Oleh:
2. Etiologi
Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010)
1) Faktor ibu
a) Penyakit
Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia,infeksi kandung kemih.
Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menularseksual,
hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung.
Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b) Ibu
Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia
< 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c) Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomirendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi danpengawasan antenatal yang
kurang.
Aktivitas fisik yang berlebihan.
3. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janinkronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dankehamilan kembar.
4. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
5. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal didataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), bayi yang lahir dengan berat
badan rendah mempunyai ciri-ciri:
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepalasama
dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari
30 cm.
d. Rambut lanugo masih banyak
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
g. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
h. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora,
klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam
skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki)
i. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
j. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
k. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang
l. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
4. Klasifikasi
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), ada beberapa cara
mengelompokan bayi BBLR, yaitu:
1. Menurut harapan hidupnya:
a) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat
lahir 1.500-2.500 gram.
b) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.500 gram.
c) Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.000 gram.
2. Menurut masa gestasinya:
a) Prematur murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya berat
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
b) DismaturIntra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi lahir
dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan di karenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam
kandungan.
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani,
2009):
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru
lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru
sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas
pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40
mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah, terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan
belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps.Sesudah bayi
mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udaradalam alveoli, sehingga
dibutuhkan tenaga negative yang tinggiuntuk pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalahmeningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
6. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia
kehamilanyang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga
disebabkandismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya,
yaitutidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya
gangguanpertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
olehpenyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi
dankeadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi
jadiberkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme
besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia
gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat
bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar (Nelson, 2010).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu
denganmenerapkan beberapa metode Developemntal care yaitu:
a. Pemberian Posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada
kesehatan dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan
energi untuk mengatasi usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh
dapat menggunakan energi ini untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi kebanyakan bayi preterm
dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih
menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya lebih teratur. Bayi
memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila
diposisikan telungkup. Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur
berbaring miring fleksi. Posisi telentang lama bagi bayi preterm dan
BBLR tidak disukai, karena tampaknya mereka kehilangan
keseimbangan saat telentang dan menggunakan energi vital sebagai
usaha untuk mencapai keseimbangan dengan mengubah postur.
Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat
mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan
abduksi bahu, peningkatan ekstensi leher dan peningkatan ekstensi
batang tubuh dengan leher dan punggung melengkung. Sehingga pada
bayi yang sehat posisi tidurnya tidak boleh posisi telungkup (Wong,
2008).
A. Kasus
Ibu H usia 25 tahun melahirkan bayi laki-laki secara section caesarea di
RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang 1 minggu yang lalu tepat pada
tanggal 30 des 2022, dengan berat bayi hanya 1,5 gram dan panjang 48 cm.
Bayi tersebut langsung dipindahkan ke ruang neonatus untuk dilakukan
perawatan. Saat pengkajian tanggal 08 Januari 2023 bayi tampak dalam
kondisi lemah. Ibu H mengeluh bahwa bayi nya sulit untuk menghisap ASI
sehingga kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi secara optimal. Tanda-
tanda vital yang didapatkan adalah RR: 48 x/menit, T: 37,10C, N: 140
x/menit
B. Pertanyaan
Apakah stimulasi oral dapat meningkatkan reflek hisap lemah pada bayi
dengan BBLR?
ANALISIS JURNAL
1. PICO
I : Stimulasi Oral
C : Tidak ada perbandingan
O : Efektifitas dalam meningkatkan reflek hisap lemah pada BBLR
3. VIA
a. Validity
1) Desain
One group pretest dan posttest dengan pendekatan cross sectional
2) Sampel
Pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling dengan
melibatkan 30 bayi yang mengalami reflek hisap lemah
b. Importance dalam hasil
1) Karakteristik Subjek
Populasi adalah keseluruhan subjek yang memenuhi kriteria yang
telah di tetapkan (Notoadmojo, 2012). Populasi dalam penelitian adalah
seluruh bayi yang lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang
mempunyai reflek hisap lemah yang dirawat di IRNA Mawar RSUD
dr.Iskak Tulungagung, berjumlah 30 bayi.
