Pengertian
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai meningkatnua tekanan darah baik secara systole
maupun diastole secara hilang timbul atau menetap (diatas 140 mmHg dan diatas 90 )
B. Klasifikasi
Seventh Report Joint National Committee untuk pencegahan, deteksi dan
penatalaksanaan tekanan darah tinggi merekomendasikan bahwa faktor teriko pesien
perlu dipertimbangkan dalam menentukan tata laksana hipertensi.
Pasien dengan faktor resiko yang lebih banyak harus ditangani dengan lebih agresif
Jika penderita mempunyai tekanan darah yang tidak termasuk dalam satu kriteria maka
ia termasuk dalam kriteria yang lebih tinggi. Misalnya 180/120 mmHg maka penderita
digolongkan sebagai hipetensi tingkat berat. Apabila penderita memiliki kerusakan atau
resiko hipertensi makan harus disebutkan. Misalnya hipertensi tingkat 2 dengan DM.
C. Jenis Hipertensi
1. Hipertensi Primer
Merupakan hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Penderitanya sekitar 95%
orang.
Faktor resiko:
Faktor Keturunan
Seseorang dengan keturunan hepertensi berkemungkinan besar untuk terkena
hipertensi
Usia
Jika umur bertambah maka semakin meningkatnya TD seseorang
Jenis kelamin
Perempuan mempunyai tekanan darah yang lebih rendah daripada Laki-laki
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan hipertensi adalah
- Konsumsi garam yang tinggi >30%
- Kegemokan/ obesitas
- Stress
- Merokok
- Minuman beralkohol
- Obat-obatan (efedrin, prednisone, epinefrin)
2. Hipertensi Sekunder
Merupakan hipertensi yang terjadi karena adanya penyebab yang jelas.
Misalnya :
- Tumor otaki
- Kokain, epoetin alfa, terapi pengganti estrogen, obat-obatan anti
imflamasi, kontrasespi oral, stimulant saraf simpatik
- Sindrom Cushing
- Penyakit parenkim dan stenosis arteri renalis
stenosis arteri renalis : menunnya aliran darah ke ginjal sehingga terjadi
pengaktifan baroreseptor giljal yang merangsang lepasnya rennin dan
angiotensin II yang dapat meningkatkan tekanan darah naik
- Kehamilan
Merupakan peningkatan tekanan darah ≥140/90 mmHg yang terjadi
setelah kandungan berusia 20 minggu pada wanita non-hipertensi dan
membalik pada 12 minggu pascapartum.
D. Etiologi
1. Genetik
2. Obesitas : Karena tingginya insulin yang menyabakan TD meningkat
3. Stress karena lingkungan
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua sarta terjadinya
pelebaran pembuluh darah
Pada orang tua hipertemsi terjadi karena terjadinya perubahan elastisitas pada dinding
aorta, katub jantung yang menebal dan menjadi kaku, ketidakelastisannya pembuluh
darah.
E. Patofisologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor yang terletak diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jajras saraf
simpatik , yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolummna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Ransangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistim syaraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron pre-ganglion melepaskan setilkolin yang akan
merangsang serabut syaraf pasca panglion ke pembuluh darah dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstraksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
ransangan vasokonstiktor. Orang dengan hipertensi sangat sensitive dengan norepinefrin,
meskipun tidak diketahui mengapa hal tersebut tidak diketahui.
Pada saat bersamaan sistim syaraf simpatiff meransang pembuluh darah dengan
ransangan yang emosi, kelenjar adrenal juga meransang juga memgakibatkan tambahan
aktifitas vasokonstriksi. Medulla adrenal menyekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin yang dilepaskan meransang terbentuknya angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya meransang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan intravascular. Hal ini cenderung
merupakan faktor pencetus hipertensi.
Faktor Predisposisi
Meransang Pusat
Vasomotor
kortisol dan steroid lainnya disekresikan kelenjar medula adrenal juga terasang untuk menyekresikan
oleh kelenjar korteks adrenal epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi
terjadinya hipertensi
F. Tanda dan gejala
Gejala umum yang timbul akibat menderita hipertensi tidak sama setiap orang, bahkan
terkadang timbul tanpa adanya gejala. Secara umum gejala yag dikeluhkan orang ya
ng terkena hipertensi sebagai berikut:
1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging
Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga,terkadang disertai mual dan muntah,akibat peningkatan
tekanan darah intrakranal
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Albuminuria pada hepertensi karena kelainan parenkim ginjal
b. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal
dengan gagal ginjal akut
c. Darah perifer lengkap
d. Kimi darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)
2. EKG
a. Hipertrofi ventrikel dekster
b. Iskemia atau infark miokard
c. Peninggian gelombang P
d. Gangguan konduksi
3. Foto Rontgen
a. Bentu dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta
b. Pembendungan, lebarnya paru
c. Hipertrofi perenkim ginjal
d. Hipertrofi vaskulas ginjal
H. Penatalaksanaan
Tujuan dekesi dan penatalaksanan adalah menurunkan resiko penyakit kardiovaskular
dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan
mempertahankan terkanan darah dan mengontrol faktor resiko.
