Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK TERMOREGULASI TIDAK

EFEKTIF DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG


NEONATUS RSUD DR SOETOMO SURABAYA

Disusun Oleh :

Hallisa’tu Zahro
P27820820021

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SURABAYA JURUSAN KEERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Anak Termoregulasi Tidak Efektif Dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) Di Ruang Neonatus RSUD Dr. Soetomo Surabaya dilakukan pada tanggal 6 Januari
2021. s.d 16 Januari 2021.
Telah dilaksanakan sebagai laporan praktik Klinik Keperawatan Anak oleh:
Nama Mahasiswa : Hallisa’tu Zahro

NIM : P27820820021

Surabaya, 12 Januari 2021


Mahasiswa
Pembimbing Akademik

Kusmini Suprihatin, Hallisa’tu Zahro


M.Kep.,Sp.Kep.An.
NIM. P27820820021
NIP. 197103252001122001
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

A. DEFINISI
Menurut WHO, bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir
dengan berat kurang dari 2.500 gram. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
yaitu neonatus atau kelahiran bayi dengan berat saat kelahiran kurang dari 2.500
gram tanpa memandang masa kehamilan.
Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram pada saat lahir. Bayi prematur (preterm) termasuk dalam
klasifikasi bayi BBLR yaitu bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari
37 minggu yang disebut berat badan rendah prematur dan bayi yang lahir dengan
usia kehamilan 37 minggu yang disebut pertumbuhan janin terhambat atau sering
disebut Intra Uterine Growth Retardation (IUGR).
Semua batasan tersebut disempurnakan lagi oleh Kementrian Kesehatan RI
yang menerangkan tentang batasan BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia kehamilan. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir dan untuk keperluan bidan di
desa berat lahir masih dapat diterima apabila dilakukan penimbangan dalam 24
jam pertama setelah lahir.

B. KLASIFIKASI
Beberapa klasifikasi pengelompokkan BBLR adalah sebagai berikut.
1. Menurut Harapan Hidup :
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1.000-1.500 gram
c. Bayi dengan berat badan ekstrim rendah (BBLER), berat lahir kurang
dari 1.000 gram

2. Menurut Masa Gestasi:


a. Prematuritas murni, masa gestasinya kurang dari 37 minggu akan tetapi
berat badan sesuai dengan berat badan masa gestasinya. Prematuritas
murni sering disebut dengan noenatus kurang bulan sesuai masa
kehamilannya.
b. Dismaturitas, bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasinya. Bayi biasanya mengalami retardasi
pertumbuhan intra uterin atau sering disebut Intra Uterine Growth
Retardation (IUGR) dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilanya.
3. Menurut Masa Gestasi (Dihitung dari HPHT sampai saat kelahiran)
a. Bayi kurang bulan (preterm), adalah bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (259 hari).
b. Bayi cukup bulan (aterm), adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37
– 42 minggu (259-293 hari).
c. Bayi lebih bulan (post-term), adalah bayi dengan masa kehamilan lebih
42 minggu (294 hari atau lebih).

C. ETIOLOGI
Penyebab BBLR terbanyak adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia
kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang yang dapat
terjadi1. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi BBLR secara umum adalah
sebagai berikut4.
1. Faktor Ibu: gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau di
atas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu
(hipertensi, jantung, dan perokok), dan faktor bekerja yang terlalu berat.
2. Faktor Kehamilan: hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan
antepartum, dan komplikasi hamil (preeklamsi/eklamsia dan ketuban pecah
dini).
3. Faktor Janin: cacat bawaan dan infeksi dalam rahim.
4. Faktor yang masih belum diketahui.

D. PATOFISIOLOGI
BBLR merupakan keadaan dimana bayi baru lahir mengalami berat badan
kurang dari normal. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu dari ibu dan
janin sendiri seorang ibu yang memiliki kelainan pada fungsi organ dan sistem
peredaran darah akan menyebabkan sirkulasi ibu ke janin terganggu sehingga
akan mengakibatkan pasokan nutrisi, volume darah dan cairan dari ibu ke janin
akan sangat minim ini akan mengakibatkan pertumbuhan janin dalam rahim akan
terganggu dengan demikian akan mengakibatkan berat badan bayi kurang dari
normal2.
Faktor janin sangat mempengaruhi kemugkinan berat badan lahir bayi dimana
jika ada gangguan pada fungsi plasenta, liquor amni, tali pusat dan fungsi organ
tubuh janin akan mengakibatkan penerimaan terhadap kebutuhan yang diperoleh
dari ibu tidak optimal sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
organ menjadi terhambat yang akan mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan
rendah. selain itu juga bayi-bayi yang lahir pada usia kehamilan preterm juga akan
lahir dengan berat badan rendah.
E. PATHWAY
Etiologi

Faktor Ibu Faktor Janin

Faktor Plasenta

BBLR/BBSL

Kontrol suhu imatur


Jaringan lemak sub kutan
Reflek menelan belumlebih
sempurna & imaturitas system pencernaan Prematuritas
Imaturitas Penanganan
medis
paru &neuro
muscular

Permukaan tubuh relative lebih luas Imaturitas Prosedur


Vaskuler
Paru Imatur Imunologis Invasif
Kehilangan Panas melalui kulit

Risiko Infeksi (D.0142)


Keidakmamapuan mencerna nutrisi Infusiensi
Pernafasan

Pemaparan
Regulasi Ketidakseimbangan
dengan Kekurangan
cadangan pernapasan kadar CO2 & O2 di
suhu luar
energi tidak teratur dalam tubuh

Kehilangan Pola nafas


Panas malnutrisi
tidak efektif Gangguan
(D.0005) Pertukaran
Resiko deficit Gas
nutrisi
Ketidakefektifa
n (D.0032)
termoregulasi

(D.0149)
F. MANIFESTASI KLINIS
Kementerian Kesehatan RI membagi gambaran klinis BBLR menjadi 2, yaitu:
1. Tanda-Tandi Bayi Kurang Bulan (KB)
a. Kulit tipis dan mengkilap
b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk sempurna
c. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada
punggung
d. Jaringan payudara belum terlihat dan puting masih berupa titik
e. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora
f. Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan dan testis kadang
belum turun
g. Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
h. Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
i. Aktifitas dan tangisannya lemah
j. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah
2. Tanda-Tanda Byai Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
a. Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan tetapi beratnya kurang
dari 2500 gram
b. Gerakannya cukup aktif dan tangis cukup kuat
c. Kulit keriput dan lemak bawah kulit tipis
d. Bila kurang bulan jaringan payudara kecil dan puting kecil. Bila cukup
bulan payudara dan puting sesuai masa kehamilan
e. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
f. Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
g. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
h. Mengisap cukup kuat

