Anda di halaman 1dari 113

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF

PADA PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS ASPEK FISIK

TUGAS KELOMPOK
Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Paliatif
yang dibina oleh Ibu Lingling Marinda Palupi, S. Kep, Ns, M. Kep

Oleh :
Kelompok 1

Ayu Eka Lestari (P17212215001)

Ranita Sari (P17212215002)

Serlin Yuni Restiana (P17212215003)

Sulis Tianto (P17212215029)

Deby Eka Cahyati (P17212215030)

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
September 2021
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”Asuhan Keperawatan Paliatif pada Pasien dengan Kanker Serviks
Aspek Fisik”. Dimana makalah ini merupakan salah satu tugas dari matakuliah
Keperawatan Paliatif. Dengan penyelesain tugas ini, banyak bantuan dari berbagia
pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan tambahan materi, penulis juga
mengucapkan terimakasih khususnya kepada Ibu Lingling Marinda Palupi, S.
Kep, Ns, M. Kep selaku dosen pembimbing matakuliah keperawatan paliatif yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
informasi tentang asuhan keperawatan paliatif pada pasien dengan kanker serviks
khususnya dalam aspek fisik. Selain itu mahasiswa dapat mengetahui tentang
pengertian, jenisnya, tindakan keperawatan, dan asuhan keperawatannya. Kritik
dan saran dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk menambah wawasan dan
memperluas ilmu pengetahuan dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca untuk menambah wawasan tentang asuhan
keperawatan paliatif pada pasien dengan kanker serviks khususnya dalam aspek
fisik. Mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Sekian dan terimakasih.

Malang, 1 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Malasah.....................................................................................1
1.3 Tujuan .......................................................................................................2
BAB II TINJAUN TEORI.....................................................................................4
2.1 Pengertian Kanker Serviks........................................................................4
2.2 Etiologi Kanker Serviks ...........................................................................5
2.3 Klasifikasi Kanker Serviks........................................................................5
2.4 Patofiiologi Kanker Serviks......................................................................7
2.5 Pathway Kanker Serviks............................................................................8
2.6 Manifestasi Klinis Kanker Serviks............................................................9
2.7 Pemeriksaan Penunjang Kanker Servik.....................................................9
2.8 Komplikasi Kanker Serviks.......................................................................10
2.9 Penatalaksanaan Medis Kanker Serviks....................................................11
2.10 Asuhan Keperawatan Kanker Serviks.....................................................13
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN..............................................................20
1.4 Kasus ........................................................................................................20
1.5 Pembahasan ..............................................................................................21
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................47
4.1 Kesimpulan................................................................................................47
4.2 Saran .........................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................50
LAMPIRAN..........................................................................................................52

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker serviks adalah keganasan ginekologi yang paling umum secara


global (Siegel, Miller, Jemal, 2020). Kanker serviks menempati urutan ketiga
keganasan pada wanita setelah kanker payudara dan kolorektal di seluruh
dunia (Li dan Xu, 2017). Sampai saat ini, kanker serviks masih menjadi
masalah kesehatan perempuan di Negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya yang
tinggi (Rasjidi, 2009).
Berdasarkan data (WHO, 2014), di Indonesia kanker serviks menempati
urutan kedua setelah kanker payudara. Didapatkan kasus baru kanker serviks
sekitar 20.928 dan kematian akibat kanker serviks dengan persentase 10,3%.
Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerian RI (2015) menyatakan
bahwa penyakit kanker serviks merupakan penyakit dengan prevalensi
tertinggi di Indonesia yakni 0,8% dengan estimasi jumlah penderita kanker
serviks tertinggi yakni di Provinsi Jawa Timur sebanyak 21.313 penderita
(1,1%), Jawa Tengah sebanyak 19.734 penderita (1,2%), dan Jawa Barat
sebanyak 15.635 penderita (0,7%). Kejadian kanker meningkat 11,02 % dan
jumlah angka kematian meningkat 7,89% dari tahun 2008-2012.
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area serviks atau leher
rahim, yaitu area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina
(Rozi, 2013). Salah satu penyebabnya adalah karena infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel
serviks. Dengan strategi pencegahan modern, seperti vaksin HPV (Human
papilloma virus), tes HPV, dan skrining tes papsmear diharapkan insiden
kanker serviks bisa menurun (Bercow, dkk, 2020). Tetapi semakin tingginya
jumlah penderita kanker pada tahun-tahun belakangan, terutama mereka yang
didiagnosis pada stadium lanjut, membuat semakin rumit dan kompleks terapi
yang harus diberikan. Berbagai modalitas pengobatan kanker juga membuat
efek samping dan toksisitas menjadi berlipat ganda yang pada akhirnya

1
terakumulasi dan menyebabkan berbagai gangguan dan disabilitas pada
penderita kanker sendiri. Pengobatan kanker serviks umumnya bergantung
dari stadium kanker, jenis kanker, letak kanker, dan kondisi kesehatan pasien.
Kanker serviks stadium awal kemungkinan dapat disembuhkan melalui
penatalaksanaan seperti pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Pada
sebagian besar stadium yang tidak dapat disembuhkan, pendekatan yang
diberikan adalah perawatan paliatif yang terutama bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita dan mengurangi gejala penyakit
(Monk, Wenzel, 2007). Prinsip perawatan paliatif adalah meningkatkan atau
mempertahankan kualitas hidup. Seorang pasien penyakit kanker yang tidak
dapat disembuhkan, boleh saja tetap sakit, namun tidak boleh kesakitan.
Penanganan perawatan paliatif tidak hanya fisiknya saja, namun juga
emosional (spiritual), keadaan social apalagi biasanya pasien stadium lanjut
sudah dalam kondisi habis-habisan (Salim, Poerbantanoe, 2014).
Penderita kanker seringkali menghadapi tekanan fisik dan psikologis
karena kanker menimbulkan implikasi seperti rasa sakit, ketergantungan pada
orang lain, ketidakmampuan dan ketidakberdayaan, hilangnya fungsi-fungsi
tubuh, dan sebagainya. Penderita kanker juga mengalami rasa takut, cemas,
shock, putus asa, marah, serta depresi. Perasaan timbul pada diri penderita
kanker justru akan bedampak negatif (Salim, Poerbantanoe, 2014). Dalam hal
ini sebagai seorang perawat kesehatan harus bertanggungjawab dalam
memberikan asuhan keperawatan secara profesional, maka dalam memberikan
pelayanan atau asuhannya harus selalu memperhatikan manusia sebagai
makhluk yang holistik, yaitu makhluk yang utuh atau menyeluruh yang terdiri
atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Berdasarkan hal tersebut,
penulis tertarik untuk menyusun makalah mengenai “Asuhan Keperawatan
Paliatif pada Pasien dengan Kanker Serviks Aspek Fisik”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Paliatif pada Pasien dengan Kanker Serviks
Aspek Fisik?”

