Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG BBLR (BERAT BADAN BAYI

RENDAH)

KEPERAWATAN ANAK

oleh:
Kelompok 7 Kelas C2016
Nabilatuz Zulfa Salimah NIM 162310101143
Firda Romadhonia Putri Rivani NIM 162310101227
Ramayana Lestari Dewi NIM 162310101255

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No.37 Kampus Tegal Boto Jember Telp/Fax (0331) 323450
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam beberapa dasa warsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan
masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi
yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. Sejak tahun 1961 WHO telah
mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan
berat lahir rendah = BBLR ), Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah
sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian
perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh
kematian di sebabkan oleh BBLR.
Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian
yang mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena
dilihat dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8 %, di
Negara berkembang berkisar antara 10 – 43 %. Dapat di dibandingkan dengan
rasio antara Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4.
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari
bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia
akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental. Prognosis
akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi
terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal
seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia.
Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan
terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru alhir yang berat
badannya 2500 gram atau lebih rendah. Dalam definisi ini tidak termasuk bayi-
bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram. BBLR adalah neonatus dengan
berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram)
tanpa memandang masa kehamilan (Ambarwati & Rismintari, 2009 : 26;
Maryanti, et al., 2012 : 167).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB <
2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :
a. Prematur murni.
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB- SMK).
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu,
berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi
yang kecil untuk masa kehamilannya. (KMK).

2.2 ETIOLOGI
Menurut Maryanti, et al (2012:169) faktor yang mempengaruhi terjadinya
BBLR adalah :
a.    Faktor ibu
1)   Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia
gravidarum, dan nefritis akut.
2)   Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20 tahun, dan
multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.
3)   Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang.
4)   Sebab lain
Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
b.    Faktor janin
Hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan
koromosom.
c.    Faktor lingkungan
Tempat tinggal dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

2.3 TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala dari bayi berat badan rendah adalah :
a. Sebelum lahir
1) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
2) Pergerakan janin  lebih lambat.
3) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang seharusnya.
b. Setelah bayi lahir
1) Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.
2) Bayi premature yang alhir sebelum kehamilan 37 minggu.
3) Bayi small for date sama dengan bayi retradasi pertumbuhan intra uterine.
4) Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
a. Berat badan dari 2500 gram.
b. Panjang kurang dari 45 cm.
c. LD < 30 cm.
d. LK < 33 cm.
e. Umur kehamilan  < 37 minggu
f. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
g. Otot hipotonik lemah.
h. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
i. Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.

2.4 KLARIFIKASI

Menurut Mitayani (2013 : 172) BBLR dibagi menjadi dua golongan, yaitu:


a.   Prematuritas murni
Prematuritas murni yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang
dari 37 minggu dan berat bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
b.   Bayi small for gestational age (SGA)
Berat bayi lahir sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri atas
tiga jenis:
1)   Simetris (intrauterus for gestatational age) yaitu terjadi gangguan nutrisi
pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama
2)   Asimetris (intrauterus growth retardation) yaitu terjadi defisit nutrisi
pada fase akhir kehamilan
3)   Dismaturitas yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk masa gestasi dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauteri serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan
Sedangkan klasifikasi menurut Surasmi dalam Amirudin & Hasmi, (2014 :
146) adalah :
a.    Bayi berat badan amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 1000 gram.
b.    Bayi berat badan lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
kurang dari 1500 gram. Bayi berat badan cukup rendah adalah bayi yang
baru lahir dengan berat badan 1501-2500 gram.

2.5 PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
a. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor,
dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
b. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan
dibandingkan BBLC.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi
antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah
aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 –
34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus
sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi
amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak
dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan
untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan
secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding
dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini
akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.

2.6 PATHWAY

2.7 PENATALAKSANAAN
a. Penanganan bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
b. Pertahankan suhu tubuh
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat
dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam incubator maka
suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan
BB 2-2,5 kg adalah 34c. bila tidak ada incubator hanya dipakai popok
untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna
kulit,pernafasan, kejang dan sebagainyasehingga penyakit dapat dikenali
sedini mungkin.
c. Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju.
Sebelum memasukan bayi kedalam incubator. Incubator terlebih dahulu
dihangatkan sampai sekitar 29,4 C untuk bayi dengan BB 1,7 kg dan
32,20 C untuk bayi yang lebih kecil.
d. Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head
box.
e. Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
1) Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air mengalir selama
2 menit.
2) Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah memegang
bayi.
f. Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk
membantu terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan
pilihan utama, dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 mllarutan
glucose 5% yang steril untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1000
gram.
BAB 3

ASKEP KEPERAWATAN BBLR

3.1 PENGKAJIAN

Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah komponen


utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data,
mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data antara
lain meliputi :
a. Biodata
1) Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, alamat, status, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose
medis)
2) Identitas penanggung jawab (nama, umur, pekerjaan, alamat, hubungan
dengan pasien)

b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir sangat
rendah yaitu 1060 gram.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Selain itu setelah lahir bayi tidak langsung menangis dengan nilai apgar
score yaitu 4-5-6 (asfiksia sedang), oleh karena itu bayi sekarang dipindah
keruang Perinatologi untuk mendapat tindakan lebih lanjut.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Pre Natal
b) Intra Natal
c) Post Natal
4) Riwayat kesehatan keluarga
c. Pola Fungsional Gordon
1. Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR 3 jam sekali
sekitar 30 cc melalui selang OGT

2. Eliminasi Urine dan Feses


Klien BAB ± 3-5x sehari dengan konsistensi warna hitam, lembek cair, bau
khas feses bayi. BAK menggunakan pempers dan diganti setian 6 jam
sekali dan terisi ± 100 cc

3. Istirahat dan Tidur


Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan merasa kotor setelah
BAB dan BAK, rata-rata tidur per hari yaitu 20-22 jam

4. Peran dan Hubungan


Keluarga mengatakan anak akan diasuh oleh orang tuanya sendiri, dan
selama ini ibu bayi menengok keruang perinatologi

5. Toleransi Stress dan Koping


Klien menangis saat merasa lapar, tidak nyaman, dan saat kotor

3.2 DIAGNOSA

1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di


rongga paru
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis
3. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi
imunologik.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.
3.3 INTERVENSI

DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN


NO KEPERAWATAN TT
TUJUAN TINDAKAN RASIONAL

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Observasi - Sebagai


pola nafas tindakan TTV, acuan
berhubungan keperawatan cuping penatalaksa
dengan selama 3x24 jam hidung, naan
penumpukan cairan jalan nafas retraksi dada tindakan
dirongga paru, adekuat, dengan - Berikan - Mensuplai
penurunan ekspansi kriteria hasil : terapi O2 O2 dalam
paru 2lt/menit tubuh
- Pernafasan - Posisikan - Memberikan
adekuat 16-30 klien semi rasa nyaman
x/menit fowler klien
- Perkusi paru - Jaga - Jalan nafas
sonor kepatenan tidak ada
- Auskultasi jalan nafas : sumbatan
vesikuler suction
- Tidak ada
penumpukan
cairan di paru
2 Resiko hipotermi Setelah dilakukan -Pantau suhu - Sebagai
berhubungan tindakan setiap 3 jam acuan
dengan jaringan keperawatan sekali penatalaksa
subkotis tipis selama 3x24 jam naan
hipotermi tubuh
stabil , dengan tindakan
kriteria hasil : -Atur suhu - Mengikuti
incubator program
- Suhu tubuh sesuai indikasi yang
normal 36- -Hindarkan dianjurkan
37,5°C
bayi kontak
- Akral hangat
- Bayi tidak langsung
menggigil dengan
sumber
dingin/panas
-Ganti popok - Menjaga
bila basah kenyamanan
klien

