sumbatan terbentuk di arteri besar,

sedang, dan kecil tungkai bawah dan kaki. Sumbatan multiple

dengan penuunan aliran darah mengakibatkan manifestasi penyakit

vaskular perifer.

Neuropati diabetik pada kaki menimbulkan berbagai masalah.

Karena sensasi sentuhan dan persepsi nyeri tidak ada, penyandang

DM dapat mengalami beberapa tipe trauma kaki tanpa

menyadarinya. Orang tersebut beresiko tinggi mengalami trauma di

jaringan kaki menyebabkan terjadinya ulkus.

18
Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus menurut M. Clevo

Rendy dan Margareth Th, 2019 yaitu:

a) Akut

1. Hipoglikemia dan hiperglikemia.

2. Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar,

penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh

darah kapiler).

3. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil,

retinopati, nefropati.

4. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf

otonom berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler.

b) Kompikasi menahun diabetes mellitus

1. Neuropati diabetik.

2. Retinopati diabetik.

3. Nefropati diabetik.

4. Proteinuria.

5. Kelainan koroner.

6. Ulkus/gangren.

Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:

1. Grade 0: tidak ada luka

2. Grade 1: kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit.

3. Grade 2: kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

4. Grade 3: terjadi abses

5. Grade 4: gangren pada kaki bagian distal

19
6. Grade 5: gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah

distal

2.1.8 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas

insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya

komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe

DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia), tanpa

terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.

Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu:

I. Diet

Syarat diet DM hendaknya dapat:

1. Memperbaiki kesehatan umum penderita.

2. Mengarahkan pada berat badan normal.

3. Menormalkan pertumbuhan DM dewasa muda.

4. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik.

5. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.

Prinsip diet DM adalah:

1. Jumlah sesuai kebutuhan.

2. Jadwal diet ketat.

3. Jenis: boleh dimakan/tidak.

Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan

kandungan kalorinya

1. Diit DM I: 1100 kalori

2. Diit DM II : 1300 kalori

20
3. Diit DM III: 1500 kalori

4. Diit DM IV: 1700 kalori

5. Diit DM V : 1900 kalori

6. Diit DM VI: 2100 kalori

7. Diit DM VII: 2300 kalori

8. Diit DM VIII: 2500 kalori

Diit I s/d III: diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.

Diit IV s/d V: diberikan kepada penderita dengan berat badan normal.

Diit VI s/d VIII: diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja dan

diabetes komplikasi.

Dalam melaksanaan diit diabetes sehari-hari, hendaklah diikuti pedoman 3

J yaitu:

J I: jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah.

J II: jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.

J III: jenis makanan yang manis harus dihindari.

Penentuan jumlah kalori diit diabetes melitus harus disesuaikan dengan

gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung percentage of

relative body weight (BBR=berat badan normal ) dengan rumus

BBR=BB (Kg)x100%

a. Kurus (underweight): BBR<90%

b. Normal (ideal) : BBR 90-110%

c. Gemuk (overweight): BBR>110%

d. Obesitas, apabila: BBR >120%

1. Obesitas ringan: BBR 120-130%

21
2. Obesitas sedang: BBR 130-140%

3. Obesitas berat: BBR 140-200%

4. Morbid: BBR> 200%

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk

penderita DM yang bekerja biasa adalah:

a. Kurus: BB X 40-60 kalori sehari.

b. Normal: BB X 30 kalori sehari.

c. Gemuk: BB X 20 kalori sehari.

d. Obesitas: BB X 10-15 kalori sehari.

II. Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM

adalah:

1. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila

dikerjakan setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi

insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah

jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin

dengan reseptornya.

2. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore.

3. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen..

4. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena

pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

III. Penyuluhan

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMPS)

merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita

22
DM melalui bermacam-macam atau media misalnya leaflet, poster,

TV, kaset, video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

IV. Obat

a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)

1) Mekanisme kerja sulfanilurea

a. Kerja OAD tingkat preseptor: pankreatik, ekstra pankreas.

b. Kerja OAD tingkat reseptor.

2) Mekanisme kerja Biguanida

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi

mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektifitas

insulin, yaitu:

a. Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik

a) Menghambat absorpsi karbohidrat.

b) Menghambat glukoneogenesis di hati.

c) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin.

b. Biguanida pada tingkat reseptor: meningkatkan jumlah

reseptor insulin.

c. Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek

intraselueler.

b. Insulin

1) Indikasi penggunaan insulin:

DM tipe I, DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat

dirawat dengan OAD, DM kehamilan, DM dan gangguan faal

hati yang berat, DM dan infeksi akut (selulitis, gangren), DM

23
dan TBC paru akut, DM dan koma lain pada DM, DM

operasi, DM patah tulang, DM dan underweight, dan DM dan

penyakit graves.

2) Beberapa cara pemberian insulin

a. Suntikan insulin subkutan

Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam,

sesudah suntikan subkutan, kecepatan absorpsi di tempat

suntikan tergantung pada beberapa faktor antara lain:

(1) Lokasi suntikan

Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu

dinding perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan

suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari

tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap hari 14

hari agar tidak memberikan perubahan kecepatan

absorpsi setiap hari.

(2) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin

Latihan akan mempercepat absorpsi apabila

dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah insulin

karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah

dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.

(3) Pemijatan (massage)

Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.

24
(4) Suhu

Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi akan

mempercepat absorpsi insulin).

(5) Dalamnya suntikan

Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja

insulin dicapai. Ini berarti suntikan intramuskular akan

lebih cepat efeknya daripada subkutan.

(6) Konsenterasi insulin

Apabila konsenterasi insulin berkisar 40-100 u/ml

tidak terdapat penurunan dari u-100 ke u-10 maka efek

insulin dipercepat.

b. Suntikan intramuskular dan intravena

Suntikan intramuskular dapat digunakan pada kasus

diabetik atau pada kasus–kasus dengan degradasi lemak

suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis

rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.

V. Cangkok pankreas

Pendekatan terbaru untuk cangkok pankreas segmen dari donor

hidup saudara kembar identik. (M. Clevo Rendy dan Margareth Th,

2019)

2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik Untuk Memantau Penatalaksanaan DM

Pemeriksaan diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis dan

memantau DM mencakup glukosa darah puasa, pemeriksaan toleransi

glukosa oral, dan hemoglobin terglikolisasi. Pemeriksaan albumin

25
dalam urine digunakan untuk mendeteksi awitan awal kerusakan

ginjal.

1. Pemantauan glukosa darah

Penyandang DM harus dipantau kondisinya setiap hari dengan

memeriksa kadar glukosa darah. Tersedia dua tipe pemeriksaan. Tipe

pertama, yang digunakan jauh sebelum adanya alat yang dapat

mengukur glukosa darah secara langsung, adalah pemeriksaan glukosa

dan keton dalam urine.

2. Pemeriksaan keton dan glukosa dalam urine

Pada keadaan sehat, glukosa tidak terdapat dalam urine karena

insulin mempertahankan glukosa serum di bawah ambang batas ginjal

180 mh/dl. Pemeriksaan urine direkomendasikan untuk memantau

hiperglikemia dan ketoasidosis pada penyandang DM tipe I yang

mengalami hiperglikemia yang tidak dapat dijelaskan selama sakit atau

hamil. Keton dapat di deteksi lewat pemeriksaan urine dan

mencermikan adanya DKA.

3. Pemantauan mandiri glukosa darah

Pemantauan mandiri glukosa darah (self monitoring of blood

glucose, SMBG) memungkinkan penyandang DM untuk memantau

dan mencapai kontrol metabolik. SMBG direkomendasikan tiga kali

atau lebih per hari bagi pasien DM tipe I yang menggunakan injeksi

insulin multiple atau terapi pompa insulin. Pemantauan oleh pasien

DM tipe II tidak menggunakan insulin harus cukup untuk membantu

mereka mencapai tujuan glukosa

26
2.2 Konsep Dasar Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya

terlihat dari pola interaksi yang saling ketegantungan untuk mencapai tujuan

bersama (Friedman dalam Komang Ayu Henny Achjar, 2012). Keluarga

adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari individu-individu yang

bergabung dan berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang lain

diwujudkan dengan adanya saling ketergantungan dan berhubungan untuk

mencapai tujuan bersama. Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri

dari dua atau lebih orang yang masing-masing mempunyai hubungan

kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek (Sulistyo

Andarmo, 2011).

2.2.2 Tipe-Tipe Keluarga

Secara umum, tipe keluarga dibagi menjadi dua yaitu keluarga

tradisional dan keluarga modern (non tradisional). Keluarga tradisional

memilki anggota keluarga seperti umumnya yaitu kedua orangtua dan anak.

Akan tetapi, struktur keluarga ini tidak serta merta terdapat pada pola

keluarga modern.

1) Tipe keluarga tradisional

Tipe keluarga tradisional menunjukkan sifat-sifat homogen, yaitu

keluarga yang memilki struktur tetap dan utuh. Tipe keluarga ini

27
merupakan yang paling umum kita temui dimana saja, terutama di negara-

negara Timur yang menjunjung tinggi norma-norma. Adapun tipe keluarga

tradisional adalah sebagai berikut:

a) Keluarga inti (Nuclear Family)

Keluarga inti merupakan keluarga kecil dalam satu rumah.