2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum makalah ini adalah mahasiswa mampu memberikan asuhan


keperawatan paliatif pada pasien dengan kanker serviks aspek fisik
1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Mengkaji pasien dengan kanker serviks.
2. Merumuskan dan menetapkan diagnosis keperawatan pasien dengan
kanker serviks.
3. Menyusun perencanaan keperawatan yang sesuai dengan masalah
keperawatan pada pasien dengan kanker serviks.
4. Melakukan implementasi keperawatan yang sesuai dengan
perencanaan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks.
5. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker
serviks.
6. Mendokumentasikan tindakan keperawatan pada pasien dengan
kanker serviks.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kanker Serviks


Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, kanker serviks
merupakan penyebab kematian nomor empat yang menyerang perempuan di
dunia. Data Information Centre on Human Papillomavirus and Cervical
Cancer tahun 2018, kanker serviks merupakan kanker pembunuh nomor dua
di Indonesia dan nomor tiga di dunia (Purba, 2019).
Serviks merupakan bagian bawah uterus yang menonjol ke dalam liang
vagina sebagai porsio vaginalis dan menghubungkan organ ini ke vagina
melalui kanalis servikalis, dibagi atas porsio yang menonjol ke dalam
vagina (porsio vaginalis) dan di atas vagina (porsio supravaginal).
Kanker adalah pertumbuhan sel-sel tubuh di luar kendali dan membentuk
sel-sel baru sehingga mendesak sel-sel normal yang menyebabkan
timbulnya masalah pada organ tempat kanker tumbuh (American Cancer
Society, 2016a).
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk
mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker
serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker
serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju kedalam rahim.(Sarjadi, 2001)
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada serviks dimana
sel-sel normal berubah menjadi sel kanker. Kanker serviks merupakan
keganasan yang terjadi dari serviks. Serviks merupakan leher rahim
berbentuk silinder jaringan yang menghubungkan vagina dan uterus
(Kemenkes RI, 2016).
Sedangkan menurut Darul (2014) kanker serviks adalah kanker yang terjadi
pada leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus)
dengan liang senggama (vagina).

4
2.2 Etiologi Kanker Serviks
Penyebab langsung karsinoma uterus belum diketahui. Faktor
ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uteri
adalah smegma, infeksi virus Human Papilloma Virus (HPV), dan
spermatozoa (Nurwijaya, 2010) Karsinoma serviks uteri timbul di
sambungan skuamokolumner serviks. Faktor risiko yang berhubungan
dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual berupa mitra seks multiple,
paritas, nutrisi, rokok, dan lain-lain. Karsinoma serviks dapat tumbuh
eksofitik, endofitik, atau ulseratif (Nurwijaya, 2010).

2.3 Klasifikasi Kanker Serviks


a. Klasifikasi kanker serviks menurut FIGO (1978) adalah sebagai berikut.

Tingkatan Kriteria
0 Karsinoma in situ atau karsinoma intraepitel
I Proses terbatas pada serviks (perluasan ke korpus uteri tidak dinilai)
Ia Karsinoma serviks preklinik, hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau secara mikroskopik
kedalamannya > 3-5 mm dari epitel basal dan memanjang tidak lebih
dari 7 mm
Ib Lesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi ≤ 4 cm dan > 4 cm

II Proses keganasan telah keuar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian
atas vagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai dinding
panggul
IIa Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate
tumor
Iib Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum sampai
dinding panggul
III Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai
dinding panggul
IIIa Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak sampai ke dinding
panggul
IIIb Penyebaran sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas
infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau prooses pada

5
tingkat I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal/hidronefrosis
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mukosa rektum dan atau vesika urinaria (dibuktikan secara histologi)
atau telah bermetastasis keluar panggul atau ke tempat yang jauh

Iva Telah bermetastasis ke organ sekitar


Ivb Telah bermetastasis jauh

b. Klasifikasi stadium TNM


 Stadium 0 : Tis N0M0
 Stadium I : T1N0M0
 Stadium II : T2N0M0
 Stadium III : T3N0M0
 Stadium IV : T4N0-N1M0, T1-T4N0-1M1

Keterangan:

 Tis: karsinoma in situ (karsinoma pre invasif)


 T1: kanker terbatas pada serviks uteri
 T2: invasi kanker melenibihi uterus, tapi belum mencapai dinding
pelvis atau belum menginvasi 1/3 bawah vagina
 T3: kanker invasi ke dinding pelvis dan/atau mengenai 1/3 vagina
dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau gagal ginjal
 T4: kanker menginvasi mukosa buli-buli atau rektum dan/atau
melebihi pelvis minor
 N0: tanpa metastasis kelenjar limfe regional
 N1: ada metastasis kelenjar limfe regional
 M0: tanpa metastasis jauh
 M1: ada metastasis jauh

6
2.4 Patofisiologi Kanker Serviks
Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20 hingga usia 30 tahun.
Faktor resiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi Human Paipilloma
Virus (HPV) yang ditularkan secara seksual. Faktor resiko lain perkembangan
kanker serviks adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah
pasangan seksual yang meningkat, status sosial ekonomi yang rendah dan
merokok (Price, 2012).
Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel
progresif yang berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal
dan karsinoma in situ atau High-grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
mendahului karsinoma invasif. Karsinoma serviks terjadi bila tumor menginvasi
epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas
secara langsung kedalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung
mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan
servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding
vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium. Invasi ke kelenjar
getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh
yang jauh (Price, 2012)

7
2.5 Pathway Kanker Serviks

8
2.6 Manifestasi Klinis Kanker Serviks
Tanda-tanda dini kanker serviks kebanyakan tidak menimbulkan gejala,
namun dalam perjalanan dan ketika sel serviks yang abnormal berubah
menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya akan menimbulkan
gejala dan keluhan menurut Nurafif & Kusuma (2015) sebagai berikut:
1. Keputihan yang semakin lama semakin berbau kadang bercampur darah
akibat infeksi
2. Perdarahan yang terjadi diluar senggama yang lama kelamaan akan terjadi
perdarahan spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual
3. Pedarahan spontan saat defekasi karena terbukanya pembuluh darah yang
semakin lama semakin terjadi pedarahan dan perdarahan pada wanita usia
monopouse
4. Perdarahan spontan pervaginam yang tidak normal (perdarahan di antara
periode menstruasi, periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari
biasanya) dan berbau busuk
5. Nyeri panggul dan nyeri pinggang
6. Sering berkemih, buang air kecil atau air besar yang sakit
7. Anemia akibat perdarahan yang sering timbul
Berkurangnya nafsu makan, menurunnya berat badan dan kelelahan

2.7 Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Kanker Serviks


1. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal
akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
2. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang
bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy. Kelemahan ; hanya
dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada
skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.

9
3. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
4. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
5. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
6. Pemeriksaan hematology
Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan darah, masa peredaran dan masa
pembekuan
7. Pemeriksaan biokimia darah
Meliputi SGOt dan SGPT.
8. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
9. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat.

