Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KONSEP TEORI

I. PENGERTIAN
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John
(2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan
hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau
berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.

II. KLASIFIKASI

Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and Diagnosis of
Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:

1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami obesitas ,
dan DMTTI dengan obesitas)
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c. Diabetes Kehamilan (GDM)
2. Klasifikasi risiko statistik
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan hormon
insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan
untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan
mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah
produksi insulin.
III. ETIOLOGI
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi
atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon
abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar
yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.
Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-
mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan
DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan
oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya
terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga
Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang
lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etni

IV. PATOFISIOLOGI
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti
sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi
dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan
setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein
(Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi
lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi
insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini
menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi
hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah
meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang
batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak
bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula
yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria.
Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria.
Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga
pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut
polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-
sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi
menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa
lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak
yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman
darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh
berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita
berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan
terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995).

V. GEJALA KLINIS
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila
menderita dua dari tiga gejala yaitu
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes
Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal,
Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
VI. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada
gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a. Neuropati diabetik
b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0 : tidak ada luka
2) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III : terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

VII. PENEGAKKAN DIAGNOSTIK


Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah
yang meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya di
atas 140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada satu kali pemeriksaan
atau lebih merupakan criteria diagnostik penyakit DM.

VIII. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik
pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
c. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.
1) Diit DM I : 1100 kalori
2) Diit DM II : 1300 kalori
3) Diit DM III : 1500 kalori
4) Diit DM IV : 1700 kalori
5) Diit DM V : 1900 kalori
6) Diit DM VI : 2100 kalori
7) Diit DM VII : 2300 kalori
8) Diit DM VIII: 2500 kalori

Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
· J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
· J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
· J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita,
penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR=
berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR = X 100 %
TB (cm) – 100

Kurus (underweight)
Ø Kurus (underweight) : BBR < 90 %
Ø Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
Ø Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
Ø Obesitas, apabila : BBR > 120 %
Ø Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
Ø Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
Ø Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
Ø Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja
biasa adalah:
v kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
v Normal : BB X 30 kalori sehari
v Gemuk : BB X 20 kalori sehari
v Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½ jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan
glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak
menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1). Mekanisme kerja sulfanilurea
· kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
· kerja OAD tingkat reseptor
2). Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
(a) Biguanida pada tingkat prereseptor  ekstra pankreatik
Ø Menghambat absorpsi karbohidrat
Ø Menghambat glukoneogenesis di hati
Ø Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
(c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves
Beberapa cara pemberian insulin
1). Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan
absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
§ lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam
memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat
suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
§ Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah
suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit
setelah suntikan.
2). Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
3). Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
§ Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan
intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.
§ Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi
apabila terdapat penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat.
4). Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan
degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan
untuk terapi koma diabetik.
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik


2. PK : Infeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis.
4. PK: Hipo / Hiperglikemi
5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan sirkulasi,
imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi aktifitas,
penurunan kekuatan otot
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan sumber
informasi.
8. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit
9. Sindrom deficit self care b/d kelemahan, penyakitnya

RENPRA DM

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan askep Manajemen nyeri :
injuri fisik …. jam tingkat· Kaji tingkat nyeri secara
kenyamanan dg KH: komprehensif termasuk lokasi,
· Klien mengatakan karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri berkurang (skala 2- kualitas
3) · Observasi reaksi nonverbal
· ekspresi wajah tenang dari ketidaknyamanan.
· v/s dbn (TD 120/80· Gunakan teknik komunikasi
mmHg, N: 60-100 terapeutik untuk mengetahui
x/mnt, RR: 16-20x/mnt) pengalaman nyeri klien
· Klien dapat istirahat sebelumnya.
dan tidur · Kontrol lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
· Kurangi presipitasi nyeri.
· Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologis/non
farmakologis)..
· Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi, distraksi
dll) untuk mengetasi nyeri..
· Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
· Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
· Kolaborasi dengan dokter bila
ada komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil.
· Monitor penerimaan klien
tentang manajemen nyeri.