Dalam keseharian, anggota keluarga inti ini hidup dan saling

menjaga. Mereka adalah ayah, ibu, dan anak-anak.

b) Keluarga besar (Exstented Family)

Keluarga besar cenderung tidak hidup bersama-sama dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena keluarga besar

merupakan gabungan dari beberapa keluarga inti yang bersumbu

dari satu kelurga inti. Satu keluarga memiliki beberapa anak, lalu

anak-anaknya menikah lagi dan memilki anak pula.

Seperti pohon yang bercabang, keluarga besar memiliki

kehidupannya masing-masing mengikuti rantingnya. Anggota

keluarga besar ini, semakin lama akan semakin besar mengikuti

perkembangan keluarganya. Anggota keluarga besar misalnya

kakek, nenek, paman, tante, keponakan, cucu dan lain sebagainya.

c) Keluarga tanpa anak (Dyad Family)

Tipe keluarga ini biasanya terjadi pada sepasang suami istri

yang baru menikah. Mereka telah membina hubungan rumah

tangga tetapi belum dikaruniai anak atau keduanya bersepakat

untuk tidak memiliki anak lebih dahulu .

28
d) Keluarga Single Parent

Single parent adalah kondisi seseorang yang tidak memiliki

pasangan lagi. Hal ini disebabkan karena perceraian atau

meninggal dunia. Akan tetapi, single parent mensyaratkan adanya

anak, baik anak kandung maupun anak angkat.

e) Keluarga Single Adult

Rumah tangga yang terdiri dari seorang dewasa saja.

2) Tipe keluarga modern (nontradisonal)

Keberadaan keluarga modern merupakan bagian dari perkembangan

sosial di masyarakat. Banyak faktor yang melatarbelakangi alasan muncul

keluarga modern. Salah satu faktor tersebut adalah munculnya kebutuhan

berbagi dan berkeluarga tidak hanya sebatas keluarga inti. Relasi sosial

yang sangat luas membuat manusia yang berinteraksi saling terikat dan

terkait. Mereka kemudian bersepakat hidup bersama baik secara legal

maupun tidak. Berikut ini adalah beberapa tipe keluarga modern.

a. The Unmarriedteenege Mother

Belakangan ini, hubungan seks tanpa pernikahan sering terjadi

di masyarakat kita. Meski pada akhirnya, beberapa pasangan itu

menikah, namun banyak pula yang kemudian memilih hidup

sendiri, misalnya pada akhirnya si perempuan memilih merawat

anaknya sendirian. Kehidupan seorang ibu bersama anaknya tanpa

pernikahan inilah yang kemudian masuk dalam kategori keluarga.

29
b. Reconstituded Nuclear

Sebuah keluarga yang tadinya berpisah, kemudian kembali

membentuk keluarga inti melalui perkawinan kembali. Mereka

tinggal serta hidup bersama anak-anaknya baik dari pernikahan

sebelumnya, maupun hasil dari perkawinan baru.

c. The Stepparent Family

Dengan berbagai alasan, dewasa ini kita temui seorang anak

diadopsi oleh sepasang suami istri, baik yang memilki anak

maupun belum. Kehidupan anak dengan orangtua tirinya inilah

yang dimaksud dengan the stepparent family.

d. Commune Family

Tipe keluarga ini biasanya hidup di dalam penampungan atau

memang memilki kesepakatan bersama untuk hidup satu atap. Hal

ini berlangsung dalam waktu singkat sampai dengan waktu yang

lama. Mereka tidak memiliki hubungan darah namun memutuskan

hidup bersama dalam satu rumah, satu fasilitas, dan pengalaman

yang sama.

e. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family

Tanpa ikatan pernikahan, seseorang memutuskan untuk hidup

bersama dengan pasangannya. Namun dalam waktu yang relatif

singkat, seseorang itu kemudian berganti pasangan lagi dan tetap

tanpa hubungan perkawinan.

30
f. Gay and Lesbian Family

Seseorang yang berjenis kelamin yang sama menyatakan hidup

bersama dengan pasangannya (marital partners).

g. Cohabiting Couple

Misalnya dalam perantauan, karena merasa satu negara atau

suatu daerah, kemudian dua atau lebih orang bersepakatan untuk

tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan. Kehidupan mereka sudah

seperti kehidupan keluarga. Alasan untuk hidup bersama ini bisa

beragam.

h. Group-Marriage Family

Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga

bersama dan mereka merasa sudah menikah sehingga berbagi

sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anaknya bersama.

i. Group Network Family

Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau nilai-nilai hidup

bersama atau berdekatan satu sama lainnya, dan saling

menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan

dan tanggung jawab membesarkan anaknya.

j. Foster Family

Seorang anak kehilangan orangtuannya, lalu ada sebuah

keluarga yang bersedia menampungnya dalam kurun waktu

tertentu. Hal ini dilakukan hingga anak tersebut bisa bertemu

dengan orangtua kandungnya. Dalam kasus lain, bisa jadi orangtua

31
si anak menitipkan kepada seseorang dalam waktu tertentu

sehingga ia kembali mengambil anaknya.

k. Institusional

Anak atau orang dewasa yang tinggal dalam suatu panti.

l. Homeless Famiy

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan

yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan

keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

2.2.3 Struktur dalam Keluarga

Maria H. Bakri, 2017 menjelaskan bahwa struktur dalam keluarga

terbagi menjadi empat yaitu 1) pola komunikasi keluarga 2) struktur peran

3) struktur kekuatan dan 4) nilai-nilai keluarga. Struktur ini didasarkan

pada pengorganisasian dalam keluarga, baik dari sisi perilaku maupun pola

hubungan antara anggota kelompok. Hubungan yang terjadi ini bisa jadi

sangat kompleks, tidak terbatas pada anggota keluarga tertentu, bahkan

bisa melebar hingga keluarga besar, yang saling membutuhkan memilki

peran dan harapan yang berbeda.

Pola hubungan dalam keluarga turut membentuk kekuatan dan struktur

peran dalam keluarga. Struktur ini pun bisa fleksibel, diperluas atau

dipersempit tergantung pada sebuah keluarga yang merespon interaksi

dalam keluarga. Struktur keluarga yang sangat kaku dan sangat fleksibel

dapat mengganggu atau merusak fungsi keluarga. Struktur dan fungsi

merupakan hal yang berhubungan erat dan terus-menerus berinteraksi satu

sama lain.

32
1. Pola komunikasi keluarga

Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah hubungan,

tak hanya bagi keluarga melainkan berbagai macam hubungan. Tanpa ada

komunikasi, tidak akan ada hubungan yang dekat dan hangat, atau bahkan

tidak akan saling mengenal.

Di dalam keluarga, komunikasi yang dibangun akan menentukan

kedekatan antara anggota keluarga. Pola komunikasi ini juga bisa menjadi

salah satu ukuran kebahagiaan sebuah keluarga. Di dalam keluarga, ada

interaksi yang berfungsi dan ada yang tidak berfungsi.

Pola interaksi yang berfungsi dalam keluarga memilki karakteristik a)

terbuka, jujur, berpikiran positif dan selalu berupaya menyelesaikan

konflik keluarga; b) komunikasi berkualitas antara pembicara dan

pendengar. Dalam pola komunikasi, hal ini biasa disebut dengan stimulus

–respon.

Dengan pola komunikasi yang berfungsi dengan baik ini, penyampai

pesan (pembicara) akan mengemukakan pendapat, meminta dan menerima

umpan balik. Sementara dari pihak seberang, penerima pesan selalu dalam

kondisi siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan

validasi.

Sementara bagi keluarga dengan pola komunikasi yang tidak berfungsi

dengan baik akan menyebabkan berbagai persoalan, terutama beban

psikologis bagi anggota keluarga. Karakteristik dari pola komunikasi ini

antara lain: a) fokus pembicaraan hanya pada satu orang misalnya kepala

keluarga yang menjadi penentu atas segala apa yang terjadi dan dilakukan

33
anggota keluarga; b) tidak hanya diskusi di dalam rumah, seluruh anggota

keluarga hanya meyetujui; c) hilangnya empati di dalam keluarga karena

masing-masing anggota keluarga tidak bisa menyatakan pendapatnya.

Akibat dari pola komunikasi dan pola asuh ini akhirnya komunikasi dalam

keluarga menjadi tertutup.

2. Struktur peran

Setiap individu dalam masyarakat memiliki perannya masing-masing.

Satu sama lain relatif berbeda tergantung pada kapasitasnya. Begitu pula

dalam sebuah keluarga. Seorang anak tidak mungkin berperan sama

dengan bapak atau ibunya. Struktur peran merupakan serangkaian perilaku

yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Bapak

berperan sebagai kepala rumah tangga, ibu berperan dalam wilayah

domestik, anak dan lain sebagainya memiliki peran masing-masing dan

diharapkan saling mengerti dan mendukung.

Selain peran pokok tersebut, adapula peran informal. Peran ini

dijalankan dalam kondisi tertentu atau sudah menjadi kesepakatan antar

anggota keluarga. Misalnya seorang suami memperbolehkan istrinya

bekerja di luar rumah, maka istri telah menjalankan peran informal. Begitu

pula sebaliknya, suami juga tidak segan mengerjakan peran informalnya

dengan membantu istri mengurus rumah.