3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Monitor BB - mengetahui


nutrisi : kurang dari tindakan klien perkembang
kebutuhan tubuh keperawatan an nutrisi
berhubungan selama 3x24 bayi
dengan kebutuhan nutrisi
prematuritas, terpenuhi ,
ketidakmampuan dengan kriteria - membantu
mengabsorbsi hasil : - Pasang suplai
nutrisi selang OGT nutrisi untuk
- BB seimbang tubuh
2500-3500 - indikasi bayi
gram mampu
- Reflek hisap menyerap
kuat - Kaji nutrisi
- Intake ASI kemampuan - mengatur
adekuat reflek hisap keseimbang
an cairan
- Monitor pada klien
asupan
intake dan - asupan
output nutrisi bayi
cairan bisa
- Kolaborasi tercukupi
dengan ahli
gizi untuk
pemberian
nutrisi
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan - Pantau tanda - Sebagai
berhubungan tindakan gejala acuan
dengan keperawatan infeksi : penatalaksa
Prematuritas dan selama 3x24 tidak suhu, naan
system imun yang terjadi infeksi, lekosit, tindakan
tidak adekuat dengan kriteria penurunan
hasil : BB
- Batasi
- Tidak ada jumlah - Memberi
tanda tanda pengunjung kenyamanan
infeksi pada klien
- Jumlah
lekosit dalam
batas normal - Gunakan
5000-10000 teknik - Agar tidak
aseptic terjadinya
selama infeksi pada
berinteraksi klien
dengan klien
- Bersihkan
incubator
secara - Menjaga
berkala incubator
tetap terjaga
kebersihann
- Berikan anti ya
biotik sesuai - Mencegah
advis dokter penyebaran
infeksi
CRITICAL APRAISAL JURNAL “KANGAROO MOTHER CARE PADA
BAYI BERAT LAHIR RENDAH : SISTEMATIK REVIEW”

Tetti Solehati, Cecep Eli Kosasih, Yulia Rais, Noor


AUTHOR (YEAR) Fithriyah Darmayanti, Neneng Ratnanengsih Puspitasari.
(2018)
Berdasarkan uraian permasalahan pada jurnal mengenai
BBLR yang akan menimbulkan dampak jangka panjang
dimasa mendatang, maka penelitian ini dilaksanakan guna
menganalisis salah satu penatalaksanaan atau tindakan yang
CONCEPTUAL dapat diberikan pada bayi-bayi dengan BBLR dan
FRAMEWORK diharapkan dengan biaya yang minim, jarak yang jauh dari
pelayanan kesehatan, transportasi yang tidak memadai tetap
mendapatkan pelayanan kesehatan terjangkau dan dengan
hasil yang sama baiknya dalam meningkatkan psikologis
dan emosional bayi, yaitu Kangoroo Mother Care (KMC).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sistematik
review untuk mensintesis hasil-hasil penelitian terkait
DESIGN/METHOD
pengaruh Kangoroo Mother Care (KMC) untuk perawatan
BBLR.
Sampel dalam penelitian ini adalah BBLR yang dilakukan
intervensi Kangoroo Mother Care (KMC). Pencarian artikel
jurnal melalui database elektronik seperti Google Scholar,
Pub Med, NEJM, dan Science Direct dengan keyword yang
SAMPLE/SETTIN digunakan berbahasa indonesia dan inggris yaitu BBLR
G atau Low Birth Weight, Kangoroo Mother Care dengan
rentang penelitian tahun 2014-2018. Dengan hasil pencarian
ditemukan 1.625 artikel pada Google Scholar 201 artikel,
NEJM 12 artikel, Pub Med 633 Artikel, dan Science Direct
779 artikel
MAJOR Variabel bebas (independent) adalah Kangoroo Mother
VARIABLES Care (KMC.
STUDIED (AND
Variabel terikat (dependent) adalah Bayi Berat Lahir
THEIR
DEFINITIONS) Rendah (BBLR).
Penelitian ini menggunakan pengukuran data kuantitatif
dengan mencari kualitas literatur yang sesuai:
1. Melakukan identifikasi kualitas dari banyaknya
rujukan literatur lain terhadap literatur tersebut
Dari hasil pencarian yang ditemukan yaitu sebanyak
1.625. Artikel pada Google Scholar 201 artikel,
NEJM 12 artikel, Pub Med 633 Artikel, dan Science
Direct 779 artikel kemudian diseleksi. Kemudian
diseleksi berdasarkan spesifikasi KMC pada
perawatan BBLR yaitu meliputi : Perawatan fisik
MEASUREMENT (suhu, respirasi), perawatan Nutrisi (Peningkatan
Berat Badan), dan perawatan kulit (Lowdermilk,
2013). Selanjutnya dilakukan seleksi kembali
berdasarkan kriteria inklusi yaitu : 1) artikel yang
dipublikasikan full text, 2) artikel yang
dipublikasikan dalam rentang waktu 2014- 2018, 3)
jenis penelitian kuantitatif, 4) kriteria peneliti
minimal S1 Keperawatan, 5) artikel yang memiliki
konten utama intervensi Kangaroo Mother Care,
untuk perawatan BBLR. Hingga yang relevan dan
sesuai dengan permintaan yaitu sebanyak 8 artikel.
DATA ANALYSIS Pengaruh perawatan metode kangguru terhadap berat badan
sebelum dilakukan perawatan metode kanguru yaitu
1641 dengan standar deviasi 541,13 dan standar eror 241,9.
Berat badan sesudah dilakukan perawatan metode kanguru
yaitu 1496 dengan standar deviasi 406,485 dan standar eror
181,786. Terdapat pengaruh berat badan bayi baru lahir
rendah yang terpasang alat medis terhadap perawatan
metode kanguru dengan nilai p=0,000 (p<0,05) yang artinya
ada perbedaan yang signifikan antara berat badan bayi pada
sebelum dilakukan perawatan metode kanguru dengan
sesudah dilakukan perawatan metode kanguru. Sebanyak 11
bayi dengan BBLR di RSI Sakinah Mojokerto yang
diberikan metode kangguru selama satu bulan didapatkan
adanya peningkatan berat badan yang berkisar antara 50-
350 gram. Perawatan dengan metode kanguru pada BBLR
kemudian dilakukan kembali di tahun 2017 bahwa ada
pengaruh perawatan metode kanguru terhadap kenaikan
berat badan pada BBLR di ruang perinatologi RSUD Dr.
Rasidin Padang tahun 2017 dengan p value 0,000.
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 hari berturut-turut
terhadap 15 orang ibu yang memiliki bayi BBLR diruang
perinatologi yang keseluruhannya merupakan kelompok
intervensi karena desain yang digunakan yaitu pre test and
post test one group design.
FINDINGS Hasil penelitian dari beberapa artikel menunjukkan bahwa
perawatan metode kangaroo mother care memberikan
pengaruh terhadap respon fisiologis pada Bayi Berat
Lahir Rendah, yaitu dalam mempertahankan suhu tubuh,
peningkatan berat badan, peningkatan saturasi O2 dan
stabilisasi nadi. Menurut Astuti, Mutoharoh dan Priyanti,
tahun 2015 pada 28 bayi, melalui metode kuasi
eksperimental dengan pre dan post test control group
desain, tentang pengaruh penerapan KMC dengan
peningkatan berat badan BBLR. Terjadi peningkatan berat
badan pada bayi yang mendapatkan perawatan KMC yaitu
sebesar 1071,43 gram. hal ini berarti ada pengaruh
perawatan KMC terhadap peningkatan berat badan bayi
BBLR.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh KMC terhadap BBLR. Oleh

APPRAISAL karena itu merekomendasikan KMC sebagai terapi


WORTH TO untuk perawatan Bayi Berat Lahir Rendah yang dapat
PRACTICE dilakukan oleh ibu secara langsung, tanpa biaya dengan
pemberian pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan
terlebih dahulu.
REFERENSI

Ambarwati, E. R., & Rismintari, Y. S. (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas.


Yogyakarta: Nuha Medika
Amirudin, R., & Hasmi. (2014). Determinan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: TIM
Maryanti, D., Sujianti, & Budiarti, T. (2012). Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan Balita.
Jakarta: Trans Info Media
Mitayani. (2013). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Solehati, Tetti., C.E. Kosasih, Y. Rais, N. F. Darmayanti, dan N. R. Puspitasari. 2018.

Kangaroo Mother Care Pada Bayi Berat Lahir Rendah : Sistematik Review.

Jurnal Kesehatan Masyarakat. 8(1): 83-96

Anda mungkin juga menyukai