G. KOMPLIKASI
Kementerian Kesehatan RI mengemukakan masalah-masalah yang mungkin
dapat terjadi pada BBLR, yaitu asfiksia, gangguan napas, hipotermi, hipoglikemi,
masalah pemberian ASI, infeksi, ikterus (kadar bilirubin yang tinggi), dan
perdarahan.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan
kurang bulan. Dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto toraks pad
bayi dengan penyakit membran hyaline karena kekurangan surfaktan
berupa terdapatnya retikulogranularpada parenkin dan grukogram udara.
Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white long.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu
dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau
perdarahan intra cranial dengan menyisualisasi ventrikel dan struktur otak
garis tengah dengan fontanel anterior yang terbuka.
2. Darah Lengkap
No. Darah Rutin Rentang normal Rentang pada BBLR

1. Hematokrit 1 hari 48 – 69 %, 43,1


( HCT)
2 hari 48 – 75%,

3 hari 44 – 72 %

2 Hemoglobin 1-3 hari 14,5 – 22,5 g/dl 16


(Hb)

3 Hb A. >95% 0,95 fiaksi Hb 90

4 Leukosit BBL : 9,0 - 30,0 x 103 28,04


sel/mm3(NL),

1 hari / 24 jam 9,4 - 43,0x 103


sel/mm3(NL),

1 bulan 9,0 - 19,5 x103 sel/mm3


(NL).

I. PENATALAKSANAAN
Penanganan BBLR dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut5.
1. Mempertahankan suhu dengan ketat
2. Mencegah infeksi dengan ketat
3. Pengawasan nutrisi (ASI)
. Penimbangan ketat
Kementerian Kesehatan RI sendiri menjelaskan bahwa BBLR perlu mendapat
perhatian dan penanganan yang baik pada saat lahir, yaitu harus mendapat
pelayanan neonatal esensial yang terdiri atas:
1. Persalinan yang bersih dan aman
2. Stabilisasi suhu
3. Inisiasi pernapasan spontan
4. Pemberian ASI dini dan eksklusif
5. Pencegahan infeksi dan pemberian imunisasi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas
b. Riwayat penyakit keluarga
c. Pemeriksaan fisik meliputi:
1) Kepala : lingkar kepala < 33 cm,kepala lebih besar dari badan,kepala
menghadap satu jurusan
2) Mata: sklera ikterik, bila terjadi hiperbilirubin anemia
3) Telinga: elastisitas daun telinga masih kurang
4) Muskuluskeletal: tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan
sempurna, lembut dan lunak,tulang tengkorak dan tulang rusuk
lunak,gerakan lemah tidak aktif
5) Kardiovaskuler: denyut jantung rata-rata 120 sampai 160 per menit
pada bagian apikal dengan ritme yang teratur; pada saat kelahiran
,kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagian interkostal yang
menunjukkan aliran darah dari kanan ke kiri karena hipertensi atau
atelektasis paru.
6) Integumen: kulit yang berwarna merah muda atau merah,kekuning-
kuningan,sianosis atau campuran bermacam warna;sedikit vernik
kaseosa,dengan rambut lanugo disekujur tubuh,kurus,kulit tampak
transparan.
7) Pernafasan: jumlah pernafasan rata-rata antara 40-60 per menit di
selingi dengan pefriode apnea,pernafasan tidak teratur,dengan flaring
nasal (nasal melebar).
8) Abdomen: perut cekung lunak,suara bising usus lemah
9) Genetalia:
a) Bayi perempuan: klitoris yang menonjuol dengan labia mayora yang
belum berkembang
b) Bayi laki-laki: skrotum yang belum berkembang sempurna,testis
tidak turun ke dalam skrotum

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Termolegolasi tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai
lemak subkutan ditandai dengan suhu tubuh fluktuatif (D.0149)
b. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient (D.0032)

c. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh


(D.0142)

d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi


perfusi ditandai dengan dispnea (D.0003)

e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas ditndai
dengan dispnea (D.0005)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa
Keperawatan
(SDKI) Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
1. Termolegolasi tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Observasi
efektif berhubungan selama 3x 24 jam diharapkan suhu tubuh dalam
dengan ketidakadekuatan membaik dengan kriteria hasil : 1. Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5 oC -
suplai lemak subkutan 37,5oC)
ditandai dengan suhu Termoregulasi Neonatus (L.14135) 2. Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika perlu
tubuh fluktuatif (D.0149)
1. Menggigil menurun 3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan
2. Suhu kulit membaik nadi
3. Suhu kulit membaik 4. Monitor warna dan suhu kulit
4. Kadar glukosa membaik
5. Pucat menurun 5. Monitor dan catat tanda dan gejala
6. Frekuensi nadi menurun hipotermia/hipertermia
Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
3. Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah
kehilangan panas
4. Masukkan bayi BBLR ke dalam plastic segera
setelah lahir
5. Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan
panas pada BBL
6. Tempatkan BBL dibawah radiant warmer
7. Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
8. Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan
kontak dengan bayi(mis: selimut,kain bedongan,
stetoskop)
9. Hindari meletakkan bayi didekat jendela
terbuka/diarea aliran pendingin ruangan / kipas
angina
10. Gunakan matras penghangat, selimut hangat, dan
penghangat ruangan untuk menaikkan suhu
11. Gunakan kasur pendingin, water circulating
blankets, ice pack/gel pad dan intravascular
cooling cathetetedzation untuk menurunkan suhu
tubuh
12. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan head exhaustion dan heat
stroke
2. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena
terpapar udara dingin
3. Demonstrasikan teknik perawatan metode
kanguru(PMK) untuk bayi BBLR.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antipiretik

2. Resik Resiko defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan


Edukasi Nutrisi Bayi (1.12397)
nutrisi berhubungan selama 3 x 24 jam diharapkan defisit nutrisi
dengan ketidakmampuan membaik dengan kriteria hasil : Observasi
mengabsorbsi nutrient 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan ibu atau
(D.0032) Status nutrisi bayi (L.03031)
1. Berat badan meningkat pengasuh menerima informasi
2. Membrane mukosa kuning menurun 2. Kemampuan ibu atau pengasuh bayi akan nutrisi
3. Bayi cengeng menurun
4. Proses tumbuh kembang meningkat Terapeutik
5. Kesulitan makan menurun 1. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan kepada ibu atau pengasuh
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan tanda-tanda awal rasa lapar( misal bayi
gelisah, membuka mulut dan menggeleng-
gelengkan kepala, menjulur julurkan lidah,
mengisap jari atau tangan)
2. Anjur pemberi pemain ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat ( PHBS) cuci tangan sebelum
dan sesudah makan, titik tangan dengan sabun
setelah ke toilet
3. Anjurkan tetap memberikan asi saat bayi sakit