3. Struktur kekuatan

Struktur kekuatan keluarga menggambarkan adanya kekuasan atau

kekuatan dalam sebuah keluarga yang digunakan untuk mengendalikan

dan mempengaruhi anggota keluarga. Kekuasan ini terdapat pada individu

34
di dalam keluarga untuk mengubah perilaku anggotanya ke arah postif,

baik dari sisi perilaku maupun kesehatan.

Ketika seseorang memilki kekuatan, maka ia sesungguhnya mampu

mengendalikan sebuah interaksi. Kekuatan ini dapat dibangun dengan

berbagai cara. Selain itu, ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya

struktur kekuatan keluarga.

a. Legitimate power ( kekuatan/wewenang yang sah)

Dalam konteks keluarga, kekuatan ini sebenarnya tumbuh dengan

sendiri, karna ada hirarki yang merupakan konstruk masyarakat kita.

Seorang kepala keluarga adalah pemegang kekuatan interaksi dalam

keluarga. Ia memilki hak untuk mengontrol tingkah laku anggota keluarga

lainnya, terutama pada anak-anak.

b. Referent power

Dalam masyarakat kita, orangtua adalah panutan utama dalam keluarga

terlebih posisi ayah sebagai kepala keluarga. Apa yang dilakukan ayah

akan menjadi contoh baik oleh pasangannya maupun anak-anaknya.

Misalnya untuk mengajari anak melaksanakan ibadah, tidak perlu dengan

kemarahan. Dengan cara orangtua senantiasa beribadah, anak akan

mengikuti dengan sendirinya. Anak akan belar dari apa yang dilihatnya.

c. Reward power

Kekuasan penghargaan berasal dari adanya harapan bahwa orang yang

berpengaruh dan dominan akan melakukan sesuatu yang postif terhadap

ketaatan seseorang.

35
Imbalan menjadi hal penting untuk memberikan pengaruh kekuatan

dalam keluarga. Hal ini tentu sering terjadi di masyarakat kita, yang

menjanjikan hadiah untuk anaknya jika berhasil meraih nilai terbaik dalam

sekolah. Dengan hadiah tersebut, anak akan berusaha untuk menjadi anak

yang terbaik agar keinginannya terhadap yang dijanjikan orangtua dapat

terpenuhi.

d. Coercive power

Ancaman dan hukuman menjadi pokok dalam membangun kekuatan

keluarga. Kekuatan ini sebagai kekuasan dominasi atau paksaan yang

mampu untuk menghukum bila tidak taat.

Bagi sebagian orangtua, mereka memilih tidak menggunakan kekuasan

ini, namun bagi sebagian lainnya sangat membutuhkan karena merasa

putus asa dalam mendidik anak. Setiap anak memilki karakter unik yang

berbeda-beda, oleh karena itu pola asuh juga tidak bisa disamaratakan.

Orangtua memilih pola asuh tentu atas berbagai pertimbangan yang

membuat anak menjadi lebih positif.

4. Nilai-nilai dalam kehidupan keluarga

Dalam suatu kelompok selalu terdapat nilai-nilai yang dianut bersama,

meski tanpa tertulis. Nilai-nilai tersebut akan terus bergulir jika masih

anggota kelompok yang melestarikannya. Artinya sebuah nilai akan terus

berkembang mengikuti anggotanya. Demikian pula dalam keluarga.

Keluarga sebagai kelompok kecil dalam sistem sosial memilki nilai yang

diterapkan dalam tradisi keluarga. Misalnya tradisi makan bersama, yang

36
memilki nilai positif dalam membangun kebersamaan dan melatih untuk

berbagi.

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang

mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga

merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.

Norma adalah perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem

nilai dalam keluarga.

Nilai-nilai dalam keluarga tidak hanya dibentuk oleh keluarga itu

sendiri, melainkan juga warisan yang dibawa dari keluarga istri maupun

suami. Perpaduan dua nilai yang berbeda inilah yang kemudian

melahirkan nilai-nilai baru bagi keluarga.

2.2.4 Fungsi dalam Keluarga

Fungsi keluarga merupakan hal penting yang harus dijalankan dan

dipatuhi oleh setiap anggotanya. Jika salah satu anggota keluarga

terkendala atau tidak taat, organisasi keluarga akan terhambat. Hal ini akan

berakibat buruk akan tertundanya tujuan yang sudah direncanakan.

Misalnya seorang anak yang sedang sekolah, maka ia harus

merampungkan sekolahnya tersebut. Namun jika ia tidak taat, mungkin

karena sering membolos sekolah menjadikannya tidak naik kelas. Hal ini

tentu menghambat tujuan keluarga tersebut yang menjadikan anaknya

pandai dalam bidang akademik.

Friedman dalam Maria H. Bakri, 2017 mengelompokkan fungsi pokok

keluarga dalam lima poin yaitu:

37
a. Fungsi reproduksi keluarga

Sebuah peradaban dimulai dari rumah yaitu dari hubungan suami-istri

terkait pola reproduksi. Sehingga adanya fungsi ini ialah untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan sebuah keluarga.

b. Fungsi sosial keluarga

Ialah fungsi yang mengembangkan dan melatih anak untuk hidup

bersosial sebelum meninggalkan rumah dan berhubungan dengan orang

lain. Dalam hal ini, anggota keluarga belajar displin, norma-norma,

budaya dan perilaku melalui interaksi dengan anggota keluarganya sendiri.

c. Fungsi afektif keluarga

Fungsi ini hanya bisa diperoleh dalam keluarga, tidak dari pihak luar.

Maka komponen yang diperlukan dalam melaksanakan fungsi afektif yaitu

saling mendukung, menghormati, dan saling asuh. Intinya, antara anggota

keluarga satu dengan anggota yang lain berhubungan baik secara dekat.

Dengan cara inilah, seorang anggota keluarga merasa mendapatkan

perhatian, kasih sayang, dihormati, kehangatan dan lain sebagainya.

Pengalaman di dalam keluarga ini akan mampu membentuk

perkembangan individu dan psikologis anggota keluarga.

d. Fungsi ekonomi keluarga

Fungsi ekonomi keluarga meliputi keputusan rumah tangga,

pengelolaaan keuangan, pilihan asuransi, jumlah uang yang digunakan

perencanaan pensiun dan tabungan. Kemampuan keluarga untuk memilki

penghasilan yang baik dan mengelola finansialnya dengan bijak

merupakan faktor kritis untuk kesejaterahan ekonomi.

38
e. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi ini penting untuk mempertahankan kesehatan anggota keluarga

agar tetap memilki produktivitas tinggi. Adapun tugas keluarga dibidang

kesehatan yaitu:

1. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga

Tidak satu pun keluarga yang diperbolehkan menyepelekan masalah

keluarga. Zaman yang semakin maju dan berkembang juga mendukung

hadirnya berbagai penyakit yang dulu tidak ditemukan. Untuk itu,

keluarga harus semakin waspada, tetapi tidak dalam bentuk mengekang

sehingga melarang berbagai hal untuk anggota keluarganya.

2. Kemampuan keluarga memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

Mencari pertolongan untuk anggota keluarga yang sakit merupakan

salah satu peran keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga

yang mempunyai keputusan untuk memutuskan tindakan yang tepat.

Kontak keluarga dengan sistem akan melibatkan lembaga kesehatan

profesional ataupun praktisi lokal (dukun/pengobatan alternatif) dan

sangat bergantung pada

1. Sakit apa yang dirasakan?

2. Apakah keluarga tidak mampu menanganinya?

3. Apakah ada kekhawatiran akibat terapi-terapi yang akan dilakukan?

4. Apakah keluarga percaya kepada petugas kesehatan?

3. Kemampuan keluarga melakukan perawatan terhadap keluarga yang sakit

Bagi anggota keluarga yang sakit, biasanya dibebaskan dari peran dan

fungsinya secara penuh. Beberapa tanggung jawab ditangguhkan terlebih

39
dahulu atau bahkan diganti oleh anggota keluarga lainnya. Pemberian

perawatan secara fisik merupakan beban yang paling berat dirasakan

keluarga.

Keluarga memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan

keluarga. Terkadang, sebuah keluarga memang memiliki alat-alat atau

obat-obatan yang dapat dijadikan pertolongan pertama, namun hal ini jelas

terbatas baik alat maupun pengetahuan kesehatan. Beberapa hal yang perlu

dipersiapkan dapat dikaitkan dengan pertanyaan berikut:

1. Apakah keluarga aktif dalam merawat pasien?

2. Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentang

perawatan yang diperlukan pasien?

4. Kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan keluarga untuk

menjamin kesehatan keluarga

Yang dimaksud di sini adalah bagaimana keluarga menjaga lingkungan

agar bisa dijadikan sebagai pendukung kesehatan keluarga. Untuk itu

keluarga perlu mengetahui tentang sumber yang dimiliki sekitar

lingkungan rumah. Jika memungkinkan untuk menanam pohon, sebaiknya

hal ini dilakukan karena akan membantu sirkulasi udara dan lain

sebagainya.

5. Kemampuan keluarga untuk menggunakan pelayanan kesehatan

Pada masyarakat tradisional, keluarga yang sakit memiliki

kecenderungan untuk enggan pergi ke pusat pelayanan kesehatan yang

sudah disediakan pemerintah. Alasan biaya biasanya menjadi masalah.

40
Akan tetapi belakangan ini, pemerintah telah membuat program

penjaminan kesehatan masyarakat sehingga masalah biaya bisa diatasi.

