Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN BBLR (BERAT BAYI LAHIR RENDAH )

Tanggal 24-29 januari 2022

Oleh:

NELI SAFITRI
NIM 1114190640

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN BBLR (BERAT BAYI LAHIR RENDAH)

Tanggal 24-29 Januari 2022

Oleh:

Neli Safitri

NIM 1114190640

Laporan ini untuk Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Banjar baru, Januari 2022

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) Arini S.Kep.,Ns

NIK. 89 001 2 17
A. PENGERTIAN
Menurut (Fitria,2018), BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram
disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres “European Perinatal
Medicine” II dilondon (1970) telah disusun definisi sebagai berikut:
a. Bayi kurang bulan: bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
b. Bayi cukup bulan: bayi dengan masalah kehamilan mulai 37 minggu sampai dengan
42 minggu (259-293 hari)
c. Bayi lebih bulan: bayi dengan masalah kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294
hari atau lebih)
Dengan pengertian diatas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi
menjadi 2 golongan: prematuritas dan dismaturitas
1. Prematuritas murni adalah bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus kurang
bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismatur, berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi / kehamilan akibat
bayi mengalami retardasi intauteri dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
pertumbuhan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term dan post term yang
terbagi dalam:
a. Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK)
b. Neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan (NCB-KMK)
c. Neonatus lebih bulan-kecil untuk masa kehamilan (NLB-KMK)
B. ETIOLOGI
Menurut (Widya,2019), Penyebab BBLR terjadi karena beberapa faktor. Semakin
muda usia kehamilan, semakin besar resiko dapat terjadinya BBLR (Proverawati,
Sulistyorini,2010). Berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR
secara umum:
a. Faktor Ibu:
1) Penyakit: hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia, gravidarum,
pendarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, infeksi akut, serta kelainan
kardiovaskuler.
2) Usia ibu: angka kejadian BBLR tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun
dan diatas 35 tahun
3) Jarak antara kehamilan sebelumnya pendek yaitu kurang dari 1 tahun
4) Memiliki riwayat BBLR sebelumnya
5) Kondisi ibu saat hamil: peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan ibu
yang perokok.
b. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian bblr antara lain:
kehamilan ganda, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan kromosom, infeksi
(missal: Rubella dan Sifilis) dan hidramnion/polihidramnion.
c. Faktor ekonomi
1. Kejadian tertinggi biasanya pada keadaan sosial ekonomi yang rendah
2. Gizi yang kurang
d. Faktor lingkungan
a. Terkena Radiasi b.
b. Terpapar Zat beracun

C. PATOFISIOLOGI
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada ibu, ibu
hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan berat badan lahir rendah.
Apabila dilihat dari faktor kehamilan, salah satu etiologinya yaitu hamil ganda yang
mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih dari satu, maka nutrisi atau gizi
yang mereka peroleh dalam rahim tidak sama dengan janin tunggal, yang mana pada
hamil ganda gizi dan nutrisi yang didapat dari ibu harus terbagi sehingga kadang salah
satu dari janin pada hamil ganda juga mengalami BBLR.
Kemudian jika dikaji dari faktor janin, salah satu etiologinya yaitu infeksi dalam
rahim yang mana dapat menggangu atau menghambat pertumbuhan janin dalam rahim
yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.
D. PATHWAY

Prematuritas Dismaturitas

Faktor ibu: Umur (20 Faktor janin: Retardasi pertumbuhan


Faktor placenta:
th) Paritas, Ras, Kelainan kromosom, intra uterin
Penyakit vaskuler,
infertilitas, Riwayat Malformasi, TORCH,
Kehamilan ganda
kehamilan tidak baik, kehamilan
Rahim abnormal

Bayi lahir prematur


Berat badan <2500
(BBLR/BBLSR)

Permukaan tubuh relatif Prematuritas


lebih luas

Fungsi organ-organ belum


Kehilangan nafas baik

Resiko Resiko infeksi


ketidakseimbangan

Reflek menelan belum


Sempurna

 Pertumbuhan dinding
dada belum sempurna
Ketidakseimbangan
 Vaskuler paru imatur
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.

Ketidak efektifan pola


nafas
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sulistyorini (2018), manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada bayi
degan berat badan lahir rendah adalah.
a. Berat Badan kurang dari 2500 gram
b. Panjang Badan kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang 30 cm dan linkar kepala kurang dari 33 cm
d. Kepala lebih besar dari tubuh
e. Rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau sedikit
f. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum sempurna
g. Tumit mengkilap dan telapak kaki halus
h. Genetalia belum sempurna, pada bayi perempuan labia minora belum tertutup oleh
labia mayora, kalau pada bayi laki-laki testis belum turun kedalam skrutom,
pigmentasi dan rugue pada skorutom kurang.
i. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan sering
mendapatkan apne.
j. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, sehingga refleks menghisap dan
menelan belum sempurna
k. Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
1) Pemeriksaan skor ballard
2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit
dan analisa gas darah
4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada BBL dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat atau diperkirakan atau terjadi sindrom
gawat nafas.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut (Ika Pantiawati, 2010), penatalaksanaan dari BBLR adalah:
a. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
1) Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
2) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari, dan umur 4-6 minggu).
b. Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat,
1) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit
2) Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui sendok atau
pipet
3) Apabila bayi belum ada reflek mengisap dan menelan harus dipasang siang
penduga/sonde fooding.
c. Suportif
1) Membersihkan jalan nafas
2) Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
3) Membersihkan badan bayi dengan kapas minyak bayi/minyak kelapa
4) Memberikan obat mata
5) Membungkus bayi dengan kain hangat
6) Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan BBLR
7) Mempertahankan suhu tubuh bayi
8) Membungkus bayi dengan menggunakan selimut
9) Menidurkan bayi di dalam inkubator
10) Suhu lingkungan bayi harus dijaga
11) Badan bayi harus dalam keadaan kering
12) Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, metode kanguru, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai
petunjuk
13) Jangan memandikan bayi atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
14) Ukur suhu tubuh dengan berkala
15) Yang harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:
a. Jaga dan pantau patensi jalan nafas
b. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
16) Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh: hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
17) Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
18) Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi
d. Pemantauan
1. Pemantauan saat dirawat
a.Terapi
1) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
2) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
1) Pantau berat badan bayi secara periodik
2) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10 %
untuk bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat
lahir <1500.
3) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (ada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
a. Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kgBB/hari sampai tercapai jumlah
180ml/kgBB/hari
b. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kgBB/hari
c. Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian
ASI hingga 200ml/kgBB/hari
d. Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu
c.Pemantauan setelah pulang
Diperlukan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut:
a. Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan
b. Hitung umur koreksi
c. Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
d. Tes perkembangan, denver development screening test (DDST)
e. Awasi kelainan bawaan
e. Mengajarkan ibu atau orangtua cara:
1) Membersihkan jalan nafas
2) Mempertahankan suhu tubuh
3) Mencegah terjadinya infeksi
4) Perawatan bayi sehari-hari:
a. Memandikan
b. Perawatan talipusat
c. Pemberian ASI
f. Menjelaskan pada ibu (orangtua):
1) Pemberian ASI
2) Makanan bergizi bagi ibu
3) Mengikuti program KB segera mungkin
g. Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada perubahan atau
keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke Rumah Sakit. Berikan
penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk ke Rumah Sakit.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis yang mungkin muncul pada kasus Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
yaitu:
1. Keidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot pernafasan
dan penurunan ekspansi paru atau kelelahan.
2. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kegagalan
mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
reflek menghisap dan menelan yang belum sempurna
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
I. PERENCANAAN
1. Keidakefektifan pola nafas berhungan dengan imaturitas otot-otot pernafasan dan
penurunan ekspansi paru atau kelelahan.
Tujuan:
- Setelah dilakukan tindakan, pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil:
- Neonatus akan mempertahankan pola pernafasan periodik, membrane mukosa
merah muda.
Intervensi:
 Kaji frekuensi dan pola pernafasan, perhatikan adaya apnea dan perubahan
frekuensi jantung.
Rasional: membantu dalam membedakan periode perputaran pernafasan
normal dari serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi pada gestasi
minggu ke-30
 Bersihkan jalan nafas sesuai kebutuhan
Rasional: menghilangkan Sekret yang menyumbat jalan napas
 Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok
dibawah bahu untuk menghasilkan hiperekstensi.
Rasional: posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnea,
khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik atau
hiperkapnea.
 Tinjauan ulang riwayat terhadap obat-obatan yang dapat memperberat depresi
pernapasan pada bayi.
Rasional: magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan
aktivitas susunan saraf pusat (SSP).
 Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai indikasi.
Rasional: perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan
fungsi pernafasan
 Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi, seperti berikut:
1. Natrium bikarbonat
Rasional: memperbaiki asidosis
2. Antibiotik
Rasional: mengatasi infeksi pernafasan dan sepsis
3. Aminopilin
Rasional: dapat meningkatkan aktivitas pusat pernapasan dan menurunkan
sensitivitas terhadap CO2, menurunkan frekuensi apnea.
2. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kegagalan
mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan.
Tujuan:
- Suhu tubuh dalam batas normal dan tidak hipotermi
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh 36,5 - 37,2.
Intervensi:
1. Rawat bayi dalam incubator bersuhu 32 - 35
Rasional: Mempertahankan suhu tubuh bayi
2. Pertahankan suhu lingkungan yang adekuat
Rasional: agar tidak terjadi kehilangan panas yang berlebihan
3. Hindari bayi dimandikan
Rasional: memandikan bayi dengan hipotermi membahayakan
4. Monitor suhu tubuh setiap jam
Rasional: mengetahui perkembangan/keadaan bayi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
reflek menghisap dan menelan yang belum sempurna.
Tujuan:
- Kebutuhan nutrisi kurang dapat terpenuhi
Kriteria hasil:
- Turgor kulit membaik, BAB dan BAK lancer
Intervensi:
1. Observasi intake dan output setiap hari
Rasional: Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan pemasukan dan
kebutuhan nutrisi
2. Monitor berat badan setiap hari
Rasional: membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik
3. Kolaborasi pemberian infus
Rasional: ketentuan dukungan nutrisi didasarkan pada perkiraan kebutuhan
bayi.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
Tujuan: Imunne Status, Knowledge: infection control, risk control
Kriteria hasil:
1. Bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi:
a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
b. Pertahankan teknik isolasi
c. Batasi pengunjung bila perlu
d. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien
e. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
f. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
g. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
h. Pertahankan lingkungan aseptik Selama pemasangan alat
i. Tingkatkan intake nutrisi

J. EVALUASI
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemapuan klien dalam mencapai tujuan. Hal
ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan,
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan).
DAFTAR PUSTAKA

N Fitria. (2018). Bayi Berat Lahir Rendah.. (https://google.sc holar)Diakses pada tanggal 25
Januari 2022.

Widya. (2019). Etiologi Bayi Berat Lahir Rendah. (https://google.scholar). Diakses tanggal
26 Januari 2022.

Nanda NIC NOC (2018-2020). Nursing Outcomes Classification dan Nursing Intervensions
Classification:Editor MocoMedia.

F Imelda, (2020). Bayi Berat Lahir Rendah. (https://google.scholar). Diakses tanggal 26


Januari 2022.

Anda mungkin juga menyukai