3. Resiko infeksi (D.0142) Setelah dilakukan tindakan keperawatan


Manajemen Imunisasi / vaksinasi (1.14508)
selama 3x 24 jam diharapkan resiko infeksi
menurun dengan kriteria hasil : Observasi
1. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat
Tingkat infeksi (L.14137) alergi
1. Demam menurun
2. Kemerahan menurun 2. Identifikasi. Kontraindikasi pemberian
3. Nyeri menurun imunisasi (mis : reaksi anafilaksis terhadap
4. Bengkak menurun vaksin sebelumnya dan atau sakit parah
5. Kadar sel darah putih membaik dengan atau tanpa demam)
3. Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan
ke pelayanan kesehatan
Terapeutik
1. Berikan suntikan pada bayi di bagian paha
anterolateral
2. Dokumentasikan informasi vaksinasi (mis=
nama produsen dan kadaluarsa
3. Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang
tepat
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi,
jadwal,dan efek samping
2. Informasikan imunisasi yang diwajibkan
pemerintah
3. Informasikan imunisasi yang melindungi
terhadap penyakit namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah (mis= influenza.
Pneumokokus
4. Menginformasikan vaksinasi untuk kejadian
khusus (mis= rabies, tetanus)
5. Menginformasikan penundaan imunisasi tidak
berarti mengulangi jadwal imunisasi kembali
6. Imunisasikan penyedia layanan Pekan
Imunisasi Nasional yang menyediakan vaksin
gratis
4 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Pemantauan Respirasi (1.01014)
berhubungan dengan selama 3x 24 jam diharapkan gangguan
ketidakseimbangan pertukaran gas meningkat dengan kriteria hasil : Observasi
ventilasi perfusi ditandai
1. monitor frekuensi napas
dengan dispnea (D.0003) Tingkat infeksi (L.01003)
1. Tingkat kesadaran meningkat 2. monitor pola napas
2. Dispnea menurun 3. monitor kemampuan batuk efektif
3. Bunyi napas tambahan menurun
4. pH arteri membaik 4. monitor adanya sputum berlebih
5. monitor adanya sumbatan jalan napas
6. palpasi ekspansi paru
7. monitor saturasi oksigen
8. monitor nilai AGD
9. monitor hasil X-ray thorak
Terapeutik
1. atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
2. dokumentasikan hasil pemantauan
edukasi
1. jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. informasikan hasil pemantauan.
5 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Manajemen Jalan Napas (1.01011)
berhubungan dengan selama 3x 24 jam diharapkan pola nafas tidak
hambatan upaya nafas efektif membaik dengan kriteria hasil : Observasi
ditndai dengan dispnea 1. Monitor pola napas
(D.0005) Pola Napas (L.01004)
2. Monitor bunyi napas
1. dispnea menurun
2. penggunaan otot bantu napas menurun 3. Monitor sputum
3. pemanjangan fase ekspirasi Terapeutik
4. frekuensi napas membaik
5. kedalaman napas membaik 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Posisikan semi fowler
3. Berikan minuman hangat
4. Lakukan fisioterapi dada
5. Lakukan penghisapan lendir
6. Lakukan hiperoksigenasi
7. Keluarkan sumbatan benda padat
8. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
2. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator
1. Implementasi Keperawatan
Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan di tuliskan berdasarkan SLKI.

2. Evaluasi Keperawatan
Merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yangg
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buku Acuan Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Untuk Bidan di Desa. Jakarta.
Manuaba, I.B.G., dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta. EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta. Med Action Publishing.
Prawirohardjo. 2008 Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.
Proverawati, A. dan Ismawati, C. 2010. Berat Bayi Lahir Rendah. Yogyakarta. Nuha Medika.
Saifudin, A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.
FORMAT PENGKAJIAN NEONATUS
(DI RUANG PERINATAL PADA TANGGAL 3 JULI 2018)

I. DATA BAYI
Nama bayi : By. Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir / usia: 2 Juli 2018, jam
12.00 BB / PB : 1800 gr / 38 cm
APGAR Score :
Aspek yang 0 1 2 1 min 5 min
dinilai

Detak jantung Tidak ada < 100 >100 2 2

Pernapasan Tidak ada Pelan/lemah Menangis 1 2

Kekuatan otot Lemah Sedang Kuat 1 1

Reflek Tidak ada Sedang Kuat 1 1

Warna kulit Pucat Biru/pink pink 0 1

Total 5 7

II. PENGKAJIAN FISIK NEONATUS


Instruksi :
Beri tanda(√) pada istilah yang tepat/ sesuai dengan data – data dibawah ini. Gambarkan
semua temuan abnormal objective, ginakan kolom data tambahan bila perlu.
1. Refleks :
Moro □ menggenggam √ menghisap □
2. Tonus / aktivitas
a. Menangis : keras □ lemah √ melengking □ sulit menangis □
b. Tonus : Aktif □ Tenang □ Letargy √ Kejang □
3. Kepala/ Leher

a. Fontanel Anterior : Lunak Tegas Datar √ Menonjol


Cekung

b. Sutura Sagitalis : Tepat √ Terpisah Menjauh

c. Gambaran Wajah : Simetris √ Asimetris

a. Molding : Caput Succedaneum Chephalhematome


4. Mata

Bersih √ Sekresi

5. Telinga Hidung Tenggorokan

a. Telinga : Normal √ Abnormal

b. Hidung : Normal √ Abnormal

c. Tenggorokan : Normal √ Abnormal

6. Abdomen

a. Lunak Tegas Datar √ Kembung

b. Lingkar Perut : 25cm

7. Toraks

a. Simetris √ Asimetris

b. Klavicula : Normal √ Abnormal

9. Paru-paru

a. Suara Nafas Kanan-Kiri : Sama √ Tidak Sama

b. Suara Nafas di Semua Lapang Paru : Terdengar √ Tidak Terdengar


Menurun

c. Suara Nafas : Bersih √ Ronchi


Rales Sekresi

d. Respirasi Spontan √

e. Alat Bantu Nafas √ (Nasal canul 2 lpm)

9. Jantung

a. Bunyi : Normal Sinus Rythm Frekuensi √ (140x/menit)

b. Murmur

10. Gerakan Extremitas

a. Gerakan : Bebas √ ROM Terbatas Tidak Terkaji

11. Umbilikus
Normal √ Abnormal Atas : Normal √
Normal √
12. Extremitas 13. Genital
Bawah :
Inflamasi Abnormal Rainage
Abnormal

Laki-laki Normal Perempuan Normal √ Abnormal


14. Anus

Paten √

15. Spina

Normal √ Abnormal
16. Kulit

a. Warna : Pink Pucat √ Sianosis kuku √


Sianosis Seluruh Tubuh

b. Tanda Lahir : tidak ada tanda lahir

17. Suhu

a. Lingkungan : 26oC Inkubator : 36,5 oC Suhu Ruang : 24 oC

III. DATA ORANG TUA:

Nama Ibu :Ny. S Nama Ayah : Tn. S

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan Swasta

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Alamat: Dusun Pulo, Galurejo, Lendah Alamat : Dusun Pulo, Galurejo,


Lendah

IV. RIWAYAT PRENATAL (ANC)

Jumlah Kunjungan : 3 x kunjungan

Bidan/ Dokter : Bidan


Pendidikan Kesehatan Yang Didapatkan : pemenuhan gizi dan asupan vitamin

HPHT : 25 Oktober 2017

Kenaikan BB Selama Hamil : 20 kg

Komplikasi Kehamilan : perdarahan antepartum

Komplikasi Obat : tidak ada

Obat-obatan Yang Didapat : tidak terkaji

Pengobatan Yang Didapat : tidak terkaji

Riwayat Hospitalisasi : ibu tidak memiliki riwayat hospitalisasi

Golongan Darah Bumil :B

Kehamilan Direncanakan/ Tidak : kehamilan direncanakan

V. PEMERIKSAAN KEHAMILAN (MATERNAL SCREENING)

Hepatitis :√

Herpes :√

HIV :√

TT :√

VI. RIWAYAT KELAHIRAN

Riwayat Kelahiran : Pervaginam √ Forcep Vacuum

Tempat Melahirkan : RS Sutomo

VII. RIWAYAT POSTNATAL

APGAR Score : 7 (asfiksia sedang)

Usaha Nafas : Tanpa Bantuan Dengan Bantuan √

Adanya Trauma

Keluarnya Urine BAB

VIII. RIWAYAT SOSIAL


- Struktur Keluarga (Genogram) :

Keterangan :

: laki – laki : Perempuan

: : bayi ny.S
: tinggal serumah

- Budaya : Jawa Suku : Jawa Agama : Islam Bahasa Utama : Indonesia

- Problem Sosial Yang Penting : tidak ada

Kurang sistem pendukung

Perbedaan bahasa

Riwayat penggunaan zat adiktif

Lingkungan rumah yang kurang memadai

Keuangan

- Hubungan Orang Tua Dengan Bayi :

IBU TINGKAH LAKU AYAH


√ Menyentuh √
√ Memeluk √
√ Berbicara √
√ Berkunjung √
√ Memanggil Nama √
√ Kontak Mata √

- Orang Terdekat Yang Dapat Di Hubungi : Ayah dari Bayi


- Orang Tua Berespon Terhadap Penyakit : Ya √ Tidak
Respon :
- Orang Tua Berespon Terhadap Hospitalisasi : Ya √ Tidak
Respon :
- Anak Lain :

JENIS KELAMIN RIWAYAT


RIWAYAT IMUNISASI
ANAK PERSALINAN
Perempuan normal HB 0

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Parameter Nilai Nilai Normal Satuan


HB 16 14 – 24 g/dl

Hematokrit 43,1 44 – 64 %
Leukosit 28,04 4 - 10,5 /uL

Trombosit 77 150 – 450 /uL

Eritrosit 4,30 4,8 – 7,1 /uL

MDV 11,1 6,5 – 12 FL


PDW 17,3 9 – 12 %
PCT 0,1 0,108 – 0,282 %
X. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


Ds : - BBLR Termoregulasi tidak
efektif
1. Do : Kontrol suhu imatur (D.0149)
- K/U : Lemah Permukaan tubuh
relative lebih luas
- TTV :
S : 35,9 OC N : 140x/mnt pernafasan dengan suhu
luar
R : 45x/mnt
kehilangan panas
- Bayi terlihat pucat
termoregulasi tidak
- Akral dingin
efektif
- Turgor kulit buruk >3 detik
- Menangis lemah

2. Ds : - BBLR Resiko nutrisi


(D.0032)
Do : reflek menelan belum
sempurna & imaturitas
- K/U : Lemah system pencernaan
- TTV : ketidak mampuan
S : 35,9 OC N : 140x/mnt mencerna nutrisi
R : 45x/mnt Kekurangan cadangan
- Bayi terpasang OGT energi
- Bayi tidak dapat menetek ibu malnutrisi
- BB :1800 gr
- Bibir tampak kering ketidakseimbangan
- Terdapat residu 0,5-2 cc/3 jam nutrisi kurang dari
- Terpasang IVFD D5% ditangan kebutuhan tubuh
kanan

3. DS : - BBLR Resiko Infeksi


DO : (D.0142)
- Leukosit 28,04 103 UL Prematuritas
- BB : 1800 gram Imaturitas Imunologis
- Nadi : 140 x/menit
- Suhu : 35,9 °C
- RR : 45 x/menit Resiko Infeksi
- Terpasang infuse di ekstermitas
atas kanan
- Terpasang ogt di mulut

XI. PRIORITAS DIAGNOSIS Keperawatan

1. Termolegolasi tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai lemak subkutan


ditandai dengan suhu tubuh fluktuatif (D.0149)
2. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient (D.0032)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh (D.0142)
XII. INTERVENSI

No. Diagnosa
Keperawatan
(SDKI) Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
1. Termolegulasi tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Observasi
efektif selama 2 x 3 jam diharapkan suhu tubuh membaik
dengan kriteria hasil : 1. Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5
(D.0149) o o
C -37,5 C)
Termoregulasi Neonatus (L.14135) 2. Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam,
- Menggigil menurun jika perlu
- Suhu kulit membaik
- Suhu kulit membaik 3. Monitor tekanan darah, frek
- Kadar glukosa membaik pernapasan dan nadi
- Pucat menurun
- Frekuensi nadi menurun 4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia/hipertermia
Terapeutik
1. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat
2. Bedong bayi segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas
Edukasi
1. Demonstrasikan teknik perawatan metode
kanguru(PMK) untuk bayi BBLR.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antipiretik

2. Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan


Edukasi Nutrisi Bayi (1.12397)
selama 2 x 3 jam diharapkan defisit nutrisi
(D.0019) Observasi
membaik dengan kriteria hasil :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan ibu atau
Status nutrisi bayi (L.03031) pengasuh menerima informasi
1. Berat badan meningkat
2. Membrane mukosa kuning menurun 2. Kemampuan ibu atau pengasuh bayi akan nutrisi
3. Bayi cengeng menurun Terapeutik
4. Proses tumbuh kembang meningkat
5. Kesulitan makan menurun 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan kepada ibu atau pengasuh
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan tanda-tanda awal rasa lapar( misal bayi
gelisah, membuka mulut dan menggeleng-
gelengkan kepala, menjulur julurkan lidah,
mengisap jari atau tangan)
2. Anjur pemberi pemain ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat ( PHBS) cuci tangan sebelum
dan sesudah makan, titik tangan dengan sabun
setelah ke toilet
3. Anjurkan tetap memberikan asi saat bayi sakit