2.2.5 Tahap Perkembangan Keluarga

Sulistyo Andarmoyo, 2011 mengungkapkan bahwa setiap keluarga

akan melalui tahap perkembangan yang unik, namun secara umum

mengikuti pola yang sama. Hal ini berarti bahwa setiap keluarga

mempunyai variasi dalam perkembangannya, akan tetapi secara normatif

tiap keluarga mempunyai perkembangan yang sama. Perbedaan/variasi

dari perkembangan ini biasanya akibat perbedaan dari bentuk atau tipe

keluarga, penundaan kehamilan, serta kematian dan perceraian. Adapun

tahap perkembangan keluarga adalah sebagai berikut:

1. Tahap I: keluarga baru/pemula

Perkembangan keluarga tahap I adalah mulainya pembentukan keluarga

yang berakhir ketika lahirnya anak pertama. Pembentukan keluarga pada

umunya dimulai dari perkawinan seorang laki-laki dengan perempuan

serta perpindahan dari status lajang ke hubungan yang intim serta mulai

meninggalkan keluarganya masing-masing. Pada tahap ini, pasangan

belum mempunyai anak.

Tugas-tugas perkembangan keluarga yaitu:

1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua).

41
2. Tahap II: tahap mengasuh anak (child bearing)

Tahap kedua dimulai dari lahirnya anak pertama sampai dengan anak

tersebut berumur 30 bulan atau 2,5 tahun. Kehadiran bayi pertama ini akan

menimbulkan suatu perubahan yang besar dalam kehidupan rumah tangga.

Oleh karena itu, keluarga dituntut untuk mampu beradaptasi terhadap

peran baru yang dimiliknya dan harus mampu melaksanakan tugas dari

peran baru tersebut.

Tugas-tugas perkembangan keluarga yaitu:

1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

2. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan

anggota keluarga.

3. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan

peran orang tua dan kakek-nenek.

3. Tahap III: keluarga dengan anak prasekolah

Tahap ke tiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama

berusia 30 bulan atau 2,5 tahun dan berakhir ketika berusia 5 tahun. Pada

tahap ini, kesibukan akan semakin bertambah sehingga menuntut perhatian

yang lebih banyak dari orang tua.

Tugas-tugas perkembangan keluarga yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,

privasi dan keamanan

2. Menyosialisasikan anak.

3. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan

anak-anak yang lain.

42
4. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar

keluarga.

4. Tahap IV: keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai

masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa

remaja. Untuk mencapai tugas perkembangan yang optimal, keluarga akan

membutuhkan bantuan dari pihak sekolah dan kelompok sebaya anak.

Tugas-tugas perkembangan keluarga yaitu:

1. Menyosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan

mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.

2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

5. Tahap V: keluarga dengan anak remaja

Perkembangan keluarga tahap V adalah perkembangan keluarga yang

dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun. Tahap ini

berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih

singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika

anak masih tinggal di rumah hingga umur 19 atau 20 tahun.

Tugas-tugas perkembangan keluarga yaitu:

1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri.

2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

3. Mempertahankan etika dan standar moral keluarga.

43
6. Tahap VI: keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

Permulaan tahap kehidupan keluarga di tandai oleh anak pertama

meninggalkan rumah dan berakhir dengan anak terakhir meninggalkan

rumah.

Tugas-tugas perkembangan keluarga yaitu:

1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluaga baru

yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan

perkawinan.

3. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.

7. Tahap VII: keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Orang tua

memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir saat seseorang pensiun.

Tugas-tugas perkembangan keluarga yaitu:

1. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.

2. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti

dengan para orang tua lansia dan anak-anak.

3. Memperkokoh hubungan perkawinan.

8. Tahap VIII: keluarga lanjut usia

Merupakan tahap akhir dan perkembangan keluarga yang dimulai

ketika salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, sampai

salah satu pasangan meninggal dan berakhir ketika kedua pasangan

meninggalkan.

44
Tugas-tugas perkembangan keluarga yaitu:

1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.

3. Mempertahankan hubungan perkawinan.

4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.

5. Meneruskan untuk memahami eksitensi mereka.

2.2.6 Peran Perawat Komunitas

Pengertian peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan

oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu

sistem.

Adapun peran perawat komunitas menurut Komang Ayu Henny Achjar,

2012 yaitu:

1. Pendidik (educator )

Peran perawat komunitas dalam asuhan keperawatan keluarga sebagai

pendidik (educator), diharapkan perawat komunitas harus mampu

memberikan informasi kesehatan yang dibutuhkan keluarga melalui

pendidikan kesehatan, pemberian pendidikan kesehatan dapat dilakukan di

rumah pada saat kunjungan rumah (home visit) dan pilihan sesuai dengan

tingkatan kemampuan masyarakat. Fokus dan isi pendidikan kesehatan

kepada keluarga meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

dampak dari penyakit.

45
2. Peneliti (researcher)

Peran sebagai peneliti ditunjukkan oleh perawat komunitas dengan

berbagai aktivitas penelitian yang berfokus pada individu, keluarga,

kelompok atau komunitas.

3. Konselor (counselor)

Peran perawat komunitas dalam asuhan keperawatan keluarga,

mendengar keluhan keluarga secara objektif, memberikan umpan balik

dan informasi serta membantu keluarga melalui proses pemecahan

masalah.

4. Manajer kasus (case manager)

Perawat komunitas dapat mengkaji dan mengidentifikasi kebutuhan

kesehatan keluarga, merancang rencana keperawatan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga, mengawasi dan mengevaluasi dampak terhadap

pelayanan yang diberikan.

5. Kolaborator (collaborator)

Peran sebagai kolaborator dapat dilaksanakan antara perawat dengan

keluarga dalam memberikan pelayanan kesehatan keluarga secara

komprehensif. Perawat komunitas dapat berpartisipasi bekerjasama

membuat keputusan kebijakan, berkomunikasi dengan anggota tim

kesehatan, berpartisipasi bekerjasama melaksanakan tindakan untuk

menyelesaikan masalah keluarga.

6. Penghubung (liaison)

Perawat sebagai peran penghubung (liaison) membantu

mempertahankan kontinuitas diantara petugas profesional dan non

46
profesional. Perawat komunitas diharapakan merujuk permasalahan klien

pada sarana pelayanan kesehatan serta sumber yang ada dimasyarakat

seperti puskesmas, RS, tokoh agama, tokoh masyarakat.

7. Pembela (advocate)

Peran sebagai advocate ditunjukkan oleh perawat yang tanggap

terhadap kebutuhan komunitas dan mampu mengkomunikasikan

kebutuhan tersebut kepada pemberi pelayanan secara tepat.

8. Pemberi perawatan langsung

Perawat komunitas memberikan asuhan keperawatan pada keluarga

secara langsung dengan menggunakan prinsip tiga tingkatan (pencegahan

primer (primary prevention), pencegahan sekunder (secondary

prevention), dan pencegahan tersier (tertiary prevention).

9. Role model

Dengan menampilkan perilaku yang dapat dipelajari oleh orang lain,

menjadi panutan bagi keluarga.

10. Referral resourse

Dengan membuat rujukan dan follow up rujukan ke pelayanan

kesehatan lain atau ke tenaga kesehatan lain yang diperlukan keluarga.

11. Pembaharu (inovator)

Dengan cara membantu melaksanakan perubahan-perubahan ke arah

yang lebih baik untuk perbaikan dan kepentingan kesehatan keluarga.

47
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Mellitus Tipe II

2.3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga

A. Identifikasi Data

Pengkajian terhadap data umum keluarga menurut Sulistyo

Andarmoyo, 2012 meliputi:

1) Nama kepala keluarga (KK)

Identifikasi siapa nama KK sebagai penanggung jawab penuh

terhadap keberlangsungan keluarga.

2) Alamat dan telepon

Identifikasi alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi

sehingga memudahkan dalam pemberian asuhan keperawatan.

3) Pekerjaaan dan pendidikan KK

Identifikasi pekerjaaan dan latar belakang pendidikan Kepala

Keluarga dan anggota keluarga yang lainnya sebagai dasar

dalam menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.

4) Komposisi keluarga

Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang

diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka.

5) Genogram

Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang

menggambarkan konstelasi keluarga atau pohon keluarga dan

genogram merupakan alat pengkajian informatif yang

digunakan untuk mengetahui keluarga, dan riwayat, serta

sumber-sumber keluarga.

48
6) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

7) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan

kesehatan.

8) Agama

Mengkaji agama yang dianut keluarga serta keperacayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan.

9) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan

baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.

Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh

kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta

barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. Dalam hal ini

pertanyaan yang diajukan adalah status ekonomi:

1) Berapa jumlah pendapatan per bulan?

2) Darimana sumber-sumber pendapatan perbulan?

3) Berapa jumlah pengeluaran perbulan?

4) Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan

keluarga?

5) Bila tidak, bagaimana keluarga mengaturnya?

49
10) Rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga

pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi

tertentu, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio

juga merupakan aktivitas rekreasi.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak

tertua dari keluarga inti.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan tugas perkembangan yang belum terpenuhi

oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan

tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga

inti, dijelaskan mulai lahir hingga saat ini yang meliputi

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing

anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,

sumber pelayananan kesehatan yang biasa digunakan keluarga

serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan,

termasuk juga dalam hal ini riwayat perkembangan dan

kejadian-kejadian dan pengalaman kesehatan yang unik atau

yang berkaiatan dengan kesehatan (perceraian, kematian,

hilang, dll) yang terjadi dalam kehidupan keluarga.