2.8 Komplikasi Kanker Serviks


a. Retensi urin Pada waktu histerektomi total radikal, mudah terjadi rudapaksa
pelsus saraf dan pembuluh darah kecil intra pelvis, hingga timbul gangguan
sirkulasi darah, disuria, retensi urin.
b. Kista limfatik pelvis Pasca pembersihan kelenjar limfe pelvis, drainase limfe
tidak lancar, dapat terbentuk kista limfatik retroperitoneal, umumnya pasien
asmtomatik dan mengalami absorpsi spontan, baik kista terlalu besar timbul
rasa tidak enak perut bawah, nyeri tungkai bawah, akumulasi cairan kista
dikeluarkan, gejala akan mereda.
c. Sistitis radiasi dan rektitis radiasi Gejala berupa rasa tak enak abdomen
bawah, polaskisuria, disuria atau hematuria, tenesmus, mukokezia, dan
hematokezia. Bagi pasien dengan derajat ringan tak perlu ditangani, bila
derajat sedang ke atas umumnya diobati dengan anti radang, hemostatik,
antispasmodic, dll. (Valen, 2003)

10
2.9 Penatalaksanaan medis Kanker Serviks
Penatalaksanaan kanker serviks dibagi atas tatalaksana pra kanker dan
tatalaksana kanker serviks invasif :
1. Tatalaksana Pra kanker
a. Terapi Neoplasma Intraepitel Skuamosa (NIS) dengan Destruksi Lokal
Metode ini ditujukan untuk destruksi lokal lapisan epitel serviks dengan
kelainan lesi pra kanker digantikan dengan epitel skuamosa yang baru.
(Kemenkes, 2017)
b. Krioterapi
Krioterapi terutama digunakan untuk mengobati lesi kecil pada ektoserviks

dengan menggunakan pembekuan atau freezing sekurang- kurangnya -200C


selama 6 menit menggunakan gas N2O atau CO2.
c. Loop Electrosurgical Excisional Prosedure (LEEP)
Metode ini menggunakan kawat halus untuk memotong lesi kecil atau besar
dari serviks. Loop menempel pada alat genggam yang melekat pada generator
listrik elektrosurgikal untuk pengaturan pemotongan atau koagulasi (Shetty
and Trimble, 2013).
d. Elektrokauter
Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau radiofrekuensi dengan
melakukan eksisi Loop diathermy terhadap lesi prakanker pada zona
transformasi (Kemenkes, 2017).
e. Diatermi Elektrokoagulasi
Metode ini dapat memusnahkan jaringan lebih luas dan efektif dibandingkan
dengan elektrokauter, tetapi harus dilakukan dengan anestesi umum.
Tindakan ini memungkinkan untuk memusnahkan jaringan seviks sampai
kedalaman 1 cm, namun fisiologi serviks dapat dipengaruhi jika lesi tersebut
sangat luas (Kemenkes, 2017).
f. Laser
Sinar laser (light amplication by stimulation emission of radiation), suatu
muatan listrik dilepaskan dalam suatu tabung yang berisi campuran gas
helium, gas nitrogen, dan gas CO2 sehingga dapat menimbulkan sinar laser
dengan panjang gelombang 10,6u. Perubahan patologis pada serviks

11
dibedakan atas penguapan dan nekrosis. Lapisan terluar mukosa serviks
menguap karena cairan intraseluler mendidih, dan jaringan nekrotik terletak
dibawahnya. Volume penguapan sebanding dengan kekuatan dan lama
penyinaran (Kemenkes, 2017).
2. Tatalaksana Kanker Serviks Invasif
a. Konisasi (Cold knife conization)
Konisasi direkomendasikan untuk lesi dimana : tingkat endoserviks penyakit
tidak terlihat, pemeriksaan menunjukkan adenokarsinoma in situ atau
kemungkinan maligna, atau ada perbedaan signifikan antara hasil sitologi
dengan biopsi yang diarahkan secara kolposposal negatif. Prosedur ini
menggunakan anastesi umum atau blok tulang belakang (Shetty and Trimble,
2013)
b. Histerektomi
Histerektomi dilakukan bila skrining dan test diagnostik menunjukkan bahwa
penyakit masih tetap ada setelah dilakukan perawatan konservatif dan
merupakan upaya defenitif untuk menghilangkan kanker serviks, terutama
pada wanita yang telah melewati masa subur. Histerektomi melibatkan
pengangkatan serviks dan uterus dengan atau tanpa tuba dan ovarium yang
dapat dilakukan melalui rute vagina, rute abdominal dengan pfannenstiel atau
sayatan vertical, atau dengan pendekatan laparoskopi (Shetty and Trimble,
2013; Kemenkes, 2017)
c. Ajuvan Radioterapi atau Kemoradiasi
Dilakukan bila terdapat faktor resiko yaitu metastasis kelenjar getah bening
(KGB), metastase parametrium. Bila batas sayatan tidak bebas tumor maka
radiasi eksterna dilanjutkan dengan brakhiterapi

12
2.10 Asuhan Keperawatan
 Pengkajian
Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan,
pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam medik, nama
orangtua dan pekerjaan orangtua.
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti pendarahan
intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau (Padila,
2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang dengan
keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut (Diananda, 2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium
3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada
panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan mual muntah berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu
seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani,
2015).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika.
Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko
tinggi terkena kanker dari pada keluarga yang tidak ada riwayat di dalam

13
keluarganya (Diananda, 2008).
4. Keadaan psikososia
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan
terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga
terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran
diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau
sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan
orang lain (Reeder, 2013).
5. Data khusus
a. Riwayat Obstetri dan Ginekologi Untuk mengetahui riwayat obstetri pada
pasien dengan kanker serviks yang perlu diketahui adalah:
1) Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker serviks tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atropi pada masa
menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan
diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker serviks.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan Jumlah kehamilan dan anak yang hidup
karna kanker serviks terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin
sering partus semakin besar resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani,
2017).
b. Aktivitas dan Istirahat Gejala :
1) Kelemahan atau keletihan akibat anemia.
2) Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
3) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas dan
keringat malam
c. Integritas ego Gejala
Faktor stress, menolak diri atau menunda mencari pengobatan, keyakinan religious
atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal atau tidak
mempercayai diagnosis dan perasaan putus asa (Mitayani, 2009).
d. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis, misalnya nyeri
(Mitayani, 2009).

14
e. Makan dan minum
Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak, adiktif,
bahan pengawet (Mitayani, 2009).
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope (Mitayani, 2009).
g. Nyeri dan kenyamanan
Gejala : adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri hebat sesuai dengan proses penyakit (Mitayani, 2009).
h. Keamanan
Gejala : pemajanan zat kimia toksik, karsinogen. Tanda : demam, ruam kulit,
ulserasi. (Mitayani, 2009
i. Seksualitas
Perubahan pola seksual, keputihan(jumlah, karakteristik, bau), perdarahan
sehabis senggama (Mitayani, 2009).
j. Integritas sosial
Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan lingkungan,
perasaan acuh (Mitayani, 2009).).
Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami rambut
rontok dan mudah tercabut
b. Wajah
Konjungtiva anemis akibat perdarahan.
c. Leher
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut.
d. Abdomen
Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah akibat tumor menekan
saraf lumbosakralis (Padila, 2015).
e. Ekstermitas
Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak (kaki).
f. Genitalia

15
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan, keputihan,
peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner, 2013). Pada pasien kanker serviks
post kemoterapi biasanya mengalami perdarahan pervaginam.

