Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR RENDAH (BBLR)

Asuhan keperawatan Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun oleh :

Dosen Pengampu :
Ana Faridah Ulfa, S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
FUJIYANA REVITA DEWI (7118001)

PROGAM STUDI DIII ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT.atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita
dapat melaksanakan amanah dari tanggung jawab yang kami emban selama
ini.Begitupun saudara begitu juga adanya.
Aamiin.
Dengan terselesainya Makalah ini tak lupa kami menampaikan terimakasih
kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul’Ulum
Jombang.
2. Ka Prodi DIII Keperawatan FIK Unipdu,yang telah memberikan
dukungannya untuk penyusunan Makalah yang kami buat.
3. Dosen Pengampu yang memberikan banyak masukan pada Makalah yang
kami buat.
Semoga Allah SWT.membalas atas bantuannya.Kiranya Tuhan membalas
kebaikan yang lebih besar dari yang mereka berikan selama ini.Kami menyadari
akan keterbatasan dan kelemahan dalam pengetahuan pengalaman Sehingga kami
mengharapkan saran,masukan dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan
dalam Makalah ini.
Akhir kata,tiada kata lain harapan kami,semoga Makalah ini dengan segala
kekurangan dapat bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca.

Jombang,10 Januari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar belakang........................................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
KONSEP TEORI...................................................................................................3
2.1 Definisi...................................................................................................................3
2.2 Etiologi...................................................................................................................3
2.3 Patofisiologi...........................................................................................................4
2.4 Pathways................................................................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis..................................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................7
2.7 Komplikasi.............................................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................................8
BAB III..................................................................................................................11
ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................11
3.1 Pengkajian............................................................................................................11
3.2 Riwayat post natal................................................................................................12
3.3 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................15
3.4 Intervensi Keperawatan........................................................................................16
3.5 Evaluasi................................................................................................................17
BAB IV..................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................18
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................18
4.2 Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan
dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini
berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian
keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun
kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian,
dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status
perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran,
kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor
utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan
anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di
masadepan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya
masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan
(aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan
(lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan
sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah
dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak
serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan
dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan
yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah
disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang
ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat
tergantung pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi berat
lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi dengan
berat badan lahir rendah
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah
pada bayi dengan berat badan lahir rendah
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi dengan
berat badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian prioritas masalah
keperawatan dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan sehingga dapat
mengatasi masalah yang dihadapi pada bayi dengan berat badan lahir
rendah
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian
asuhan keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat
badan lahir rendah.

2
BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500
gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk
masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu,
berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. (Indrasanto, 2008)

2.2 Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia
gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun,
dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah
ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi
rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas
pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi
bila dibandingakan dengan bayi yang lahir perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat
narkotik.

3
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan
kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan
zat-zat tertentu. (Suryadi dan Yuliani, 2006 )

2.3 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500
gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada
bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada
dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat
napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada
bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila
prematuritas bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir
selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature
harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki

4
kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat
mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ
lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi
system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang
karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum
sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami
infeksi, system integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya
lecet, system termoregulasi dimana bayi premature belum mampu
mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang bertambah
karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang
belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi
atau kehilangan panas dalam tubuh . (Ngastiyah, 2005)

5
2.4 Pathways

Faktor Pencetus

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor


1. Hydroamnion Lingkungan
1. Faktor penyakit 2. Kehamilan 1. Tempat tinggal di
(toksemia multiple/ganda dataran tinggi
gravidarum, 3. Kelainan 2. Radiasi
trauma fisik, dll) kromosom 3. Zat-zat beracun
2. Faktor usia

BBLR

Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap
subcutan kurang blm sempurna

Tidak dapat Pernafasan belum Intake nutrisi tidak


menyimpan panas sempurna adekuat

Asupan gizi kurang


Mudah kehilangan O2 dalam darah CO2
panas

Sel-sel kekurangan
kedinginan O2 dalam sel darah rendah
nutrisi
Co2 tinggi

Kerusakan sel
hipotermi
Asidosis
respiratoris Penurunan
Gangguan BB/kematian
pertukaran gas

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

6
2.5 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
(Prawirohardjo. 2005)

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
(Ngastiyah, 2005)

7
2.7 Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah
antara lain yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia

Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :


1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

2.8 Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir
rendah adalah sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih
besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator

8
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal
suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu
normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat
rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
0
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 C,
bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat
kurang dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan,
sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi
yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2yang diberikan
sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam
masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang
dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun
khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker,
gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi
dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.

9
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama,
dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap
dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih
banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB


1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a.    Biodata pasien
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis
kelamin. Biodata penanggung jawab meliputi : nama (ayah dan ibu, umur,
agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
b.    Riwayat kesehatan
1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal
pada kasus BBLR yaitu:
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
e) Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu
dikaji :
f) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
g) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian
obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.

3.2 Riwayat post natal

11
Yang perlu dikaji antara lain :
a. Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia
berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b. Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³ 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
d. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah,
konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah
e. Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu
mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau
pantang makanan tertentu.
f. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan
ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan
perawatan yang intensif

g. Keadaan umum

12
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
h. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila
suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 °C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-
140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada
bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur .
i. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
j. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
k. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap
cahaya.
l. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
m. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
n. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan

o. Leher

13
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
p. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing
dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
q. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah  arcus costae    
pada garis papila  mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites
atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai
2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract
belum sempurna.
r. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda –
tanda infeksi pada tali pusat.
s. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
t. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari feses.
u. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
v. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang . (Doenges E marlyn,2007)

14
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan di
rongga paru
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis
3. Resiko infeksi berhubungan dengan immaturitas fungsi imunologik.
4. Resiko defisit nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.
(Ngastiyah, 2005)

15
3.4 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
Bersihan jalan Setelah Produksi sputum 1.Monitor pola nafas
nafas tidak efektif dilakukan menurun (5) (frekuensi,kedalaman,usaha nafas)
tindakan Mengi menurun (5) 2.Monitor bunyi nafas tambahan
keperawatan Wheezing menurun (mis.gurgling,mengi,whezing,ronkh
selama 2x24 (5) i kering)
jam diharapkan Mekonium pada 3.Monitor sputum
masalah neonatus menurun (jumlah,warna,aroma)
bersihan jalan (5) 4.Lakukan penghisapan lendir
nafas tidak kurang dari 15 detik
efektif dapat 5.Lakukan hiperoksigenasi sebelum
teratasi penghisapan endotrakeal
6.Berikan oksigen,jika perlu
7.Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari ,jika tidak kontraindikasi
8.Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,mukoliti
k,jika perlu
Resiko hipotermi Setelah Menggigil 1.Monitor suhu tubuh
dilakukan menurun (1) 2.Sediakan lingkungan yang hangat
tindakan Kulit merah (mis.atur suhu ruangan, inkubator)
keperawatan menurun (1) 3.Lakukan penghangatan pasif
selama 2x24 Kejang menurun (mis.selimut, menutup kepala,
jam diharapkan (1) pakaian tebal)
masalah resiko Pucat menurun (1) 4.Anjurkan makan/minum hangat
hipotermi dapat Suhu tubuh
teratasi membaik (5)

Resiko infeksi Setelah Demam menurun 1.Identifikasi riwayat kesehatan dan

16
dilakukan (5) riayat alergi
tindakan Kemerahan 2.Identifikasi kontraindikasi
keperawatan menurun (5) pemberian imunisasi
selama 2x24 Nyeri menurun (5) 3.Berikan suntikan pada bayi di
jam diharapkan Bengkak menurun bagian paha anterolateral
masalah resiko (5) 4.Dokumentasi informasi vaksinasi
infeksi dapat Kadar sel darah 5.Jadwalkan imunisasi pada interval
teratasi putih membaik (5) waktu yang tepat
Kadar sel darah 6.Jelaskan tujuan,manfaat,reaksi
putih membaik (5) yang terjadi, jadwal, dan efek
samping
Resiko defisit Setelah Berat badan 1.Identifikasi status nutrisi
nutrisi dilakukan meningkat (5) 2.Identifikasi kebutuhan kalori dan
tindakan Panjang badan jenis nutrien
keperawatan meningkat (5) 3.Berikan suplemen makanan
selama 2x24 Pola makan 4.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
jam diharapkan membaik (5) menentukan jumlah kalori dan jenis
masalah resiko Proses tumbuh nutrien yang dibutuhkan
defisit nutrisi kembang membaik
dapat teratasi (5)

3.5 Evaluasi
1. Tidak ada suara nafas tambahan dan sputum.
2. Suhu tubuh pasien kembali normal 36,0˚ c.
3. Pasien tidak terkena infeksi selama di rumah sakit.
4. Kebutuhan nutrisi pasien tercukupi.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah


kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram.
BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas
dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya di masadepan.

4.2 Saran

Kami berharap dengan adanya makalah dan asuhan keperawatan pada


BBLR ini dapat dijadikan referensi bagi pembaca untuk lebih memperhatikan
status gizi anak.

18
DAFTAR PUSTAKA

Emergency Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta : JNPK, KR,


IDAI, POGI.
Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Edisi 9. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Ed.2. Jakarta : CV. Agung Seto.

19

Anda mungkin juga menyukai