50
4) Riwayat keluarga sebelumnya/asal

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari

pihak suami dan istri/keluarga asal kedua orang tua seperti apa

kehidupan keluarga asalnya, hubungan masa silam dan saat

dengan orang tua dari ke dua orang tua)

C. Data Lingkungan

Data lingkungan meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai

dari pertimbangan bidang-bidang yang paling sederhana seperti aspek

dalam rumah hingga komunitas yang lebih luas dan kompleks di mana

keluarga tersebut berada.

1) Karakteristik rumah

1. Gambar tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar,

dll). Apakah keluarga memilki sendiri atau menyewa rumah

ini.

2. Gambarkan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior

rumah). Interior rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar,

penggunan kamar dan bagaimana kamar tersebut diatur.

3. Di dapur, amati suplai air minum, penggunaan alat masak.

4. Di kamar mandi, amati sanitasi air, fasilitas toilet, ada tidaknya

sabun dan handuk.

5. Kaji pengaturan tidur di dalam rumah.

6. Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah.

7. Kaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah.

51
8. Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga

merasakan privasi mereka memadai.

9. Evaluasi ada dan tidak adanya bahaya-bahaya terhadap

keamanan rumah/lingkungan.

10. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.

11. Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga secara

keseluruhan dengan pengaturan/penataan rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

1. Apa karakteristik-karakteristik fisik dari lingkungan yang

paling dekat dan komunitas yang lebih luas?

2. Bagaimana mudahnya sekolah-sekolah di lingkungan atau

komunitas dapat diakses dan bagaimana kondisinya?

3. Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah ini?

4. Bagaimana insiden kejahatan di lingkungan dan komunitas?

5. Apakah ada masalah keselamatan yang serius?

3) Mobilitas geografi keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan

berpindah tempat.

1. Sudah berapa lama keluarga tinggal di daerah ini?

2. Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal?

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

keluarga interaksinya dengan masyarakat.

52
1. Siapa di dalam keluarga yang sering menggunakan fasilitas

pelayanaan kesehatan?

2. Berapa kali atau sejauh mana mereka menggunakan pelayanan

dan fasilitas?

3. Apakah keluarga memanfaatkan lembaga-lembaga yang ada di

komunitas untuk kesehatan keluarga?

4. Bagaimana keluarga memandang komunitasnya?

5) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah sejumlah

keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk

menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas

psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial

atau dukungan dari masyarakat setempat.

D. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk mengubah perilaku.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik cara

formal maupun informal.

53
4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga

yang berhubungan dengan kesehatan.

5) Fungsi keluarga

1. Fungsi Afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga

terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta

pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap

saling menghargai.

2. Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar dispilin, norma,

budaya dan perilaku.

3. Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.

Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.

Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan

dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas

kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah

kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,

melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan

54
lingkungan yang dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat

di lingkungan setempat.

4. Fungsi reproduksi

a. Berapa jumlah anak?

b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak?

c. Metode apa yang digunakan keluarga dalan mengendalikan

jumlah anak?

5. Fungsi perawatan keluarga

Fungsi ini penting untuk mempertahankan keadaan kesehatan

anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

6) Stres dan koping keluarga

Stresor jangka pendek dan panjang

1. Sebutkan stressor jangka pendek (< 6 bulan) dan stresor jangka

panjang (> 6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga.

Apakah keluarga dapat mengatasi stresor biasa dan ketegangan

sehari-hari?

2. Bagaimana keluarga mengatasi tersebut? Jelaskan

Strategi koping apa yang digunakan oleh keluarga untuk

menghadapi masalah-masalah? (koping apa yang dibuat?)

Apakah anggota keluarga berbeda dalam cara–cara koping

terhadap masalah-masalah mereka sekarang? Jelaskan

55
7) Pemeriksaan Fisik

Data selanjutnya yang harus dikumpulkan oleh perawat adalah data

tentang kesehatan fisik. Tidak hanya kondisi pasien, melainkan kondisi

kesehatan seluruh anggota keluarga.

a. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi

badan, berat badan dan tanda-tanda vital. Biasanya pada

penderita diabetes didapatkan berat badan yang diatas

normal/obesitas.

b. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran

pada leher, kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada

kelainan pada pendengaran. Biasanya pada penderita diabetes

mellitus ditemui penglihatan yang kabur/ganda serta diplopia

dan lensa mata yang keruh, telinga kadang-kadang berdenging,

lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi

mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah.

c. Sistem integumen

Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor

kulit menurun, kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada luka

atau maka warna sekitar luka akan memerah dan menjadi

warna kehitaman jika sudah kering. Pada luka yang susah

kering biasanya akan menjadi ganggren.

56
d. Sistem pernafasan

Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya

pada penderita diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada

sistem pernafasan.

e. Sistem kardiovaskuler

Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi

jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

takikardi/bradikardi,hipertensi, aritmia,kardiomegalis.

f. Sistem gastrointestinal

Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi,

mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,perubahan berat

badan, peningkatan lingkar abdomen dan obesitas.

g. Sistem perkemihan

Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya

poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit

saat berkemih.

h. Sistem muskuluskletal

Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya

penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi

badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di

ekstremitas.

i. Sistem neurologis

Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya

penurunan sensoris, anastesia, letargi, mengantuk, kacau

57
mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan atau kaki.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosis keperawatan keluarga disusun berdasarkan jenis

diagnosis seperti:

1. Diagnosis sehat/wellness

Diagnosis sehat/wellness, digunakan bila keluarga mempunyai

potensi untuk ditingkatkan, belum ada maladaptif. Perumusan

diagnosis keperawatan keluarga potensial, hanya terdiri dari

komponen problem (P) saja atau P (problem) dan S

(symptom/sign), tanpa komponen etiologi.

2. Diagnosis ancaman

Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan

masalah kesehatan, namun sudah ditemukan beberapa data

maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan.

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga risiko, terdiri dari

problem (P), etiologi (E), dan symptom/sign (S).

3. Diagnosis nyata/gangguan

Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah

gangguan/masalah kesehatan di keluarga, di dukung dengan

adanya beberapa data maladaptif. Perumusan diagnosis

keperawatan keluarga nyata terdiri dari problem (P), etiologi

(E), dan symptom/sign (S).

Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap

gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi (E)

mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu:

58
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi:

a. Persepsi terhadap keparahan penyakit.

b. Pengertian.

c. Tanda dan gejala.

d. Faktor penyebab.

e. Persepsi keluarga terhadap masalah.

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:

a. Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan

luasnya masalah.

b. Masalah dirasakan keluarga.

c. Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami.

d. Sikap negatif terhadap masalah kesehatan.

e. Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.

f. Informasi yang salah.

3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit meliputi:

a. Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit?

b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

c. Sumber-sumber yang ada di dalam keluarga.

d. Sikap keluarga terhadap yang sakit.

4. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan meliputi:

a. Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan

b. Pentingnya hygiene sanitasi.

c. Upaya pencegahan penyakit.

59
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga,

meliputi:

a. Keberadaan fasilitas kesehatan.

b. Keuntungan yang didapat.

c. Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan.

d. Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga.

Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah

keperawatan keluarga, selanjutnya masalah kesehatan

keluarga yang ada perlu diprioritaskan bersama keluarga

dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana

yang dimiliki keluarga.

Tabel 2.1 Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan


Keluarga

Kriteria Bobot Skor


TSifat masalah 1 Aktual= 3
Risiko=2
a Potensial=1

Kemungkinan 2 Mudah= 2
masalah untuk Sebagian= 1
dipecahkan Tidak dapat= 0

Tinggi= 3
Potensial 1 Cukup= 2
masalah untuk Rendah =1
dicegah
Segera diatasi= 2
Menonjolnya 1 Tidak segera diatasi=
masalah 1
Tidak dirasakan adanya
( masalah= 0
(Komang Ayu Henny Achjar, 2012)

60
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada

keluarga dengan diabetes mellitus yaitu (NANDA, 2015):

a. Ketidakstabilan gula darah.

b. Gangguan rasa nyaman.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

d. Resiko komplikasi penyakit DM

e. Resiko syok hipovolemik.

f. Kerusakan integritas kulit.

Setelah dilakukan skoring menggunakan skala prioritas, maka

didapatkan diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA

(2015) dengan etiologi menurut Friedman (2010), sebagai berikut:

a. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit diabetes mellitus tipe II.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

diabetes mellitus tipe II.

c. Resiko komplikasi penyakit DM berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit diabetes mellitus tipe II.

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit diabetes mellitus tipe II.

61
2.3.3 Intervensi Keperawatan Keluarga/NIC

Tahap berikutnya setelah merumuskan diagnosis keperawatan

keluarga adalah melakukan perencanaan. Tujuan terdiri dari tujuan

jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan jangka

panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana mengatasi

problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka

pendek (tujuan khusus) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi

(E). Tujuan jangka pendek harus SMART (S=spesifik,

M=measurable/dapat diukur, A=achievable/dapat dicapai, R=reality,

T=time limited/punya limit waktu). (Komang Ayu Henny Achjar,

2012)

62
Tabel 2.2 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

No. Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
Keluarga
1 Ketidaktabilan Setelah dilakukan 1.Setelah 1. Keluarga 1. Diabetes mellitus 1. Kaji pengetahuan
kadar gula kunjungan dilakukan mampu (DM) merupakan keluarga tentang
darah sebanyak 2 hari kunjungan 1x50 menyebutkan kondisi kadar gula DM.
berhubungan keluarga mampu menit keluarga definisi DM darah sewaktu 2. Diskusikan dengan
dengan mengenal dan mampu mengenal dengan bahasa diatas 180 mg/dl keluarga tentang
ketidakmam- memahami masalah DM. sendiri. dan gula darah pengertian DM
puan keluarga bagaimana puasa diatas 125 dengan
dalam perawatan DM. mg/dl. menggunakan
merawat lembar balik dan
anggota leaflet.
keluarga yang 3. Beri kesempatan
sakit diabetes keluarga untuk
mellitus tipe bertanya.
II. 4. Beri reinforcement
positif.

2. Penyebab DM 1. Kaji pengetahuan


2. Keluarga
yaitu faktor keluarga tentang
mampu
genetik atau penyebab DM.
menyebutkan 6
keturunan, pola 2. Diskusikan dengan
dari 8 penyebab
makan yang tidak keluarga tentang
dari DM.
teratur, kurangnya penyebab DM
aktifitas fisik atau dengan
olahraga, stress, menggunakan
obesitas atau lembar balik dan

63
kegemukan, obat- leaflet.
obatan dan infeksi. 3. Beri kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
4. Berikan
reinforcement
positif.

3. Tanda dan gejala 1. Kaji pengetahuan


3. Keluarga DM yaitu sering keluarga tentang
mampu kencing, sering tanda dan gejala
menyebutkan 6 haus, rasa gatal, DM.
dari 8 tanda dan mudah lelah, 2. Diskusikan dengan
gejala DM. luka yang sulit keluarga tentang
sembuh atau tanda dan gejala DM
infeksi pada dengan
kulit, pandangan menggunakan
kabur, dan lembar balik dan
kesemutan atau leaflet.
baal. 3. Beri kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
4. Berikan
reinforcement
positif.

4. Pencegahan DM 1. Kaji pengetahuan


4. Keluarga antara lain keluarga tentang
mampu menerapkan pola pencegahan DM.
menyebutkan 5 hidup sehat 2. Diskusikan dengan

64
dari 7 cara terapkan pola keluarga tentang
pencegahan makan yang baik cara pencegahan
DM. dan sehat, jaga DM dengan
kondisi mental menggunakan
spiritual, lembar balik dan
melakukan leaflet.
aktifitas fisik 3. Keluarga bersama
secara rutin, jaga perawat
berat badan mengidentifikasi
ideal, jauhi anggota keluarga
rokok, dan yang mengalami
minuman DM.
alkohol serta 4. Beri kesempatan
komsumsi keluarga untuk
berbagai herbal bertanya.
yang dapat 5. Evaluasi kembali
mencegah DM. pengertian,
penyebab, tanda dan
gejala dan
pencegahan DM
pada keluarga.
6. Berikan pujian
kepada keluarga atas
jawaban yang benar.

1. Keluarga 1. Kaji keputusan yang


2. Setelah 1. Keluarga mampu memberi diambil keluarga.
dilakukan mengambil keputusan untuk 2. Diskusikan dengan
kunjungan 1 x keputusan dalam merawat anggota keluarga tentang
50 menit merawat anggota keluarga dengan komplikasi dari DM.

65
keluarga keluarga dengan masalah DM. 3. Bimbing dan
mampu DM. motivasi keluarga
memutuskan untuk mengambil
untuk merawat dalam menangani
anggota masalah DM.
keluarga 4. Evaluasi kembali
dengan DM. yang tentang
keputusan yang telah
dibuat.
5. Beri pujian atas
keputusan yang
diambil keluarga
dalam mengatasi
masalah DM pada
keluarga.

3. Setelah 1. Keluarga 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan


dilakukan mampu memahami keluarga tentang
kunjungan 1x50 merawat bagaimana cara merawat
menit keluarga anggota perawatan DM anggota keluarga
mampu keluarga dan mampu dengan DM.
merawat dengan diabetes menyebutkan 3 2. Diskusikan dengan
anggota mellitus dan dari 5 cara keluarga tentang
keluarga mampu mengatasi masalah merawat anggota
dengan DM. mendemonstras DM yaitu keluarga dengan
ikan bagaimana manajemen diet, DM.
cara mengatasi aktivitas dan 3. Menjelaskan dan
DM. olahraga (senam mendemonstrasikan
DM dan senam pada keluarga
kaki), pengobatan, mengenai cara

66
manajemen stress, mengatasi masalah
dan pemeriksaan DM.
berkala kadar gula 4. Evaluasi kembali
darah. tentang cara
merawat dan
mengatasi DM.
5. Berikan kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
6. Berikan pujian pada
keluarga atas
jawaban yang benar.

4. Setelah 1. Keluarga dapat 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan


dilakukan menciptakan dan memodifikasi keluarga tentang
kunjungan 1x50 memodifikasi lingkungan untuk lingkungan yang
menit keluarga lingkungan yang merawat anggota nyaman untuk
mampu dapat membantu keluarga dengan anggota keluarga
memodifikasi dalam perawatan memelihara rumah DM.
dan anggota keluarga (jangan 2. Diskusikan bersama
menciptakan dengan DM. meletakkan barang keluarga bagaimana
lingkungan sembarang), lingkungan yang
yang sehat menggunakan alas nyaman dan sehat
untuk kaki saat berjalan untuk anggota
menunjang ke luar rumah. keluarga dengan
kesehatan . DM.
keluarga. 3. Evaluasi kembali
tentang bagaimana
lingkungan yang
dapat menunjang

67
kesehatan anggota
keluarga yang sakit.
4. Beri kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
5. Berikan pujian pada
keluarga.

1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan


5. Setelah 1. Keluarga mampu memanfaatkan keluarga tentang apa
dilakukan 1x50 menyebutkan apa fasilitas kesehatan saja fasilitas
menit keluarga saja fasilitas yang ada dalam kesehatan yang ada
mampu kesehatan yang melakukan dan apa manfaat
menggunakan ada dan apa perawatan pada fasilitas kesehatan
dan keuntungan keluarga dengan tersebut.
memanfaatkan membawa masalah DM yaitu 2. Diskusikan bersama
fasilitas anggota keluarga dengan membawa keluarga apa saja
kesehatan yang yang sakit anggota keluarga fasilitas kesehatan
ada. ke fasilitas untuk kontrol dan yang ada dan
kesehatan. berobat ke bagaimana
puskesmas,rumah memanfaatkan
bidan dan RS fasilitas pelayanan
serta keluarga kesehatan tersebut.
memahami apa 3. Evaluasi kembali
keuntungannya. fasilitas kesehatan
yang bisa digunakan
dan bagaimana
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
pada semua anggota

68
keluarga.
4. Berikan kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
5. Berikan pujian pada
keluarga.

2 Nutrisi kurang Setelah dilakukan 1.Setelah dilakukan 1. Keluarga mampu 1. Diit pada pasien 1. Kaji pengetahuan
dari kebutuhan kunjungan kunjungan 1x50 menyebutkan DM adalah keluarga tentang
berhubungan sebanyak 3 hari menit keluarga definisi diit pada pengaturan jenis pengertian diit DM.
dengan keluarga mampu mampu mengenal pasien DM dan jumlah 2. Diskusikan dengan
ketidakmampu- mengenal dan dan memahami dengan bahasa makanan dengan keluarga tentang
an keluarga memahami diit pada pasien sendiri. maksud pengertian diit DM
dalam mengenal bagaimana DM. mempertahankan dengan menggunakan
diit DM tipe II. pengaturan diit dan status nutrisi lembar balik dan
pada pasien DM. dan membantu leaflet.
menyembuhkan 3. Beri kesempatan
serta pencegahan keluarga untuk
terjadinya bertanya.
komplikasi. 4. Berikan reinforcemt
positif.

2. Tujuan diit DM 1. Kaji pengetahuan


2. Keluarga mampu antara lain keluarga tentang
menyebutkan 4 mencapai dan tujuan diit DM.
dari 5 tujuan diit mempertahankan 2. Diskusikan dengan
pada DM dengan kadar glukosa darah keluarga tentang
bahasa sendiri. mendekati normal, tujuan diit DM
mencapai dan dengan menggunakan

69
mempertahankan lembar balik dan
mendekati lipid leaflet.
normal mencapai 3. Beri kesempatan
berat badan normal, keluarga untuk
mencegah bertanya.
komplikasi kronik, 4. Berikan
meningkatkan reinforcement positif.
kualitas hidup
sehingga dapat
melakukan
pekerjaan sehari-
hari seperti biasa.
3. Keluarga mampu
menyebutkan 8 3. Macam-macam diit 1. Kaji pengetahuan
dari 8 macam diit pasien diabetes keluarga tentang
pada DM. antara lain diet macam-macam diit
diabetes mellitus I, DM.
diet diabetes 2. Diskusikan dengan
mellitus II, diet keluarga tentang
diabetes mellitus macam-macam diit
III, diet diabetes DM dengan
mellitus IV, diet menggunakan lembar
diabetes mellitus V, balik dan leaflet.
diet diabetes 3. Beri kesempatan
mellitus VI. diet keluarga untuk
diabetes mellitus bertanya.
VII, diet diabetes 4. Berikan
mellitus VIII, diet I- reinforcement positif.
III diberikan kepada
pasien yang

70
mempunyai berat
badan normal, diet
VI-VIII diberikan
kepada pasien
kurus, diabetes
remaja (juvenile
diabetes) atau
diabetes dengan
komplikasi.