2) Beda Proporsi
Hasil penelitian didapatkan bahwa karakteristik responden
berdasarkan reflek hisap bayi BBLR sebelum diberikan perlakuan
stimulasi oral adalah n=30 (100%) reflek hisap lemah dan n=0 (0%)
reflek kuat dan sesudah diberikan perlakuan stimulasi oral adalah n=7
(23,3%) reflek lemah dan n=23 (76,7%) reflek kuat. Berdasarkan uji
statistik didapatkan bahwa nilai p value = 0,000 (< 0,05) sehingga H0
ditolak dan H1 diterima, yang artinya pemberian stimulasi oral
terhadap reflek hisap lemah bayi dengan BBLR adalah efektif dalam
meningkatkan reflek hisapnya
3) Beda Mean
Rata-rata reflek hisap sebelum dan sesudah diberikan stimulasi
oral adalah mean -.76667 dengan standar deviation -.43018
Sedangkan didapatkan nilai Std.error mean .07854, nilai lower
-.92730, upper -
.60603 dan nilai sig.(2-tailed) .000
c. Applicability
1) Dalam diskusi
Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah kondisi bayi baru
lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram.
Menurut World Health Organization (WHO),2018 semua bayi yang baru
lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram disebut Low Birth
Weight Infants (BBLR).
Stimulasi oral adalah suatu sentuhan dan pijatan pada jaringan otot
daerah sekitar mulut untuk melancarkan peredaran darah dan merangsang
syaraf-syaraf yang akan memberikan pengaruh yang positif. Selain itu,
strategi dan teknik yang dapat dilakukan adalah, seperti menyikat (pijat
tekanan) tulang pipi, caranya memutar ke arah luar dilakukan 1 kali dan 3
kali, kemudian icing (stimulasi termal), peregangan cepat (penyadapan),
dan getaran (manual dan mekanis). Beberapa langkah dalam melakukan
stimulasi oral lainnya adalah dengan melakukan pemijatan yang diawali
dari daerah sekitar hidung, diakhiri pada daerah rahang bayi, lalu
melakukan teknik dengan senyum I, senyum II, senyum III, dan
lingkaran kecil dirahang (small circles around jaw). Feri Megawati.(
2019).
4. Diskusi
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Efektifitas Stimulasi Oral
Terhadap Reflek Hisap Lemah Pada BBLR” Menurut hasil pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti bahwa pemberian stimulasi oral adalah efektif
dilakukan untuk meningkatkan reflek hisap pada bayi dengan BBLR
Untuk mengatasi hal ini maka diupayakan untuk memberi stimulasi oral
terhadap reflek hisap, yaitu melatih oral BBLR untuk dapat menghisap secara
langsung pada saat memberikan ASI. Stimulasi oral melalui sentuhan terutama
pada jaringan otot daerah sekitar mulut dapat meningkatkan peredaran darah,
meningkatkan fungsi otot dan merangsang refleks hisap pada bayi terutama
pada bayi BBLR serta dapat meningkatkan fungsi organ tubuh lainnya. Fokus
intervensi ini adalah untuk meningkatkan respons fungsional terhadap tekanan
dan gerakan, jangkauan, kekuatan, dan pengendalian berbagai gerakan bibir,
pipi, rahang dan lidah (Feri Megawati, 2019).
Saat pengkajian tanggal 08 Januari 2023 bayi tampak dalam kondisi lemah.
Ibu H mengeluh bahwa bayi nya sulit untuk menghisap ASI sehingga kebutuhan
nutrisi bayi tidak terpenuhi secara optimal. Tanda-tanda vital yang didapatkan
adalah RR: 48 x/menit, T: 37,10C, N: 140 x/menit. Pada hari pertama pada
tanggal 08 Januari 2023 pasien diberikan terapi non farmakologi yaitu terapi
stimulasi oral berupa sentuhan pemijatan terhadap jaringan otot di sekitar mulut.
Pasien diberikan terapi stimulasi oral sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.
kemudian dievaluasi dengan meletakkan jari telunjuk pada mulut selama 3 menit
dan pasien masih menunjukkan daya hisap lemah. Perawat meminta ibu pasien
untuk melakukan terapi stimulasi oral ini setiap hari pada anaknya.
Kemudian di hari kedua 09 Januari 2023 jam 18.00 WIB ibu pasien
mengatakan anaknya tadi pagi sudah mulai menunjukkan daya hisap yang mulai
sedikit kuat namun hanya sebentar. Kemudian perawat mengulang kembali
meminta ibu pasien untuk melakukan terapi stimulasi oral sebanyak 2 kali sehari
pagi dan sore.
Sehingga jurnal yang diambil ini sangat bersangkutan terhadap reflek hisap
lemah pada BBLR. Dan Stimulasi oral mempunyai efektifitas yang refleks hisap
pada bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perlakuan menunjukan nilai yang lebih baik pada stimulasi oral pada bayi
dengan BBLR dapat meningkatkan reflek hisap. Penelitian lebih lanjut tentang
stimulasi oral direkomendasikan untuk dilakukan dengan memperpanjang
waktu intervensi dan memanfaatkan ukuran sampel yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA