Anda di halaman 1dari 15

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Disusun Oleh:
Rizka Alifia Azzahra
P17212215012

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATN POLTEKKES KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/ 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan BBLR di Ruang NICU
RSUD dr. Soedono Madiun. Periode tanggal 1 s/d 7 Bulan November Tahun 2021.
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal…….. Bulan November Tahun 2021

Preceptor Lahan RS Malang,……………………………....


Ruang NICU RSUD dr. Soedono Madiun Preceptor Akademik

(……………………………………) (Dr. Nurul Puji Astuti, M.Kes )

Mengetahui,
Kepala Ruang NICU RSUD dr. Soedono Madiun

(……………………………………)
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

I. Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam
satu jam setelah lahir (Sembiring J, 2019). BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan,
bayi cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan, dan besar
masa kehamilan. Angka kejadian prematur pada umumnya adalah sekitar 6 – 10%, hanya
1,5% persalinan terjadi pada umur kehamilan < 32 minggu dan 0,5% < 28 minggu, namun
kelompok ini merupakan 2/3 dari kematian neonatal. Semakin muda usia kehamilan
semakin besar morbidibitas dan mortalitas. Keberhasilan persalinan preterm tidak hanya
tergantung umur kehamilan, tetapi juga berat bayi lahir.

II. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) terbagi menjadi dua kategori
(Depkes RI, 2008), diantaranya adalah:
1. Tanda dan Gejala Pada Bayi Kurang Bulan
a. Kulit tipis dan mengkilap
b. Tulang rawan telinga sangat lunak karena belum terbentuk sempurna
c. Lanugo masih banyak ditemukan terutama pada bagian punggung
d. Jaringan payudara belum terlihat
e. Putting masih berbentuk titik
f. Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora
g. Pada bayi laki – aki skrotum belum banyak lipatan
h. Pernapasan tidak teratur
i. Aktifitas dan tangisan lemah
j. Reflek menghisap dan menelan lemah
2. Tanda dan Gejala Pada Bayi Kecil Pada Masa Kehamilan
a. Umur bayi cukup, kurang, atau lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2500
gram
b. Gerakan cukup aktif
c. Tangisanya cukup kuat
d. Kulit keriput
e. Lemak bawah kulit tipis
f. Payudara dan putting sesuai masa kehamilan
g. Pada bayi perempuan labia mayora menutupi labia minora
h. Refleks hisap cukup kuat

III. Patofisiologi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain gizi saat hamil yang kurang pada usia kurang dari 20 tahun
atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan yang terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu
berat, penyakit menahun ibu, seperti hipertensi, diabetes melitus, jantung, gangguan
pembuluh darah, dan sebagainya.
Bayi berat badan lahir rendah disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil
ganda, pedarahan, cacat bawaan, dan infeksi dalam rahim. Hal ini akan meyebabkan bayi
lahir dengan berat 2500 gram dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari
33 cm, kepala lebih besar, kulit tipis dan transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang,
otot hipotenik lemah, pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea biasanya dapat terjadi
pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sindrom
aspirasi, mekonium, afiksia neonatrum, sindrom distress respirasi, penyakit membran
hialin, dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu,
hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia,
hipoglikemia, hipokalasemia, anemia, gangguan pembekuan darah, infeksi, retlental
fibroplapsia, necrotizing enterocolitis, bronchopulmonary dysplapsia, dan malformasi
kongenital.

IV. Masalah Keperawatan


Beberapa masalah keperawatan yang sering muncul pada bayi BBLR dan
memerlukan intervensi (Yulistiati & Nining, 2016), diantaranya adalah:
1. Tidak Efektifnya Termoregulasi
Hal ini terjadi karena jaringan lemak subkutan yang kurang dan sistem termoregulasi
yang imatur. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan mempertahankan
temperatur pada aksila (36,5 – 37,5 ⁰C). Kaji temperatur pada axila tiap 1 – 4 jam,
pertahankan suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu bayi dalam inkubator,
pertahankan kestabilan kebutuhan oksigen dengan mengkaji status respiratori.
2. Intoleransi Aktivitas
Pertahankan kestabilan oksigen dengan cara mengobservasi nadi, ciptakan kondisi
lingkungan yang nyaman, monitoring jantung dan paru serta kurangi stimulasi.
3. Risiko Tinggi Gangguan Integritas Kulit
Masalah ini dapat disebabkan karena adanya faktor mekanik, adanya imaturitas pada
kulit dan adanya imobilitas. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah kaji
kulit dan membran mukosa tiap 2 – 4 jam, atur posisi tiap 2 – 4 jam, hindari
penggunaan lotion, krim, atau powder yang berlebih.
4. Risiko Tinggi Infeksi
Risiko tinggi infeksi ini dapat disebabkan karena sistem imunitas yang masih imatur
atau prosedur invasif, masalah ini dapat diatasi dengan mengkaji tanda vital tiap 1 – 2
jam, mempertahankan lingkungan dalam suhu normal, mempertahankan prinsip
aseptik sebelum kontak dengan pasien.

V. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Sembiring J, 2019), pemeriksaan penunjang BBLR yang dapat dilakukan,
antara lain:
1. Pemeriksaan skore ballard.
2. Pemeriksaan shake test dianjurkan untuk bayi kurang bulan.
3. Pemeriksaan darah rutin, glukosa darah, kadar elektrolit, dan analisa gas darah.
4. Foto thoraks ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat atau diperkirakan akan
terjadi sindrom gawat nafas.
5. Pemeriksaan USG.
VI. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Sembiring J, 2019), penatalaksanaan BBLR yang dapat dilakukan, antara
lain:
1. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, dan terapi oksigen.
2. Pengawasan terhadap patent ductus arterious (PDA).
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Pemberian nutrisi yang cukup.
5. Pengelolaan hiperbilirubinemia.
6. Penanganan infeksi dengan acuan yang tepat.

VII. Penatalaksanaan Keperawatan


Menurut World Health Organization (2016), mengklasifikasikan penatalaksanaan
keperawatan BBLR berdasarkan beberapa kriteria, diantaranya adalah:
1. Bayi dengan berat lahir 1750 – 2499 gram
a. Bayi dengan berat lahir > 2250 gram umumnya cukup kuat untuk mulai minum
sesudah dilahirkan.
b. Jaga bayi tetap hangat dan kontrol infeksi, tidak ada perawatan khusus.
c. Bayi dengan berat 1750 – 2250 gram mungkin perlu perawatan ekstra, tetapi
dapat secara normal bersama ibunya untuk diberi minum dan kehangatan,
terutama jika kontak kuli ke kulit dapat dijaga.
d. Mulai memberikan ASI dalam satu jam sesudah kelahiran. Kebanyakan bayi
mampu menghisap dengan baik. Bayi yang tidak bisa menyusu harus diberi
ASI perah dengan cangkir dan sendok. Ketika bayi menghisap dari putting
dengan baik dan berat badan bertambah, kurangi pemberian minum melalui
sendok dan cangkir.
e. Periksalah bayi sekurangnya dua kali sehari untuk menilai kemampuan minum,
asupan cairan, adanya suatu tanda bahaya atau tanda – tanda adanya infeksi
bakteri berat. Jika terdapat salah satu tanda bahaya, lakukan observasi di tempat
perawatan bayi baru lahir seperti yang dilakukan pada berat bayi lahir sangat
rendah.
2. Bayi dengan berat lahir dibawah 1750 gram
a. Berikan oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs, jika terdapat salah satu
tanda hipoksemia.
b. Lakukan perawatan kulit ke kulit di antara ke dua payudara ibu atau beri
pakaian di ruangan yang hangat atau dalam humidicrib. Jika tidak ada
penghangat bertenaga listrik, botol air panas yang dibungkus dengan handuk
bermanfaat untuk menjaga bayi tetap hangat. Pertahankan suhu inti tubuh
sekitar 36,5 – 37,5 ⁰C dengan kaki tetap hangat dan berwarna kemerahan.
c. Jika mungkin berikan cairan IV 60 ml/kg/hari selama hari pertama kehidupan.
Sebaiknya gunakan paediatric (100 mL) intravenous burette dengan tetes = 1
mL sehingga, 1 tetes per menit = 1 mL per jam. Jika bayi sehat dan aktif, beri 2
– 4 mL ASI perah setiap 2 jam melalui pipa lambung, tergantung berat badan
bayi.
d. Bayi sangat kecil yang ditempatkan di bawah pemancar panas atau terapi sinar
memerlukan lebih banyak cairan dibandingkan dengan volume biasa. Lakukan
perawatan hati – hati agar pemberian cairan IV dapat akurat karena kelebihan
cairan dapat berakibat fatal.
e. Jika mungkin, periksa glukosa darah setiap 6 jam hingga pemberian minum
enteral dimulai, terutama jika bayi mengalami apnea, letargi, atau kejang. Bayi
mungkin memerlukan larutan glukosa 10%.
f. Mulai berikan minum jika kondisi bayi stabil (biasanya pada hari ke-2, pada
bayi yang lebih matur mungkin pada hari ke-1). Pemberian minum dimulai jika
perut tidak distensi, terdapat bising usus, telah keluar mekonium, dan tidak
terdapat apnea. Gunakan tabel minum. Hitung jumlah minum dan waktu
pemberiannya. Jika toleransi minum baik, tingkatkan kebutuhan perhari.
Pemberian susu dimulai dengan 2 – 4 mL setiap 1 – 2 jam melalui pipa
lambung. Beberapa BBLSR yang aktif dapat minum dengan cangkir dan
sendok atau pipet steril. Gunakan hanya ASI jika mungkin. Jika volume 2 – 4
mL dapat diterima tanpa muntah, distensi perut atau retensi lambung lebih dari
setengah yang diminum, volume dapat ditingkatkan sebanyak 1 – 2 mL per
minum setiap hari. Kurangi atau hentikan minum jika terdapat tanda – tanda
toleransi yang buruk. Jika target pemberian minum dapat dicapai dalam 5 – 7
hari pertama, tetesan IV dapat dilepas untuk menghindari infeksi. Minum dapat
ditingkatkan selama 2 minggu pertama kehidupan hingga 150 – 180 mL/kg/hari
(minum 19 – 23 mL setiap 3 jam untuk bayi 1 kg dan 28 – 34 mL untuk bayi
1,5 kg). Setelah bayi tumbuh, hitung kembali volume minum berdasarkan berat
badan terakhir.
g. Faktor – faktor risiko sepsis adalah bayi yang dilahirkan di luar rumah sakit
atau dilahirkan dari ibu yang tidak sehat, pecah ketuban >18 jam, bayi kecil
(mendekati 1 kg).
h. Amati bayi secara ketat terhadap periode apnea dan bila perlu rangsang
pernapasan bayi dengan mengusap dada atau punggung. Jika gagal, lakukan
resusitasi dengan balon dan sungkup. Jika bayi mengalami episode apnea lebih
dari sekali dan atau sampai membutuhkan resusitasi berikan sitrat kafein atau
aminofilin. Dosis awal sitrat kafein adalah 20 mg kg oral atau IV (berikan
secara lambat selama 30 menit). Dosis rumatan sesuai anjuran Jika kafein tidak
tersedia, berikan dosis awal aminofilin 10 mg/kg secara oral atau IV selama 15
– 30 menit. Dosis rumatan sesuai anjuran. Jika monitor apnu tersedia, maka alat
ini harus digunakan.
i. BBLR dapat dipulangkan apabila tidak terdapat tanda bahaya atau tanda infeksi
berat. Berat badan bertambah hanya dengan ASI. Suhu tubuh bertahan pada
kisaran normal (36 – 37 ⁰C) dengan pakaian terbuka. Ibu yakin dan mampu
merawatnya. BBLR harus diberi semua vaksin yang dijadwalkan pada saat lahir
dan jika ada dosis kedua pada saat akan dipulangkan.
j. Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai pemberian
ASI eksklusif menjaga bayi tetap hangat tanda bahaya untuk mencari
pertolongan, timbang berat badan, nilai minum, dan kesehatan secara umum
setiap minggu hingga berat badan bayi mencapai 2,5 kg.