 Daftar Diagnosa Keperawatan


a. Aktual
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisah
2. Defisit Nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism d.d nafsu makan turun,
membrane mukosa pucat, berat badan menurun
3. Gangguan Citra Tubuh b.d gangguan fungsi tubuh d,d fungsi tubuh berubah,
menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh, respon nonverbal
pada perubahan dan persepsi tubuh
4. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah, merasa lemah,merasa
tidak nyaman setelah beraktivitas
5. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian d.d merasa bingung, tampak gelisah,
merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
b. Resiko
1. Risiko Infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder

16
 Intervensi Keperawatan
Diagnosis Luaran Keperawatan (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
keperawatan
Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan I.08238 Manajemen Nyeri
agen pencedera keperawatan maka diharapkan Nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
fisiologis d.d Akut semakin menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
mengeluh nyeri, L.08066 Tingkat Nyeri nyeri
tampak meringis, 1. Keluhan nyeri diharapkan semakin 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
gelisah menurun 3. Berikan teknik non farmakologis
2. Meringis diharapkan semakin untuk mengurangi nyeri
menurun 4. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Gelisah ingin muntah diharapkan 5. Fasilitasi istirahat dan tidur
semakin menurun 6. Pertimbangkan jenis dan sumber
4. frekuensi nadi diharapkan semakin nyeri dalam pemilihan strategi
membaik meredakan nyeri
5. Pola napas diharapkan semakin 7. Anjurkan memonitor nyeri secara
membaik mandiri
6. Tekanan darah diharapkan semakin 8. Kolaborasi pemberian analgesic jika
membaik perlu

Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan I. 03119 Manajemen Nutrisi


peningkatan keperawatan maka diharapkan Defisit 1. Identifikasi status nutrisi
kebutuhan Nutrisi semakin membaik 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan
metabolism d.d L.03030 Status Nutrisi jenis nutrient
nafsu makan 1. Porsi makanan yang dihabiskan 3. Monitor berat badan
turun, membrane diharapkan semakin meningkat 4. Monitor asupan makanan
mukosa pucat, 2. Frekuensi makan diharapkan 5. Fasilitasi menentukan pedoman diet
berat badan semakin membaik 6. Berikan makanan tinggi kalori
menurun 3. Nafsu makan diharapkan semakin tinggi protein
membaik 7. Berikan suplemen makanan, jika
4. Berat Badan diharapkan semakin perlu
membaik 8. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
9. Ajarkan diet yang diprogramkan
10. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

Gangguan Citra Setelah dilakukan tindakan I.09305 Promosi Citra Tubuh


Tubuh b.d keperawatan maka diharapkan 1. Identifikasi harapan citra tubuh
gangguan fungsi Gangguan Citra Tubuh semkakin berdasarkan tahap perkembangan
tubuh d,d fungsi membaik 2. Monitor frekuendi pernyataan kritik
tubuh berubah, L.09067 Citra Tubuh terhadap diri sendiri
menghindari 1. Melihat bagian tubuh diharapkan 3. Diskusikan perbedaan penampilan
melihat dan/atau semakin membaik fisik terhadap harga diri
menyentuh 2. Verbalisasi perasaan negative 4. Diskusikan cara mengembangkan
bagian tubuh, tentang perubahan tubuh harapan citra tubuh secara realistis

17
respon nonverbal diharapkan semakin menurun 5. Diskusikan persepsi keluarga dan
pada perubahan 3. Verbalisasi perubahan gaya hidup pasien tentang perubahan citra tubuh
dan persepsi diharapkan semakin menurun 6. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
tubuh 4. Focus pada bagian tubuh 7. Latih peningkatan penampilan diri
diharapkan semakin menurun
5. Focus pada penampilan masa lalu
diharapkan semkain menurun
6. Respon nonverbal terhadap
perubahan tubuh diharapkan
semakin membaik

Intoleransi Setelah dilakukan tindakan I. 05178 Manajemen Energi


Aktivitas b.d keperawatan maka diharapkan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
kelemahan d.d Intoleransi Aktivitas semakin menurun yang mengakibatkan kelelahan
mengeluh lelah, L.05047 Toleransi Aktivitas 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
merasa 1. Kemudahann dalam melakukan selama melakukan aktivitas
lemah,merasa aktivitas sehari-hari diharapkan semakin 3. Lakukan latihan rentang gerak aktif
tidak nyaman meningkat dan/ atau pasif
setelah 2. Keluhan lelah diharapkan semakin 4. Berikan aktivitas distraksi yang
beraktivitas menurun menenangkan
3. Perasaan lemah diharapkan semakin 5. Ajarkan strategi koping untuk
menurun mengurangi kelelahan
4. Jarak berjalan diharapkan semakin 6.. Anjurkan melatih aktivitas seccara
meningkat bertahap
7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan I.09314 Reduksi Ansietas
ancaman keperawatan maka diharapkan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
terhadap Ansietas semkakin menurun berubah
kematian d.d L.09093 Tingkat Ansietas 2. Monitor tanda-tanda ansietas
merasa bingung, 1. Orientasi diharapkan semakin 3. Ciptakan suasana terapeutik untuk
tampak gelisah, membaik menumbuhkan kepercayaan
merasa khawatir 2. Konsentrasi diharapkan semakin 4. Temani pasien untuk mengurangi
dengan akibat membaik kecemasan, jika memungkinkan
dari kondisi yang 3. Verbalisasi khawatir akan kondisi 5. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
dihadapi yang dihadapi diharapkan semakin yang mungkin dialami
menurun 6. Informasikan secara factual
4. Perilaku gelisah diharapkan semakin mengenai diagnosis, pengobatan, dan
menurun prognosis
5. Pucat diharapkan semakin menurun 7. Latih teknik relaksasi
8. Kolaborasi pemberian obat anti
ansietas, jika perlu
Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan I. 14539 Pencegahan Infeksi
ketidakadekuata keperawatan maka diharapkan Risiko 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
n pertahanan Infeksi semakin menurun 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
tubuh sekunder L.14137 Risiko Infeksi kontak dengan pasien dan
1. Demam diharapkan semakin lingkungan pasien
menurun 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

18
2. Kemerahan diharapkan semakin 4. Ajarkan meningkatkan asupan
menurun nutrisi
4. Kultur darah diharapkan semakin 5. Ajarkan meningkatkan asupan
membaik cairan
5. Kultur area luka diharapkan
semakin membaik

19
BAB 3

KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 KASUS

Pengkajian dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2021 jam 11.00 WIB, di ruang

B3 Ginecology – RSUP Kariadi Semarang, diperoleh data pasien perempuan

Ny.R 38 tahun dengan diagnosis medis Ca Serviks stadium IVA. Keluhan

pasien waktu datang adalah pasien mengatakan lebih nyeri pada perut bagian

bawah, merasa sangat letih dan merasa mual sampai berpengaruh pada nafu

makannya. Ny.R juga mengatakan satu minggu ini mengalami pendarahan

kembali seperti flek kemerahan tidak banyak namun selalu keluar. Ny.R

merupakan pasien rawat di RSUP Kariadi mulai tanggal 3 November 2020

dengan Ca servik stadium IVA. Riwayat kesehatan terdahulu pasien

mengatakan selama 2 bulan mengalami pendarahan (September – Oktober

2020) yang mulanya dikira sebagai menstruasi dan mengatakan mengalami

keputihan sebelum perdarahan tersebut (lupa berapa lama) dan dirawat di RS

Sultan Agung dengan diagnosa medis Ca Servic stadium IVA yang akhirnya

dirujuk ke RSUP Kariadi. Riwayat pengobatan klien telah mendapatkan

pengobatan Terapi radiasi 25 kali dan kemoterapi 8 kali. Sampai pengkajian

klien sudah mendapat kemoterapi ke-8 dan radiasi ke-25 dan dokter

memutuskan untuk melakukan pengobatan paliatif yaitu kontrol keluhan yang

dialami pasien. Saat dikaji pasien mengatakan masih keputihan dan disertai

flek pendarahan (sedikit-sedikit tapi masih keluar). Pasien mengatakan

merasa mual, nyeri perut bawah dan badan terasa letih yang berkepanjangan.