3. Resiko infeksi (D.0142) Setelah dilakukan tindakan keperawatan


Pencegahan Infeksi (1.14539)
selama 3x 24 jam diharapkan resiko infeksi
menurun dengan kriteria hasil : Observasi
1. monitor tanda dan gejala lokal dan sistemik
Tingkat infeksi (L.14137)
1. Demam menurun Terapeutik
2. Kemerahan menurun
1. batasi jumlah pengunjung
3. Nyeri menurun
4. Bengkak menurun 2. berikan perawatan kulit pada area edema
5. Kadar sel darah putih membaik
3. cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
4. pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko
tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
pemberian imunisasi, jika perlu
XIII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No. Hari,tgl/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

1. 4 Juli 2018/ Termolegolasi S:-


1. Memonitor suhu bayi sampai stabil
12.00 tidak efektif
(36,5 oC -37,5oC)
berhubungan O:
dengan Hasil : 35,0oC
ketidakadekuatan 2. Memonitor suhu tubuh anak tiap 2 - K/U : Lemah
suplai lemak jam, jika perlu
subkutan ditandai - TTV :
dengan suhu tubuh Hasil 35,2 S : 35,2OC
fluktuatif 3. Memonitor frekuensi pernapasan dan
nadi N : 160x/mnt

Hasil : rr : 45 x/mnt , N: 165 x/mnt R : 45x/mnt


4. Memonitor warna dan suhu
- Bayi masih menggigil
kulit Hasil : warna kemerahan
- Menggigil belum menurun
Suhu kulit 35,2 0C - Suhu kulit belum membaik
5. Memonitor dan catat tanda dan gejala - Kadar glukosa belum membaik
- Pucat tetap
hipotermia/hipertermia
- Frekuensi nadi meningkat
Hasil : bayi menggigil -
6. membedong bayi segera setelah lahir A : Masalah Keperawatan
untuk mencegah kehilangan panas Termolegolasi tidak efektif teratasi
hasil : bayi sedikit hangat sebagian
7. Mendemonstrasikan teknik perawatan P : Intervensi dilanjutkan
metode kanguru(PMK) untuk bayi
BBLR
Hasil : ibu mampu mempraktekkan cara
PMK

8. mengkolaborasikan pemberian
antipiretik
Hasil : unttuk membantu proses
penyemuhan
2. 4 Juli 2018/ Resiko defisit 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S:-
13.00 nutrisi kemampuan ibu atau pengasuh
berhubungan O:
menerima informasi
dengan - K/U : Lemah
ketidakmampuan Hasil : ibu terlihat mampu mengasuh
mengabsorbsi bayi dengan baik
- TTV :
nutrient . Melihat kemampuan ibu atau pengasuh
S : 35,8 OC
bayi akan nutrisi
Hasil : ibu kurang percaya diri dalam N : 160x/mnt
memberikan asi
R : 45x/mnt
3. menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan - Ibu bayi belum mampu dan
hasil : ibu antusias untuk siap untuk memberi asi
mndengarkan materi yang diberikan - Ibu bayi tetap tidak mau
memberi asi pada anak
A : Masalah Keperawatan Resiko
defisit nutrisi teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. 5 Juli 2018/ Termolegolasi S: -
1. Memonitor suhu bayi sampai stabil
09.00 tidak efektif
(36,5 oC -37,5oC)
berhubungan O:
dengan Hasil : 35,3 oC
ketidakadekuatan - K/U : Lemah
2. Memonitor suhu tubuh anak tiap 2
suplai lemak jam, jika perlu
subkutan ditandai - TTV :
dengan suhu tubuh 3. Memonitor frekuensi pernapasan dan S : 35,5OC
fluktuatif nadi
4. Hasil : rr : 45 x/mnt , N: 165 x/mnt N : 160x/mnt

5. Memonitor warna dan suhu kulit R : 45x/mnt


6. Memonitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia/hipertermia -bayi Menggigil
-Suhu kulit mulai
7. meningkatkan asupan cairan dan meningkat
nutrisi yang adekuat -Kadar glukosa tetap
8. membedong bayi segera setelah lahir -Pucat menurun
-Frekuensi nadi tetap
untuk mencegah kehilangan
A : Masalah Keperawatan
panas
9. Mendemonstrasikan teknik perawatan Termolegolasi tidak efektif teratasi
metode kanguru(PMK) untuk bayi sebagian
BBLR
10. mengkolaborasikan pemberian P : Intervensi dilanjutkan

antipiretik

2. 5 Juli 2018/ Resiko defisit 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S:-


10.00 nutrisi kemampuan ibu atau pengasuh
berhubungan O:
menerima informasi
dengan - K/U : Lemah
Hasil : ibu terlihat mampu mengasuh
ketidakmampuan bayi dengan baik
mengabsorbsi - TTV :
nutrient 2. Melihat kemampuan ibu atau
S : 35,8 OC
pengasuh bayi akan nutrisi
Hasil : ibu kurang percaya diri dalam N : 160x/mnt
memberikan asi
3. menyediakan materi dan media R : 45x/mnt
pendidikan kesehatan - Ibu bayi mulai memahami
hasil : ibu antusias untuk cara mengasuh bayi dengan
mndengarkan materi yang diberikan baik dan benar
- Ibu bayi sudah mulai
memberi asi ke bayinya
A : Masalah Keperawatan Resiko
defisit nutrisi teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
No. Hari,tgl/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

1. 6 Juli 2018/ Termolegolasi S:-


1. Memonitor suhu bayi sampai stabil
12.00 tidak efektif
(36,5 oC -37,5oC)
berhubungan O:
o
dengan Hasil : 35,8 C
ketidakadekuatan - K/U : Lemah
2. Memonitor suhu tubuh anak tiap 2
suplai lemak jam, jika perlu
subkutan - TTV :
ditandai dengan 3. Memonitor frekuensi pernapasan dan S : 36,7OC
suhu tubuh nadi
fluktuatif Hasil : rr : 45 x/mnt , N: 165 x/mnt N : 160x/mnt