1. Pengobatan non-farmakologis
a. Pengaturan diet
Diet dan pola hidup sehat dapat menurunkan gejala jantung. Dietnya adalah:
Diae garam
Diet rendah garam dapat menimbulkan tekanan darah pada klien hipertensi.
Dengan pengurangan mengkonsumsi garam dapat mengurangi stimulasi
sistim rennin-angiotensin sehingga berpotensi sebagai anti hipertensi.
Diet tinggi kalium
Dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum jelas.
Pemberian kalium intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya
dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding vascular
Diet kaya buah dan sayur
Diet rendah kolesterol sebagai pencegahan terjadinya jantung koroner
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, dengan cara menurunkan berat badan dapat mengurangi
tekanan darah, kemungkinan dapat mengurangi kerja jantung.
c. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang jugadapat menurunkan tekanan
darah dan memperbaiki kerja jantung. Olahraga meningkatkan kadak HDL yang
dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi
d. Perbaiki gaya hidup
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Merokok dapat menurunkan
aliranb darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung
2. Penatalaksaan Medis
a. Terapi Oksigen
b. Pemantauan Hemodinamik
c. Pemantauan jantung
d. Obat-obatan
Diuretik: chlorthalidone, Hydromox, Lasix, Aldactone, Dyrenium
Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah
jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan akskresi garam dan airnya.
Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau arteri
denga mengintervensi influks yang dibutuhkan untuk kontraksi. Dengan
demikian penyekat karlsium memiliki kemampuan untuk menurunkan
kecepatan denyut jantung.
Pengambat enzim pengubah angiotensin I dan II atau inhibitor ACE
Antagonis (penyekat) reseptor beta, terutama penyekat selektif, bekerja pada
reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah
jantung
Antagonis reseptot alfa, menghambat reseptor alfa di otot polos vascular yang
bekerja normal berespon terhadap ransangan saraf simpatik dengan
vasokontriksi. Hal ini akan menurukan tekanan TPR (tekanan prefer resisten/
keadaan pembuluh darah)
Vasodilator arteriol langsung dapat digunakan untuk menurunkan TPR.
Misalnya: Natrium, Nitroprusida, Hidralazin, Nitrogliserin, dll
I. Komplikasi
1. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh lain selain otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan penebalan sehingga aliran darah ke otak menjadi berkurang.
2. Infark miokard dapat terjdi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau terbentuknya thrombus yang
menghambat aliran darah.
3. Gagal ginjal dapat terjadi akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerolus ginjal.
Gengan rusaknya glomerolus maka aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut hipoksik dan kematian. Dengan rusaknta glomerolus maka protein akan
keluar melalui urine sehingga terkanan osmotic koloid plasma berkurang san
menyebabkan edeme, yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
4. Ensefalopati (kerusakan otak)
J. Penggolongan Obat
1. Diuretik
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dan
menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan air.
Khasiat antihipertensi diuretik adalah berawal dari efeknya meningkatkan ekskresi
natrium, klorida, dan air, sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel.
TD turun akibat berkurangnya curah jantung, sedangkan resistensi perifer tidak
berubah pada awal terapi. Pada pemberian kronik, volume plasma kembali tetapi
masih kira-kira 5% dibawah nilai sebelum pengobatan. Curah jantung kembali
mendekati normal.TD tetap turun karena sekarang resistensi perifer menurun.
Vasodilatasi perifer yang terjadi kemudian tampaknya bukan efek langsung tiazid
tetapi karena adanya penyesuaian pembuluh darah perifer terhadap pengurangan
volume plasma yang terus-menerus. Kemungkinan lain adalah berkurangnya volume
cairan interstisial berakibat berkurangnya kekakuan dinding pembuluh darah dan
bertambahnya daya lentur (compliance) vaskular.
a. Diuretik tiazid
Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle tebal,
yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena
efeknya yang boros kalium.
Tablet hydroclorothiazide ( HTC )
Golongan obat antihipertnsi ini merupakan obat antihipertensi yang prosesnya
melalui pengeluaran cairan tubuh via urin. Golongan antihipertensi ini cukup
cepat menurunkan tekanan darah namun dengan prosesnya yang melalui
pengeluaran cairan, ada kemungkinan besar potassium ( kalium ) terbuang.