20
3.2 PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN

3.2.1 Pengkajian

21
22
23
24
25
26
27
28
Analisa Data

Nama Pasien : Ny. R


Umur : 38 tahun
No. Reg. : 55667717

DATA PENUNJANG MASALAH ETIOLOGI


DS : Nyeri Kronis Ca Serviks

- Klien mengatakan nyeri dibagian perut baah bertambah


sebelumnya sudah nyeri sejak 1 tahun yang lalu. Terjadi penekanan di area sekitar Ca
- Klien mnegatakan nyerinya berkurang kalau digunakan untuk
istirahat dan minum obat pereda nyeri.
Nyeri berlangsung > 6 bulan

DO:

T : 100/80 mmHg N: 88x/menit RR: 20x/menit S: 36 Nyeri Kronis

P: kanker serviks, Q: nyeri tumpul, R: perut bagian bawah dan panggul


S: 5 – 6, T : terus menerus
Klien tampak meringis

DS : Mual/ Nausea Ca Serviks

29
-Pasien mengatakan mual
-Pasien mengatakan tidak nafsu makan

DO: Pengobatan

-Pasien tidak nafsu makan selama 1 minggu terakhir


-Mual selama 1 minggu terakhir Eksternal Radiasi

-Pasien menjalani terapi radiasi Depresi sum-sum tulang belakang


-Pasien menjalani kemoterapi
-Pasien mengatakan cemas
Hb turun
-BB : 50 kg
-Hb: 10,00 g/dL
Anemia

Sel-sel gastrointestinal kurang O2

Mual/ Nasea

30
DS : Keletihan/ Fatigue Pendarahan

- Klien mengatakan badannya terasa lemas tidak bertenaga


- Klienmengatakan walaupun sudah istirahat raanya tetap letih Hb turun (Anemia)
- Klien mengatakan rasanya ingin mual sehingga tidak nafsu makan

DO: Distribusi Oksigen turun

T : 100/80 mmHg N: 88x/menit RR: 20x/menit S: 36


BB: 50 Kg
Penyerapan nutrisi kurang
Hb 10 gr/dl

Flek pendarahan (+)


Keletihan

31
3.2.3 Diagnosa Keperawatan

Nama Pasien : Ny. R


Umur : 38 tahun
No. Reg. : 55667717

1. D.0078 Nyeri Kronis b.d Infiltrasi tumor (Kanker serviks) d.d nyeri terus
menerus > 6 bulan, klien tampak meringis.
2. D.0076 Nausea b.d agen farmakologis d.d klien mengeluh mual, muntah,
dan tidak nafsu makan.
3. D.0057 Keletihan b.d anemia akibat penyakit kronis (kanker) d.d pasien
mengeluh Lelah, kurang bertenaga, tampak lesu.

3.2.4 Prioritas Masalah


Nama Pasien : Ny. R
Umur : 38 tahun
No. Reg. : 55667717

TGL
No TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN TERA TTD
DX MUNCUL
TASI

1. D.0078 Nyeri Kronis b.d Infiltrasi tumor (Kanker


21/ 8/ 2021 serviks) d.d nyeri terus menerus > 6 bulan, klien
tampak meringis. c

2. D.0076 Nausea b.d agen farmakologis d.d klien


21/ 8/ 2021
mengeluh mual, muntah, dan tidak nafsu makan.
c
3. D.0057 Keletihan b.d anemia akibat penyakit kronis
21/ 8/ 2021 (kanker) d.d pasien mengeluh Lelah, kurang
bertenaga, tampak lesu. c

32
3.2.5 Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Ny. R
Umur : 38 tahun
No. Reg. : 55667717

N TUJUAN DAN KRITERIA


HARI/TGL DIAGNOSA KEP TINDAKAN KEPERAWATAN TTD
O HASIL

1. Sabtu, 21 D.0078 Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1.08238 Manajemen Nyeri


Agustus Kronis b.d Infiltrasi keperaatan diharapkan Observasi
2021 tumor (Kanker
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
serviks) d.d nyeri L.08066 Tingkat nyeri menurun
terus menerus > 6 frekuensi, kualitas, intensitas dan skala nyeri.
dengan kriteria hasil
bulan, klien tampak 2. Identifikasi faktor yang memperberat dan
meringis.
1. Keluhan nyeri cukup memperingan nyeri
menurun 3. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
2. Meringis menurn hidup c
L.08063 Kontrol Nyeri Terapeutik
meningkat dengan kriteria hasil
1. Berikan teknik non farmakologi untuk
1. Keluhan nyeri cukup mengurangi nyeri yaitu mindfulness therapy
menurun (agar pasien acceptance dengan nyeri akibat
2. Kemampuan menggunakan penyakitnya) (La Cour & Petersen, 2015) dan

33
teknik non-farmakologi dapat dikombinasikan dengan progresif
cukup meningkat muscle relaxation (Rahmania et al., 2020).
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi

1. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri


2. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Sabtu, 21 D.0076 Nausea b.d Setelah dilakukan tindakan I. 03117 Manajemem Mual
Agustus agen farmakologis keperawatan Observasi
2021 d.d klien mengeluh L.08065 Tingkat nausea 1. Identifikasi pengalaman mual
mual, muntah, dan menurun, dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi isyarat nonverbal ketidak
tidak nafsu makan. 1. Nafsu Makan meningkat nyamanan c
(5) 3. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas
2. Keluhan mual menurutn hidup (mis. Nafsu makan, aktivitas, kinerja,
(5) tanggung jawab peran, dan tidur)
3. Perasaan ingin muntah 4. Identifikasi faktor penyebab mual (mis.