4.Memonitor warna dan suhu kulit R : 45x/mnt


5. Memonitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia/hipertermia - Menggigil bayi menurun
- Suhu kulit membaik
6. meningkatkan asupan cairan dan - Kadar glukosa membaik
nutrisi yang adekuat - Pucat menurun
- Frekuensi nadi menurun
7. membedong bayi segera setelah lahir
A : Masalah Keperawatan
untuk mencegah kehilangan panas
8. Mendemonstrasikan teknik perawatan Termolegolasi tidak efektif
metode kanguru(PMK) untuk bayi teratasi sebagian
BBLR
P : Intervensi dilanjutkan
9. mengkolaborasikan pemberian
antipiretik
2. 6 Juli 2018/ Resiko defisit S:-
1. Mengidentifikasi kesiapan dan
13.00 nutrisi kemampuan ibu atau pengasuh O:
berhubungan menerima informasi
dengan - K/U : Lemah
Hasil : ibu terlihat mampu mengasuh
ketidakmampuan bayi dengan baik
mengabsorbsi - TTV :
nutrient 2.Melihat kemampuan ibu atau
S : 35,8 OC
pengasuh bayi akan nutrisi
Hasil : ibu kurang percaya diri dalam N : 160x/mnt
memberikan asi
3. menyediakan materi dan media R : 45x/mnt
pendidikan kesehatan - Ibu bayi belum mampu
hasil : ibu antusias untuk dan siap untuk memberi
mndengarkan materi yang diberikan asi
- Ibu bayi tetap tidak mau
memberi asi pada anak
A : Masalah Keperawatan Resiko
defisit nutrisi teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
XIV. PEMBAHASAN

Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada By.Ny.S dengan kasus BBLR di
Ruang Neonatus RSUD Dr.Soetomo pada tanggal 09 maret 2020 ditemukan beberapa
persamaan dan kesenjangan antara teori yang ada dengan data yang didapatkan.

1.5.1 Pengkajian

Pada tahap pengkajian By.Ny.S dengan BBLR yang masuk rumah sakit pada 4 Juli
2018, Pasien datang langsung dari ruang kamar bersalin(VK) ke ruang perinaologi RSUD
Dr. Soetomo Surabaya dengan keluhan Bayi berat lahir rendah atau kurang dari 2.500 g.
karena kondisinya semakin memburuk pasien di pindahkan ke Ruang Neonatus untuk
mendapatkan perawatan intensif. Selian itu bayi menggigil kedinginan mukosa bibir pucat .
selain itu bayi terlihat kelelahan dalam bernafas ditndai dengan adanya pernafasan cuping
hidung. Hal ini disebabkan karena imaturnya sistem organ tubuh bayi seperti paru-paru, ginjal,
jantung, imun tubuh serta sistem pencernaan (Deswita, 2010). Sulitnya bayi berat lahir rendah
beradaptasi dengan lingkungan dan rentan terkena stres menjadi faktor resiko kesakitan dan
kematian (Syahreni, 2010). Ketidakstabilan respon fisiologis bayi berat lahir rendah menyebabkan
bayi memiliki faktor resiko tinggi terkena penyakit komplikasi seperti asfiksia, bradikardi, penyakit
paru kronis, hiperbilirubinemia, kejang, distres pernapasan, hipoglikemia, transient
hypothyroxinemia (Perlman, 2001 dalam Syahreni, 2010). BBLR merupakan masalah yang perlu
mendapat perhatian khusus, karena pada bayi dengan BBLR dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan, perkembangan dan gangguan mental pada masa mendatang (Simbolon, 2012; Padila
& Agustien, 2019). Tingkat kematangan sistem organ yang belum sempurna juga mengakibatkan
BBLR memiliki resiko tinggi mengalami masalah kesehatan hingga kematian (Maryunani, 2013).

1.5.2 Diagnosa keperawatan

Pada konsep dasar teori yang akan muncul pada klien BBLR ada beberapa diagnosis
keperawatan yang mungkin muncul menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia 2016,
yaitu:

a. Termolegolasi tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai lemak subkutan


ditandai dengan suhu tubuh fluktuatif
Bayi berat lahir rendah juga sangat rentan terjadi hipotermi dikarenakan
tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas
di otak (Zaviera, 2008). Kondisi hipotermi tersebut menyebabkan perubahan sistem saraf
pusat permanen hingga akhirnya menyebabkan mortalitas. Bayi yang kedinginan
menghabiskan kalori untuk menghangatkan tubuh dan sebaliknya melakukan upaya untuk
menstabilkan suhu tubuh hingga normal. Kondisi hipotermi menyebabkan konsumsi
oksigen meningkat dan apabila tidak terpenuhi menyebabkan situasi hipoksia dan
menimbulkan takikardi atau bradikardi sebagai respon terhadap penurunan oksigenasi
(Wilkinson & Green, 2012).
b. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
pemenuhan kebutuhan dasar ibu seperti kualitas kesehatan ibu, pemenuhan
gizi yang adekuat, pola istrahat dan aspek psikologis. Pencegahan komplikasi seperti
asfiksia berat pada BBLR di rumah sakit yaitu dengan melakukan perawatan inkubator.
Apabila BBLR telah dipulangkan kerumah, BBLR tetap masih membutuhkan perawatan
yang efekif oleh ibunya selain menggunakan inkubator yaitu perawatan metode kanguru
Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah perawatan bagi bayi dengan berat badan di
bawah 2500 gram dimana disana terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi (skin to skin) yang
sudah melewati masa kritis, tetapi masih memerlukan perawatan seperti pemberian
makanan untuk pertumbuhannya.