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga
volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun. Dan
menghambat reabsorpsi natrium dan klorida dalam pars asendens ansa henle tebal
dan awal tubulus distal. Hilangnya K+, Na+, dan Cl- menyebabkan peningkatan
pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium menyebabkan turunnya GFR.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi
keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.
Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis hati,
gagal ginjal kronis, hipertensi, Obat awal yang ideal untuk hipertensi, edema
kronik, hiperkalsuria idiopatik. Digunakan untuk menurunkan pengeluaran urin
pada diabetes inspidus (GFR rendah menyebabkan peningkatan reabsorpsi dalam
nefron proksimal, hanya berefek pada diet rendah garam)
Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada
kehamilan, hiperurisemia, hiperkalsemia, oliguria, anuria, kelemahan, penurunan
aliran plasenta, alergi sulfonamide, gangguan saluran cerna.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr, Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/ 12 – 24 jam
b. Loop Diuretic
Lebih potensial dibandingkan tiazid dan harus digunakan dengan hati-hati untuk
menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat mengakibatkan hipokalemia, sehingga
kadar kalium harus dipantau ketat. (Furosemid/Lasix)
Furosemide
Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix.
Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke
dalam intersitium pada ascending limb of henle dan menghambat reabsorpsi
klorida dalam pars asendens ansa henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam urin.
Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan
hipertensi. Juga edema, edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan.
Kadangkala digunakan untuk menurunkan kadar kalium serum.Edema paru akut,
edema yang disebabkan penyakit jantung kongesti, sirosis hepatis, nefrotik
sindrom, hipertensi.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare. Hiponatremia,
hipokalemia, dehidrasi, hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas,
alergi sulfonamide, hipomagnesemia, alkalosis hipokloremik, hipovolemia.
Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit
meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama
asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila diberikan bersamaan.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
Dosis : Dewasa 40 mg/hr, Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr
d. Diuretik Osmotik
Menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorpsi ion dalam ginjal.
(Manitol/Resectisol)
MANITOL (MIS. RESECTISOL)
Mekanisme kerja : secara osmotic menghambat reabsorpsi natrium dan air.
Awalnya menaikkan volume plasma dan tekanan darah.
Indikasi : gagal ginjal akut, glaucoma, sudut tertutup akut, edema otak, untuk
menghilangkan kelebihan dosis beberapa obat.
Efek tak diinginkan : sakit kepala, mual, muntah, menggigil, pusing, polidipsia,
letargi, kebingungan, dan nyeri dada.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
2. Anti Adrenergik
Agonis adrenergik meningkatkan tekanan darah dengan merangsang jantung (reseptor
ß1) dan/atau membuat konstriksi pembuluh darah perifer (reseptor α1). Pada pasien
hipertensi, efek adrenergik dapat ditekan dengan menghambat pelepasan agonis
adrenergik atau melakukan antagonisasi reseptor adrenergik.
a. Penghambat pelepasan adrenergik prasinaptik;
Dibagi menjadi antiadrenergik “sentral” dan “perifer”. Antiadrenergik sentral
mencegah aliran keluar simpatis (adrenergic) dari otak dengan mengaktifkan reseptor
α2 penghambat. Antiadrenergik perifer mencegah pelepasan norepinefrin dari
terminal saraf perifer (misal yang berakhir di jantung). Obat-obat ini mengosongkan
simpanan norepinefrin dalam terminal-terminal saraf.
b. Blocker alfa dan beta
Bersaing dengan agonis endogen memperebutkan reseptor adrenergik. Penempatan
reseptor α1 oleh antagonis menghambat vasokontriksi dan penempatan reseptor ß1
mencegah perangsangan adrenergik pada jantung.
B. ANTAGONIS RESEPTOR-ALFA
Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal berespon terhadap
rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.
OBAT ANTI ADREGERNIK SENTRAL.
1) METILDOPA
Nama Dagang: Dopamet (Alpharma), Medopa (Armoxindo), Tensipas (Kalbe Farma),
Hyperpax (Soho)
Indikasi: Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek
segera.
Kontraindikasi: depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas
Efek samping: mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan
hati, anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan
hidung tersumbat
Peringatan: mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal,
disarqankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Metildopa memiliki faktor resiko B pada
kehamilan
Dosis dan aturan pakai: oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari,
infus intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.
OBAT ANTIADRENERGIK PERIFER
1) RESERPIN (MIS. SERPASIL)
Mekanisme kerja : sebagian mengosongkan simpanan katekolamin pada system saraf perifer
dan mungkin pada SSP. Menurunkan resistensi perifel total, frekuensi jantung, dan curah
jantung.
Indikasi : jarang digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang. Tidak dianjurkan pada
kelainan psikiatri.