34
menurun (5) Pengobatan dan prosedur)
5. Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual
6. Monitor mual (mis. Frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
7. Monitor asupan nutrisi dan kalori

Terapeutik

1. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual


(mis. Bau tak sedap, suara, dan rangsangan
visual yang tidak menyenangkan)
2. Berikan aroma-aroma therapy yang membuat
mual dan muntah berkurang misalnya
pemberian aromaterapi papermint (Efe
Ertürk & Taşcı, 2021) atau aromaterapi
sitrus (Adhisty et al., 2019)
3. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab
mual (mis. Kecemasan, ketakutan, kelelahan)
4. Berikan makan dalam jumlah kecil dan

35
menarik

Edukasi

1. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup


2. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali
jika merangsang mual
3. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual terapi musik atau
sekedar behavioural intervention dari
perawat (Hunter et al., 2020)

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu

36
3. Sabtu, 21 D.0057 Keletihan setelah dilakukan tindakan 1.03119 Manajemen Nutrisi
Agustus b.d anemia akibat keperawatan diharapkan Observasi
2021 penyakit kronis
(kanker) d.d pasien L.05046 Tingkat Keletihan 1. Identifikasi status nutrisi
mengeluh Lelah, membaik dengan kriteria hasil 2. Monitor berat badan
kurang bertenaga, 1. Verbalisasi kepulihan energi 3. Monitor pemeriksaan hasil laboratorium
tampak lesu. tenaga cukup meningkat Terapeutik
2. Kemampuan melakukan
1. Berikan makanan dengan gizi seimbang
aktivitas rutin sedang
3. Motivasi cukup meningkat 2. Berikan suplemen makanan, jika perlu
4. Verbalisasi lelah cukup Edukasi
menurun
1. Anjurkan dalam posisi duduk
5. Lesu cukup menurun c
2. Ajurkan untuk minum tablet tambah darah
seusai dengan anjuran
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian medikasi antiemetic,


jika perlu
2. Kolaborasi dengan dokter dalam
pertimbangan penggunaan autonomic nerve
farmakopuncture (Park et al., 2015)

37
3. Kolaborasi dengan tim gizi untuk konseling
nutrisi
1.05186 Terapi Aktivitas
Observasi

1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas


2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
Terapeutik

1. Fasilitasi aktivitas fisik misalnya program


fisioterapi (Pyszora et al., 2017) atau yang
berhubungan dengan terapi fisik (Imelda et
al., 2020) yang disesuaikan dengan
kemampuan pasien
2. Libatkan keluarga dalam aktivitas jika perlu
3. Berikan penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi

1. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang telah

38
dipilih atau disepakati
2. Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan
positif atas partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam


merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika perlu

39
3.2.6 Implementasi Keperawatan
Nama Pasien : Ny. R
Umur : 38 tahun
No. Reg. : 55667717

JAM NO
TGL DX TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PASIEN TT
KEP

21-8- Observasi Observasi


2021
15.00 1,2, 3 1. Melakukan anamnesa keluhan pasien 1. Pasien mengeluh mual, letih, lemas
1,2,3 2. Mengidentifikasi penyebab keluhan pasien dan peningkatan nyeri di perut
2,3 3. Mengidentifikasi asupan selama keluhan dialami bagian bawah

1 4. Mengidentifikasi nyeri yang dialami pasien 2. Mual setelah kemoterapi sehingga

1,2 5. Mengidentifikasi faktor yang memperberat mual dan nafu makan berkurang
c
nyeri 3. Selama mual asupan kurang hanya
bisa masuk 3 – 5 sendok saja
4. Penyebab nyeri akibat kanker
servik yang diderita, Kualitas nyeri
tumpul, di perut bagian bawah dan

40
panggul, dengan skala 5 – 6 dan
terjadi terus menerus.
5. Mual semakin berat apabila mencium
bau nasi, atau bau yang tidak ssedap
sedangkan nyeri semakin berat jika
melakukan aktivitas yang membua
perut bagian bawah tertekan

Terapeutik
Terapeutik
1. Melakukan pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, RR,
1. T : 100/80 mmHg N:
HR, dan berat badan
15.00 88x/menit RR: 20x/menit S:
1,2,3
2. Menganjuran untuk mau melakukan pemeriksaan
36, BB: 50 Kg
2,3 laboratorium terutama monitoring Hb
15.10 2. Pasien rutin melakukan cek
3. Menganjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil tapi
laboratorium darah lengkap setiap
2 sering selama mual
kemoterapi
4. Menganjurkan untuk istirahat cukup
3. Pasien telah melakukan aktivtas
1,2,3 5. Menganjurkan untuk minum tablet tambah darah secara
tersebut, makan dalam porsi kecil 3

41
2,3 rutin sesuai anjuran – 4 sendok sekali makan tetapi
6. Memberikan bau-bauan untuk mengurangi mual misalnya berulang sampai 4 kali sehari
15.20 2
bau papermint atau sitrus 4. Pasien memahami anjuran tersebut

1 7. Melatih teknik nonfarmakologi yaitu mindfulness therapy dan akan meemanaj istirahat
16.00 agar pasien acceptance dengan nyeri serta penyakit yang tidurnya.
dialami dapat dilakukan setiap seminggu sekali dengan 5. Klien selalu minum tablet tambah
durasi 3 jam (8 sesi) (La Cour & Petersen, 2015) atau darah sesuai resep
dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi pasien 6. Pasien menyukai bau papermint
8. Mengajarkan latihan otot progresif atau aktivitas fisik atau sitrus yang diberikan perawat,
1,3
ringan lain atau yang berhubungan dengan fisioterapi kadang kalu mual pasien
guna mengurangi nyeri dan keletihan menghirup aroma kulit jeruk
7. Klien masih belum bisa maksimal
mencapai mindfulness pada dirinya,
belum mampu menerima
sepenuhnya dengan sakit yang
diderita kadang masih merasa takut
8. Klien merasakan otot kakinya
mulai relaks dan nyerinya
berkurang setelah melakukan

42
lathan otot progresif

Edukasi

Edukasi 1. Klien dapat mengerti dan


menyebutkan kembali sebab dari
1. Melakukan edukasi pada pasien mengenai keluhan yang
keluhan yang dirasakan
dialami (mengapa bisa terjadi nyeri, mual dan kletihan
15.00 1,2,3
2. Klien mulai makan sedikit-sedikit
yang berkepanjangan) pada pasien kanker
tapi sering
2. Menganjurkan pasien untuk tetap memenuhi kebutuhan
3. Klien mengatakan akan mencoba
nutrisinya
2,3
istirahat tidur dengan maksimal
3. Menganjurkan klien untuk memenuhi kebutuhan istirahat
4. Klien mampu melakukan teknik
tidur
1,3 yang telah diberikan utamanya
4. Menganjurkan klien untuk melakukan teknik-teknik non-
relaksasi otot progresif jika nyeri
farmakologi yang telah diajarkan.
1,2,3 menyerang serta mencium bau-
bauan aroma jeruk ketika mual

43
Kolaborasi

Kolaborasi 1. Hasil DL : Hb 10,0 (kurang)


2. Klien mengonsumsi obat anti
1. Melakukan kolaborasi dalam monitoring Hb
nyeri dan antimual sesuai yang
2. Melakukan kolaborasi dalam pemeberian anti nyeri,
2,3 diresepkan
antimual, dan tablet tambah darah
15.10 3. Klien mendapatkan monitoring
1,2,3 3. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
15.10 dari tim gizi terkait diet dan status
kebutuhan nutrisi dan monitoring status nutrisi
2,3 nutrisi
16.00 4. Melakukan diskusi lanjut dengan tim dokter mengenai
4. Di Indonesia masih jarang atau
tindakan autonomic nerve farmakopuncture yang
16.30 3 dihbungkan dengan pengurangan keletihan pada pasien
belum dilakukan tindakan
autonomic nerve
kanker.
farmakopuncture sehingga teknik
ini dapat digunakan sebagai
bahan brainstorming terkait
pengobatan.