1.5.3 INTERVENSI

Dalam pembahasan berikut ini akan dijelaskan adanya kesesuaian intervensi utama
yang dilakukan pada By.Ny.S dengan kasus BBLR dengan masalah keperawatan
Termoregulasi tidak efektif dan resiko deficit nutrisi berdasarkan jurnal-jurnal penelitian. Pada
asuhan keperawatan yang dilakukan pada By.Ny.S intervensi utama yang digunakan untuk
masalah keperawatan termoregulasi tidak efektif yaitu PMK (Perawatan Metode Kangguru)
dan Pembedongan atau nesting.
4. Termoregulasi tidak efektif intervensi PMK (Perawatan Meode Kangguru)
Pelaksanaan metode kanguru sangat dipengaruhi oleh dukungan ibu dalam
melaksanakan PMK, ibu yang melaksanakan PMK dengan baik akan berdampak pada
peningkatan suhu tubuh bayi dan terhindar dari kejadian hipotermi. Perawatan ibu kanguru
meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi masalah bayi berat lahir rendah seperti
hipotermia, hipoglikemia, dan lama tinggal di rumah sakit. Oleh karena itu, harus
direkomendasikan dalam perawatan semua neonatus berisiko tinggi ini.
Menurut Parti, Sumiati Malik, Nurhayati, dengan judul jurnal “Pengaruh Perawatan
Metode Kanguru (PMK) terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir “ didapatkan
hasil bahwa penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa suhu tubuh bayi mengalami
peningkatan setelah dilakukan PMK. Hal ini dapat diliahat dari nilai mean sebelum dilakukan
PMK yaitu 37,16. Sedangkan setelah dilakukan PMK suhu tubuh bayi meningkat dengan nilai
mean = 37,34.
Selain itu,Christenson K dkk.dengan judul “Metode Kanguru Sebagai Pengganti Inkubator
Untuk Bayi Berat Lahir Rendah” melakukan penelitian terhadap 80 bayi yang berisiko rendah
terhadap hipotermia di RS Pendidikan di Lusaka, Zambia. Secara acak bayi-bayi tersebut
dibagi menjadi dua kelompok, kelompok I mendapat perawatan metode kanguru (skin-to-skin
/ STS) dibandingkan dengan kelompok II yang dirawat di inkubator dengan suhu 35ºC;
kemudian suhu rektal diukur secara berkala. Hasilnya pada menit ke-240 didapatkan bahwa
90% bayi kelompok I (metode kanguru) mencapai suhu normal (36,5ºC), sedangkan pada
kelompok II (inkubator) hanya 60%.
Menurut Nurlaila, Rahmawati Shoufiah, Sri Hazanah dengan judul “Hubungan
Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (Pmk) Dengan Kejadian Hipotermi Pada Bayi Berat
Lahir Rendah (Bblr)”Berdasarkan hasil analisis bivariat menggukan rumus ANOVA
diperoleh hasil nilai F hitung 29,671 > F tabel (1, 28) 4,196 dan nilai p value 0,000 < α 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa ter-dapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan
PMK dengan kejadian hipotermi pada bayi berat lahir rendah di (BBLR) di Rumah Sakit
Umum Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan PMK dengan hipotermi pada bayi baru
lahir dengan nilai p value 0,000 < α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik
pelaksanaan PMK semakin baik suhu bayi BBLR.
Berdasarkan pembahasan dari ketiga jurnal dapat disimpulkan bahwa Perawatan dengan
metode kanguru (PMK) yaitu dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan
kulit ibu merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir yang paling
mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan
kasih sayang. Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan
dankeselamatan bayi yang lahir premature maupun yang aterm. Kehangatan tubuh ibu
merupakan sumber panas yang efektif.
5. Termoregulasi tidak efektik intervensi nesting dan bedong (swaddling)
Swaddling atau yang sering dikenal dengan istilah bedong adalah pembungkus
kain yang diberikan pada bayi baru lahir. Membedong dapat membuat bayi lebih tenang,
hangat dan membatasi ruang gerak bayi. Membedong bayi ini bertujuan untuk menghindari
bayi kehilangan panas dan dapat menstabilkan suhu tubuhnya (Sunarsih, 2012).
Berdasarkan penelitian dari “Yusnika Damayanti, Titin Sutini, Suhendar
Sulaeman yang berjudul “Swaddling Dan Kangaroo Mother Care Dapat Mempertahankan
Suhu Tubuh Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr)” Hasil penelitian menyebutkan bahwa nilai rata-
rata peningkatan suhu tubuh bayi sebelum dan setelah diberikan intervensi swaddling tidak
berpengaruh. Dari hasil uji dependent t test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan suhu
tubuh bayi sebelum dan setelah diberikan intervensi swaddling dengan nilai p value < 0,168
dan Δ = 0,02.
Selain itu terdapat penelitian dari Nanang Saprudin, Isti Kumala Sari dengan
judul “Pengaruh Penggunaan Nesting Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Saturasi Oksigen Dan
Frekuensi Nadi Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di Kota Cirebon” yang mengatakan
bahwa Hasil penelitian menunjukan bahwa rerata suhu tubuh responden sebelum
diberikan nesting yaitu 36,3oC dengan nilai median 36,3 oC dan standar deviasi 0,349
serta nilai minimal 35,5 o C dan nilai maksimal 37,1 o
C. Setelah diberikan nesting
o o
rerata suhu menjadi 36,8 C yang artinya ada peningkatan sebesar 0,5 C. Begitupula
o
dengan nilai median, suhu responden menjadi 36,9 C dan standar deviasi menjadi
o
0,268. Setelah diberikan nesting nilai minimal suhu 36,3 C dan nilai maksimal
suhu 37,4 o C.
Selain itu terdapat penelitian Murniati Noor , Oswati Hasanah , Rumina Ginting
dengan judul “Penggunaan Nesting Dengan Fiksasi Mampu Menjaga Stabilitas Saturasi
Oksigen, Frekuensi Pernafasan, Nadi Dan Suhu Pada Bayi Prematur Dengan Gawat Napas:
Studi Kasus” dari Berdasarkan hasil yang di dapatkan oleh peneliti pada ketiga responden
yang menggunakan nesting dengan fiksasi maka di dapatkan bahwa suhu tubuh dari ketiga
responden adalah normal. Bayi memiliki lemak subkutan yang sangat tipis, sehingga mudah
terjadi hipotermi dan kebutuhan oksigen akan lebih besar (Wong, et.al, 2009). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh bayuningsih terdapat perbedaan suhu tubuh bayi
premature yang dilakukan pemasangan nesting walaupun perbedaannya sangat kecil.
Berdasarkan pembahasan dari ketiga jurnal dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan antara 3 jurnal tersebut untuk jurnal bedong tidak ada pengaruh terhadap
peningkatan suhu tubuh pada bayi untuk jurnal kedua dan ketiga tentang nesting terdapat
pengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh pada bayi.
6. Resiko defisit nutrisi intervensi PMK
Nutrisi yang adekuat diperlukan untuk proses penyembuhan, pertumbuhan dan
perkembangan bayi berat lahir rendah, namun belum semua perawat mampu memfasilitasi
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat. Kangaroo Mother Care (KMC) atau metode
kanguru adalah perawatan kontak kulit ke kulit 9 . KMC efektif dalam memenuhi kebutuhan
bayi untuk kehangatan juga meningkatkan aktivitas menyusui sehingga berat badan bayi
bertambah