2.Setelah dilakukan 1. Keluarga mampu 1. Makanan yang baik 1. Kaji pengetahuan


kunjungan 1x50 menyebutkan 5 dikonsumsi keluarga tentang
menit keluarga dari 8 macam- penderita diabetes makanan yang baik
mampu merawat macam makanan antara lain makanan untuk penderita
anggota keluarga yang baik yang terbuat dari DM.
dengan DM. dikonsumsi biji-bijian utuh atau 2. Diskusikan dengan
penderita diabetes karbohidrat keluarga makanan
mellitus dengan kompleks seperti yang baik untuk
bahasa sendiri. nasi merah, kentang penderita DM
panggang, oatmeal, dengan
roti dan sereal dari menggunakan
biji-bijian utuh; lembar balik dan
daging tanpa lemak leaflet.
yang dikukus, 3. Beri kesempatan
direbus, keluarga untuk
dipanggang, dan bertanya.
dibakar; sayur- 4. Berikan
sayuran yang reinforcement
diproses dengan positif.
cara direbus,

71
dikukus,
dipanggang atau
dikonsumsi mentah.
Sayuran yang baik
dikonsumsi untuk
penderita diabetes
diantaranya brokoli
dan bayam; buah-
buahan segar;
kacang-kacangan,
termasuk kacang
kedelai dalam
bentuk tahu yang
dikukus, dimasak
untuk sup dan
ditumis; popcorn
tawar; produk
olahan susu rendah
lemak dan telur;
ikan seperti tuna,
salmon, sarden dan
makarael.
1. Kaji keputusan yang
3. Setelah 1. Keluarga mampu 1. Keluarga memberi diambil oleh
dilakukan mengambil keputusan untuk keluarga.
kunjungan 1x50 keputusan dalam merawat anggota 2. Diskusikan dengan
menit keluarga merawat anggota keluarga dengan keluarga tentang
mampu keluarga dengan masalah DM. komplikasi dari DM.
memutuskan DM. 3. Bimbing dan
untuk merawat motivasi keluarga

72
anggota untuk mengambil
keluarga keputusan dalam
dengan DM. menangani masalah
DM.
4. Evaluasi kembali
tentang keputusan
yang telah dibuat.
5. Beri pujian atas
keputusan yang
diambil keluarga
untuk mengatasi
DM pada keluarga.

4. Setelah 1. Keluarga dapat 1. Keluarga 1. Kaji pengetahuan


dilakukan menciptakan dan mampu keluarga tentang
kunjungan memodifikasi memodifikasi lingkungan yang
1x50 menit lingkungan yang lingkungan nyaman untuk
keluarga dapat membantu untuk merawat anggota keluarga
mampu dalam perawatan anggota keluarga dengan DM.
memodifikasi anggota keluarga dengan 2. Diskusikan bersama
dan dengan DM. memelihara keluarga bagaimana
menciptakan kebersihan lingkungan nyaman
lingkungan rumah (jangan dan sehat untuka
yang sehat meletakkan anggota keluarga
untuk barang dengan DM.
menunjang sembarang), 3. Evaluasi kembali
kesehatan menggunakan tentang bagaimana
alas kaki saat

73
keluarga. berjalan ke lingkungan yang
luar dari dapat menunjang
rumah. kesehatan anggota
kelaurga yang sakit.
4. Beri kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
5. Berikan pujian pada
keluarga.

5. Setelah 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan


dilakukan menyebutkan apa 1. Keluarga mampu keluarga tentang apa
kunjungan 1x50 saja fasilitas memanfaatkan saja fasilitas
menit keluarga kesehatan yan fasilitas kesehatan kesehatan dan apa
mampu ada dan apa yang ada dalam manfaat fasilitas
menggunakan keuntungan melakukan kesehatan tersebut.
dan membawa perawatan pada 2. Diskusikan bersama
memanfatkan anggota keluarga keluarga dengan keluarga apa saja
fasilitas yang sakit ke masalah DM yaitu fasilitas kesehatan
kesehatan yang fasilitas dengan membawa yang ada dan
ada. kesehatan. anggota keluarga bagaimana
untuk kontrol dan memanfaatkan
berobat ke fasilitas kesehatan
puskesmas, rumah pelayanan tersebut.
bidan dan RS serta 3. Evaluasi kembali
keluarga apa saja fasilitas
memahami apa kesehatan yang bisa
keuntungannya. digunakan dan
bagaimana
memanfaatkan

74
fasilitas pada semua
anggota keluarga.
4. Berikan kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
5. Berikan pujian pada
keluarga.

3 Resiko 1. Setelah 1. Setelah 1. Keluarga mampu 1. Komplikasi DM 1. Kaji pengetahuan


komplikasi dilakukan dilakukan menyebutkan adalah gabungan keluarga tentang
penyakit DM kunjungan kunjungan 1x50 definisi atau hadirnya komplikasi DM..
berhubungan sebanyak 3 hari menit keluarga komplikasi DM penyakit baru yang 2. Diskusikan dengan
dengan keluarga mampu mampu dengan bahasa bersarang adalam keluarga tentang
ketidakmampua mengenal dan mengenal dan sendiri. baru sebagai komplikasi DM
n keluarga memahami memahami tambahan dari dengan
dalam merawat pencegahan komplikasi pada penyakit diabetes menggunakan
anggota komplikasi DM. pasien DM. mellitus yang lembar balik dan
keluarga yang sebelumnya sudah leaflet.
sakit diabetes ada dan biasanya 3. Beri kesempatan
mellitus tipe II. disebabkan oleh keluarga untuk
penanganan yang bertanya.
lambat. 4. Beri reinforcemt
positif.
.
1. Kompilikasi 1. Kaji pengetahuan
2. Keluarga mampu diabetes mellitus keluarga tentang
menyebutkan 4 antara lain penyakit macam-macam
dari 5 komplikasi kardiovaskuler, komplikasi diabetes
diabetes mellitus penyakit ginjal mellitus.
dengan bahasa (nefropatik), 2. Diskusikan dengan

75
sendiri. penyakit mata, keluarga tentang
penyakit saraf macam-macam
(neuropati) dan komplikasi diabetes
kerentanan terhadap mellitus dengan
infeksi. menggunakan
lembar balik dan
leaflet.
3. Beri kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
4. Beri reinforcemt
positif.

3. Keluarga mampu 1. Cara pencegahan 1. Kaji pengetahuan


menyebutkan 2 dan pengendalian keluarga tentang
dari 3 cara diabetes mellitus macam-macam
pencegahan dan yaitu kontrol gula pencegahan dan
pengendalian darah, kontrol pengendalian
komplikasi tekanan darah dan diabetes mellitus.
diabetes mellitus kontrol kolesterol. 2. Diskusikan dengan
dengan bahasa keluarga tentang
sendiri. macam-macam
komplikasi diabetes
mellitus dengan
menggunakan
lembar balik dan
leaflet.
3. Beri kesempatan
keluarga untuk
bertanya.

76
4. Beri reinforcemt
positif.
1. Keluarga mampu
2. Setelah mengambil 1. Keluarga mampu 1. Kaji keputusan yang
dilakukan keputusan untuk memberikan diambil oleh
kunjungan 1x50 merawat anggota keputusan untuk keluarga.
menit keluarga keluarga dengan merawat anggota 2. Diskusikan dengan
mampu DM. keluarga dengan keluarga tentang
memutuskan masalah diabetes komplikasi dari
untuk merawat mellitus. diabetes mellitus.
anggota 3. Bimbing dan
keluarga dengan motivasi keluarga
DM. untuk mengambil
keputusan dalam
menangani masalah
diabetes mellitus.
4. Evaluasi kembali
yang telah dibuat.
5. Beri pujian atas
keputusan yang
diambil keluarga
untuk mengatasi
masalah diabetes
mellitus pada
keluarga.

3. Setelah 1. Keluarga mampu 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan


dilakukan merawat anggota memahami keluarga tentang cara
kunjungan 1x50 keluarga dengan perawatan kaki perawatan kaki
menit keluarga diabetes mellitus pada pasien anggota keluarga

77
mampu merawat dan mampu diabetes yaitu dengan diabetes
anggota mendemonstrasik periksa kakis mellitus.
keluarga dengan an bagaimana secara teratur 2. Diskusikan dengan
diabetes cara perawatan setiap hari, cuci keluarga tentang cara
mellitus. kaki pasien kaki setiap hari, perawatan kaki
diabetes mellitus. potong kuku- dengan diabetes
kuku jari kaki mellitus.
dengan hati-hati, 3. Menjelaskan dan
olesi kaki mendemontrasikan
dengan krim pada kelaurga
pelembab agar mengenai cara
tidak retak, perawatan kaki
gunakan alas anggota keluarga
kaki, pilih kaos dengan masalah
kaki dengan diabetes mellitus.
kandungan katun 4. Evaluasi kembali
yang tinggi dan tentang cara
jadwalkan perawatan kaki.
kunjungan ke 5. Berikan kesempatan
dokter. keluarga untuk
bertanya.
6. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.