44
3.2.7 Evaluasi Keperawatan
Nama Pasien : Ny. R
Umur : 38 tahun
No. Reg. : 55667717

NO DX KEP TANGGAL 22/ 8/ 2021 (07.00)


D.0078 Nyeri Kronis S : -klien mengatakan sudah sedikit berkurang nyerinya
b.d Infiltrasi tumor
O: TD : 100/80 mmHg N: 88x/menit RR: 20x/menit S: 36, BB:, P: akibat kanker servik yang
(Kanker serviks) d.d
diderita, Q: nyeri tumpul, R: di perut bagian bawah dan panggul, S: 4, T: terjadi terus menerus.
nyeri terus menerus >
6 bulan, klien tampak A: masalah teratasi sebagian

meringis. P: lanjutkan intervensi monitoring nyeri, latih teknik nonfarmakologi dan kolaborasi dalam pemberian analgesik

I : melanjutkan monitoring nyeri yang dirasakan, melakukan monitoring dan mengajarkan kembali teknik
mindfulness therapy atau relaksasi otot progresif serta melakukan kolaborasin pemberian antianalgesik

E: anemia tertoleransi

D.0076 Nausea b.d S : pasien mengatakan frekuensi mual sudah berkurang tidak terus mnerus, dan dapat makan sedikit-sedikit
agen farmakologis d.d
O: TD : 100/80 mmHg N: 88x/menit RR: 20x/menit S: 36, BB: 50 Kg Hb 10,0 gr/dl
klien mengeluh mual,
muntah, dan tidak

45
nafsu makan. A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi monitoring mual, menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering, menggunakan
aromaterapi yang disukai untuk mengurangi mual serta menganjurkan untuk minum antiemetic sesuai
dengan resep

I : melanjutkan monitoring keluhan mual, asupan nutrisi, dan konsumsi obat antimual

E: mual terkontrol

D.0057 Keletihan b.d S : klien merasa lumayan releks walaupun masih merasa lemas
anemia akibat
O: TD : 100/80 mmHg N: 88x/menit RR: 20x/menit S: 36, Hb 10,0 gr/dl, klien dapat melakukan
penyakit kronis
relaksasi otot progresif, asupan nutrisi sudah bertambah 3 – 4 sendok berulang 4 kali sehari
(kanker) d.d pasien
mengeluh Lelah, A: masalah teratasi sebagian

kurang bertenaga, P: lanjutkan intervensi montoring asupan nutrisi pasien, hasil lab pemeriksaan dan berikan latihan fisik ringan
tampak lesu. sesuai kemampuan pasien, mendiskusikan lebih lanjut dengan dokter terkait dampak positif dan negative
serta aman atau tidak tindakan autonomic nerve farmakopuncture

I : menganjurkan pasien untuk mempertahankan nafsu makan dan kecukupan intake nutrisi, melakukan
pemeriksaan lab rutin terutama kadar Hb saat terapi kolaborasi kemoterapi

46
E: keletihan berkurang

47
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan pembahasan asuhan keperawatan pada Ny.


R, maka pada bab ini penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada asuhan keperawatan paliatif pengkajian harus dilakukan pada
beberapa aspek meliputi, aspek fisik, psikologis, social, maupun spiritual
pasien untuk mencapai kualitas hidup pasien dan kematian yang
bermanfaat serta mampu memberikan dukungan bagi pasien dan keluarga.
2. Pada kasus Ny. R diagnose yang muncul adalah nyeri kronis, mual/nausea,
dan keletihan/fatigue.
3. Untuk mengatasi masalah yang muncul pada Ny. R antara lain:
a. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (kanker serviks)
rencana keperawatan meliputi identifikasi nyeri, faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, dan pengaruh nyeri pada
kualitas hidup, berikan teknik nonfarmakologi, fasilitasi istirahat dan
tidur, jelaskan penyebab pemicu nyeri, kolaborasi pemberian analgetik.
b. Nausea berhubungan dengan agen farmakologis rencana keperawatan
meliputi identifikasi pengalaman mual, isyarat non verbal
ketidaknyamanan, dampak mual terhadap kualitas hidup, faktor
penyebab mual, monitor mual dan asupan nutrisi dan kalori,
kendalikan faktor lingkungan penyebab mual, berikan aroma terapi,
kurangi/hilangkan keadaan penyebab mual, berikan makan dalam
jumlah kecil dan menarik, anjurkan istirahat dan makan tinggi
karbohidrat rendah lemak, ajarkan teknik nonfarmakologis, kolaborasi
antiemetic.
c. Keletihan berhubungan dengan anemia akibat penyakit kronis (kanker)
rencana keperawatan meliputi identifikasi status nutrisi, berat badan,
pemeriksaan hasil lab, deficit tingkat aktivitas, dan kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas, beri makanan gizi seimbang, suplemen
makanan, fasilitasi aktivitas fisik, anjurkan untuk minum tablet Fe,

48
ajarkan cara melakukan aktivitas yang sudah dipilih, kolaborasi
penggunaan farmakopunctur, konseling gizi.
4. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada Ny. R dengan kanker
serviks yaitu : observasi : melakukan anamnesa keluhan pasien,
mengidentifikasi penyebab keluhan pasien, asupan selama keluhan
dialami, nyeri yang dialami pasien, dan faktor yang memperberat mual dan
nyeri. Terapeutik : melakukan pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, RR,
HR, dan berat badan, menganjuran untuk mau melakukan pemeriksaan
laboratorium terutama monitoring Hb, menganjurkan pasien untuk makan
dalam porsi kecil tapi sering selama mual, menganjurkan untuk istirahat
cukup, menganjurkan untuk minum tablet tambah darah secara rutin sesuai
anjuran, memberikan bau-bauan untuk mengurangi mual misalnya bau
papermint atau sitrus, melatih teknik nonfarmakologi yaitu mindfulness
therapy agar pasien acceptance dengan nyeri serta penyakit yang dialami
dapat dilakukan setiap seminggu sekali dengan durasi 3 jam (8 sesi) (La
Cour & Petersen, 2015) atau dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi
pasien, mengajarkan latihan otot progresif atau aktivitas fisik ringan lain
atau yang berhubungan dengan fisioterapi guna mengurangi nyeri dan
keletihan. Edukasi : melakukan edukasi pada pasien mengenai keluhan
yang dialami (mengapa bisa terjadi nyeri, mual dan kletihan yang
berkepanjangan) pada pasien kanker, menganjurkan pasien untuk tetap
memenuhi kebutuhan nutrisinya, menganjurkan klien untuk memenuhi
kebutuhan istirahat tidur, menganjurkan klien untuk melakukan teknik-
teknik non-farmakologi yang telah diajarkan. Kolaborasi : melakukan
kolaborasi dalam monitoring Hb, kolaborasi dalam pemeberian anti nyeri,
antimual, dan tablet tambah darah, kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan kebutuhan nutrisi dan monitoring status nutrisi, melakukan
diskusi lanjut dengan tim dokter mengenai tindakan autonomic nerve
farmakopuncture yang dihbungkan dengan pengurangan keletihan pada
pasien kanker.
5. Dari ketiga diagnosa yang muncul dengan asuhan keperawatan selama
1x24 jam, masalah teratasi sebagian. Dengan uraian diatas penulis

49
menyimpulkan bahwa perlu tindakan-tindakan yang tepat untuk
menangani masalah-masalah yang dihadapi klien dengan ca serviks yaitu
pelayanan kesehatan yang diberikan harus menyeluruh dan optimal agar
masalah klien dapat betul-betul teratasi, tidak mengalami komplikasi lebih
sesuai dengan prinsip perawatan paliatif yaitu meningkatkan atau
mempertahankan kualitas hidup. Seorang pasien penyakit kanker yang
tidak dapat disembuhkan, boleh saja tetap sakit, namun tidak boleh
kesakitan.