Administrasi analgetik :.
· Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
· Cek riwayat alergi..
· Tentukan analgetik pilihan,
rute pemberian dan dosis
optimal.
· Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian analgetik.
· Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri muncul.
· Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala efek samping.
2 PK : Infeksi Setelah dilakukan askep · Pantau tanda dan gejala infeksi
… jam perawat akan primer & sekunder
menangani / mengurangi · Bersihkan lingkungan setelah
komplikasi defsiensi dipakai pasien lain.
imun · Batasi pengunjung bila perlu.
· Intruksikan kepada keluarga
untuk mencuci tangan saat
kontak dan sesudahnya.
· Gunakan sabun anti miroba
untuk mencuci tangan.
· Lakukan cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan.
· Gunakan baju dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
· Pertahankan teknik aseptik
untuk setiap tindakan.
· Lakukan perawatan luka dan
dresing infus setiap hari.
· Amati keadaan luka dan
sekitarnya dari tanda – tanda
meluasnya infeksi
· Tingkatkan intake nutrisi.dan
cairan
· Berikan antibiotik sesuai
program.
· Monitor hitung granulosit dan
WBC.
· Ambil kultur jika perlu dan
laporkan bila hasilnya positip.
· Dorong istirahat yang cukup.
· Dorong peningkatan mobilitas
dan latihan.
· Ajarkan keluarga/klien tentang
tanda dan gejala infeksi.
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan askep Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari …. jam klien· kaji pola makan klien
kebutuhan tubuh menunjukan status· Kaji adanya alergi makanan.
b/d intake nutrisi in nutrisi adekuat· Kaji makanan yang disukai
adekuat dibuktikan dengan BB oleh klien.
stabil tidak terjadi mal· Kolaborasi dg ahli gizi untuk
nutrisi, tingkat energi penyediaan nutrisi terpilih sesuai
adekuat, masukan nutrisi dengan kebutuhan klien.
adekuat · Anjurkan klien untuk
meningkatkan asupan nutrisinya.
· Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
· Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi dan pentingnya
bagi tubuh klien.

Monitor Nutrisi
· Monitor BB setiap hari jika
memungkinkan.
· Monitor respon klien terhadap
situasi yang mengharuskan klien
makan.
· Monitor lingkungan selama
makan.
· Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan dengan
waktu klien makan.
· Monitor adanya mual muntah.
· Monitor adanya gangguan
dalam proses mastikasi/input
makanan misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
· Monitor intake nutrisi dan
kalori.
4 PK: Hipo / Setelah dilakukan askep Managemen Hipoglikemia:
Hiperglikemi …… jam diharapkan· Monitor tingkat gula darah
perawat akan menangani sesuai indikasi
dan meminimalkan· Monitor tanda dan gejala
episode hipo / hipoglikemi ; kadar gula darah <
hiperglikemia. 70 mg/dl, kulit dingin, lembab
pucat, tachikardi, peka rangsang,
gelisah, tidak sadar , bingung,
ngantuk.
· Jika klien dapat menelan
berikan jus jeruk / sejenis jahe
setiap 15 menit sampai kadar
gula darah > 69 mg/dl
· Berikan glukosa 50 % dalam
IV sesuai protokol
· K/P kolaborasi dengan ahli gizi
untuk dietnya.
Managemen Hiperglikemia
§ Monitor GDR sesuai indikasi
§ Monitor tanda dan gejala diabetik
ketoasidosis ; gula darah > 300
mg/dl, pernafasan bau aseton,
sakit kepala, pernafasan
kusmaul, anoreksia, mual dan
muntah, tachikardi, TD rendah,
polyuria, polidypsia,poliphagia,
keletihan, pandangan kabur atau
kadar Na,K,Po4 menurun.
§ Monitor v/s :TD dan nadi sesuai
indikasi
§ Berikan insulin sesuai order
§ Pertahankan akses IV
§ Berikan IV fluids sesuai
kebutuhan
§ Konsultasi dengan dokter jika
tanda dan gejala Hiperglikemia
menetap atau memburuk
§ Dampingi/ Bantu ambulasi jika
terjadi hipotensi
§ Batasi latihan ketika gula darah
>250 mg/dl khususnya adanya
keton pada urine
§ Pantau jantung dan sirkulasi
( frekuensi & irama, warna kulit,
waktu pengisian kapiler, nadi
perifer dan kalium
§ Anjurkan banyak minum
§ Monitor status cairan I/O sesuai
kebutuhan
4 Kerusakan Setelah dilakukan Wound care
integritas jaringan askep .... jam Wound· Catat karakteristik
faktor mekanik: healing meningkat: luka:tentukan ukuran dan
perubahan Dengan criteria kedalaman luka, dan klasifikasi
sirkulasi, imobilitas Luka mengecil dalam pengaruh ulcers
dan penurunan ukuran dan peningkatan· Catat karakteristik cairan secret
sensabilitas granulasi jaringan yang keluar
(neuropati) · Bersihkan dengan cairan anti
bakteri
· Bilas dengan cairan NaCl 0,9%
· Lakukan nekrotomi K/P
· Lakukan tampon yang sesuai
· Dressing dengan kasa steril
sesuai kebutuhan
· Lakukan pembalutan
· Pertahankan tehnik dressing
steril ketika melakukan
perawatan luka
· Amati setiap perubahan pada
balutan
· Bandingkan dan catat setiap
adanya perubahan pada luka
· Berikan posisi terhindar dari
tekanan
5 Kerusakan Setelah dilakukan Askep Terapi Exercise : Pergerakan
mobilitas fisik b/d .... jam dapat sendi
nyeri, intoleransi teridentifikasi Mobility· Pastikan keterbatasan gerak
aktifitas, penurunan level sendi yang dialami
kekuatan otot Joint movement: aktif. · Kolaborasi dengan fisioterapi
Self care:ADLs · Pastikan motivasi klien untuk
Dengan criteria hasil: mempertahankan pergerakan
· Aktivitas fisik sendi
meningkat · Pastikan klien untuk
· ROM normal mempertahankan pergerakan
· Melaporkan perasaan sendi
peningkatan kekuatan· Pastikan klien bebas dari nyeri
kemampuan dalam sebelum diberikan latihan
bergerak · Anjurkan ROM Exercise aktif:
· Klien bisa melakukan jadual; keteraturan, Latih ROM
aktivitas pasif.
· Kebersihan diri klien· Exercise promotion
terpenuhi walaupun· Bantu identifikasi program
dibantu oleh perawat latihan yang sesuai
atau keluarga · Diskusikan dan instruksikan
pada klien mengenai latihan yang
tepat
· Exercise terapi ambulasi
· Anjurkan dan Bantu klien
duduk di tempat tidur sesuai
toleransi
· Atur posisi setiap 2 jam atau
sesuai toleransi
· Fasilitasi penggunaan alat
Bantu

Self care assistance:


· Bathing/hygiene, dressing,
feeding and toileting.
· Dorong keluarga untuk
berpartisipasi untuk kegiatan
mandi dan kebersihan diri,
berpakaian, makan dan toileting
klien
· Berikan bantuan kebutuhan
sehari – hari sampai klien dapat
merawat secara mandiri
· Monitor kebersihan kuku, kulit,
berpakaian , dietnya dan pola
eliminasinya.
· Monitor kemampuan
perawatan diri klien dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari
· Dorong klien melakukan
aktivitas normal keseharian
sesuai kemampuan
· Promosi aktivitas sesuai usia
6 Kurang Setelah dilakukan Teaching : Dissease Process
pengetahuan askep .... jam jam, · Kaji tingkat pengetahuan klien
tentang penyakit pengetahuan klien dan keluarga tentang proses
dan perawatan nya meningkat penyakit
b/d kurang paparan Dg KH: · Jelaskan tentang patofisiologi
terhadap informasi,· Klien / keluarga penyakit, tanda dan gejala serta
terbatasnya mampu menjelaskan penyebab yang mungkin
kognitif kembali apa yang telah· Sediakan informasi tentang
dijelaskan kondisi klien
· Klien /keluarga· Siapkan keluarga atau orang-
kooperatif saat orang yang berarti dengan
dilakukan tindakan informasi tentang perkembangan
klien
· Sediakan informasi tentang
diagnosa klien
· Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
kontrol proses penyakit
· Diskusikan tentang pilihan
tentang terapi atau pengobatan
· Jelaskan alasan
dilaksanakannya tindakan atau
terapi
· Gambarkan komplikasi yang
mungkin terjadi
· Anjurkan klien untuk
mencegah efek samping dari
penyakit
· Gali sumber-sumber atau
dukungan yang ada
· Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda dan gejala
yang muncul pada petugas
kesehatan
· kolaborasi dg tim yang lain.
7 Sindrom defisit self Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri
care b/d kelemahan asuhan keperawatan …· Monitor kemampuan pasien
jam klien mampu terhadap perawatan diri
Perawatan diri · Monitor kebutuhan akan
Self care :Activity Daly personal hygiene, berpakaian,
Living (ADL) dengan toileting dan makan
indicator : · Beri bantuan sampai klien
· Pasien dapat melakukan mempunyai kemapuan untuk
aktivitas sehari-hari merawat diri
(makan, berpakaian,· Bantu klien dalam memenuhi
kebersihan, toileting, kebutuhannya.
ambulasi) · Anjurkan klien untuk
· Kebersihan diri pasien melakukan aktivitas sehari-hari
terpenuhi sesuai kemampuannya
· Pertahankan aktivitas
perawatan diri secara rutin
· Evaluasi kemampuan klien
dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
· Berikan reinforcement atas
usaha yang dilakukan dalam
melakukan perawatan diri sehari
hari.

Anda mungkin juga menyukai