4. Setelah 1. Keluarga dapat 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan


dilakukan menciptakan dan memodifikasi tentang lingkungan
kunjungan 1x50 memodifikasi lingkungaan untuk yang nyaman untuk
menit keluarga lingkungan yang merawat anggota anggota keluarga
mampu dapat membantu keluarga dengan dengan diabetes

78
memodifikasi perawatan anggota memelihara mellitus.
dan keluarga dengan kebersihan rumah 2. Diskusikan bersama
menciptakan diabetes mellitus. (jangan keluarga bagaimana
lingkungan yang meletakkan lingkungan yang
sehat untuk barang nyaman dan sehat
menunjang sembarangan), untuk anggota
kesehatan menggunakan alas keluarga dengan
keluarga. kaki saat berjalan diabetes mellitus.
ke luar dari 3. Evaluasi kembali
rumah. tentang bagaimana
lingkungan yang
dapat menuinjang
kesehatan anggota
keluarga yang sakit.
4. Beri kesemapatan
keluarga untuk
bertanya.
5. Berikan pujian pada
keluarga.

5. Setelah 1. Keluarga mampu 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan


dilakukan menyebutkan apa memanfaatkan tentang apa saja
kunjungan 1x50 saja fasilitas fasilitas kesehatan fasilitas kesehatan
menit keluarga kesehatan yang yang ada dalam yang apa manfaat
mampu ada dan apa melakukan fasilitas kesehatan
menggunakan keuntungan perawatan pada tersebut.
dan membawa keluarga dengan 2. Diskusikan bersama
memanfaatkan anggota keluarga masalah diabetes keluarga apa saja
fasilitas yang sakit ke mellitus yaitu fasilitas kesehatan
kesehatan yang fasilitas dengan membawa yang ada dan

79
ada. kesehatan. anggota keluarga bagaimana
untuk kontrol dan memanfaatkan
berobat ke fasilitas kesehatan
puskesmas, rumah tersebut.
bidan dan RS serta 3. Evaluasi kembali
keluarga apa saja fasilitas
memahami kesehatan yang bisa
keuntungannya. digunakan dan
bagaimana fasilitas
kesehatan pada
semua anggota
keluarga.
4. Beri kesemapatan
keluarga untuk
bertanya.
5. Berikan pujian pada
keluarga.

4 Kerusakan Setelah 3 hari 1. Setelah 1. Keluarga mampu 1. Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan
integritas kulit keluarga dilakukan melakukan mengetahui tata keluarga tentang
berhubungan memahami edukasi selama tindakan cara perawatan perawatan luka.
dengan tentang 60 menit, perawatan luka. pada kerusakan 2. Diskusikan dengan
ketidakmampu- pencegahan dan keluarga mampu jaringan integritas keluarga tata cara
an keluarga perawatan mengenal kulit. perawatan luka.
merawat diabetes mellitus. tentang 1. Perawatan 3. Jelaskan tata cara
anggota perawatan luka. terhadap luka perawatan luka dan
keluarga yang basah. mendemonstrasikan.
sakit diabetes 2. Sebelum 4. Cuci tangan
mellitus tipe II. bekerja cuci sebelum dan
tangan dengan sesudah melakukan

80
bersih di air perawatan luka.
yang
mengalir.
3. Gunakan
sarung
tangan.
4. Bersihkan
area luka
dengan air
hangat/naCL
cairan infus).
5. Bersihkan
dari kotoran
yang
menempel
atau jaringan
mati/nekrosis.
6. Setelah itu
memberikan
betadin
kompres pada
luka setelah
itu di tutup
pakai kassa
steril dan
dilakukan
setiap hari
sampai
sembuh.
7. Untuk luka

81
garuk atau
luka lecet
cukup
dibersihkan
pakai
desinfektan
larutan
betadin.
1. Kaji pengetahuan
2. Keluarga dapat 1. Keluarga mampu 1. Keluarga mampu keluarga tentang apa
menggunakan menyebutkan apa memanfatatkan saja fasilitas
dan saja fasilitas fasilitas kesehatan kesehatan tersebut.
memanfatkan kesehatan yang yang ada dalam 2. Diskusikan bersama
fasilitas ada dan apa melakukan keluarga apa saja
kesehatan keuntungan perawatan pada fasilitas kesehatan
untuk membawa keluarga dengan yang ada dan
perawatan anggota keluarga masalah diabetes memanfaatkan
anggota yang sakit ke mellitus yaitu fasilitas pelayanan
keluarga fasilitas dengan membawa kesehatan tersebut.
dengan DM. kesehatan. anggota keluarga 3. Memanfaatkan
untuk kontrol dan fasilitas pada semua
berobat ke anggota keluarga.
puskesmas, rumah 4. Berikan kesempatan
bidan dan RS serta keluarga untuk
keluarga bertanya.
memahami apa 5. Jelaskan kembali
keuntungannya. tahapan-tahapan
perawatan luka dan
manfatnya.

82
3. Keluarga 1. Keluarga mampu 1. Keluarga dapat 1. Motivasi keluarga
mampu memutuskan mengambil agar lebih
mengambil tindakan yang keputusan yang bersemangat dalam
keputusan. akan dilakukan. tepat untuk tindakan perawatan
melakukan luka.
perawatan luka 2. Jelaskan kembali
dan pentingnya
memanfaatkan kunjungan
fasilitas pelayanan kesehatan ke
kesehatan. fasilitas kesehatan
guna perawatan dan
pengobatan DM.
3. Memberi
kesempatan untuk
bertanya.
4. Memberi pujian atas
tindakan diambil.
5. Kolaborasi dengan
dokter memberikan
obat antibiotik.
4. Keluarga
mampu merawat 1. Keluarga dapat 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan
anggota merawat luka memahami keluarga tentang cara
keluarga yang diabetes mellitus perawatan perawatan kaki
sakit. dan mampu kerusakan anggota keluarga
mendemonstrasika jaringan pada dengan diabetes
n cara perawatan DM. mellitus.
luka. 2. Diskusikan dengan
keluarga tentang cara
perawatan kaki

83
dengan diabetes
mellitus.
3. Menjelaskan dan
mendemontrasikan
pada kelaurga
mengenai cara
perawatan kaki
anggota keluarga
dengan masalah
diabetes mellitus.
4. Evaluasi kembali
tentang cara
perawatan kaki.
5. Berikan kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
6. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.

5. Keluarga 1. Keluarga dapat 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan


mampu menciptakan dan memodifikasi tentang lingkungan
memodifikasi memodifikasi lingkungaan untuk yang nyaman untuk
dan lingkungan yang merawat anggota anggota keluarga
menciptakan dapat membantu keluarga dengan dengan diabetes
lingkungan yang perawatan memelihara mellitus.
sehat untuk anggota keluarga kebersihan rumah 2. Diskusikan bersama
menunjang dengan diabetes (jangan keluarga bagaimana
kesehatan mellitus. meletakkan lingkungan yang
keluarga. barang nyaman dan sehat

84
sembarangan)men untuk anggota
ggunakan alas keluarga dengan
kaki saat berjalan diabetes mellitus.
ke luar dari 3. Evaluasi kembali
rumah. tentang bagaimana
lingkungan yang
dapat menuinjang
kesehatan anggota
keluarga yang sakit.

Sumber: Zikra (2017)

85
2.3.4 Implementasi Keperawatan Keluarga

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan

program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari

keluarga, memandirikan keluarga. Seringkali perencanaan program yang

sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk merenacanakan

implementasi (Komang Ayu Henny Achjar, 2012).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi

merupakan sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dengan

program kerja dan efektifitas dari serangkaian program yang digunakan

terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai

(Komang Ayu Henny Achjar, 2012). Program evaluasi dilakukan untuk

memberikan informasi kepada perencana program dan pengambil

kebijakan tentang efektivitas dan efisiensi program. Evaluasi merupakan

sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program

sudah sesuai rencana dan tuntutan keluarga.

Evaluasi digunakan untuk mengetahui seberapa tujuan yang ditetapkan

telah tercapai dan apakah intervensi yang dilakukan efektif untuk keluarga

setempat sesuai dengan kondisi dan situasi keluarga, apakah sesuai dengan

rencana atau apakah dapat mengatasi masalah keluarga. Evaluasi ditujukan

untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan keluarga dan program apa

yang dibutuhkan keluarga, apakah media yang digunakan tepat, ada

tidaknya program perencanaan yang dapat diimplementasikan, apakah

program dapat menjangkau keluarga, siapa yang menjadi target sasaran

86
program, apakah program yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan

keluarag. Evaluasi juga bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dalam

perkembangan program dan penyelesainnya.

Program evaluasi dilaksanakan untuk memastikan apakah hasil

program sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan, memastikan biaya

program, sumber daya dan waktu pelaksanaan program yang telah

dilakukan. Evaluasi juga diperlukan untuk memastikan apakah prioritas

program terkait keefektifannya.

Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur. proses dan hasil. Evaluasi

program merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi

sebagai dasar proses pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan

upaya pelayanan kesehatan. Evaluasi proses, difokuskan pada urutan

kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat

diukur melalui perubahan pengetahuan (knoewledge), sikap (attitude) dan

perubahan perilaku.

Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk

umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif

dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi tentang

efektivitas pengambilan keputusan.

87

Anda mungkin juga menyukai