4.2 Saran

Berdasarkan makalah ini saran dari penulis yaitu :


1. Untuk mengatasi permasalahan Ny. R diharapkan perawat dapat mengkaji
lebih lengkap mengenai permasalahan yang muncul sehingga dapat
ditegakkan diagnose keperawatan yang akurat menunjukkan data fokus
maka asuhan keperawatan akan lebih optimal.
2. Penatalaksanaan tindakan keperawatan hendaknya dapat melanjutkan dan
mempertahankan tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan
berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diterapkan.
3. Klien dan keluarga diharapkan dapat mendukung proses keperawatan dan
pengobatan pada klien dan mematuhi pengobatan.

50
DAFTAR PUSTAKA

Adhisty, K., Rizona, F., & Hudiyanti, M. (2019). Pengaruh Inhalasi Aromatherapi
Citrus Terhadap Efek Nausea dan Vomitus Pasca Kemoterapi Pasien
Kanker Serviks di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya, 6(1), 41–49.
Arifah, N. 2020. Studi Dokumentasi Gambaran Gangguan Rasa Aman Nyaman
(Nyeri) Pada Pasien Dengan Kanker
Serviks.http://repository.akperykyjogja.ac.id/318/1/NURUL%20ATIFAH,
diakses pada 30 Maret 2021
Bercow AS, Nitecki R, Haber H, et al. 2020. Palliative Care Referral Patterns and
Measures of Aggressive Care at the end of Life in Patients with Cervical
Cancer. Int J Gynecol Cancer
Efe Ertürk, N., & Taşcı, S. (2021). The Effects of Peppermint Oil on Nausea,
Vomiting and Retching in Cancer Patients Undergoing Chemotherapy: An
Open Label Quasi–Randomized Controlled Pilot Study. Complementary
Therapies in Medicine, 56(October 2020).
https://doi.org/10.1016/j.ctim.2020.102587
Hunter, J. J., Maunder, R. G., Sui, D., Esplen, M. J., Chaoul, A., Fisch, M. J.,
Bassett, R. L., Harden-Harrison, M. M., Lagrone, L., Wong, L., Baez-
Diaz, L., & Cohen, L. (2020). A randomized trial of nurse-administered
behavioral interventions to manage anticipatory nausea and vomiting in
chemotherapy. Cancer Medicine, 9(5), 1733–1740.
https://doi.org/10.1002/cam4.2863
Imelda, F., Darti, N. A., & Siregar, F. L. S. (2020). Effectiveness of physical
exercise toward decreased fatigue in cervical cancer. Enfermeria Clinica,
30 Suppl 3, 127–131. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.12.042
Jannah, R. 2019. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ca.Serviks Di Ruang
Mawar Rumah Sakit Umum Daerahabdul Wahab Sjahranie Samarinda.
http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/316/1/1%20halaman%20sampul
%20depan%20tbx%20%2816%20files%20merged%29, diakses pada 30
Maret 2021
KEMENKES. 2015. Infodatin Kanker. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI 2015.
La Cour, P., & Petersen, M. (2015). Effects of Mindfulness Meditation on
Chronic Pain: A Randomized Controlled Trial. Pain Medicine (United
States), 16(4), 641–652. https://doi.org/10.1111/pme.12605
Malehere, J. 2019. Analisis Perilaku Pencegahan Kanker Serviks Pada Wanita
Pasangan Usia Subur Berdasarkan Teori Health Promotion
Model.http://repository.unair.ac.id/81266/2/FKP.N.%2011-19%20Mal
%20a, diakses pada 30 Maret 2021
Li Y, Xu C. 2017. Human Papillomavirus-Related Cancers. Infectious Agents
Associated Cancers: Epidemiology and Molecular Biology. Advances in
Experimental Medicine and Biology. Singapore : Springer
M.F.Rozi. (2013). Kiat Mudah Mengatasi Kanker Serviks. Yogyakarta: Aulia
Publishing.

51
Monk BJ, Wenzel L. 2007. Palliative Care and Quality of Life. In DiSaia PJ,
Creasman WT, editors. Clinical Gynecologic Oncology. Edisi ke-7.
Elsevier.
Novelina D. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Serviks
Post Kemoterapi. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/Dita_Novelia_KTI_D_III_Keperawatan_Padang_201
7 diakses pada 30 Maret
Park, J. hye, Jeon, H. jun, Kang, H. joong, Jeong, I. S., Cho, C. kwan, & Yoo, H.
seung. (2015). Cancer-related Fatigue in Patients with Advanced Cancer
Treated with Autonomic Nerve Pharmacopuncture. JAMS Journal of
Acupuncture and Meridian Studies, 8(3), 142–146.
https://doi.org/10.1016/j.jams.2015.04.003
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, T. P. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, T. P. (2017). Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Purba, S. D. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Kanker Serviks Dengan
Minat Untuk Vaksinasi Hpv Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Hkbp Nommensen Medan.
Pyszora, A., Budzyński, J., Wójcik, A., Prokop, A., & Krajnik, M. (2017).
Physiotherapy programme reduces fatigue in patients with advanced
cancer receiving palliative care: randomized controlled trial. Supportive
Care in Cancer, 25(9), 2899–2908. https://doi.org/10.1007/s00520-017-
3742-4
Rahmania, E. N., Natosba, J., & Adhisty, K. (2020). Pengaruh Progressive Muscle
Relaxation Sebagai Penerapan Palliatif Care Terhadap Nyeri Dan
Kecemasan Pasien Kanker Serviks. BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa
Ilmu Keperawatan Indonesia), 8(1), 25–32.
https://doi.org/10.53345/bimiki.v8i1.123
Rasjidi I. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks. Indonesian Journal of Cancer
Salim dan Poerbantanoe, B. 2014. Rumah Perawatan Paliatif pada Wanita
Penderita Kanker di Surabaya. Jurnal eDimensi Arsitektur. Program Studi
Arsitektur, Universitas Kristen Petra.
Siegel RL, Miller KD, Jemal A. 2020. Cancer Statistics. CA Cancer J Clin
World Health Organization. 2014. Human papillomavirus (HPV) and cervical
cancer.

52
LAMPIRAN

53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108

Anda mungkin juga menyukai