Efek tak diinginkan : “dominan parasimpatik” (brakikardi, diare, bronkokonstriksi, peningkatan
sekresi), penurunan kontraktilitas dan curah jantung, hipotensi postural (mengosongkan
norepinefrin sehingga menghambat vasokonstriksi), ulkus peptikum, sedasi, dan depresi bunuh
diri, gangguan ejakulasi, ginekomastia. Risiko hipertensi balik rendah karena durasi kerja lama.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
2) GUANETIDIN (MIS. ESIMEL)
Mekanisme kerja : ditempatkan ke dalam ujung saraf adrenergic. Awalnya melepaskan
norepinefrin (meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung). Lalu mengosongkan
norepinefrin dari terminal dan mengganggu pelepasannya. Kemudian tidak terjadi refleks
takikardi karena kosongnya norepinefrin.
Indikasi : hipertensi berat jika obat lain gagal. Jarang digunakan.
Efek tak diinginkan : peningkatan awal frekuensi jantung dan tekanan darah (disebabkan
pelepasan norepinefrin). Hipotensi ortostatik dan saat istirahat. Brakikardi, menurunnya curah
jantung, dispnea pada pasien PPOM, kongesti hidung berat.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
3) GUANEDREL (HYLOREL)
Mekanisme kerja : seperti guanetidin, tapi bekerja lebih cepat, melepaskan norepinefrin pada
awalnya (peningkatan sementara tekanan darah), dan mempunyai aktivitas sedikit.
Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
Efek tak diinginkan ; seperti guanetidin tapi kurang berat.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
4). PARGILIN (EUTONYL)
Mekanisme kerja : menghambat monoamine oksidase dalam saraf adrenergik. Menghambat
pelepasan norepinefrin.
Indikasi : karena efek berbahaya, obat ini merupakan obat antihipertensi pilihan terakhir.
Efek tak diinginkan : efek yang mengancam jiwa (stroke, krisis hipertensi, infark miokardial,
aritmia) dapat terjadi bila diminum bersama makanan (produk fermentasi, keju) dan obat-obat
(pil diet, obat-obat flu) yang mengandung simpatomimetik. ]
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
C. ANTAGONIS KALSIUM
Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan mengintervensi influks
kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Penghambat kalsium memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.
1) DILTIAZEM (KALSIUM ANTAGONIS)
Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
Sediaan obat : Tablet, kapsul
Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium melalui slow cannel
calcium.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.
Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta bloker. Efek
terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan digoksin.
Simotidin meningkatkan efeknya.
Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
Hipokalemia,
Ideal untuk
Hiperglikemi,Oligur
Tiazid Hydrodiuril hipertensi, dan Ibu hamil, anuria
ia, anuria,
edema-kronik
hiperkalsemia
Untuk darurat Dehidrasi,
Lasik hipertensi, Kekurangan hipokalemia,
Loop diuretic
(furosemid) edema, dan elektrolit, anuria hiperglikemi,
edema paru hipovolemia
Dapat Hiperkalemia
Antagonis Hiperkalemia,
Midamor mengoreksi berat dengan
reseptor kekurangan natrium
(amilorid) alkalosis suplemen
aldosteron atau air
metabolik kalsium
Tabel (Simpatolitik)
Mulut kering,
Klonidin Baik untuk Bradikardi,hipotensi, hipotensi,
α – blocker
(Catapresan) hipertensi sindrom simpul sinus bradikardi,
sedasi
Baik untuk
Diabetes berat, Depresi dan
Atenolol hipertensi
β – blocker bradikardi, gagal sedasi susunan
(Tenormin) ringan dan
jantung, asma saraf pusat
sedang
Hipertensi Hipotensi,
Kaptopril
ACE inhibitor dengan renin pusing, ruam,
(Capoten)
tinggi, takikardi
Gangguan
Vertigo, ruam
fungsiginjal,
Losartan Hipertensi kulit,
ARB anak-anak,
(Lozaar) esensial gangguan
kehamilan, masa
ortostatik
menyusui
Tabel (Vasodilatator)
Retensi cairan,
Penyakit jantung
Hidralazin Apresoline Hipertensi sedang palpitasi, refleks
iskemik
takikardi
Lesi otot
Hipertensi yang Penyakit jantung jantung,
Monoksidil Loniten
belum terkontrol iskemik hidralazin,
hirsutisme,
Hipotensi berat,
Nitroprusid Nipride Krisis hipertensi
hepatotoksisitas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg dan
tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes). Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan
untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah normal.
Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek
tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD.
Pengobatan Farmakologis
1. Diuretik
2. Antagonis Reseptor- Beta
3. Antagonis Reseptor-Alfa
4. Kalsium Antagonis
5. ACE inhibitor
6. Vasodilator
B. Saran
Agar kiranya makalah ini digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu, terutama tentang
obat antihipertensi.
http://mandasweety.blogspot.co.id/2012/11/tugas-makalah-farmakologi-obat-anti.html