Menurut D. Farida , dan A.R.Yuliana “Pemberian Metode Kangaroo Mother Care
(Kmc) Terhadap Kestabilan Suhu Tubuh Dan Berat Badan Bayi Bblr Di Ruang Anyelir
Rumah Sakit Umum Ra Kartini Jepara” Hal ini menunjukkan bahwa secara umum telah
terjadi peningkatan suhu tubuh akibat penerapan perawatan metode kanguru. Hasil evaluasi
penulis selama 4 hari pemberian metode kanguru pada pasien, terjadi peningkatan berat
badan sebanyak 110 gram, sehingga berat badan By.R menjadi 1610 gram, dimana yang
awalnya 1500 gram.
Lain lagi dengan jurnal yang di teliti oleh “Ayuda Nia Agustina , Yeni Rustina ,
Fajar Triwaluyanti” dengan judul “Upaya Meningkatkan Berat Badan Bblr Melalui
Intervensi Comfort Food For The Soul Kolcaba (Perawatan Metode Kanguru)”Pada kasus
terpilih tiga, bayi mengalami peningkatan berat badan yaitu 10-15 gram per hari, sementara
bayi pada kasus 1,2,4,5 mengalami peningkatan berat badan 20- 30 gram per hari.
Selain itu terdapat jurnal dari Mira Agusthia, Rachmawaty M. Noer , Intan
Susilawati dengan judul “Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Peningkatan Berat
Badan Bblr Pada Ruang Perinatologi Rsud Muhammad Sani Kabupaten Karimun Tahun
2019” yang mengatakan bahwa Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa rata-rata berat badan
bayi sebelum sebelum pelaksanaan perawatan metode kanguru adalah 1732,65 gram.
Sedangkan rata-rata berat badan bayi sesudah perawatan metode kanguru adalah 1861,76
gram. Terlihat perbedaan rata-rata (mean different) berat badan sebelum dan sesudah
pelaksanaan perawatan metode kanguru adalah 129,118 gram. Nilai p = 0,000 (p < 0,05),
disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata berat badan bayi baru lahir rendah sebelum dan
setelah pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK) di Ruang Perinatologi.
Dari ketiga jurnal tersebut terdapat persamaan bahwa untuk dapat mencapai
kondisi kesehatan stabil dan berat badan normal, BBLR membutuhkan upaya pelestarian
suhu tubuh, pemberian nutrisi dan pencegahan dari infeksi. Perawatan Metode Kanguru
merupakan salah satu metode yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dan juga terdapat
pengaruh pelaksanaan perawatan metode kanguru terhadap peningkatan berat badan BBLR.
7. Resiko Defisit Nutrsi intervensi
Kondisi saat ini di negara berkembang sekitar 10 juta bayi mengalami kematian.
Hal tersebut dapat ditekan dengan cara menyusui secara eksklusif karena Air Susu Ibu (ASI)
sudah terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi.
Berdasarkan hasil jurnal yang telah di teliti oleh Asti Norma, Ircham Machfoedz ,
Oktaviana Maharani dengan judul “Perbedaan Kenaikan Berat Badan pada Bayi yang
Mendapat ASI Eksklusif dengan ASI Parsial di Puskesmas Jetis Kota” didapatkan hasil
bahwa Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Jetis Kota, diperoleh
hasil empat bayi yang mendapat ASI eksklusif mengalami kenaikan berat badan antara
4.800-6.100 gram sedangkan enam bayi yang mendapat ASI parsial mengalami kenaikan
berat badan antara 3.350-5.250 gram.
Selain itu terdapat jurnal yang di teliti oleh Meitha Putri Ramadhanti Azwar dan
Nora Isa Tri Novadel dengan judul jurnal “Perbedaan Kenaikan Berat Badan Pada Bblr
Yang Diberi Asi Dengan Bblr Yang Diberi Pasi” dari hasil penelitian di dapatkan hasil
bahwa Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan kenaikan berat badan pada BBLR
yang diberi ASI dengan BBLR yang diberi PASI di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2012, dengan uraian: Rata-rata BB pada BBLR sebelum memperoleh
asupan ASI adalah 1716,67 dengan SD 147,196 dan pada BBLR sebelum memperoleh
asupan PASI adalah 1700 dengan SD 141,421. Ratarata BB pada BBLR sesudah
memperoleh asupan ASI adalah 3200,00 dengan SD 316,228 dan pada BBLR sesudah
memperoleh asupan PASI adalah 2633,33 dengan SD 150,555. Terdapat perbedaan berat
badan pada BBLR yang memperoleh ASI dan pada BBLR yang memperoleh PASI di RSUD
Abdoel Moelok Provinsi Lampung Tahun 2012. (Ratarata BB pada BBLR sesudah
memperoleh asupan ASI adalah 3200,00 dengan SD 316,228 dan pada BBLR sesudah
memperoleh asupan PASI adalah 2633,33 dengan SD 150,555 dan P value 0,003).
Terdapat jurnal lagi dari Rosdiana Susanti, Oswati Hasanah, Gamya Tri Utami
dengan judul “Perbandingan kenaikan Berat Badan Bblr Yang Diberi Asi Dan Susu Formula
Pada Dua Minggu Pertama Perawatan” berdasarkan hasil penelitian mengatakan bahwa
Setelah dilakukan penelitian tentang perbandingan kenaikan berat badan BBLR yang diberi
ASI dan susu formula pada dua minggu pertama perawatan diperoleh nilai p value 0,007 (p
value< α), maka dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kenaikan
berat badan BBLR yang diberi ASI dibanding BBLR yang diberi susu formula selama dua
minggu pertama perawatan. Sehingga pemberian ASI sangat dianjurkan dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi bagi BBLR.
Dari ketiga jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada bayi baru lahir rendah
(BBLR) disarankan mengkonsumsi ASI karena mengandung semua unsur yang diperlukan
BBLR, seperti kolostrum yang merupakan cairan susu kental berwarna kekuningan yang
dihasilkan pada sel alveoli payudara ibu sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan
kemampuan ginjal bayi baru lahir yang belum mampu menerima makanan dalam volume
besar, kaya akan gizi dan sangat baik bagi bayi, protein dalam ASI terdiri dari casein dan
whey, namun ASI lebih banyak mengandung whey daripada casein sehingga protein ASI
mudah dicerna, lemak ASI merupakan penghasil kalori utama dan merupakan komponen zat
gizi yang sangat bervariasi. Lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi, lactosa
merupakan karbohidrat utama pada ASI, berfungsi sebagai sumber energi, meningkatkan
absorbsi kalsium, dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus.

1.5.4 Implementasi
Implementasi dilakukan 3ri hari yakni pada tanggal 04 Juli 2018 - tanggal 6 juli 2018
.Pada 3 hari itu, semua perencanaan telah dilaksanakan sesuai sebagaimana mestinya.Namun
pada masalah keperawatan : Termolegolasi tidak efektif teratasi dan Resiko defisit nutrisi
masih belum teratasi hal ini dikarenakan unuk membantu meningkatkan berat badan tidaklah
mudah dan memerlukan waktu yang cukup lama.
1.5.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan 3 hari yakni mulai tanggal 04 Juli 2018 - tanggal 6 juli 2018 .Pada 3
hari itu, semua perencanaan telah dilaksanakan sesuai sebagaimana mestinya.Namun pada
masalah keperawatan : Termolegolasi tidak efektif sudah teratasi dan Resiko defisit nutrisi
belum teratasi dan intervensi dilanjutkan sehingga semestinya intervensi dilanjutkan.
Dikarenakan bberat badan bayi belum optimal dan juga berat badan bayi belum sesuai .

Anda mungkin juga menyukai