VIII. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata klien
Nama klien, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, dan usia.
b. Biodata orangtua
Nama ayah dan ibu, usia, agama, suka, bangsa, pendidikan, dan alamat.
c. Keluhan utama
Bayi tampak kecil, kulit tipis, lanugo masih banyak, malas menyusu, keadaan
umum lemah, reflek hisap lemah, dan bayi tampak lebih sering tidur.
d. Riwayat kesehatan
Keadaan umum bayi lemah dan reflek hisap lemah.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Selama hamil ibu mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, hipertensi, preeklamsia berat, eklamsia, diabetes melitus, penyakit
jantung, infeksi selama kehamilan, dan ibu menderita HIV/ AIDS.
f. Riwayat antenatal
 Keadaan ibu selama kehamilan dengan anemia, hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, dan ketergantungan obat – obatan.
 Kehamilan dengan risiko persalinan preterm, misalnya kelahiran multiple
dan kongenital.
 Riwayat komplikasi persalinan.
 Kala I mengalami perdarahan antepartum (solusio plasenta atau plasenta
previa).
 Kala II mengalami persalinan dengan tindakan pembedahan.
g. Riwayat postnatal
Apgar score dan berat badan lahir.
h. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum pada neonatus dengan BBLR adalah lemah, kesadaran
dapat dilihat dari respon tubuh terhadap rangsangan, dan jarang
menangis.
 Tanda – tanda vital pada neonates dengan BBLR berisiko terjadi
hipotermia, jika suhu tubuh kurang dari 36 ⁰C dan juga berisiko terjadi
hipetermia jika suhu tubuh lebih dari 37,5 ⁰C, sedangakan suhu norml
adalah 36,5 – 37,5 ⁰C, nadi normal antara 120 – 140 kali per menit, dan
pernapasan normal antara 40 – 60 kali per menit.
 Panjang badan biasanya kurang dari 45 cm dan berat badan kurang dari
2500 gram.
 Kepala lebih besar dari badan, lingar kepala 31 cm, ubun – ubun besar
cekung, dan kemungkinan ditemukan caput succedaneum.
 Mata dilihat dari konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak,
dan pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya atau tidak.
 Hidung terdapat pernapasan cuping hidung atau tidak dan terdapat
penumpukkan lendir atau tidak.
 Mulut dilihat dari bibir tampak pucat atau tidak, reflek rooting lemah,
refleks menghisap sucking lemah, dan reflek menelan lemah.
 Telinga dilihat dari tulang rawan masih sangat lunak dan adanya kelainan
pada telinga.
 Leher dilihat dari kebersihannya kare leher neonatus pendek.
 Thoraks dilihat dari bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal,
perhatikan suara wheezing dan ronchi, fan frekuensi bunyi jantung.
 Abdomen dilihat dari bentuknya adalah silindris, hepar terletak 1 – 2 cm
dibawag arcus costae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut
buncit terdapat acites, perut cekung terdapat hernia diafragma, dan bising
usus timbul 1 – 2 jam setelah masa kelahiran bayi.
 Genetalia dilihat adakah kelainan pada genetalia dan anus, dan keluar
mekonium.
 Ekstermitas dilihat dari warna biru atau tidak, gerakan lemah, akral dingin
atau hangat, perhatikan adanya patah tulang atau kelainan saraf, dan
keadaan jari – jarinya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. D.0005 Pola napas tidak efektif b.d. hambatan upaya napas (kelemahan otot
napas) d.d. penggunaan otot bantu, fase ekspirasi memanjang, pola napas
abnormal, dan pernapasan cuping hidung.
b. D.0019 Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan menelan makanan d.d. berat badan
menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah,
dan membran mukosa pucat.
c. D.0131 Hipotermia b.d. berat badan eksterm d.d. kuli teraba dingin, menggigil,
suhu tubuh dibawah normal, dan kutis memorata (pada neonatus).
3. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


1. D.0005 Pola napas tidak Tujuan: I.01011 Manajemen Jalan Napas
efektif b.d. hambatan Setalah dilakukan tindakan asuhan Observasi
upaya napas. keperawatan selama …x24 jam, diharapkan 1. Monitor pola napas.
pola napas adekuat sesuai dengan kriteria 2. Monitor bunyi napas tambahan.
hasil. Terapeutik
Kriteria Hasil: 1. Peratahankan kepatenan jalan napas.
L.01004 Pola Napas 2. Posisikan semifowler.
1. Dispnea menurun. 3. Berikan oksigen.
2. Penggunaan otot bantu napas menurun. Kolaborasi
3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun. 1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
4. Frekuensi napas membaik. ekspektoran, dan mukolitik, jika
5. Kedalaman napas mebaik. perlu.
2. D.0019 Defisit nutrisi b.d. Tujuan: I. 03119 Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan menelan Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi
makanan. keperawatan selama …x24 jam, diharapkan 1. Identifikasi status nutrisi.
asupan nutrisi adekuat sesuai dengan kriteria 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan
hasil. jenis nutrien.
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi perlunya penggunaan
L.03030 Status Nutrisi selang nasogastrik.
1. Berat badan membaik. 4. Monitor asupan makanan.
2. Indeks massa tubuh membaik. 5. Monitor berat badan.
3. Membran mukosa membaik. 6. Monitor hasil pemeriksaan
L.06052 Status Menelan laboratorium.
1. Reflek menelan meningkat. Terapeutik
1. Fasilitasi menentukan pedoman diet.
2. Berikan suplemen makanan, jika
perlu.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.
3. D.0131 Hipotermia b.d. Tujuan: I.14507 Manajemen Hipotermia
berat badan eksterm. Setalah dilakukan tindakan asuhan Observasi
keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan 1. Monitor suhu tubuh.
suhu tubuh normal sesuai dengan kriteria 2. Identifikasi penyebab hipotermia.
hasil. 3. Monitor tanda dan gejala hipotermia.
Kriteria Hasil: Terapeutik
L.14135 Termoregulasi Neonatus 1. Sediakan lingkungan yang hangat.
1. Suhu tubuh membaik. 2. Ganti pakaian atau linen yang basah.
2. Suhu kulit membaik. 3. Lakukan penghangatan pasif.
3. Menggigil menurun. 4. Lakukan penghangatan internal.
DAFTAR PUSTAKA

Sembiring J. 2019. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Sleman: CV
Budi Utama.
Tim Pokja SDKI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia; Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia; Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SLKI. 2018. Standar LuaranKeperawatan Indonesia; Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Yuliastanti dan Ningning. 2016. Modul Bahan Cetak Keperawatan Anak. Jakarta:
Kemterian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai